Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA KASUS TB


PARU DI RSI SAKINAH MOJOKERTO

KABUPATEN MOJOKERTO

Jihan Reza Fatwani.*, Ifa Roifah M.Kes** Lutfi Wahyuni, S.Kep.Ns.,


M.Kes***

ABSTRAK
Tuberculosis paru atau TB merupakan infeksius yang terutama menyerang parenkin
paru yang sering dialami masyarakat termasuk pasien di Rumah Sakit Islam Sakinah
Mojokerto. Penyakit parenkin paru disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis masuk
ke dalam jaringan paru melalui airbone infection yang biasanya mengenai saluran pernafasan
ditandai dengan demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan,
berkeringat malam, nyeri dada, dan batuk menetap. Tujuan dari penelitian ini untuk
memberikan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada kasus TB Paru. Peneliti membuat karya
tulis ilmiah dengan desain studi jenis deskriptif. Pemberian asuhan keperawatan pada dua
pasien yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada kasus TB paru dimulai
dari pengkajian, diagnose, perencanaan, tindakan dan evaluasi. Data penelitian ini diambil
dengan teknik wawancara dalam pengkajian, pemeriksaan fisik, observasi, dan pengumpulan
data dengan kriteria pasien laki-laki atau perempuan umur 15-35tahun mengeluh sesak nafas,
batuk dengan diagnose medis TB Paru. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
3x24jam didapatkan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien pertama teratasi
dengan batas normal (16-20x/menit), nadi dalam batas normal (60-100x/menit), tidak ada
perubahan pola nafas dan tidak sesak. Sedangkan pasien yang kedua meninggal dunia pada
hari ketiga dengan penyakit penyerta atau komplikasi diabetes militus. Keseluruhan
intervensi yang sudah dilakukan, pemberian terapi batuk efektif dan mengkonsumsi air
hangat adalah tindakan yang dapat mempercepat pengeluaran secret sehingga diharapkan
pada pelaksanaannya dilakukan dengan tepat dan benar sesuai dengan prosedur.

Kata Kunci: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, TB paru, Batuk


ABSTRACT
NURSING CARE WITH INFECTIVE PROBLEMS CLEAN
ROOT OF LIGHT IN THE LUNG TB CASE IN
SAKINAH MOJOKERTO
By: JIHAN REZA FATWANI

Pulmonary tuberculosis or TB is an infections disease which mainly affects lung


disease that is often experienced by the community, including patients at the RSI Sakinah
Mojokerto. Lung disease caused by bacillus Mycobacterium tuberculosis into lung tissue via
airbone infection which usually affects the respiratory tract is characterized by low levels of
fever, anorexia fatigue, wheigt loss, night sweats, chest pain and persistent cough. The
purpose of this study is to provide a real picture of the implementation of nursing care in
patient with problems with the implementation of nursing care in patients with problems with
the ineffectiveness of airway clearance in cases of pulmonary TB. Researchers make
scientific papers with descriptive study design types. The provision of nursing care for two
patients who experience ineffective airway clearance in cases of pulmonary TB starts with
assessment, diagnosis, planning, action and evaluation. This study was taken by interviewing
technique in the assessment, physical examination, observation, and data collection, with the
criteria of male or female patients age 15-35 years complaining of shortness of breath,
coughing with medical diagnosis of pulmonary TB. After 3x24hours of nursing care, it was
found that the ineffectiveness of the breathing route in the first patients was overcome with
normal limits (16-20x/minute). Pulse in the nominal range (60-100x/minute), there are no
change in breath pattern and no congestion. Whereas the second patient died on the third day
with Diabetes Meilitus complications. The entire interventions that has been done, the
provision of effective cough therapy and consuming warm water is an action that can
accelerate secret expenditure so that it is expected to be carried out correctly and correctly in
accordance with data procedures.
Keyword : ineffectiveness of airway clearance, lung, cough
PENDAHULUAN Laporan WHO tahun 2004 menyebabkan
Tuberculosis paru atau TB merupakan bahwa jumlah terbesar kematian akibat
infeksius yang terutama menyerang penyakit ini di Asia tenggara yaitu 625.000
parenkin paru disebabkan oleh basil
orang atau angka mortalitas sebesar 39
Mycobacterium tuberculosis masuk ke
dalam jaringan paru melalui airbone orang per 100.000 penduduk. Indonesia
infection. Pada penderita TB paru bakteri menduduki urutan ketiga setelah India dan
merusak daerah pada parenkin paru China dalam jumlah penderita TB paru di
menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi dunia. (WHO, 2012)
inflamasi sehingga sebagian besar pasien
TB paru menunjukkan demam tingkat Setelah dilakukan studi
rendah, keletihan, anoreksia, penurunan pendahuluan oleh peneliti dari rekam
berat badan, berkeringat malam, nyeri medik RSI Sakinah Mojokerto pada
dada, dan batuk menetap. Batuk yang
tanggal 15 April 2019 telah ditemukan
awalnya non produktif dapat berkembang
ke arah pembentukan sputum pasien yang menderita tuberkulosis paru
mukopurulen, obstruksi jalan nafas sebanyak 125 pasien diruang Sunan
disebabkan karena peningkatan produksi Walisongo dan hasil dari wawancara
sputum yang menimbulkan masalah dengan perawat ruangan pada bulan April
keperawatan ketidakefektifan bersihan 2019 diketahui pasien dengan diagnosa
jalan nafas (Andra & Yessie, 2013). Tuberkulosis Paru yaitu 2-5 orang
Jumlah penderita TB paru dari tahun
perbulan dengan diagnose terbanyak yaitu
ke tahun di Indonesia terus meningkat.
ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Data
Saat ini setiap menit muncul satu penderita
Rekam Medis RSI Sakinah Mojokerto)
TB paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal Dampak apabila masalah
akibat TB di Indonesia. Penyakit TB paru ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
dapat menyerang siapa saja dan dimana pasien TB paru tidak segera ditangani
saja. Setiap tahunnya, terdapat 250.000 sekresi sputum mukopurulen dengan
hemoptysis terjadi akumulasi bekuan
kasus baru TB dan sekitar 140.000
darah pada jalan nafas menyebabkan
kematian terjadi setiap tahunnya penyumbatan dapat mengganggu
disebabkan oleh TB paru. (Depkes, 2016) pertukaran gas sehingga terjadi asfiksia
yang menyebabkan kematian (Muttaqin,
Laporan WHO menyatakan bahwa 2008)
jumlah terbesar kasus tuberculosis paru Untuk mencegah terjadinya
(TB paru) terjadi di Asia tenggara yaitu penyumbatan jalan nafas penderita TB
33% dari seluruh kasus TB didunia, namun paru dan keluarga diajarkan untuk
bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat mengefektifkan kembali bersihan jalan
nafas pasien dijelaskan dan diajarkan
182 kasus per 100.000 penduduk.
tentang posisi terbaik untuk memudahkan
Diperkirakan angka kematian akibat TB drainase sekresi, anjurkan penggunaan
paru adalah 8000 setiap hari dan 2-3juta humidifier atau masker dengan
setiap tahun. kelembaban tinggi dapat membantu dalam
mengencerkan sekresi, berikan posisi semi
fowler/fowler, bantu pasien untuk batuk
dan latihan nafas dalam, pertahankan
masukan caira sedikitnya 2500 ml/hari
kecuali kontraindikasi (Muttaqin, 2008; Tabel 2 Riwayat Kesehatan partisipan Studi
Brunner & Suddart, 2008). Kasus ketidakefektifan bersihan jalan nafas
pada pasien TB Paru
METODE PENELITIAN
Penelitian studi kasus ini adalah studi Riwayat Partisipan 1 Partisipan 2
untuk mengeksplorasi masalah asuhan Penyakit
keperawatan dengan ketidakefektifan
Keluhan Klien mengatakan Klien
bersihan jalan nafas pada pasien TB Parudi
RSI Sakinah Kabupaten Mojokerto . utama batuk, lemas dan mengatakan
Dalam penelitian ini jenis penelitian sesak. batuk dan
yang digunakan adalah studi kasus. sesak
Penelitian studi kasus adalah rancangan
Riwayat Keluarga klien Klien
penelitian yang mencakup pengkajian satu
unit penelitian secara intensif misalnya penyakit mengatakan klien mengatakan
satu klien,keluarga, kelompok, komunitas sekarang batuk selama kurang sudah
atau institusi. (Nursalam,2016). lebih 2bulan dan mengalami
sudah melakukan Tuberkulosis
HASIL PENELITIAN
1. Pengkajian pengobatan di Paru selama
puskesmas, lalu 3hari 1tahun lebih
Tabel 1 Pengkajian data umum partisipan
sebelum dibawa ke dan sudah
Studi Kasus ketidakefektifan bersihan jalan
nafas pada pasien TB Paru RS klien mengalami menjalani
sesak nafas lalu pengobatan
Identitas
Partisipan 1 Partisipan 2 dibawa ke RSUD Dr. 6bulan di
Klien
Nama Ny. U Ny. S Wahidin Sudiro puskesmas.
Umur 52 tahun 56 tahun Husodo Mojokerto Lalu beberapa
Jenis Perempuan Perempuan oleh keluarganya. hari sebelum
kelamin Jawa Jawa
Saat dilakukan dibawa ke RS
Suku/Bangsa Islam Islam
Agama SMK SMK pengkajian keadaan klien
Pendidikan swasta Ibu rumah klien lemah, pasien mengalami
Pekerjaan Jl. K.H tangga terlihat batuk dan sesak nafas,
Alamat Mansyur 40 Balongrawe
susah untuk dan dibawa ke
baru
Tgl. MRS 25 Juni 2019 mengeluaran dahak. RS oleh
Tgl. 26 Juni 2019 24 Juni 2019 Suara serak, sesak. keluarganya.
pengkajian Tuberkulosis 26 Juni 2019 Terdapat suara nafas Saat dilakukan
Diagnosa Paru Tuberkulosis
tambahan yaitu pengkajian
Medis 796437 Paru+
No. Rekam Diabetes ronkhi, RR klien batuk
Medis Meilitus 23x/menit. Terpasang terus menerus,
799121 O2 nasal 3 LPM. sesak dan
mengeluh
dahaknya
susah keluar,
RR 25x/menit,
terdapat suara
nafas system: bentuk dada bentuk dada
tambahan B1 simetris, simetris
(Breathing pernafasan Pasien dalam
yaitu ronkhi.
) dangkal jika posisi semi
Terpasang O2
telentang. fowler,
nasal 3 LPM. Palpasi : terpasang O2
vokal nasal 3lpm.
fremitus Palpasi :
normal vokal
Perkusi : fremitus
sonor normal
Auskultasi : Perkusi :
terdengar sonor
suara Auskultasi:
tambahan terdengar
Riwayat Klien mengatakan Klien sudah (ronchi kiri) suara nafas
penyakit baru mengerti menderita (ronchi kanan
dahulu penyakitnya 2 bulan Tuberkulosis kiri)
sebelum masuk ke paru sejak
RSI Sakinah tahun 2018, 2. Diagnosa Keperawatan
Mojokerto.. dan sudah Tabel 4 Diagnosa keperawatan partisipan
Studi Kasus ketidakefektifan bersihan jalan
menjalani nafas pada pasien TB Paru
pengobatan di
Pasien 1:
puskesmas Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
selama 6 bulan dengan pembentukan sputum berlebih / akumulasi
secret berlebih di tandai dengan pasien mengatakan
tetapi klien susah mengeluarkan dahak
tidak patuh Pasien 2 :
dalam Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan pembentukan sputum berlebih / akumulasi
mengkonsumsi secret berlebih di tandai dengan pasien mengatakan
obat OAT susah mengeluarkan dahak.

Tabel 3 Observasi dan Pemeriksaan Fisik


partisipan Studi Kasus Hipertermia dengan PEMBAHASAN
Demam typhoid di RSI Sakinah Mojokerto 1.1 Pengkajian
Hasil pengkajian dari study kasus ini
Pemeriksa Klien 1 klien 2 dilakukan dengan cara pengambilan pada 2
an fisik partisipan yaitu Ny. U dan Ny. S.
Keadaan Cukup Cukup Berdasarkan dari hasil pengkajian klien 1
umum berusia 52 tahun dan klien 2 berusia 56
Kesadaran Composmentis Composmentis tahun. Dari hasil study kasus klien 1 atas
GCS 4-5-6 4-5-6 nama Ny. U memiliki keluhan utama batuk
TTV berdahak, lemas, nafsu makan berkurang
TD 100/80 Mmhg 110/70 Mmhg
dan sesak, dari riwayat kesehatan sekarang
Nadi 93x/mnt 85x/menit
klien mengalami keluhan batuk terus
Suhu menerus selama 2 bulan yang lalu, klien
37,5° c 37,3° c
RR 23x/menit 25x/menit sudah menderita Tuberkulosis Paru sejak
Body Inpeksi: Inspeksi : 2bulan yang. Partisipan 2 atas namaNy. S
memiliki keluhan utama batuk berdahak
dan sesak,menderita Tuberkulosis paru yaitu berikan posisi pasien semi
sejak tahun 2018dan patuh minum obat fowler/fowler, bantu pasien untuk latihan
OAT dan sembuh, namun di tahun 2019 nafas dalam,berikan uap nebulizer,
kambuh kembali. berikan minum air hangat dan
Menurut Andra & Yessie (2013) mempertahankan intake cairan minimal
gejala respiratorik pada klien dengan 2500 ml/hari, beri terapi clupping, ajarkan
Tuberkulosis Paru adalah batuk berdahak, batuk efektif, observasi frekuensi
batuk darah dan nyeri dada.Pada gejala pernafasan, catat kemampuan untuk
sistemik klien mengalami demam dan mengeluarkan sputum, karakter, jumlah
penurunan nafsu makan (anoreksia).Selain dan adanya hemoptysis.
itu penyebab pasien kambuh bisa
dipengaruhi dari beberapa faktor resiko 1.4 Tindakan Keperawatan
Tuberkulosis Paru yaitu mereka yang
kontak dekat dengan seseorang yang Perencanaan keperawatan serta
mempunyai Tuberkulosis Paru aktif, tindakan keperawatan dilaksanakan
individu imunosupresif (termasuk lansia, bertujuan agar masalah keperawatan yang
pasien dengan kanker, mereka yang dalam dialami klien 1 dan klien 2 dapat teratasi.
terapi kortikosteroid atau mereka yang Dari jangka waktu yang telah ditentukan
terinfeksi dengan HIV) serta individu selama 3x24 jam diharapkan
tanpa perawatan kesehatan yang adekuat. ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Menurut peneliti gejala yang kembali efektif. Pada kasus yang dialami
disebutkan dalam teori dengan pengkajian oleh klien 1 dan klien 2, semua tindakan
yang dilakukan kepada kedua partisipan telah dilakukan.Menurut (Amin & Hardhi,
yaitu sama, namun berat ringannya infeksi 2015) tindakan keperawatan yang telah
bakteri tuberculosis yang pada kedua dilakukan yaitu Memberikan pasien posisi
partisipan berbeda dipengaruhi oleh daya semi fowler, Membantu pasien latihan
tahan tubuh klien, berat ringannya infeksi nafas dalam,Memberikan uap nebulizer
kuman tuberculosis yang masuk, serta dengan ventolin 2,5 mg,Memberikan
lamanya klien menderita tuberculosis paru. pasien minum air hangat dan
mempertahankan intake cairan minima
2500 ml/hari, memberi terapi clupping,
1.2 Diagnosa Keperawatan mengajarkan batuk efektif, Mengobservasi
Berdasarkan studi kasus, Diagnosa frekuensi pernafasan, irama pernafasan,
keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 suara nafas tambahan, Mencatat
sama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan kemampuan untuk mengeluarkan sputum,
nafas pada kasus Tuberculosis Paru. Mencatat karakter, jumlah sputum, dan
adanya hemoptysis
Menurut peneliti diagnosa
keperawatan yang ditegakkan sudah sesuai 1.5 Evaluasi
dengan teori dan fakta yang ada yaitu Dari hasil study kasus di dapatkan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada hasil evaluasi pada klien 1 dan 2. Setelah
tuberculosis paru karena pada pasien 1 dan dilakukan tindakan keperawatan selama
2 terdapat tanda dan gejala diagnose 3x24 jam pada klien 1 Ny. A
tersebut. ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi dan saat melakukan
1.3 Rencana Tindakan Keperawatan intervensi hari kedua pasien meninggal
Rencana keperawatan dalam dunia. Sedangkan pada klien Ny. S
pengkajian sudah sesuai dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas sudah
keperawatan yang muncul pada klien 1 teratasi hal ini di buktian dari kriteria hasil
dan klien 2 sehingga disini ada kesesuaian yang sudah tercapai yaitu klien
dari intervensi pada klien 1 dengan klien 2
mengatakan dahak sudah banyak keluar, minum air hangat, memberikan pasien
mulai enteng, tidak batuk, tidak sesak, dari terapi cleaping, mengajarkan batuk efektif,
hasil pemeriksaan secara objektif tidak ada mengobservasi frekuensi pernafasan,
suara tambahan ronkhi, serta frekuensi irama pernafasan, suara nafas tambahan,
pernafasan 18x/menit. mencatat kemampuan untuk mengeluarkan
Menurut peneliti terdapat kesenjangan sputum, mencatat karakter, jumlah sputum,
dari kasus diatas, kedua klien sama-sama dan adanya hemoptysis. Implementasi
diberikan tindakan keperawatan yang sama dilakukan selama 3 hari. Evaluasi dari
tetapi dengan respon yang berbeda. Hal itu masalah yang dialami klien 1 dengan
dapat terjadi karena banyak faktor, tindakan keperawatan meliputi
beberapa faktor yang dapat ditinjau untuk memberikan pasien posisi semi fowler,
dijadikan penyebab adalah karena pada membantu pasien latihan nafas dalam,
klien 1 atas nama Ny. U sebelumnya memberikan uap nebulizer dengan
memiliki riwayat penyakit HIVsedangkan ventolin 2,5 mg,memberikan pasien
pada klien Ny. S telah sembuh dari minum air hangat, memberikan pasien
Tuberkulosis Paru namun kambuh ditahun terapi cleaping,mengajarkan batuk efektif,
2019 dikarenakan pasien tidak patuh mengobservasi frekuensi pernafasan,
minum obat program OAT.Menurut irama pernafasan, suara nafas tambahan,
peneliti efektivitas dari pemberian mencatat kemampuan untuk mengeluarkan
tindakan juga bergantung dari semangat sputum, mencatat karakter, jumlah sputum,
klien untuk sembuh, serta sangat dan adanya hemoptysis teratasi sebagian
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh klien dikarenakan riwayat Tuberkulosis paru
dan berat ringannya infeksi kuman yang lebih lama dan dalam pengobatan
tuberculosis yang masuk. rawat jalan tidak patuh dan memilih putus
obat. Sedangkan pada klien 2 dengan
KESIMPULAN pemberian tindakan keperawatan yang
Dari hasil pengkajian gejala klinis pada sama dapat teratasi sesuai rencana yang
pasien dengan Tuberkulosis Paru telah ditetapkan.
didapatkan keluhan batuk dan sesak
Diagnosa keperawatan yang ada diteori SARAN
dapat ditemukan pada kasus nyata yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan pembentukan sputum 1) Bagi Responden
berlebihan/akumulasi sekret di saluran Bagi partisipan 1 diharapkan dapat
nafas. Intervensi keperawatan yang memiliki motivasi untuk sembuh sehingga
diberikan pada klien 1 Ny. A dan klien 2 pengobatan yang diberikan dapat
Ny. S tidak ada perbedaan yaitu berikan maksimal, sedangkan untuk partisipan 2
posisi pasien semi fowler/fowler, bantu meningkatkan pemahaman terhadap hal-
pasien untuk latihan nafas dalam, berikan hal yang harus diperhatikan selama
uap nebulizer,berikan minum air pengobatan.
hangat,berikan terapi cleaping,ajarkan
batuk efektif, observasi frekuensi 2) Bagi Rumah Sakit
pernafasan, catat kemampuan untuk
mengeluarkan sputum, karakter, jumlah Rumah sakit harus mempertimbangkan
dan adanya hemoptysis Implementasi pada hasil penelitian yang telah dilakukan untuk
kasus Tuberkulosis Paru sudah dilakukan di manfaatkan dalam meningkatkan SOP
yaitu memberikan pasien posisi semi yang ada di rumah sakit
fowler, membantu pasien latihan nafas
dalam, memberikan uap nebulizer dengan
ventolin 2,5 mg, memberikan pasien
3) Bagi Perawat PENELITIAN ILMU
Di harapkan petugas kesehatan dapat KEPERAWATAN Pendekatan
memberikan penanganan yang cepat dan Praktis. Jakarta: Salemba Medika.
tepat pada pasien Tuberkulosis Paru
dengan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas agar pasien dapat bernafas dengan Kemenkes RI. 2017. Tuberkulosis
maksimal dengan cara awal bantu pasien Temukan Obati Sampai Sembuh.
untuk latihan nafas dalam.
Kemenkes (2013). Riset Kesehatan Dasar.
DAFTAR PUSTAKA Patricia, P. A., & Anne, P. G. (2010).
Fundamental of nursing fundamental
Amin, HN & Hardhi, K 2016, Aplikasi keperawatan buku 2 edisi 7. (H.
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Yayuk, Ed.). Jakarta: Salemba
Diagnosa Medis & Nanda NIC- Medika.
NOC, jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
Priscilla, L & Karen, M 2015, Buku Ajar
Amin, HN & Hardhi, K 2015, Aplikasi
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
5. Jakarta : EGC
Diagnosa Medis & Nanda NIC-
NOC, jilid 3. Jogjakarta : Mediaction PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia
Andra, SW & Yessie, MP 2013,
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st
Keperawatan Medical Bedah.
ed.). Jakarta Selatan: Dewan
Yogyakarta : Nuha Medika
Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Dwi Binarti. (2018). Pedoman Praktik Nasional Indonesia.
Klinik Keperawatan III Keperawatan
Medikal Bedah Dan Gadar. Somantri, Irman. 2008. Keperawatan
Mojokerto. Medikal Bedah Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan
Judith, W. M., PhD, ARNP, & RN. Gangguan Sistem Pernapasan.
(2016). Diagnosis Keperawatan Jakarta : Salemba Medika
Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC,
Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar
Hasil NOC (Pearson Nursing
Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcomes) T, H. H., & Shigemi, K. (n.d.). Diagnosis
Edisi 10. (N. Praptiani Wuri, S.Kep, Keperawatan Definisi & Klasifikasi
Ed.). Jakarta: Penerbit Buku 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: Buku
Kedokteran. Kedokteran EGC.
Mutaqqin, Arif. 2008. Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan
Pernapasan. Jakarta : Salemba
Medika
Nursalam. (2013). METODOLOGI
PENELITIAN ILMU
KEPERAWATAN Pendekatan
Praktis. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). METODOLOGI

Anda mungkin juga menyukai