Anda di halaman 1dari 10

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHASAN BANTEN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCOLUSIS

Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah

Dosen: Ela Susilawati S.kp., M.kep.

Nama Mahasisa : Budi Wantini

Jl. Rawabuntu No.10BSD City –Serpong 15318

Telp: (021) 75871242 / 75871245. Fax : (021) 75871267

2023
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Paru
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru- paru adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan
paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paru- paru terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian,
terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang
disebut mediastinum (Evelyn, 2009).

Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura terbagi
menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput tipis
yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang
menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut
cavum pleura (Guyton, 2007).
Menurut Juarfianti (2015) sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke dalam sistem
pernafasan bagian atas dan pernafasan bagian bawah.

a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus

paranasal, dan faring.

b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus

dan alveolus paru.

Menurut Alsagaff (2015)sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu
inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru,
sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari dalam paru ke atmosfer. Agar proses
ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan
elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.

b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.

2. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit ini bersifat
menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Manurung, 2013).
3. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis sejenis kuman berbentuk
batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal dan terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat) dengan ukuran panjang 0,5-4 mikron, dan tebal 0,3-0,6 mikron. Kuman terdiri
dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan
kimia dan fisis (Kunoli, 2012).
4. Tanda dan Gejala
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukkan tanda dan gejala yang
spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah jaringan
parunya mengalami kerusakan, sehingga dapat meingkatkan produksi sputum yang
ditunjukkan dengan seringnya klien batuk sebagai bentuk kompensasi pengeluaran
dahak. Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan gejala TB paru
ini dapat dibagi atas dua golongan yaitu gejala sistemik (demam dan malaise) dan
gejala respiratorik (batuk, batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada).

Pada kondisi tertentu, TB Paru aktif dapat menyebar ke luar paru-paru ke kelenjar getah
bening, ginjal, tulang, otak, rongga perut, selaput di sekitar jantung (perikardium), sendi,
dan organ reproduksi. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis ekstrapulmoner. Gejala
tuberkulosis ekstraparu tergantung pada area yang terkena, antara lain:

 Kelenjar getah bening: Jika bakteri menyebar ke kelenjar getah bening di leher, ada
kemungkinan kelenjar tersebut mengeluarkan pus.

 Ginjal: Infeksi TB pada ginjal dapat menyebabkan demam, sakit punggung, dan
terkadang darah dalam urin. Infeksi bisa menyebar ke kandung kemih, menyebabkan
nyeri dan sering buang air kecil.

 Otak: Tuberkulosis yang menginfeksi otak, disebut meningitis tuberkulosis dan


mengancam jiwa. Meningitis tuberkulosis paling sering terjadi pada orang tua atau orang
dengan sistem kekebalan yang lemah. Gejalanya meliputi demam, sakit kepala terus-
menerus, leher kaku, mual, dan kantuk yang dapat menyebabkan koma.

 Perikardium: Pada perikarditis tuberkulosis, perikardium menebal dan terkadang


mengeluarkan cairan ke dalam ruang antara perikardium dan jantung. Hal ini dapat
melemahkan jantung, menyebabkan pembuluh darah leher bengkak dan kesulitan
bernapas.

 Genital: Tuberkulosis juga dapat menyebar ke organ genital. Pada pria, TBC genital
menyebabkan skrotum membesar. Pada wanita, hal itu menyebabkan nyeri dan radang
panggul, ketidakteraturan menstruasi dan meningkatkan risiko kehamilan ektopi.
5. Patofisiologi

Invasi Mycobacterium tuberculosis

Infeksi Primer Sembuh

Bakteri
dorman
Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi dan meruSak parenkim paru

Produksi Perubahan Reaksi sistemik


sputum cairan
meningk intrapleur
at,
pecahny
Sesak Anoreksia,
a
nap mual
Batuk dan
produk Ketidakefektifa
tif, n pola Ketidakseimbangan
napas nutrisi kurang dari
Ketidakefektifan kebutuhan tubuh
bersihan jalan
napas
6. Asuhan keperawatan pasien TB Paru
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas klien
Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medik,nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
c. membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam
jangka waktu lama yaitu selama tiga minggu atau lebih.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada,
keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat
mendorong penderita untuk mencari pengobatan.
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA,
efusi pleura, serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan
penularannya.
g. Aktivitas/istirahat : kelelahan umum, kelemahan, napas pendek karena
kerja, kesulitan tidur atau demam malam hari. Tandanya yaitu :
takikardia, takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak.
h. Integritas ego : : gejala-gejala stress yang berhubungan lamanya
perjalanan penyakit, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/putus
asa, menurunnya produktivitas. Tandanya yaitu : menyangkal
(khususnya selama tahap dini) dan ansietas, ketakutan.
i. Makanan/cairan : kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna dan
penurunan berat badan. Tandanya yaitu : turgor kulit buruk,
kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang lemak subkutan.
j. Nyeri dan keamanan : nyeri dada meningkat karena pernafasan, batuk
berulang. Tandanya yaitu : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku
distraksi dan gelisah.
k. Pernapasan : batuk (produktif atau tidak produktif), napas pendek,
riwayat terpajan Tuberkulosis dengan individu terinfeksi. Tandanya
yaitu : peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura), pengembangan pernapasan tidak simetris
(efusi pleura), perkusi pekak dan penurunan premitus (cairan pleural
atau penebalan pleural), bunyi napas :menurun/ tidak ada secara
bilateral atau unilateral (efusi pleura/pneumotoraks), bunyi napas :
tubuler atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Karakteristik sputum :
hijau purulen, mukoid kuning, atau bercak darah, airway ditandai
dengan SpO2 . Tandanya yaitu : akral dingin, sianosis dan hipoksemia.
l. Keamanan : adanya kondisi penurunan imunitas secar umum
memudahkan infeksi sekunder, contoh AIDS, kanker dan tes HIV
positif. Tandanya yaitu : demam rendah atau sakit panas akut.
m. Interaksi Sosial : perasaan isolasi / penolakan karena penyakit
menular.
Tandanya yaitu: denial.
n. Penyuluhan dan Pembelajaran : riwayat keluarga TB, ketidakmampuan
umum / status kesehatan buruk, gagal untuk membaik / kambuh TB,
tidak berpartisipasi dalam terapi. Pertimbangan rencana pemulangan :
memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat dan bantuan
diri dan pemeliharaan / perawatan rumah (Kunoli, 2012).
ANALISA DATA

No Data Fokus Problem Etiologi

1. DS : Bersihan jalan napas hipersekresi jalan napas


- Pasien mengatakan
tidak efektif
sesak napas
- Pasien mengatakan (D.0001)
batuk berdahak
DO :
- RR : 28x/mnt
- Pola napas :
takipneu
- Terdengar ronchi
- Terdapat sputum
berwarna putih
kekuningan
- Terpasang nasal kanul
3lpm
2. DS : Defisit nutrisi (D.0019) Kurangnya asupan
- Pasien mengatakan tidak
makanan
nafsu makan
DO :
Sebelum sakit
- BB : 68kg
TB : 165cm
Sesudah sakit
- BB : 48kg
TB : 165cm
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Perencanaan (SIKI)


Keperawatan Hasil
(kode SDKI)
1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan
efektif b/d hipersekresi intervensi keperawatan napas (I.01011)
jalan napas (D.0001) selama 3x24jam maka 1. Monitor pola
DS : bersihan jalan napas napas
- Pasien meningkat dengan 2. Monitor bunyi
mengatakan kriteria hasil : napas tambahan
sesak napas - Batuk efektif 3. Monitor sputum
- Pasien mengatakan meningkat 4. Posisikan semi-
batuk berdahak - Produksi sputum fowler atau fowler
DO : menurun 5. Berikan oksigen
- RR : 28x/mnt - Frekuensi napas 6. Ajarkan teknik
- Pola napas : membaik batuk efektif
takipneu (16-20x/mnt) 7. Berikan nebulizer
- Terdengar ronchi Pola napas membaik Pemantauan respirasi (I.
- Terdapat sputum (L.01001) 01014)
berwarna putih Monitor RR
kekuningan
Terpasang nasal kanul
3lpm

2 Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


kurangnya asupan intervensi keperawatan (I.03119)
makanan (D.0019) selama 3x24jam maka 1. Identifikasi status
DS : status nutrisi membaik nutrisi
- Pasien mengatakan dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi
tidak nafsu makan - Porsi makanan yang dan intoleransi
DO : dihabiskan meningkat makanan
Sebelum sakit - Frekuensi makan 3. Monitor berat
- BB : 68kg membaik ( ½ -1 badan
TB : 165cm porsi) 4. Kolaborasi dengan
Sesudah sakit Nafsu makan membaik ahli gizi untuk
- BB : 48kg (L.03030) menentukan jumlah
TB : 165cm kalori dan jenis
nutrien jika di
butuhkan
5. Edukasi diet (I.
12369)
6. Jelaskan tujuan
kepatuhan diet
terhadap kesehatan
7. Pemantaun Nutrisi (I.
03123)
8. Monitor mual dan
muntah
9. Pemberian Obat
Intravena (I. 02065)
10. Monitor tanda
vital
11. Jelaskan jenis
obat, alasan
pemberian

Anda mungkin juga menyukai