(Regio Lumbal)
1. Anatomi dan Fisiologi Lumbal
Vertebra lumbalis terletak diregio punggung bawah antara regio torakal dan
sakrum. Vertebra pada regio ini ditandai dengan korpus vertebra yang berukuran besar,
kuat dan tiadanya costal facet. Vertebra lumbal ke 5 (VL5) merupakan vertebra yang
mempunyai pergerakan terbesar dan menanggung beban tubuh bagian atas (Yanuar,
2002).
Menurut Adam et al (1989); Bagduk (1997); Morris (1980) dikutip oleh Auliana
(2003) setiap vertebra lumbal dibagi atas 3 set elemen fungsional yaitu :
a. Elemen anterior atau korpus vertebra
Merupakan komponen utama dari kolumna vertebralis. Berfungsi untuk
mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra bukan
saja dari berat badan, tetapi juga dari kontraksi otot-otot punggung.
b.
Elemen posterior
Elemen posterior berfungsi untuk mengatur kekuatan pasif dan aktif yang
mengenai kolumna vertebralis dan juga mengatur gerakannya. Prosesus artikularis
memberikan mekanisme locking yang menahan tergelincirnya ke depan dan
terpilinnya korpus vertebra. Prosesus spinosus, transversus, mamilaris dan
aksesorius menjadi tempat melekatnya otot sekaligus menyusun pengungkit untuk
memperbesar kerja otot-otot tersebut. Lamina merambatkan kekuatan dari prosesus
Ligamen flavum
Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua arkus
vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio servikal, lebih
tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini mencegah terpisahnya
lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya cidera di diskus intervertebralis.
Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu mempertahankan kurvatura kolumna
vertebralis dan membantu menegakkan kembali kolumna veretbralis setelah posisi fleksi
(Yanuar, 2002).
b. Ligamen interspinosus
Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan prossesus spinosus
mulai dari basis hingga apex, merupakan ligamen yang lemah hampir menyerupai
membran (Yanuar, 2002)
c.
Ligamen intertranversus
L4 sesorang yang sedang duduk, tekanan intradiskalnya lebih tinggi dibanding waktu
berdiri, tetapi tekanan paling rendah sewaktu seseorang berbaring terlentang (Auliana,
2003).
Gerakan yang terjadi pada regio lumbal meliputi fleksi-ekstensi, yang mempunyai
luas gerak sendi sebesar 20/35 0 40/60 pada bidang sagital posisi pasien berdiri
anatomis. Pada gerak fleksi terjadi slide ke anterior dari korpus vertebra sehingga terjadi
penyempitan pada diskus intervertebralis bagian anterior dan meluas pada bagian
posterior. Gerak lateral fleksi yang mempunyai luas gerak sendi sebesar 15/20 0
15/20 pada bidang frontal posisi pasien berdiri anatomis. Pada gerak lateral fleksi, korpus
pada sisi ipsilateral saling mendekat dan saling melebar pada sisi kontralateral. Gerak
rotasi yang mempunyai luas gerak sendi sebesar 45 0 45 pada bidang transversal,
posisi pasien duduk anatomis dimana gerak rotasi ini daerah lumbal hanya 2 derajat
persegmen karena dibatasi oleh sendi faset (Hall, 1953).
Mekaniaka columna vertebralis netral didefinisikan sebagai adanya lordosis
servikal dan lumbal yang normal dan kifosis torakal dan sakral. Pada kondisi ini, gerakan
lateral fleksi pada columna vertebralis akan menghasilkan rotasi pada sisi yang
berlawanan. Hal ini dikenal dengan mekanika tipe 1 dan terjadi di regio torakal dan
lumbal. Jika gerakan fleksi atau ekstensi dilakukan pada region tersebut, sendi faset akan
bekerja dan akan mengontrol pergerakan vertebra. Pada saat demikian, lateral fleksi dan
rotasi berada pada satu sisi. Hal ini dinamakan mekanika tipe 2 atau mekanika non-netral
dan terjadi di regio torakal atau lumbal saat fleksi atau ekstensi (Moore,1999; Seeley,
2003; Carola, 1990 dikutip oleh Yanuar, 2002).
3. KASUS
Ankylosing Spondilitis adalah suatu penyakit peradangan kronik progresif,
Penyakit ini biasanya menyerang sendi sendi sacroilliaca dan persendian tulang
belakang. (Charter, 2005).
3.1 Etiologi
Untuk etiologi dari angkylosing spondilitis belum diketahui dengan pasti.
Kecenderungan factor genetik sangat berpengaruh, dibadingan yang
mengenai
terapis melawan gerakan pasien, kemudian rileks, saat rileks terapis menggerakkan sendi
ke arah gerakan yang diinginkan sampai full ROM.
Aba-aba dari terapis yaitu dorong kuat... kuat...rileks. Diulang sampai batas nyeri
pasien.Efek dari gerakan ini untuk rileksasi otot-otot yang mengalami spasme sehingga
dapat dilakukan penguluran yang maksimal sehingga dapat menurunkan nyeri dan
spasme.
4.8 Static kontraksi
Statik kontraksi merupakan kontraksi otot tanpa disertai perubahan panjang pendek
otot dan LGS. Statik kontraksi ini dapat meningkatkan pumping action yaitu suatu
rangsangan yang menyebabkan dinding kapiler yang terletak pada otot melebar sehingga
sirkulasi darah lancar akibat dari sirkulasi darah lancar maka p substance atau zat yang
menyebabkan nyeri akan ikut terbuang sehingga nyeri akan ikut berkurang dan spasme
otot-otot disekitarnya pun hilang.