A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan anatomi biomekanik cervical
2. Menjelaskan dan menerapkan sistem pemeriksaan pada cevical
3. Menjelaskan dan menerapkan teknik terapi manual pada kasus neck pain
C. Uraian Materi
1. Anatomi Biomekanik Cervical
Cervical terdiri atas 2 segmen anatomikal dan fungsional yaitu : 1)
Segmen superior (suboccipital), terdiri atas C1 (atlas) dan C2 (axis), dikenal
sebagai upper cervical spine, 2) Segmen inferior yang memanjang dari
permukaan inferior axis ke permukaan superior Th1, dikenal sebagai lower
cervical spine.
Seluruh bangunan dari struktur vertebra cervical adalah sama kecuali
segmen superior yaitu atlas (C1) dan axis (C2).
a. Atlas (C1)
Atlas berbentuk cincin dengan diameter transversal yang lebih besar
daripada diameter antero-posterior. Atlas tidak memiliki corpus vertebra
dan processus spinosus. Atlas memiliki 2 massa lateral yang berbentuk
oval dan berjalan secara oblique, anterior dan medial.
Kedua massa tersebut adalah facies artikularis superior yang bersendi
dengan condylus occipital, dan facies artikularis inferior yang bersendi
dengan facies artikularis superior axis.
Processus transversal atlas memiliki foramen untuk lintasan arteri
vertebralis.
b. Axis (C2)
Permukaan superior dari corpus axis terdapat processus odontoid
(dens) yang bertindak sebagai pivot untuk atlanto-axial joint. Processus
odontoid berjalan keatas di tengah atlas dan bersendi dengan arkus anterior
atlas.
Kearah lateral terdapat 2 facet artikular yang menghadap kearah
superior – lateral. Arkus posterior terdiri dari 2 lamina yang sempit dan
processus spinosus memiliki 2 tuberculum.
Processus artikular inferior axis menghadap ke-arah inferior – anterior
dan bersendi dgn proc. artikular superior C 3. Processus transversus axis
memiliki foramen yang vertikal untuk lintasan arteri vertebralis.
c. C3 – C7
Vertebra C3 sama bangunannya dengan 4 vertebra cervical
dibawahnya. Vertebra C3 – C7 memiliki corpus vertebra yang lebih lebar.
Permukaan superior kearah lateral membentuk proc uncinatus yang
menghadap kearah supe-rior – medial dan bersendi dengan 2 proc.
uncinatus vertebra atas yang menghadap kearah inferior.
Khusus C3, proc. uncinatus bagian superior bersendi dengan 2
proyeksi tulang yang datar dari permukaan inferior axis. Pada arkus
posterior terdapat processus artikular yang membentuk facet artikular
superior dan bersendi dengan facet artikular inferior vertebra atasnya.
Processus transversus memiliki foramen didekat corpus vertebra untuk
lintasan arteri vertebralis, processus spinosus memiliki 2 tuberculum.
Upper cervical spine terdiri dari 2 segmen yaitu : segmen C0 – C1 dan
segmen C1 – C2, sedangkan lower cervical terdiri dari segmen C2 – C3, C3 –
C7 dan C7 – Th1.
a. Segmen C0-C1 (Atlantooccipital joint)
C0 – C1 adalah sendi sinovial jenis ovoid yang dibentuk oleh facies
articular inferior occyput yang cembung dan facies articular atlas yang
cekung.
Gerak utama C0 – C1 adalah fleksi-ekstensi sehingga dikenal sebagai
“yes joint”. Menurut Warner, C0 – C1 berbentuk condyloid sehingga
gerakan flexi ekstensinya menjadi luas dan lateral fleksi terbatas.
Gerakan fleksi dan ekstensi upper cervical mengikuti hukum konveks,
yaitu condylus occiput bergerak kearah dorsal saat fleksi dan kearah
ventral saat ekstensi, dimana condylus occiput mengalami glide dalam
arah yang berlawanan dengan gerakan.
Couple movement upper cervical yang kecil terjadi pada rotasi dan
lateral fleksi dalam arah yang berlawanan, yaitu rotasi ke kanan akan
diikuti lateral fleksi ke kiri. Noncouple movement upper cervical terjadi
saat rotasi dan lateral fleksi dalam arah yang sama.
b. Segmen C1-C2 (Atlantoaxial joint)
Sendi C1 – C2 adalah sendi sinovial jenis sendi putar, yang terbentuk
oleh 3 sendi yaitu 1 sendi middle yang dibentuk oleh atlas arcus anterior
(arkus anterior) dengan dens (processus odontoid) dan 2 sendi lateral yang
dibentuk oleh 2 massa lateralis yaitu facies artikularis inferior atlas yang
bersendi dengan facies artikularis superior axis.
Gerak utama C1 – C2 adalah rotasi kiri dan kanan sehingga dikenal
sebagai “no joint”. Sebagian besar gerakan terjadi pada 2 sendi lateral.
Karena terdapat ligamen yang kuat antara dens dan arkus ventral atlas
maka gerakan axis sangat bergantung pada dens. Selama gerakan fleksi
cervical, arkus dorsal atlas bergerak kearah superior menjauhi axis
sementara arkus ventral atlas bergerak kearah caudal sepanjang dens.
Selama gerakan ekstensi cervical, arkus dorsal atlas bergerak mendekati
bagian posterior axis sementara arkus ventral atlas bergerak kearah cranial
sepanjang dens. Akibat struktur ligamen yang kuat dan orientasi
permukaan sendi maka tidak mungkin terjadi lateral fleksi pada atlanto-
axial joint.
Rotasi yang signifikan terjadi pada C1 – C2 (sekitar 45o ke kiri –
kanan) sehingga memberikan kontribusi sekitar ½ ROM dari total rotasi
cervical. Lateral fleksi kepala dengan rotasi arah berlawanan (coupled
movement) dapat menghasilkan relaksasi pada ligamen alar pada sisi
lateral fleksi dan seringkali memberikan peningkatan rotasi kepala. Lateral
fleksi kepala dengan rotasi arah yang sama (noncoupled movement)
menghasilkan gerakan yang sangat terbatas. Ligamen-ligamen upper
cervical berperan penting dalam stabilitas regio upper cervical, khususnya
ligamen alar dan transversalis yang menghubungkan dens dengan occiput.
c. Segmen C2 – C3, C3 – C7
Mulai dari C2 ke bawah terbentuk intervertebral joint atau facet joint
dimana terletak lebih kearah bidang transversal. Orientasi permukaan facet
joint cervical adalah bervariasi setiap orang, juga bervariasi dari segmen
ke segmen dan dari sisi ke sisi. Sebagian besar permukaan sendi facet
membentuk sudut sekitar 45o terhadap corpus vertebra, dalam arah
dorsal/caudal ke ventral/cranial.
Permukaan facet joint cervical adalah besar dan hampir datar (flat).
Facet joint dibentuk oleh processus articular inferior vertebra atas dengan
processus articular superior vertebra bawah, sehingga memungkinkan
gerakan leher ke segala arah.
Mulai dari C2 ke bawah juga terbentuk uncovertebral joint yang bukan
merupakan sendi sebenarnya. Permukaan superior corpus vertebra kearah
lateral membentuk proc uncinatus yang menghadap kearah superior –
medial dan bersendi dengan 2 proc. uncinatus vertebra atas yang
menghadap kearah inferior, dikenal dengan uncinate joint atau
uncovertebralis joint.
Gerakan pada segmen C2-C3 sampai C6-C7 melibatkan diskus
intervertebralis dan 4 sendi yaitu 2 sendi facet dan 2 sendi uncovertebralis
(joint of Luschka). Cervical spine memiliki mobilitas paling besar dari
seluruh vertebra, terutama dalam bidang sagital (khususnya extensi
cervical).
Dalam posisi rest, nampak lordosis cervical. Selama gerakan fleksi
cervical, lordosis menurun atau berubah menjadi kyphosis, sedangkan
selama extensi cervical lordosis meningkat.
Gerakan pada cervical mengikuti hukum konkaf, yaitu facet inferior
dari segmen vertebra atas (processus articularis inferior) berfungsi sebagai
permukaan konkaf yang menyebabkan vertebra bergerak kearah ventral
selama fleksi dan kearah dorsal selama extensi.
Terdapat gerakan couple pada lower cervical, yaitu rotasi dan lateral
fleksi biasanya berpasangan dalam arah yang sama, berkaitan dengan
posisi cervical dalam bidang sagital (posisi fleksi dan extensi). Sedangkan
noncouple movement, terjadi rotasi dan lateral fleksi cervical dalam arah
yang berlawanan, memungkinkan terjadi dalam posisi fleksi dan extensi.
Upper thoracal spine sangat berhubungan dengan gerakan lower
cervical karena perlekatan distal dari otot-otot cervical sampai Th6 seperti
otot splenius, longissimus, semispinalis cervicis dan semispinalis capitis.
Selain itu, lower cervical memiliki hubungan mekanikal dengan upper
thoracal saat gerakan fleksi – extensi cervical, lateral fleksi dan rotasi
cervical.
2. Sistem Pemeriksaan pada Cervical
Prosedur pemeriksaan pada cervical terdiri atas : Anamnesis, Inspeksi/
Observasi, Quick test, Pemeriksaan Fungsi Dasar, dan Pemeriksaan Spesifik.
a. Anamnesis
Dalam anamnesis, dapat diperoleh informasi tentang identitas pasien
dan informasi khusus (anamnesis khusus) yang menyangkut keluhan
pasien.
Informasi yang diperoleh dari anamnesis khusus adalah keluhan pasien,
lokasi keluhan (lokal/menjalar), mekanisme terjadinya keluhan, serangan
keluhan (tiba-tiba atau progresif), aktivitas/gerakan yang memperberat
keluhan, aktivitas/gerakan yang memperingan keluhan, keluhan
berhubungan atau tidak dengan nyeri kepala, keluhan disertai atau tidak
dengan rasa pusing/vertigo, keluhan berhubungan dengan peripheral
symptoms.
b. Inspeksi / Observasi
Dalam inspeksi perlu diperhatikan postur pasien saat berdiri terutama
postur kepala-leher dari arah anterior-posterior dan lateral. Pada arah
anterior-posterior diperhatikan level shoulder kedua sisi dan alignment
kepala-leher dengan thoracal-lumbal. Pada arah lateral diperhatikan posisi
shoulder dan posisi kepala kaitannya dengan upper crossed syndrome.
c. Quick test
e. Pemeriksaan Spesifik
1. Palpasi
2. Tes Neurologis
D. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan yang akan dijelaskan dalam aplikasi terapi manual
pada kondisi Non-spesific Neck Pain adalah metode Osteopathic. Temuan
Pemeriksaan pada kondisi Non-spesific Neck Pain adalah keterbatasan gerak
ekstensi, lateral fleksi atau rotasi ; tightness otot upper trapezius, levator scapula,
dan paravertebralis ; upper cross syndrome atau forward head posture ; nyeri
lokal ipsilateral atau kontralateral pada tes 3 dimensi extensi ; nyeri hebat pada
segmen yang terganggu dengan tes JPM. Beberapa teknik Osteopathic dibawah
ini dapat memperbaiki ROM cervical dan perubahan intensitas nyeri.
1. Mobilisasi Soft Tissue
a. Posisi pasien : pasien tidur terlentang dengan rotasi cervical kearah
kontralateral dari otot yang spasme/tight
b. Posisi fisioterapis : berdiri di sisi kontralateral dari otot yang spasme/tight
c. Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan di shoulder dan tangan yang lain
di sisi lateral cervical
d. Teknik Pelaksanaan : tangan fisioterapis pada sisi lateral cervical
melakukan myofascial release pada otot upper trapezius yang
spasme/tight, sedangkan tangan fisioterapis lainnya menggerakkan
shoulder kearah depresi
e. Tujuan : untuk menurunkan tonus otot atau spasme upper trapezius.
2. Muscle Energy Technique Lower Cervical
a. Posisi pasien : pasien tidur terlentang dengan sedikit rotasi dan lateral
fleksi cervical pada titik keterbatasan ROM
b. Posisi fisioterapis : berdiri di depan kepala pasien
c. Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis (jari telunjuk)
diletakkan pada segmen facet joint yang terganggu dan tangan yang lain
menyanggah kepala.
d. Teknik Pelaksanaan : tangan fisioterapis pada segmen facet joint
menggerakkan cervical kearah rotasi kemudian pasien diminta untuk
menahan gerakan tersebut sehingga terjadi kontraksi statik. Fase kontraksi
dilakukan 2 – 3 kali repetisi kemudian pasien diminta untuk relaks, pasca
relaksasi tangan fisioterapis menggerakkan cervical lebih jauh kearah
rotasi.
e. Tujuan : untuk menambah ROM rotasi dan menurunkan spasme otot.
3. Muscle Energy Technique Upper Trapezius
a. Posisi pasien : pasien tidur terlentang dengan lateral fleksi cervical sampai
titik keterbatasan ROM
b. Posisi fisioterapis : berdiri di depan kepala pasien
c. Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis menyilang dibawah
kepala pasien dan memfiksasi shoulder pasien, sedangkan tangan yang lain
menyanggah kepala dan memfiksasi dalam posisi lateral fleksi cervical.
d. Teknik Pelaksanaan : tangan fisioterapis menggerakkan shoulder pasien
kearah depresi sementara pasien berusaha menahan gerakan tersebut
sehingga terjadi kontraksi statik. Fase kontraksi dilakukan 2 – 3 kali
repetisi kemudian pasien diminta untuk relaks, pasca relaksasi tangan
fisioterapis menggerakkan shoulder kearah depresi.
e. Tujuan : untuk menurunkan tonus atau spasme otot upper trapezius.
4. Mobilisasi Sendi Upslope Glide
a. Posisi pasien : pasien tidur terlentang dengan rotasi dan lateral fleksi
berlawanan, dan sedikit extensi cervical
b. Posisi fisioterapis : berdiri di depan kepala pasien
c. Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis (jari telunjuk)
diletakkan pada segmen facet joint yang terganggu dan tangan lainnya
merangkul kepala dan dagu pasien.
d. Teknik Pelaksanaan : tangan fisioterapis menggerakkan facet joint kearah
ventrocranial (kearah mata) sebanyak 6 kali repetisi dengan 2 set latihan.
e. Tujuan : melepaskan blocked facet joint dan menambah ROM
5. Mobilisasi/Manipulasi Upper thoracal
a. Posisi pasien : tidur tengkurap dengan lateral fleksi dan rotasi cervical
yang berlawanan
b. Posisi fisioterapis : berdiri di depan kepala pasien
c. Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis (sisi ulnar tangan)
diletakkan pada facet joint sisi ipsilateral dari rotasi cervical dan tangan
lainnya memfiksasi sisi lateral kepala pasien.
d. Teknik Pelaksanaan : sisi ulnar tangan pada facet joint melakukan pressure
kearah ventrolateral sebanyak 6 kali kemudian diakhiri dengan thrust
manipulasi, sedangkan tangan lain fisioterapis memfiksasi kepala pasien
e. Tujuan : mengurangi nyeri dan menambah ROM
6. Thrust Manipulation
a. Posisi pasien : pasien tidur terlentang dengan rotasi dan lateral fleksi
berlawanan, dan sedikit extensi cervical.
b. Posisi fisioterapis : berdiri di depan kepala pasien
c. Peletakan tangan fisioterapis : satu tangan fisioterapis (jari telunjuk)
diletakkan pada segmen facet joint yang terganggu dan tangan lainnya
merangkul kepala dan dagu pasien
d. Teknik Pelaksanaan : tangan fisioterapis menggerakkan facet joint kearah
ventrocranial (kearah mata) dengan kecepatan tinggi – amplitudo kecil
(thrust manipulation)
e. Tujuan : melepaskan blocked facet joint dan menambah ROM
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan sesaat setelah intervensi untuk mengetahui perubahan
intensitas nyeri dan perbaikan ROM cervical terutama extensi, rotasi dan
lateral fleksi cervical.
MODUL TERAPI MANUAL
OLEH :
TAHUN 2017