Edy Siswantoro
Program Studi Ilmu Keperawatan,
Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto
Email : edy.aryaboy@gmail.com
edy.aryaboy@gmail.com
ABSTRAK
Sesak nafas pada tuberculosis paru akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru. Gejala ini
ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas. Oleh karena itu ditemukan
cara untuk mengurangi sesak nafas, salah satunya dengan aroma terapi daun mint
dengan inhalasi sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap penurunan sesak
nafas pada pasien tuberculosis paru di Puskesmas Sooko-Mojokerto.
Desain penelitian ini menggunakan Pre Eksperimental dengan pendekatan
Pretest-Posttest Control Group Design.
Design . Sampel yang diambil sebanyak 16
responden dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, dengan tehnik simple random sampling . Instrumen yang
digunakan lembar observasi sesak nafas ( American
American Thoracic Society ).). Variabel
independen adalah
independen adalah aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana dan Variabel
dependen adalah
dependen adalah sesak nafas. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon
Wilcoxon dan Mann
Whitney U .
Hasil penelitian dari uji Wilcoxon
Wilcoxon di peroleh data p value
value 0,008 < 0,05 yang
artinya ada pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas dan pada hasil uji Mann Whitney U menunjukkan p value value
0,006 < 0,05 yang berarti ada beda antara nilai skala sesak nafas kelompok kontrol
tanpa diberikan aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana.
Melihat hasil penelitian ini maka aroma terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana dapat dijadikan sebagai terapi nonfarmakologi untuk mengurangi gejala
klinis dari tuberculosis yaitu sesak nafas.
Halaman | 49
Tuberculosis
satu penyakit infeksiparu merupakan
penyebab salah
morbidity
dan respiratorik
nafas, nyerimeliputi
dada. batuk,
Gejalabatuk darah,
sistemik sesak
meliputi
mortality di seluruh dunia, namun setiap demam, malaise, berat badan turun
Negara berbeda angka insidennya. TB paru (Wahid&Suprapto, 2013).2013). Sesak nafas
menjadi salah satu target dalam pencapaian disebabkan pada penyakit TB paru yang
Millennium Development Goals Goals (MDGs). sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
Target yang ingin dicapai adalah mengurangi setengah bagian paru-paru. Sesak nafas yang
separuh prevalensi TB dan kematian akibat merupakan ketidakmampuan untuk
TB pada tahun 2015. World Health membersihkan sekresi atau obstruksi dan
Organization (WHO) melaporkan dalam
Organization saluran napas untuk mempertahankan
Global Tuberculosis
Tuberculosis Report (2011) terdapat bersihan jalan napas (Wahid&Suprapto,
perbaikan bermakna dalam pengendalian TB 2013).. Maka dampak yang akan ditimbulkan
2013)
dengan menurunnya angka penemuan kasus pada pasien tuberculosis paru yang
dan angka kematian akibat TB dalam dua mempunyai gejala klinis sesak nafas yaitu
dekade terakhir ini. Diperkirakan pada tahun luasnya kerusakan parenkim paru bila sesak
2011 insiden kasus TB mencapai 8,7 juta nafas tidak segera ditangani.
ditangani.
(termasuk 1,1 juta dengan koinfeksi HIV) dan Salah satu gejala Tuberculosis Paru
990 ribu orang meninggal karena TB. Pada yang memiliki kemiripan dengan penyakit lain
tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta yaitu sesak nafas. Upaya untuk mengurangi
Halaman | 50
gejala klinis sesak nafas pada pasien ini sebanyak 17 orang. Setelah disesuaikan
Tuberculosis Paru selain menggunakan obat- dengan kriteria penelitian, didapatkan
obatan medis dapat pula menggunakan obat- populasi terjangkau berjumlah 16 orang.
obatan non medis. Salah satu cara yang Sampel penelitian adalah 16 orang yang akan
dapat mengurangi sesak nafas yaitu dengan diteliti atau jumlah karakteristik yang dimiliki
memberikan aroma terapi daun mint dengan oleh populasi. Kemudian dari 16 orang dibagi
inhalasi sederhana atau metode pengupan. menjadi 2 yaitu 8 responden sebagai
Kandungan penting yang terdapat didaun mint kelompok perlakuan dan 8 responden
adalah menthol (dekongestan alami). Daun sebagai kelompok kontrol. Tehnik
mint mempunyai kandungan minyak essensial pengambilan sampel penelitian ini dilakukan
menthol dan menthone. Pada daun dan secara Simple random sampling.
ujung-ujung cabang tanaman mint yang Pengambilan data pretest dilakukan
sedang berbunga mengandung 1% minyak dengan melakukan observasi satu per satu
atsiri, 78% mentol bebas, 2% mentol kelompok (perlakuan dan kontrol) dengan
tercampur ester, dan sisanya resin, tannin, menggunakan pengukuran skala sesak nafas
asam cuka (Tjitrosoepomo, 2010). Oleh pada pasien tuberculosis paru sebelum
karena itu diperlukan health education, diberikan intervensi dengan menggunakan
demontrasi dan memberikan asuhan alat ukur sesak nafas. Pengambilan data
keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru posttest yang dilakukan pada kelompok
agar menganjurkan untuk menggunakan perlakuan dan kelompok kontrol, untuk
aroma terapi daun mint dengan inhalasi mengetahui perbedaan setelah dilakukan
sederhana untuk mengurangi sesak nafas perlakuan dan untuk mengetahui seberapa
sebagai modifikasi terapi nonfarmakologis. besar pengaruh aroma terapi daun mint
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang dengan inhalasi sederhana terhadap
diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penurunan sesak nafas pada pasien
penelitian tentang Pengaruh aroma terapi tuberculosis paru di Puskesmas Sooko,
daun mint dengan inhalasi sederhana Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
terhadap penurunan sesak nafas pada pasien Selama pemberian aroma terapi daun mint
Tuberculosis Paru di Puskesmas Sooko- dengan inhalasi sederhana responden tetap
Mojokerto. Tujuan dari penelitian ini adalah diperkenankan mengkonsumsi obat anti
untuk menganalisis pengaruh perubahan tuberculosis. Setelah itu peneliti mencatat
penurunan sesak nafas pada pasien kembali hasil sesak nafas dari gejala klinis
tuberculosis paru yang diberikan aroma terapi tuberculosis paru pada kelompok perlakuan
daun mint dengan inhalasi sederhana dan dan kelompok kontrol dalam lembar observasi
yang tidak diberikan aroma terapi daun mint sesak nafas dan dilakukan penyelesaian.
dengan inhalasi sederhana pada kelompok Instrumen yang digunakan dalam
perlakuan dan kelompok kontrol di pengumpulan data variabel dependen
Puskesmas Sooko, Kecamatan Sooko, penurunan sesak nafas adalah lembar
Halaman | 51
HASIL PENELITIAN
Analisis Pengaruh Perubahan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Aroma Terapi Daun Mint
Dengan Inhalasi Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Tuberculosis
Tuberculosis Paru.
Tabel 1 Analisis Pengaruh Perubahan Sebelum dan Sesudah Diberikan Aroma Terapi Daun
Mint Dengan Inhalasi Sederhana Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Tuberculosis
Paru Kelompok Eksperimen di Puskesmas Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Tabel 2 Analisis Pengaruh Perubahan Sebelum dan Sesudah Diberikan Aroma Terapi Daun
Mint Dengan Inhalasi Sederhhana Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien
Tuberculosis
Mojokerto. Paru Kelompok Kontrol di Puskesmas Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pengaruh aroma terapi daun mint
dengan inhalasi sederhana terhadap penurunan sesak nafas pada pasien tuberculosis paru
pada kelompok eksperimen terlihat bahwa signifikan sebesar p-value
p- value 0,008 < (α) 0,05,
0,05, maka
maka
Hₒ ditolak dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh signifikan penurunan nilai skala sesak
nafas pada kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test pada kelompok kontrol didapatkan
bahwa tingkat signifikansi sebesar p-value
p-value 0,317 > (α) 0,05, maka Hₒ diterima dan H1 ditolak
artinya tidak terdapat pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien tuberculosis paru pada kelompok kontrol antara pretest
dan posttest. Maka berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test pada kelompok
eksperimen ada pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien tuberculosis
t uberculosis paru.
Analisis kedua menggunakan dilakukan dengan Uji Mann Whitney U untuk mengetahui
besarnya perbedaan nilai skala sesak nafas pada saat pre test maupun post test pada
Halaman | 52
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis data menggunakan tehnik Uji Mann
Whitney U pada saat sebelum diberikan perlakuan ( pretest ) pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada tabel 1 terlihat bahwa signifikan sebesar p-value p- value 0,317 > (α) 0,05,
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada saat pretest antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol sebelum intervensi.
Hasil analisis data menggunakan tehnik Uji Mann Whitney U pada
pada saat setelah diberikan
perlakuan (posttest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan tabel dapat
di lihat bahwa nilai signifikansi sebesar p-value 0,006 < (α) ( α) 0,05, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan pada kedua kelompok setelah dilakukan intervensi maka pengaruh aroma terapi
daun dengan inhalasi sederhana efektif menurunkan nilai skala sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru.
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen Pretest
kelompok eksperimen menunjukkan dari sebelumnya ada 5 responden mengalami sesak nafas
dengan derajat berat, sebagian kecil sebanyak 3 responden mengalami nilai skala sesak nafas
dengan derajat sangat berat. Kemudian setelah diberikan aroma terapi daun mint dengan
inhalasi sederhana terdapat 4 responden sesak nafas dengan derajat ringan, 3 responden
sesak nafas dengan derajat sedang dan 1 responden sesak nafas dengan derajat berat.
Sedangkan pada kelompok kontrol pada saat pre
saat pre test menujukkan
menujukkan terdapat 3 responden sesak
nafas dengan derajat sedang, 2 responden sesak nafas dengan derajat berat dan 3 responden
dengan derajat sangat berat kemudian pada post test terdapat 2 responden sesak nafas
dengan derajat sedang, 4 responden sesak nafas dengan derajat berat dan 2 responden sesak
nafas dengan derajat sangat berat.
Halaman | 53
Halaman | 54
aa a |5
Guenther. 2006. The Essential Oils. De Van Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi
Tak sonomi
Nostrad Co Inc New York Tumbuhan Obat-obatan.
Obat-obatan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Handari Tanti, 2014. Terapi Top Herbal untuk
Ragam Penyakit.Yogyakarta
Penyakit.Yogyakarta : Dafa Wong, C. (2008). How to do a euclyptus
Publishing steam inhalation. 18th, June, 2013.
http://www.google.co.id/m?hl=id&q=http
NANDA (The Association).
Diagnosis North American
Association) . (2012). Nursing
Nursing %3A%2F%2Fwww.ncbi.nlm.nihgov%2F
pmc%2Farticles%2FPMC1472796%2F
diagnostik: prinsip dan clasification
2012-2014. Phladelphia USA
USA WHO Global Report. (2011). Global
Tuberculosis Control. WHO Library
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan Cataloguing-in
Cataloguing-in Publication Data.
metodologi penelitian keperawatan.
keperawatan.
Jakarta Wahid, Suprapto, I. 2013.
2013. Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Respirasi. Jakarta Timur : CV. Trans
Respirasi.
Patofisiologis konsep klinis proses- Info Media.
proses penyakit. Edisi 6 volume 2.
Jakarta: EGC Yessi, Andra, S . 2013. Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa Teori Dan
Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika.