Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE ( DBE ) TERHADAP

SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NAPAS PADA PASIEN POST


VENTILASI MEKANIK DI RS Dr. OEN SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
“ Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan “

Oleh :
Niken Sri Lestari
ST 172045

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019

1
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE ( DBE ) TERHADAP


SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NAPAS PADA PASIEN POST
VENTILASI MEKANIK DI RS Dr. OEN SURAKARTA

1
Niken Sri Lestari, 2 Wahyu Rima Agustin, 2 Nur Rakhmawati
1) Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
nikenlestari03@gmail.com
2) Dosen Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3) Dosen Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Abstrak

Gagal napas merupakan penyebab terbanyak perawatan di ruang intensif/ Intensive


Care Unit (ICU) rumah sakit dan menjadi penyebab mortalitas terbanyak serta meningkatkan
beban kesehatan nasional. Terdapat parameter yang dapat dipertimbangkan sebagai indikasi
penggunaan ventilasi mekanik antara lain, frekuensi pernafasan, volume tidal, kapasitas
vital, tekanan inspirasi maksimal, tekanan ekspirasi maksimal, dead space, PaCO2, PaO2,
pH dan saturasi Oksigen. DBE bermanfaat untuk memperbaiki pola pernapasan,
meningkatkan ekspansi paru-paru, kekuatan otot pernapasan, kapasitas fungsional residual
dan volume inspirasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Deep
Breathing Exercise (DBE) terhadap saturasi Oksigen dan frekuensi pernafasan pada pasien
post ventilasi mekanik di RS Dr. OEN Surakarta.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif menggunakan
rancangan penelitian quasi eksperiment dengan pre and post test with control group
design. Populasi pada penelitian ini adalah pasien post ventilasi mekanik di RS Dr.Oen
Surakarta yang berjumlah 24 Orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling. Analisa pada penelitian ini menggunakan uji
mann whitney.
Hasil uji mann whitney menunjukkan bahwa nilai p value 0,340 pada variabel SPO2
sehingga p value > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
kontrol dan perlakuan sedangkan pada variabel RR menunjukkan nilai p value 0,169
sehingga p value > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
kontrol dan perlakuan.
Kata Kunci : Deep breathing exercise, saturasi oksigen, frekuensi pernafasan,
post ventilasi mekanik
Daftar pustaka : 28 (2009-2017)

2
BACHELOR’S DEGREE PROGRAM IN NURSING
KUSUMA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES OF SURAKARTA
2019

THE EFFECT OF DEEP BREATHING EXERCISE (DBE) TO THE


OXYGEN SATURATION AND RESPIRATORYFREQUENCY ON
PATIENTS WITH POST VENTILATION MECHANICS AT Dr. OEN
SURAKARTA

1
Niken Sri Lestari, 2 Wahyu Rima Agustin, 3 Nur Rakhmawati

1) Student of Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta


nikenlestari03@gmail.com
2) Lecturer of Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta
3)Lecturer of Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta

Abstract

Respiratoryfailure is the most common cause of activity in hospital intensive care


(ICU), the leading cause of mortality, and increases the national health burden. There are
parameters that can be considered as an indication of the use of mechanical ventilation such
as respiratory frequency, tidal volume, vital capacity, maximal inspiration pressure, maximal
expiratory pressure, dead space, PaCO2, PaO2, pH, and oxygen saturation. Deep Breathing
Exercise (DBE) is useful for improving breathing patterns, increasing lung expansion,
respiratory muscle strength, residual functional capacity, and inspiration volume. The present
study aimed to identify the effect of Deep Breathing Exercise (DBE) to theoxygen saturation
and respiratory frequency on patients with postventilation mechanicsat Dr. OEN Surakarta.
The study utilized quantitative research using a quasi-experimental research design with
pre and posttest with control group design. The population was 24 post-mechanical
ventilating patients at Dr.Oen Surakarta Hospital. The Sampling technique was purposive
sampling. Mann Whitney test was used to analyze for this study.
The result of Mann Whitney's test showed p-value 0.340 in the SPO2 variable so p-
value> 0.05, it implied that there was no significant difference between the control and
treatment groups while the RR variable showed p-value of 0.169 so that the p-value> 0.05, it
inferred that there was no significant difference between the control and treatment groups.

Keywords: Deep Breathing Exercise, Oxygen Saturation, Respiratory Frequency, Post


Ventilation Mechanics
Bibliography: 28 (2009-2017)

3
I. PENDAHULUAN (PaCO2) lebih dari 45 mmHg
Penyakit infeksi yang (Rodrigo dan Castilo, 2015) .
merupakan penyebab utama Pasien gagal napas seringkali
kegagalan pernafasan di Indonesia memerlukan bantuan ventilasi untuk
meliputi ISPA, pneumonia, mempertahankan pertukaran gas,
tuberkulosis, hepatitis, diare, malaria. koreksi hipoksemia dan asidosis
Dimana infeksi saluran respiratorik terkait hiperkapnia,
pernafasan dan tuberkulosis termasuk menurunkan beban kerja otot napas,
5 besar penyebab kematian di menurunkan konsumsi Oksigen dan
Indonesia (Riskesdas. 2013). Secara memfasilitasi pemberian terapi
global pada tahun 2016 terdapat 10,4 tertentu. Ventilasi mekanik
juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – merupakan teknologi penunjang
12, juta) yang setara dengan 120 kehidupan yang merupakan
kasus per 100.000 penduduk. Lima komponen integral dalam perawatan
negara dengan insiden kasus tertinggi di ruang intensif. Ventilasi mekanik
yaitu India, Indonesia, China, dapat diaplikasikan sebagai tekanan
Philipina, dan Pakistan. Jumlah kasus negatif pada luar rongga thoraks atau
baru TB di Indonesia sebanyak yang paling sering sebagai tekanan
420.994 kasus pada tahun 2017 (data positif pada saluran nafas. Indikasi
per 17 Mei 2018). Kasus TB di Jawa utama dari ventilasi mekanik adalah
Tengah tahun 2017 sebesar 132,9 per untuk resusitasi akibat henti jantung,
100.000 penduduk, hal ini hipoventilasi dan apneu, gagal nafas
menunjukkan bahwa penemuan kasus dan hipoksemia akibat penyakit paru
TB di Jawa Tengah mengalami intrinsik, kegagalan mekanik dari
peningkatan dibandingkan tahun 2016 sistem respiratorik, pencegahan
yaitu 118 per 100.000 penduduk. Data komplikasi respiratorik dan
profil kesehatan Kota Surakarta 2014 menurunkan beban kerja otot saluran
di dapat (406,5 per 100.000 pernafasan (Roever dan Resende,
penduduk) menderita TB dan beresiko 2015).
terjadi gagal napas (Kementrian Terdapat parameter yang dapat
Kesehatan RI, 2018). dipertimbangkan sebagai indikasi
Gagal napas merupakan penggunaan ventilasi mekanik antara
penyebab terbanyak perawatan di lain, frekuensi pernafasan, volume
ruang intensif/ Intensive Care Unit tidal, kapasitas vital, tekanan inspirasi
(ICU) rumah sakit dan menjadi maksimal, tekanan ekspirasi
penyebab mortalitas terbanyak serta maksimal, dead space, PaCO2, PaO2,
meningkatkan beban kesehatan pH dan saturasi Oksigen (Lamb,
nasional. Gagal napas merupakan 2014). Penyapihan ventilasi mekanik
ketidakmampuan paru-paru untuk sebaiknya segera dilakukan saat
mempertahankan keseimbangan masalah gagal napas sudah tertangani.
homeostatik O2 dan CO2 pada tubuh Penyapihan ventilasi mekanik
dan ketidakmampuan paru-paru untuk menggambarkan periode transisi dari
menyediakan O2 yang adekuat serta pemberian dukungan ventilasi penuh
membuang CO2 dari tubuh. hingga mampu bernapas secara
Kegagalan pernapasan lebih lanjut spontan. Angka keberhasilan
lagi dapat didefinisikan sebagai nilai penyapihan sebesar 76,5%, 17,5%
tekanan Oksigen arterial (PaO2) gagal penyapihan dan 6% dilakukan
kurang dari 60 mmHg dan atau reintubasi (Lima, 2013).
tekanan karbondioksida arterial Pasien yang sulit dilakukan
penyapihan menggambarkan berbagai

4
masalah klinis. Pertama pasien meninggal dan 64 pasien mampu
tersebut cenderung memerlukan bernafas spontan post ventilasi
waktu rawat inap yang lebih panjang, mekanik. Berdasarkan latar belakang
pemasangan ventilasi mekanik yang dan belum adanya penelitian
berkepanjangan akan memberikan mengenai Deep Breathing Exercise
dampak negatif diantaranya terjadinya pada area perawatan intensif
Ventilator Associated Pneumonia khususnya perawatan paska ekstubasi
(VAP), cidera paru, infeksi ventilasi mekanik di rumah sakit di
nosokomial, hyponutrisi, sepsis, Surakarta, maka peneliti tertarik
kematian, hari perawatan meningkat, melakukan penelitian dengan judul:
dan peningkatan biaya rumah sakit, “Pengaruh Deep Breathing Exercise
oleh sebab itu diperlukan usaha yang (DBE) terhadap saturasi Oksigen dan
optimal untuk membantu proses frekuensi pernafasan pada pasien post
penyapihan dari ventilasi mekanik ventilasi mekanik di RS Dr. OEN
sehingga pasien dapat bernapas secara Surakarta.
spontan sedini mungkin (Hsu et al.,
2013) II. METODOLOGI PENENLITIAN
Deep Breathing Exercise Jenis penelitian ini yaitu
(DBE) merupakan latihan aktivitas penelitian kuantitatif. Jenis penelitian
paru dengan teknik pernapasan dalam ini adalah penelitin quasi eksperiment
dan batuk efektif yang bertujuan dengan pre and post test with control
untuk meningkatkan ventilasi group design. Populasi pada
Oksigen. DBE bermanfaat untuk penelitian ini adalah pasien post
memperbaiki pola pernapasan, ventilasi mekanik di RS Dr.Oen
meningkatkan ekspansi paru-paru, Surakarta yang berjumlah 24 Orang.
kekuatan otot pernapasan, kapasitas Teknik pengambilan sampel pada
fungsional residual dan volume penelitian ini mengunakan purposive
inspirasi (Priyanto et al., 2011). sampling. Jumlah sampel pada
Relaksasi napas dalam dapat penelitian ini adalah 24 orang. Skala
diberikan bagi pasien yang mengalami data variabel frekuensi pernafasan
gangguan paru-paru, seperti: chronic berbentuk ordinal sehingga
obstructive lung disease, pneumonia, menggunakan analisa Wilcoxon
atelektasis, dan acute respiratory sedangkan skala data saturasi oksigen
disease, penumpukan sekret pada berbentuk ratio tapi data tidak normal
saluran pernapasan dan sulit sehingga menggunakan uji Wilcoxon
dikeluarkan dan nyeri. Selain untuk serta uji beda antara kelompok kontrol
gangguan fisik, relaksasi napas dalam dan perlakuan menggunakan uji Mann
juga dapat digunakan untuk mengatasi Whitney.
gejala psikologis yang muncul,
seperti: kecemasan, stress, ketegangan III. HASIL DAN
dan kegelisahan serta prosedur PEMBAHASAN
rileksasi (Rusli, Muthiah, & Hasbiah, 1. Karakteristik Responden
2015). Tabel 1 Karakteristik responden
Berdasarkan data pasien di RS berdasarkan jenis kelamin (n:24)
Dr. OEN Surakarta selama 3 bulan, Jenis K P
dimulai dari bulan Oktober sampai kelamin f % f %
dengan bulan Desember 2018 Laki-laki 7 58,3 10 83.3
didapatkan data pasien gagal napas Perempu 5 41,7 2 16.7
dan mendapat terapi ventilasi mekanik an
sebanyak 256 pasien, 192 diantaranya Total 12 100 12 100

5
Karakteristik responden 30 40 tahun (80%) dan usia 20-30
berdasarkan jenis kelamin yang tahun (20%) (Sihotang et al, 2015).
paling banyak pada kelompok Peneliti menyimpulkan
kontrol adalah laki-laki sebanyak 7 bahwa gagal nafas sering dialami
orang (58,3%) sedangkan pada seseorang dengan usia yang
kelompok perlakuan yaitu laki-laki tua karena semua sistem
sebanyak 10 orang (83,3%). Hasil mengalami penurunan fungsi.
penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Herdiyanti, Tanti & Tabel 3 Karakteristik responden
Ningrum (2018) yang berdasarkan pekerjaan (n=24)
menunjukkan mayoritas responden Pekerjaa K P
berjenis kelamin laki-laki n f % f %
sebanyak 7 orang (70%). Hasil Buruh 1 8.3 0 0
Guru 2 16.7 1 8,3
penelitian ini sesuai dengan
IRT 1 8.3 1 8,3
penelitian Rondhianto, Kurniawati Pedagang 1 8.3 0 0
& Vidiany (2016) menunjukkan Pensiun 3 25.0 3 25
bahwa mayoritas responden Petani 1 8.3 2 16,7
berjenis kelamin laki-laki Sopir 2 16.7 2 16,7
Wirausaha 1 8.3 1 8,3
sebanyak 8 orang (80%). Swasta 0 0 2 16,7
Peneliti menyimpulkan Total 12 100 12 100
bahwa laki-laki lebih berisiko Karakteristik responden
mengalami penurunan saturasi berdasarkan pekerjaan yang paling
oksigen akibat faal pernfasan banyak pada kelompok kontrol
karena kebiasan merokok serta adalah pensiun sebanyak 3 orang
gaya hidup yang tidak sehat. (25%) sedangkan kelompok
perlakuan yaitu pensiun sebanyak
Tabel 2 Karakterstik 3 orang (25%). Jenis pekerjaan
responden berdasarkan umur akan berhubungan dengan tingkat
(n=24) aktivitas seseorang. Penurunan
Varia- K P aktivitas akan berdampak pada
bel
Mean SD Mean SD risiko terjadinya penurunan
Umur 58,58 13,3 62,50 9,5 saturasi oksigen karena
Karakteristik responden menurunnya suplai oksigen ke
berdasarkan umur pada kelompok seluruh tubuh akibat gangguan
kontrol menunjukkan mead 58,58 metabolisme sel (Kaumar et al,
dan standar deviasi 12,304 2015). Pembuluh darah didalam
sedangkan kelompok perlakuan tubuh akan berangsur – angsur
mean 62,50 dan standar deviasi menyempit dan faktor lain seperti
9,577. Hasil penelitian ini sesuai perbedaan fisik antara orang satu
dengan hasil penelitian Priyanto dengan yang lainnya berbeda. Oleh
(2010) yang menunjukkan rata-rata karena itulah, pada penelitian ini
usia responden adalah 55 dengan terlihat bahwa saturasi oksigen
stabdar deviasi 16,97.Berdasarkan tidak mempengaruhi aktivitas fisik
faktor usia didapatkan bahwa pada seseorang, karena didalam tubuh
kelompok usia 20-30 tahun dan tiap orang berbeda sistem
30-40 tahun terjadi penurunan peredaran darah dan fungsi
saturasi oksigen. Dimana nilai tubuhnya (Widyaningrum, 2012).
penurunannya terbanyak di atas Sedangkan Wibisono (2012) ada
90% terutama pada kelompok usia beberapa faktor yang
mempengaruhi saturasi oksigen,

6
antara lain: adanya perubahan orang (33,3%). Hasil penelitian
kadar Hb, sirkulasi darah yang Yuliansyah, Handayani &
buruk didalam tubuh, aktivitas Kurniawan (2016) menunjukkan
(menggigil/gerakan berlebihan), bahwa mayoritas penyakit CHF
ukuran jari yang terlalu besar menggunakan alat ventilasi
ataupun terlalu kecil, denyut nadi mekanik pada saat kondisi kritis.
terlalu kecil, memakai cat kuku Keluhan dipsnea atau sesak
yang terlalu gelap. Sehingga dari napas merupakan manifestasi
hasil yang diperoleh tersebut dapat kongesti pulmonalis sekunder dari
diambil kesimpulan bahwa usia kegagalan ventrikel kiri dalam
mempengaruhi aktivitas fisik pada melakukan kontraktilitas sehingga
seseorang, namun usia tidak selalu akan mengurangi curah sekuncup.
mempengaruhi saturasi oksigen Jika tekanan hidrostatik dari
pada masing – masing orang, anyaman kapiler paru-paru
karena ada banyak faktor lain yang melebihi tekanan onkotik vaskular,
berbeda antara orang satu dengan maka akan terjadi transudasi cairan
orang lainnya. ke dalam interstisial. Jika
Peneliti menyimpulkan kecepatan transudasi cairan
bahwa pensiuan akan membuat melebihi kecepatan drainase
seseorang mengalami penurunan limfatik, maka akan terjadi edema
aktivitas sehingga akan interstisial (Dharma, Oktavina, dan
menurunkan metabolisme sel Hanif, 2013). Peningkatan tekanan
sehingga terjadi penurunan suplai lebih lanjut dapat mengakibatkan
oksigen seluruh jaringan tubuh cairan merembes ke dalam alveoli
dan terjadilah edema paru-paru.
Tabel 4 Karakteristik responden Edema paru-paru menyebabkan
berdasarkan diagnosa medis (n:24) berkurangnya area untuk transpor
Diagnose K P normal oksigen dan
medis f % f % karbondioksida masuk dan keluar
AMI 1 8.3 1 8,3 dari darah dalam kapiler paru-paru.
Apneu 3 25 0 0 Salah satu dampak langsung dari
CHF 1 8.3 4 33,3 berkurangnya area transpor adalah
CRF 1 8.3 1 8,3 berkurangnya saturasi oksigen.
Pneumothorax 1 8.3 0 0 Ketika saturasi oksigen mengalami
PPOK 3 25 0 0 penurunan dibawah ambang batas
Syok 1 8.3 1 8,3 normal mengakibatkan penderita
hipovolemik mengalami keluhan seperti
Syok septic 1 8.3 0 0 sianosis, dipsnea hebat,
Hipo-kalemia 0 0 1 8,3 berkeringat (Muttaqin, 2009).
Pneumo-nia 0 0 2 16,7 Peneliti menyimpulkan
SVT 0 0 1 8,3 bahwa penyakit gagal jantung
VT 0 0 1 8,3 menjadi penyebab utama
Total 12 100 12 100 seseorang mengalami gangguan
pada penurunan saturasi oksigen
Karakteristik responden karena menurunnya jumlah
berdasarkan diagnosa medis yang haemoglobin yang berfungsi untuk
paling banyak pada kelompok mengikat oksigen dalam darah
kontrol adalah PPOK sebanyak 3 2. Distribusi saturasi oksigen dan
orang (25%) sedangkan kelompok frekuensi pernafasan pre test pada
perlakuan yaitu CHF sebanyak 4 kelompok kontrol.

7
Tabel 5. Distribusi saturasi oksigen 3. Distribusi saturasi oksigen dan
dan frekuensi pernafasan pre test frekuensi pernafasan post test pada
pada kelompok kontrol (n:24) kelompok kontrol.
Variabel Kontrol
f % Tabel 6. Distribusi saturasi oksigen
RR dan frekuensi pernafasan post test
Bradipnea 0 0 pada kelompok kontrol (n:24)
Normal 0 0 Variabel Kontrol
Tacypnea 12 100 f %
Total 12 100 RR
SP02 Mean SD Bradipnea 0 0
Saturasi 97,58 1,240 Normal 12 12
Distribusi saturasi oksigen Tacypnea 0 0
sebelum perlakuan pada Total 12 100
kelompok kontrol menunjukkan SP02 Mean SD
nilai mean 97,58 dengan standar Saturasi 99,33 0,492
deviasi 1,240 dan yang paling Distribusi saturasi oksigen
banyak frekuensi pernafasan setelah perlakuan pada kelompok
tacypnea sebanyak 12 orang kontrol menunjukkan nilai mean
(100%). Hasil penelitian ini 99,33 dengan standar deviasi 0,492
sesuai dengan hasil penelitian dan frekuensi pernafasan yang
Yuliansyah, Handayani & paling banyak adalah normal
Kurniawan (2016) menunjukkan sebanyak 12 orang (100%). Hasil
nilai rata-rata saturasi oksigen penelitian ini sesuai dengan hasil
adalah 97,60%. penelitian Yuliansyah, Handayani
Semakin lama & Kurniawan (2016) yang
menggunakan ventilasi mekanik, menunjukkan rata-rata saturasi
maka kompleksitas masalah pada pasien dengan ventilasi
keperawatan semakin banyak mekanik tidak mengalami
(Martin, et al, 2012). Resiko perubahan yang signifikan pada
terjadi atelektasis, penurunan kelompok kontrol yaitu 98,75%.
compliance paru, kelemahan dan Perubahan saturasi oksigen
kelelahan fisik serta infeksi pada pasien gagal jantung
seperti pneumonia dan sepsis. dipengaruhi oleh beberapa hal
Tuntutan terhadap kemampuan diantaranya adalah ventilasi,
fungsi paru secara mandiri perfusi dan hemoglobin. Pada
menjadi target keberhasilan penelitian ini relaksasi napas
perbaikan fungsi ventilasi dalam berfungsi untuk
oksigenasi paru lebih lanjut. meningkatkan ventilasi alveoli,
Risiko kegagalan pernafasan memelihara pertukaran gas,
berulang menjadi hal yang harus mencegah atelektasi paru dan
dicegah untuk menghindari klien membuat pasien menjadi relaks
jatuh kembali pada kondisi (Costanzo, 2014). Peningkatan
emergency dan membutuhkan ventilasi akan menambah kadar
reintubasi. Indikator fungsi dan tekanan oksigen dalam alveoli.
ventilasi oksigenasi paru dapat Hal ini dapat meningkatkan
diidentifikasi dari pola pengembangan alveoli dalam paru
pernafasan, kapasitas vital paru yang dapat menekan emboli
dan saturasi oksigen (Priyanto, sehingga dapat terjadi pertukaran
2010). gas dan oksigen dapat diperfusi
oleh jaringan (Priyanto, 2010)

8
4. Distribusi saturasi Oksigen dan sehingga mengalami
frekuensi pernafasan pasien post ketergantungan terhadap
ventilasi mekanik sebelum kemampuan ventilasi untuk
dilakukan Deep Breathing memberikan suplay terhadap
Exercise pada kelompok kebutuhan O2 jaringan
perlakuan. (Ignatavicius & Workman,
2016). Kemampuan ventilasi
Tabel 7. Distribusi saturasi didukung oleh compliance paru
Oksigen dan frekuensi dan kekuatan otot inspirator yang
pernafasan pasien post ventilasi adequate melalui deep breathing
mekanik sebelum dilakukan exercise (Anne, Pippin & Hill,
Deep Breathing Exercise pada 2016). Bagi klien post ventilasi
kelompok perlakuan (n : 24) mekanik perlu menerapkan
Variabel Perlakuan latihan khusus menyesuaikan
f % kondisi dan kemampuan toleransi
RR fisik yang masih lemah, sehingga
Bradipnea 0 0 penelitian ini menggunakan
Normal 3 25 modifikasi deep breathing
Tacypnea 9 75 exercise dari Westerdahl, et al
Total 12 100
(2015)
SP02 Mean SD
Saturasi 97,58 1,564
5. Distribusi saturasi Oksigen dan
frekuensi pernafasan pasien post
Distribusi saturasi oksigen
ventilasi mekanik sesudah
sebelum perlakuan pada
dilakukan Deep Breathing
kelompok perlakuan
Exercise pada kelompok
menunjukkan nilai mean 97,58
perlakuan.
dengan standar deviasi 1,564 dan
frekuensi pernafasan yang paling
Tabel 8. distribusi saturasi
banyak adalah tacypnea sebanyak
Oksigen dan frekuensi
9 orang (75%). Hasil penelitian
pernafasan pasien post ventilasi
ini sesuai dengan hasil penelitian
mekanik sesudah dilakukan Deep
Priyanto, Irawaty & Sabri (2011)
Breathing Exercise pada
yang menunjukkan mayoritas
kelompok perlakuan (n : 24)
pasien memiliki rata-rata saturasi
Variabel Perlakuan
oksigen 97 dengan frekuensi
f %
pernafasa paling banyak tacypnea RR
sebanyak 10 orang (76,9%). Bradipnea 0 0
Saturasi oksigen adalah Normal 10 83,3
persentase hemoglobin yang Tacypnea 2 16,8
disaturasi oksigen. Untuk Total 12 100
meningkatkan saturasi oksigen SP02 Mean SD
dapat dilakukan dengan Saturasi 99,92 0,289
meningkatkan kadar oksigen Distribusi saturasi oksigen
inspirasi, meningkatkan kadar setelah perlakuan pada kelompok
hemoglobin dan meningkatkan perlakuan menunjukkan nilai mean
ventilasi (Behrman, 2010). Klien 99,92 % dengan standar deviasi
post ventilasi mekanik 0,289 dan frekuensi pernafasan
membutuhkan kemampuan yang paling banyak yaitu normal
adaptasi terhadap fungsi sebanyak 10 orang (83,3%). Hasil
pernafasan setelah pada waktu penelitian Priyanto, Irawaty &
tertentu diistirahatkan fungsinya, Sabri (2011) menunjukkan rata-

9
rata saturasi oksigen setelah Tabel 9 perbedaan saturasi
pemberian deep breathing exercise Oksigen dan frekuensi
yaitu 99% dengan frekuensi pernafasan pada pasien post
pernafasan normal sebanyak 11 ventilasi mekanik antara
orang (84,6%). kelompok intervensi yang
Deep breathing exercise melakukan Deep Breathing
dapat meningkatkan ventilasi paru Exercise dengan kelompok
dan meningkatkan oksigenasi kontrol
darah. Latihan deep breathing Variab Kontrol Perlaku Uji
exercise untuk meningkatkan el (Wilcox an beda
ventilasi alveoli, memelihara on) (Wilcox (mann
pertukaran gas, mencegah on) whitn
ey)
atelektasi paru, meningkatkan
SPO2 0,003 0,004 0,340
efesiensi batuk, mengurangi stress
RR 0,002 0,003 0,169
baik stress fisik maupun emosional
Hasil uji Wilcoxon pada
yaitu menurunkan intensitas nyeri
kelompok kontrol menunjukkan
dan menurunkan kecemasan
nilai p value 0,003 pada variabel
(Smeltzer & Bare, 2012). Latihan
SPO2 dan p value 0,002 pada
deep breathing memperbaiki
variabel RR sehingga p value <
mekanisme ventilasi, perfusi paru,
0,05 maka ada perubahan yang
dan kesesuaian ventilasi-perfusi.
signifikan pada variabel SP02 dan
Kesesuaian ventilasi dan perfusi
RR saat sebelum dan sesudah
sangat penting untuk mencapai
perlakuan. Hasil ujian Wilcoxon
pertukaran oksigen dan
pada kelompok perlakuan
karbondioksida yang ideal
menunjukkan nilai p value 0,004
(Costanzo, 2014).
pada variabel SPO2 dan p value
Penelitian lain yang
0,003 pada variabel RR sehingga p
dilakukan oleh Shravya pada tahun
value < 0,05 maka ada perubahan
2013 menunjukkan bahwa
yang signifikan pada variabel
melakukan latihan deep breathing
SPO2 dan RR saat sebelum dan
selama sepuluh menit memiliki
sesudah perlakuan. Hasil uji mann
efek langsung terhadap
whitney menunjukkan bahwa nilai
peningkatan secara signifikan
p value 0,340 pada variabel SPO2
volume paru. Peningkatan volume
sehingga p value > 0,05 yang
paru akan menyebabkan
berarti tidak ada perbedaan yang
penurunan resistensi jalan napas
signifikan antara kelompok kontrol
sehingga aliran udara pernapasan
dan perlakuan sedangkan pada
akan meningkat.
variabel RR menunjukkan nilai p
6. Perbedaan saturasi Oksigen dan
value 0,169 sehingga p value >
frekuensi pernafasan pada pasien
0,05 yang berarti tidak ada
post ventilasi mekanik antara
perbedaan yang signifikan antara
kelompok intervensi yang
kelompok kontrol dan perlakuan.
melakukan Deep Breathing
Hasil penelitian Yuliansyah,
Exercise dengan kelompok
Handayani & Kurniawan (2016)
kontrol diberikan oksigenasi dan
menunjukkan bahwa pada
posisi head up 45o.
kelompok kontrol tidak terjadi
perubahan yang signifikan pada
saturasi oksigen sedangkan pada
kelompok perlakuan mengalami
peningkatan saturasi oksigen yang

10
signifikan dengan p value 0,003. gugus heme pada haemoglobin
Deep breathing exercise dapat (%saturasi) (Costanzo, 2014)
meningkatkan saturasi oksigen
pasien gagal jantung. Saturasi IV. SIMPULAN
oksigen yang optimal pada 1. Karakteristik responden
penderita gagal jantung sangat berdasarkan jenis kelamin yang
bermanfaat dalam proses paling banyak pada kelompok
metabolisme sel, karena pasien kontrol adalah laki-laki sebanyak
gagal jantung akan mengalami 7 orang (58,3%) sedangkan
penurunan kontraktilitas otot kelompok perlakuan yaitu laki-
jantung yang akan menyebabkan laki sebanyak 10 orang (83,3%),
menurunnya kecepatan transportasi umur pada kelompok kontrol
darah keseluruh jaringan tubuh menunjukkan mean 58,58
(Bilo, 2015). Tubuh manusia sedangkan kelompok perlakuan
membutuhkan energi yang mean 62,50, pekerjaan yang
dibentuk dari hasil metabolisme paling banyak pada kelompok
sari-sari makanan dan oksigen kontrol adalah pensiun sebanyak
yang diangkut oleh darah, apabila 3 orang (25%) sedangkan
pasien gagal jantung mengalami kelompok perlakuan yaitu
penurunan saturasi oksigen maka pensiun sebanyak 3 orang (25%),
akan semakin sedikit oksigen yang diagnose medis yang paling
akan dibuat untuk melakukan banyak pada kelompok kontrol
metabolisme dan kebutuhan sel-sel adalah PPOK sebanyak 3 orang
tubuh akan berkurang (Priyanto, (25%) sedangkan kelompok
2010). perlakuan yaitu CHF sebanyak 4
Penelitian lain yang orang (33,3%).
dilakukan oleh Sivakumar pada 2. Distribusi saturasi oksigen
tahun 2011 menyebutkan bahwa sebelum perlakuan pada
latihan deep breathing selama 2-5 kelompok kontrol menunjukkan
menit menyebabkan peningkatan nilai mean 97,58 dengan standar
yang signifikan pada fungsi faal deviasi 1,240 dan yang paling
paru sesaat setelah dilakukan, salah banyak frekuensi pernafasan
satu di antaranya adalah tacypnea sebanyak 12 orang
peningkatan volume tidal. (100%).
Peningkatan volume tidal 3. Distribusi saturasi oksigen
menyebabkan alveolus meregang setelah perlakuan pada kelompok
dan sel alveolar tipe II kontrol menunjukkan nilai mean
mensekresikan surfaktan yang 99,33 dengan standar deviasi
mengakibatkan penurunan 0,492 dan frekuensi pernafasan
tegangan permukaan alveolus yang paling banyak adalah
dengan mengganggu gaya normal sebanyak 12 orang
intermolekul antarmolekul cairan (100%).
(Bilo, 2012). Penurunan tegangan 4. Distribusi saturasi oksigen
permukaan ini mencegah sebelum perlakuan pada
kolapsnya alveoli yang berukuran kelompok perlakuan
kecil dan meningkatkan menunjukkan nilai mean 97,58
keteregangan paru. Sehingga lebih dengan standar deviasi 1,564 dan
banyak alveoli yang turut serta frekuensi pernafasan yang paling
dalam pertukaran gas dan lebih banyak adalah tacypnea sebanyak
banyak oksigen yang terikat pada 9 orang (75%).

11
5. Distribusi saturasi oksigen Behrman, Kliegman, & Arvin, N. 2010.
setelah perlakuan pada kelompok Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol 1
perlakuan menunjukkan nilai E/15. Jakarta: EGC.
mean 99,92 dengan standar Bilo, G., Revera, M., Bussotti, M.,
deviasi 0,289 dan frekuensi Bonacina, D.,Styczkiewicz, K.,
pernafasan yang paling banyak Caldara, G., .Lombardi,C. 2012.
yaitu normal sebanyak 10 orang Effects of slow deep breathing
(83,3%). athigh altitude on oxygen
6. Hasil uji Wilcoxon pada saturation, pulmonaryand systemic
kelompok kontrol menunjukkan hemodynamics. PLoS ONE,7(11),
nilai p value 0,003 pada variabel e49074.
SPO2 dan p value 0,002 pada Costanzo, L. S. 2014. Physiology Fifth
variabel RR sehingga p value < Edition. 5th ed. Philadelphia:
0,05 maka ada perubahan yang Elsevier Inc.
signifikan pada variabel SP02 Dharma, Kusuma Kelana.2011.
dan RR saat sebelum dan sesudah Metodologi Penelitian
perlakuan. Keperawatan : Panduan
7. Hasil ujian Wilcoxon pada Melaksanakan dan Menerapkan
kelompok perlakuan Hasil Penelitian.Jakarta :Trans
menunjukkan nilai p value 0,004 InfoMedia.
pada variabel SPO2 dan p value
0,003 pada variabel RR sehingga Dharma, Kusuma Kelana.2011.
p value < 0,05 maka ada Metodologi Penelitian
perubahan yang signifikan pada Keperawatan : Panduan
variabel SPO2 dan RR saat Melaksanakan dan Menerapkan
sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil Penelitian.Jakarta :Trans
8.Hasil uji mann whitney InfoMedia.
menunjukkan bahwa nilai p value Herdiyanti, S. N., Kesoema, T. A., &
0,340 pada variabel SPO2 Ningrum, F. H. 2018. Pengaruh
sehingga p value > 0,05 yang deep breathing akut terhadap
berarti tidak ada perbedaan yang saturasi oksigen dan frekuensi
signifikan antara kelompok pernapasan anak obesitas usia 7-12
kontrol dan perlakuan sedangkan tahun. Jurnal Edokteran
pada variabel RR menunjukkan Diponegoro,diakses pada tanggal
nilai p value 0,169 sehingga p 10 oktober 2018 7(2),
value > 0,05 yang berarti tidak http://ejournal3.undip.ac.id/index.p
ada perbedaan yang signifikan hp/medico ISSN Online : 2540-
antara kelompok kontrol dan 8844.
perlakuan. Hsu, Jiin-Chyr, Chen, Y., Chung, W.,
Tan, T., Chen, T., Chiang, J. 2013.
V. DAFTAR PUSTAKA Clinical Verification of A Clinical
Anne, T., Pippin, H., & Hill, S. 2009. Decision Support System for
Cough-deep breathing exercises. Ventilator Weaning. Biomedical
Diakses pada tanggal 18 oktober Engineering Online. Volume:
2018. 12.Pages: S4. London: BioMed
http://phicare.com/docs/clinical/B Central.
160pdf Kaumar, V., Abbas, A. K., & Sdan, F.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian N. 2015. Hypertensive Vascular
Suatu Pendekatan Praktik. Disease. Dalam: Robin and
Jakarta:Rineka Cipta Cotran PathologicBasis of

12
Disease, 7th edition. Philadelpia: RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar
Elsevier Saunders (RISKESDAS) 2013. Lap Nas
Kememenkes Ri. 2018. Riset 2013. 2013;1–384.
Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Rodrigo,L . 2015. Acute Respiratory
Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri. Failure: Pathophysiological Basis
Lamb, KD. 2015. Year in review 2014: From A Multidisciplinary clinical
mechanical ventlaton. Respir Approach. The Open Respiratory
Care 60: 606-608 Medicine Journal; 9(2): 81-82
Lima, E. J. S. antos. 2013. Respiratory Roever, L., Resende ES . 2015.
rate as a predictor of weaning Invasive Mechanical Ventlaton in
failure from mechanical Adults in
ventilation. Brazilian Journal of Emergency and Intensive Care: A
Anesthesiology (Elsevier), 63(1), Brief Review.Journal of Intensive
1–6. and Critical Care 1(1):1-4
Martin, A. D., Davenport, P. D., Rusli, H. M., Muthiah, S., & Hasbiah.
Franceschi, A. C., & Harman, E. 2015. Fisioterapi Respirasi.
2012. Use of inspiratory muscle Makassar: Departemen Fisioterapi
strength training to facilitate Universitas Hasanuddin.
ventilator weaning.diakses pada Shravya. 2013. Impact of obesity on
tsnggal 12 desember 2018. respiratory function.
http://chestjournal.chestpubs.org Respirology,diakses pada tanggal
/content/122/1/192. full.html. 11 november 2018.No 17, 43–49.
Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Sihotang, A.S., Pandia, P., & Sari, A.
Keperawatan Klien dengan Pengaruh Usia dan Faai Paru
Gangguan Sistem Kardiovaskular Terhadap Penurunan Saturasi
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Oksigen Di atas Ketinggian 8000
Medika. Kaki di Dalam Pesawat. Diakses
Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metode pada tanggal 12november 2018.
Penelitian Kesehatan Jakarta: Jurnal respirasi. Vol 35. 158-166
Rineka Cipta. Smeltzer, Suzane C., and Bare, Brenda
Priyanto, P., Irawaty, D., & Sabri, L. G., 2008. Buku Ajar Medikal
2011. Peningkatan Fungsi Bedah, Volume 2, Edisi 8. Jakarta:
Ventilasi Oksigenasi ParuPada Buku Kedokteran EGC.
Klien Pasca Ventilasi Mekanik Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
DenganDeep Breathing Exercise. Kuantitatif dan R dan D. Bandung:
Jurnal Keperawatan Indonesia, Alfabeta.
14(1), 23-30. Westerdahl, E., Lindmark, B., Eriksson,
Rondhianto, Kurniawati, D., & T.,Hedenstierna, G., & Tenling, A.
Vidiany, A. K. 2016. Batuk efektif 2005. Deepbreathing exercises
dan napas dalam untuk reduce atelectasis andimprove
menurunkan kolonisasi pulmonary function after
staphylococcus aureus dalam coronaryartery bypass surgery.
sekret pasien pasca operasi dengan Chest, 128(5), 3482-3488.
anastesi umum di RSUD Dr. Widyaningrum, S. (2012). Hubungan
Soebandi Jember.diakses pada Antara Konsumsi Makanan
tanggal 15 oktober 2018. dengan Kejadian Hipertensi pada
NurseLine Journal, 1(1), ISSN Lanjut Usia di UPT Pelayanan
2540-7937 Sosial Lanjut Usia Jember. Skripsi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.

13
Yuliansyah, D., Handayani, L. T., & in Heart Affairs of Dr. Soebandi
Kurniawan, H. (2016). The Effect Hospital in Jember. Skripsi,
of Deep Breath Relaxation to The Universitas Muhammadiyah
Improvement of Oxygen Jember.
Saturation of Heart Failure Patient

14

Anda mungkin juga menyukai