Anda di halaman 1dari 30

PRESENTASI KASUS

PENATALAKSANAAN
FISIOTERAPI PADA

PO ST
R OM
SY ND
E
P OK 3
KE LOM
Muhammad Yazid Syukrillah (021911001)
Dimas Dwi Novianto (021911007)
Carolline (021911011)
Putri Amanah (021911015)
Amalina Erfarani (021911023)
Rama Bayu Rahmawan (021911024)
Annisa Yudith Tiara (021911029)
M. Dafa Rainoto (021911035)
Putri Dea Oktaviani (021911036)
Muhammad Amin (021911041)
Aurora Rezki Amelia Prasad (021911048)
DEFINISI
Sejumlah besar pasien penyakit coronavirus SARS-CoV-2
(COVID-19) terus memiliki gejala terkait COVID-19 setelah fase akut
penyakit. Kondisi pasca-COVID ini terkadang disebut ‘Post-COVID
Syndrome’, ‘Long COVID’ atau ‘Post-Acute COVID-19.

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)


merupakan penyakit imun tubuh menular yang pertama kali
ditemukan di Wuhan, China pada akhir Desember 2019, hingga kini
menjadi wabah baru bagi dunia. Penyakit ini disebarkan oleh virus
Corona, virus tipe baru di dunia yang menular ke manusia. Meskipun
sebagian besar menyerang lansia, akan tetapi virus ini sebenarnya
dapat menyerang siapa saja direntan usia yang tak terbatas.
1. Infeksi COVID-19 akut dengan tanda dan Content Content Content Content
gejala COVID-19 hingga 4 minggu.
2. Gejala COVID-19 yang sedang berlangsung
dengan tanda dan gejala COVID-19 dari 4
minggu hingga 12 minggu.
3. Konsekuensi jangka panjang dari COVID-19 Long Covid telah didefinisikan sebelumnya
yang biasanya muncul dengan kumpulan oleh The National Institute for Health and Care
gejala, seringkali tumpang tindih, yang dapat Excellence (NICE), Scottish Intercollegiate
berfluktuasi dan berubah dari waktu ke waktu Guidelines Network, dan Royal College of
dan dapat memengaruhi sistem apa pun General Practitioners, sebagai adanya tanda
dalam tubuh selama lebih dari 12 minggu. dan gejala yang berkembang selama atau
setelah infeksi yang konsisten dengan COVID
-19 yang berlanjut selama 12 minggu atau lebih
dan tidak dijelaskan oleh diagnosis alternatif. Ini
termasuk gejala COVID-19 yang sedang
Klasifikasi Covid 19 berlangsung (dari 4 hingga 12 minggu) dan
"Sindrom Pasca-COVID" (12 minggu atau
lebih).
ANATOMI
ANATOMI

Laring : Pangkal Tenggorokan


Hidung/naso : Nasal Merupakan saluran udara dan bertindak
Merupakan saluran udara yang sebagai pembentukan atau penghasil
pertama, mempunyai 2 lubang suara yang diapaki berbicara dan
(kavumrasi) dipisahkan oleh sekat bernyanyi, terletak didepan dibagian
hidung (septum naso), terdapat bulu- faring sampai ketinggian vertebrata
bulu yang berguna untuk menyaring servikalis dan masuk kedalam trachea
udara, debu, dan kotoran yang masuk dan tulang-tulang bawah yang berfungsi
kedalam lubang hidung pada waktu kita menelan makan dan
menutup laring.
Faring
Merupakan tempat persimpanan antara jalan makan, Trackhea : Batang Tenggorokan
yang berbentuk seperti pipa yang memiliki otot,
memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai Batang tenggorokan kira-kira panjangnya 9 cm,
dengan osofagus. Letaknya didasar tengkorak trachea tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
ruas tulang belakang jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran disebelah
belakang trackhea
ANATOMI

OTOT-OTOT PERNAFASAN
Bronckhus : Cabang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trachea ada dua
buah yang terdapat pada ketinggian
vertebrata torakolis ke IV dan
V,mempunyai struktur serupa dengan
trchea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama, bronchus kanan lebih pendek dan
lebih besar daripada bronchus kiri.

Paru- Paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung- gelembung (alveoli). Gelembung
alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel.
FISIOLOGI
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam tubuh terdapat tiga
tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi (Guyton, 1997)

a. Ventilasi b. Difusi Gas c. Transportasi gas


Proses ini merupakan proses Merupakan pertukaran antara Merupakan transportasi antara O2
keluar masuknya oksigen dari oksigen alveoli dengan kapiler kapiler kejaringan tubuh dan CO2
atmosfer kedalam alveoli atau paru dan CO2kapiler dan alveoli. jaringan tubuh kapiler. Proses
alveoli ke atmosfer, dalam proses Dalam proses pertukaran ini transportasi, O2akan berkaitan dengan
ventilasi ini terdapat beberapa terdapat beberapa faktor yang Hb membentuk oksihemoglobin, dan
hal yang mempengaruhi dapat mempengaruhi, diantaranya larutan dalam plasma. Kemudian pada
diantaranya adalah perbedaan pertama luasnya permukaan paru. transportasi CO2 akan berkaitan
tekanan antar atmosfer dengan Kedua, tebal membrane respirase/ dengan Hb membentuk
paru, semakin tinggi tempat permeabilitas yang terdiri dari karbohemoglobin dan larut dalam
maka tekanan udara semakin epitel alveoli dan intestinal plasma, kemudian sebagaian menjadi
rendah. keduanya. HCO3 (Hidayat, 2006)
ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI
Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus Corona 2019 (yang
disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi COVID-19 didasarkan pada pemahaman
sifat fisikokimia dari penemuan virus corona sebelumnya. Dari penelitian lanjutan, edisi
kedua pedoman tersebut menambahkan “coronavirus tidak dapat dinonaktifkan secara
efektif oleh chlorhexidine”, juga kemudian definisi baru ditambahkan dalam edisi
keempat, “nCov-19 adalah genus b, dengan envelope, bentuk bulat dan sering
berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm.

Etiologi dan patofisiologis gejala Long COVID masih belum diketahui. Hipotesis awal
meliputi: persistensi virus, respons imun hiperaktif yang berkelanjutan, disfungsi
metabolisme seluler, auto-antibodi, disfungsi neurologis, neuroimunologi, peradangan
neurologis, dan gangguan organ termasuk gangguan jantung. Konsekuensi jangka
pendek dan jangka panjang muskuloskeletal dari COVID-19 juga termasuk. Diperlukan
lebih banyak penelitian untuk memahami mekanisme di mana Long COVID
berkembang.
TANDA & GEJALA
Selain beberapa gejala di samping, seseorang
Berikut ini adalah beberapa gejala
yang terkena post-acute COVID-19 syndrome
post-acute COVID-19 syndrome yang
juga lebih berisiko mengalami beberapa
dapat muncul:
masalah kesehatan lain, seperti:
 Batuk
 Gangguan pernapasan, misalnya radang
 Demam
 paru-paru atau pneumonia
Mudah lelah atau lemas
 Penyakit kardiovaskular, seperti miokarditis
 Kurang nafsu makan
 dan gagal jantung
Nyeri otot
 Peradangan pada beberapa organ atau
 Saki tenggorokan
 jaringan tubuh
Nyeri dada
 Gangguan kesehatan mental, termasuk
 Sakit kepala
 depresi dan gangguan cemas
Ruam kulit
 Gangguan saraf, misalnya sindrom Guillain-
 Gangguan pencernaan, misalnya
Barre
sakit perut dan mual
 Gangguan fungsi hati dan ginjal
 Gangguan fungsi indra penciuman
 Gangguan pembekuan darah
(anosmia atau hiposmia)
 Limfadenopati
 Gangguan metabolisme
COVID-19
Dalam hal prognosis sindrom
pasca-COVID, di luar gejala yang Diagnostic case
berkepanjangan, data yang
dipublikasikan menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien
dengan sindrom pasca-COVID
memiliki prognosis yang baik
tanpa komplikasi lebih lanjut atau
hasil fatal yang dilaporkan.

PROGNOSIS
Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)

Konfirmasi diagnosis COVID-19 umumnya ditentukan dengan deteksi sekuens unik virus RNA pada
NAAT. Gen virus yang dicari umumnya adalah gen N, E, S dan RdRO. Real-time reverse-transcription
polymerase chain reaction (RT-PCR) merupakan salah satu contoh NAAT yang dapat melakukan sequencing
asam nukleat virus RNA. Jenis sampel untuk pemeriksaan NAAT dapat berasal dari traktus respiratorius
bawah, seperti sputum, aspirasi, dan lavage; atau traktus respiratorius atas, seperti usap nasofaring,
orofaring, atau aspirasi nasofaring wash/nasofaringeal.

Sampel yang berasal dari Untuk menegakkan


feses, darah, urine, atau bagian diagnosis, pengambilan sampel
otopsi pasien juga dapat usap tenggorok untuk
digunakan apabila tidak terdapat pemeriksaan RT-PCR dilakukan
pilihan lain. Umumnya, hasil pada hari pertama dan kedua.
pada traktus respiratorius bawah Apabila hasil RT-PCR hari
memiliki jumlah virus dan fraksi pertama positif, maka
genom yang lebih besar pemeriksaan di hari kedua tidak
daripada traktus respiratorius perlu dilakukan. Pada keadaan
atas. Pemeriksaan dilakukan berat atau kritis, pemeriksaan
saat awal dan dapat diulang RT-PCR follow-up dapat
guna mengevaluasi dilakukan 10 hari setelah
progresivitas penyakit atau pengambilan usap dengan hasil
keberhasilan terapi. yang positif.
PROSES
FISIOTERAPI
Formulir Fisioterapi

Assesmen
I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)
 
Nama Jelas : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 30 Tahun
Alamat : JL. Jl. Cempaka 3, Jakarta
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan swasta
Tanggal masuk RS : 08 Februari 2021
Tanggal Pengkajian : 11 Februari 2021
Diagnosis Medik : Pneumonia et causa Post Covid 19
II. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)
 
Keluhan Utama

Assesmen
Pasien mengatakan sesak napas

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan sesak napas dan lemas. Pasien mulai merasa tidak
enak badan sejak seminggu yang lalu sebelum masuk RS. Pasien merasa
dadanya terasa sesak, kepala pusing, dan tidak bisa mencium aroma.

Pasien mengatakan biasanya sakit batuk disertai spuktum (dahak), dan


sembuh setelah minum obat. Pasien mengatakan badannya lemas. Mudah
lelah saat beraktivitas dan nafasnya terasa sesak. Pasien mengatakan sulit
tidur karena sesak nafas dan pusing. Tidur dalam sehari 8 jam. Dan sering
terbangun.
Assesmen
RPK
Riwayat tekanan darah tinggi : (-)
Riwayat diabetes mellitus : (-)

RPD
Riwayat Covid-19 : (+)
III. PEMERIKSAAN (O)
 

Assesmen
A. Pemeriksaan Umum

Cara Datang: Mandiri Nadi: 96 kali per menit

Kesadaran: Sadar (kompos mentis) RR: 24 kali per menit

Koperatif/Tidak Koperatif: Koperatif Status Gizi:


BB: 60 kg
TB: 1,72 m
BMI: 20,3 (Normal)

Tensi: Suhu: 37 °C
120/80 mmHg (sebelum aktivitas) SpO2: 87%
130/90 (sesudah aktivitas)
B. Pemeriksaan Khusus

 Inspeksi

Assesmen
 Statis :
 Keadaan pasien composmentis
 GCS (E4V6M5)
 Wajah terlihat pucat, gelisah, lemas, sesak nafas.
 Pernafasan cuping hidung
 Bentuk dada simetri
 Irama nafas terarur
 Pola nafas dipsnea

 Dinamis : Pasien terlihat memegang dadanya saat


melakukan inhalasi dan ekshalasi.
 
 Palpasi:
 Denyut nadi teraba kuat dan cepat
 Spasme pada otot m. Upper trapesiuz (+)
Assesmen
 Auskultasi
Terdengar bunyi ronchi

 Perkusi
Tidak ada pembesaran hepar, lien, dan ginjal. Batas Jantung : Batas
atas : ICS ke 3 linea parasternal kanan sampai ICS ke 3 linea parasternal
kiri, bawah : ICS ke 5 linea parasternal kanan sampai ICS ke 5 linea
axilaris anterior kiri, kanan : ICS 3 sampai 5, kiri : ICS Ke 3 sampai ICS Ke
5 anterior kiri.

 
 Penilaian derajat sesak menggunakan Borg Scale
Hasil: 5

Assesmen
 Pemeriksaan Nyeri dengan VAS

Hasil:
Nyeri Diam :0
Nyeri Tekan : 4 (Severe)
Planning
IV. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
 CT-Scan
 Tes darah
 Bronkoskopi
 Kultur Cairan Pleura
 
V. 1. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS
 Anatomical Impairment
Adanya rasa cepat lelah, sesak nafas dan batuk disertai sputum

Planning
(dahak) akibat gejala yang berlanjut dari virus Covid 19 hingga diduga mengalami
peradangan berupa pneumonia.

 Activity limitation
Kegiatan sehari-hari pasien terganggu, sulit tidur dan badan
lemas saat melakukan aktivitas.

 Participation Restricted
Pasien memiliki keterbatasan dalam pekerjaan.

2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
  Diagnosis fisioterapi dari hasil pemeriksaan dan pengukuran diatas adalah
adanya gejala post covid 19 berupa dyspnea, mudah lelah, batuk disertai
sputum karna adanya infiltrat pneumonia di paru-paru dan spasme dada pada
otot M. Upper Trapesiuz
VI. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P)
 
 Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik

Diagnosa
Pemeriksaan Foto Thorax
Hasil : Tgl. 08/01/21
Kesan : Pneumonia sinistra lobussuperior segment apical posterior.

 Tujuan

 Tujuan jangka pendek


Mengurangi sesak nafas (dyspnea)
Mengurangi intensitas batuk dan Menghilangkan sputum (dahak)
Mengurangi spasme pada otot pernapasan
Meningkatkan kekuatan dan ketahanan sistem pernafasan
 Tujuan jangka panjang
Mengembalikan fungsi ADL
Dapat melakukan pekerjaannya dengan lancar
NO Jenis Metode Dosis Keterangan
1. Latihan Batuk F: - Membersihkan
I: - jalan nafas,
 Metode Pemberian T: 5 x 15 menit mengurangi
produksi
: 10 menit

Intervensi
Fisioterapi sputum,
Dipsnea
menurun, Pola
nafas
membaik
2. Latihan aerobik F: 4-6 kali Meningkatkan
seminggu ketahanan dan
I: intensitas kekuatan
rendah sistem
T: 8 –12 menit pernafasan
3. MASSAGE Tapotement F: 2x/minggu Untuk
I: Toleransi mengurangi
Pasien spasme pada
T: 15-30x otot upper
repitisi trapesiuz .
4 Nebulizer F: 2 x sehari Mengencerkan
I: - sputum agar
T: 5 x 15 menit mudah keluar
: 10 menit
5. EXERCISE Stretching F: 2x/minggu Untuk
Active I: Penguluran penguluran
Maksimal otot dan
T: 8 x repetisi meningkatkan
fleksibilitas
otot.
Postural F: 2x/minggu mengelurakan
drainage I: Penguluran sputum dari
Maksimal paru
T: 8 x repetisi
 Uraian Tindakan Fisioterapi

(Program dan Edukasi di Rumah)

Intervensi
Coughing
Langkah-langkah berikut akan membantu Anda batuk lebih baik dengan jumlah energi
paling sedikit
1. Duduk.
2. Tarik napas dalam-dalam perlahan sampai paru-paru Anda hampir penuh.
3. Cobalah tahan napas dalam selama 2 hingga 3 detik.
4. Batuk 2 kali dengan mulut sedikit terbuka. Batuk pertama mengendurkan lendir. Batuk
kedua memindahkannya ke tenggorokan Anda.
5. Menarik nafas dengan lembut
6. Buang lendir ke dalam tissue atau pot dahak. Ingatlah untuk memeriksa warnanya.
7. Istirahat.
8. Cuci tangan Anda.
9. Lakukan ini dengan latihan pernapasan Anda, setidaknya di pagi hari, dan sebelum Anda
tidur.
 Latihan aerobik

Intervensi
Latihan Pernafasan

Intervensi
Tujuannya :
Memindahkan udara tidak terpakai dan karbon dioksida keluar dari paru-paru
Memindahkan udara segar dan oksigen ke paru-paru
Membantu mengontrol sesak napas saat istirahat dan dengan aktivitas
Membantu menghilangkan lendir dari paru-paru Anda

Pursed lip breathing (PLB)


Tarik napas perlahan melalui hidung Anda dan hitung - 1 dan 2.
 Kencangkan atau kerutkan bibir Anda seolah-olah Anda akan bersiul.
 Buang nafas dengan lembut melalui bibir yang mengerucut dan hitung
perlahan - 1 dan 2 dan 3 dan 4.
 Jangan memaksa udara keluar dari paru-paru Anda.
Ada beberapa cara untuk melakukan pernapasan jenis ini.
Fisioterapis akan membantu Anda menemukan cara terbaik untuk Anda.
Manajemen sesak nafas
-Sesak nafas parah dapat menyebabkan kecemasan dan akan menambah sesak lebih parah

Intervensi
-Terapi suportif untuk mengelola sesak nafas :
-Menjaga ruangan tetap dingin
-Menjaga ruangan dengan sirkulasi yang baik
-Relaksasi
-Breathing technique (pursed lip breathing)
-Posisioning/change position
-sitting upright --- meningkatkan puncak ventilasi dan mengurangi obstruksi jalan nafas
-Leaning forward --- meningkatkan ventilatory capacity
-Breathing retraining --- mengontrol pernafasan dan meningkatkan kekuatan otot pernafasan
VII. EVALUASI

i. Evaluasi Hasil Terapi

Evaluasi
Problematik
No. Terapi ke-1 Terapi ke-2
Fisioterapi

1. Nyeri Tes Nilai VAS Tes Nilai VAS

Nyeri Diam :0 Nyeri Diam :0

Nyeri Tekan :4 Nyeri Tekan :2

2. Penilaian derajat 5 4
sesak menggunakan
Borg Scale

3. Sputum Lendir dan banyak Berkurang


4. Spasme M. Upper Spasme Spasme berkurang
trapesiuz

 
ii. Jadwal Evaluasi Ke Dokter
Setelah 6 kali terapi. 
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai