PENATALAKSANAAN
FISIOTERAPI PADA
PO ST
R OM
SY ND
E
P OK 3
KE LOM
Muhammad Yazid Syukrillah (021911001)
Dimas Dwi Novianto (021911007)
Carolline (021911011)
Putri Amanah (021911015)
Amalina Erfarani (021911023)
Rama Bayu Rahmawan (021911024)
Annisa Yudith Tiara (021911029)
M. Dafa Rainoto (021911035)
Putri Dea Oktaviani (021911036)
Muhammad Amin (021911041)
Aurora Rezki Amelia Prasad (021911048)
DEFINISI
Sejumlah besar pasien penyakit coronavirus SARS-CoV-2
(COVID-19) terus memiliki gejala terkait COVID-19 setelah fase akut
penyakit. Kondisi pasca-COVID ini terkadang disebut ‘Post-COVID
Syndrome’, ‘Long COVID’ atau ‘Post-Acute COVID-19.
OTOT-OTOT PERNAFASAN
Bronckhus : Cabang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trachea ada dua
buah yang terdapat pada ketinggian
vertebrata torakolis ke IV dan
V,mempunyai struktur serupa dengan
trchea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama, bronchus kanan lebih pendek dan
lebih besar daripada bronchus kiri.
Paru- Paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung- gelembung (alveoli). Gelembung
alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel.
FISIOLOGI
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam tubuh terdapat tiga
tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi (Guyton, 1997)
Etiologi dan patofisiologis gejala Long COVID masih belum diketahui. Hipotesis awal
meliputi: persistensi virus, respons imun hiperaktif yang berkelanjutan, disfungsi
metabolisme seluler, auto-antibodi, disfungsi neurologis, neuroimunologi, peradangan
neurologis, dan gangguan organ termasuk gangguan jantung. Konsekuensi jangka
pendek dan jangka panjang muskuloskeletal dari COVID-19 juga termasuk. Diperlukan
lebih banyak penelitian untuk memahami mekanisme di mana Long COVID
berkembang.
TANDA & GEJALA
Selain beberapa gejala di samping, seseorang
Berikut ini adalah beberapa gejala
yang terkena post-acute COVID-19 syndrome
post-acute COVID-19 syndrome yang
juga lebih berisiko mengalami beberapa
dapat muncul:
masalah kesehatan lain, seperti:
Batuk
Gangguan pernapasan, misalnya radang
Demam
paru-paru atau pneumonia
Mudah lelah atau lemas
Penyakit kardiovaskular, seperti miokarditis
Kurang nafsu makan
dan gagal jantung
Nyeri otot
Peradangan pada beberapa organ atau
Saki tenggorokan
jaringan tubuh
Nyeri dada
Gangguan kesehatan mental, termasuk
Sakit kepala
depresi dan gangguan cemas
Ruam kulit
Gangguan saraf, misalnya sindrom Guillain-
Gangguan pencernaan, misalnya
Barre
sakit perut dan mual
Gangguan fungsi hati dan ginjal
Gangguan fungsi indra penciuman
Gangguan pembekuan darah
(anosmia atau hiposmia)
Limfadenopati
Gangguan metabolisme
COVID-19
Dalam hal prognosis sindrom
pasca-COVID, di luar gejala yang Diagnostic case
berkepanjangan, data yang
dipublikasikan menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien
dengan sindrom pasca-COVID
memiliki prognosis yang baik
tanpa komplikasi lebih lanjut atau
hasil fatal yang dilaporkan.
PROGNOSIS
Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)
Konfirmasi diagnosis COVID-19 umumnya ditentukan dengan deteksi sekuens unik virus RNA pada
NAAT. Gen virus yang dicari umumnya adalah gen N, E, S dan RdRO. Real-time reverse-transcription
polymerase chain reaction (RT-PCR) merupakan salah satu contoh NAAT yang dapat melakukan sequencing
asam nukleat virus RNA. Jenis sampel untuk pemeriksaan NAAT dapat berasal dari traktus respiratorius
bawah, seperti sputum, aspirasi, dan lavage; atau traktus respiratorius atas, seperti usap nasofaring,
orofaring, atau aspirasi nasofaring wash/nasofaringeal.
Assesmen
I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)
Nama Jelas : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 30 Tahun
Alamat : JL. Jl. Cempaka 3, Jakarta
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan swasta
Tanggal masuk RS : 08 Februari 2021
Tanggal Pengkajian : 11 Februari 2021
Diagnosis Medik : Pneumonia et causa Post Covid 19
II. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)
Keluhan Utama
Assesmen
Pasien mengatakan sesak napas
RPD
Riwayat Covid-19 : (+)
III. PEMERIKSAAN (O)
Assesmen
A. Pemeriksaan Umum
Tensi: Suhu: 37 °C
120/80 mmHg (sebelum aktivitas) SpO2: 87%
130/90 (sesudah aktivitas)
B. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Assesmen
Statis :
Keadaan pasien composmentis
GCS (E4V6M5)
Wajah terlihat pucat, gelisah, lemas, sesak nafas.
Pernafasan cuping hidung
Bentuk dada simetri
Irama nafas terarur
Pola nafas dipsnea
Perkusi
Tidak ada pembesaran hepar, lien, dan ginjal. Batas Jantung : Batas
atas : ICS ke 3 linea parasternal kanan sampai ICS ke 3 linea parasternal
kiri, bawah : ICS ke 5 linea parasternal kanan sampai ICS ke 5 linea
axilaris anterior kiri, kanan : ICS 3 sampai 5, kiri : ICS Ke 3 sampai ICS Ke
5 anterior kiri.
Penilaian derajat sesak menggunakan Borg Scale
Hasil: 5
Assesmen
Pemeriksaan Nyeri dengan VAS
Hasil:
Nyeri Diam :0
Nyeri Tekan : 4 (Severe)
Planning
IV. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-Scan
Tes darah
Bronkoskopi
Kultur Cairan Pleura
V. 1. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS
Anatomical Impairment
Adanya rasa cepat lelah, sesak nafas dan batuk disertai sputum
Planning
(dahak) akibat gejala yang berlanjut dari virus Covid 19 hingga diduga mengalami
peradangan berupa pneumonia.
Activity limitation
Kegiatan sehari-hari pasien terganggu, sulit tidur dan badan
lemas saat melakukan aktivitas.
Participation Restricted
Pasien memiliki keterbatasan dalam pekerjaan.
2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Diagnosis fisioterapi dari hasil pemeriksaan dan pengukuran diatas adalah
adanya gejala post covid 19 berupa dyspnea, mudah lelah, batuk disertai
sputum karna adanya infiltrat pneumonia di paru-paru dan spasme dada pada
otot M. Upper Trapesiuz
VI. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P)
Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik
Diagnosa
Pemeriksaan Foto Thorax
Hasil : Tgl. 08/01/21
Kesan : Pneumonia sinistra lobussuperior segment apical posterior.
Tujuan
Intervensi
Fisioterapi sputum,
Dipsnea
menurun, Pola
nafas
membaik
2. Latihan aerobik F: 4-6 kali Meningkatkan
seminggu ketahanan dan
I: intensitas kekuatan
rendah sistem
T: 8 –12 menit pernafasan
3. MASSAGE Tapotement F: 2x/minggu Untuk
I: Toleransi mengurangi
Pasien spasme pada
T: 15-30x otot upper
repitisi trapesiuz .
4 Nebulizer F: 2 x sehari Mengencerkan
I: - sputum agar
T: 5 x 15 menit mudah keluar
: 10 menit
5. EXERCISE Stretching F: 2x/minggu Untuk
Active I: Penguluran penguluran
Maksimal otot dan
T: 8 x repetisi meningkatkan
fleksibilitas
otot.
Postural F: 2x/minggu mengelurakan
drainage I: Penguluran sputum dari
Maksimal paru
T: 8 x repetisi
Uraian Tindakan Fisioterapi
Intervensi
Coughing
Langkah-langkah berikut akan membantu Anda batuk lebih baik dengan jumlah energi
paling sedikit
1. Duduk.
2. Tarik napas dalam-dalam perlahan sampai paru-paru Anda hampir penuh.
3. Cobalah tahan napas dalam selama 2 hingga 3 detik.
4. Batuk 2 kali dengan mulut sedikit terbuka. Batuk pertama mengendurkan lendir. Batuk
kedua memindahkannya ke tenggorokan Anda.
5. Menarik nafas dengan lembut
6. Buang lendir ke dalam tissue atau pot dahak. Ingatlah untuk memeriksa warnanya.
7. Istirahat.
8. Cuci tangan Anda.
9. Lakukan ini dengan latihan pernapasan Anda, setidaknya di pagi hari, dan sebelum Anda
tidur.
Latihan aerobik
Intervensi
Latihan Pernafasan
Intervensi
Tujuannya :
Memindahkan udara tidak terpakai dan karbon dioksida keluar dari paru-paru
Memindahkan udara segar dan oksigen ke paru-paru
Membantu mengontrol sesak napas saat istirahat dan dengan aktivitas
Membantu menghilangkan lendir dari paru-paru Anda
Intervensi
-Terapi suportif untuk mengelola sesak nafas :
-Menjaga ruangan tetap dingin
-Menjaga ruangan dengan sirkulasi yang baik
-Relaksasi
-Breathing technique (pursed lip breathing)
-Posisioning/change position
-sitting upright --- meningkatkan puncak ventilasi dan mengurangi obstruksi jalan nafas
-Leaning forward --- meningkatkan ventilatory capacity
-Breathing retraining --- mengontrol pernafasan dan meningkatkan kekuatan otot pernafasan
VII. EVALUASI
Evaluasi
Problematik
No. Terapi ke-1 Terapi ke-2
Fisioterapi
2. Penilaian derajat 5 4
sesak menggunakan
Borg Scale
ii. Jadwal Evaluasi Ke Dokter
Setelah 6 kali terapi.
THANK YOU