Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM

PERNAFASAN (TBC PARU)

DOSEN PEMBIMBING

Lina Ema Purwanti, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

 Regar Candi ( 22632096 )


 Etika Rahmawati ( 22632080 )
 Devina Eka V. ( 22632081 )
 Yayuk Puji Lestari ( 22632083 )
 Elsa Prabasusila ( 22632084 )
 Dyah Ayu ( 22632086 )
 Gelin Perista E. ( 22632102 )
 Feby Diva Ayunda ( 22632089 )

PROFI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2022/2023
BAB 1

PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit TBC


Penyakit TBC paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberkulosis, bakteri yang berbentuk batang (basil). Penyakit ini bisa
menular melalui air ludah atau dahak penderita yang mengandung basil saat penderita
batuk, buiran air ludah yang berterbangan di udara dan terhirup oleh orang sehat,
sehingga masuk kedalam paru-paru dan kemudian menyebabkan penyakit TBC paru,
(Naga: 2014). TB paru dapat menyebabkan perubahan fisik, mental dan sosial pada
penderita. Penyakit TB paru dapat mempengaruhi konsep diri penderitannya. Orang
yang menderita TB paru sering merasa tidak berdaya, menolak, merasa bersalah,
merasa rendah diri. merasa dibedakan atau diasingkan dan menarik diri dari orang lain
karena khawatir penyakit yang dideritanya menular kepada orang lain (Riyadi &
Purwanto, 2015).
Penyakit TB masih menjadi salah satu masalah dari 10 besar masalah penyakit
yang menyebabkan kematian di dunia, dimana 95% kasus baru dan kasus meninggal
akibat terjangkit penyakit ini terdapat di negara berkembang. Kondisi lingkungan di
negara berkembang kemungkinan besar mempengaruhi kesehatan penduduknya. Di
berbagai negara berkembang ditemukan berbagai limbah beracun dibuang langsung
ke tanah, air, dan udara dari proses industri, produksi kertas, penyamakan kulit,
pertambangan, dan bentuk yang tidak stabil dalam pertanian, dengan jumlah di atas
ambang batas yang dapat ditoleransi oleh tubuh. Bersamaan juga dengan masalah
keracunan akut, akumulatif paparan berbagai kombinasi bahan kimia dan racun pada
tubuh manusia dapat menjadi faktor adanya penyakit.

B. Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe humandan tipe bovin. Basil tipe
bovinberada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe
humanbisa berada di bercak ludah (droplet)di udara yang berasal dari penderita TBC
terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.
perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.
Penyakit ini dapat di dentifikasi dengan kultur. Analisi genetic sequence
dengan menggunakan teknik PCR sangat membantu identifikasi kultur. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis memiliki bentuk batang, yang memiliki panjang 1-4 mm
dengan tebal 0,3-0,6 mm. Bakteri ini tahan terhadap asam serta kimia karena sebagian
besar kuman terdiri dari lemak/lipid. Sifat dari kuman ini sangat menyukai daerah
yang mengandung banyak banyak oksigen seperti apek pada paru. Daerah
tersebut menjadi predileksi terhadap penyakit Tuberkulosis (Firdaus, 2012).

C. Manifestasi klinis
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru
tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah:
1) Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang panas
badan dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2) Batuk
Batuk terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi
pada ulkus dinding bronkus. Setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.
3) Sesak Napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang
infiltrasinya sudah meliputi sebagian paru-paru.
4) Nyeri Dada
Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan
turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise in
wakinama makin berat dan terjadi 22 dari 70 hilang timbul secara tidak teratur.

D. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Tuberculosisialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan
cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan
atas dua kelompok yaitu :
a. Obat primer: INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder: Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin
dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).

E. Web of Cauntion
F. Pengkajian data fokus (Keluhan utama, RPS, RPD, Pemeriksaan fisik head to
toe dengan pendekatan IPPA)

Pengkajian
1. Keluhan Utama
dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan gangguan
sistem pernapasan, sangat penting untuk mengenal tanda serta gejala untuk
mengetahui dan mengkaji kondisi pasien. Keluhan utama pada pasien
tuberkulosis adalah batuk, produksi spuntum berlebih, batuk darah, sesak
napas, dan nyeri dada (Muttaqin, 2014)
2. Riwayat penyakit sekarang
Setiap keluhan utama yang ditanyakan kepada pasien akan diterangkan pada
riwayat penyakut saat ini seperti sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama
dan berapa kali keluhan terjadi, bagaimana sifat keluhan yang dirasakan, apa
yang dilakukan saat keluhan timbul, adakah usaha mengatasi keluhan sebelum
meminta pertolongan, berhasil atau tidaknya usaha tersebut, dan sebagainya
(Muttaqin, 2014). Rps pada pasien TB paru biasanya adalah sesak nafas yang
disertai batuk dengan sputum yang menumpuk dan juga nyeri dada
3. Riwayat penyakit dahulu
Pada umumnya hal-hal yang dikaji pada riwayat kesehatan dahulu meliputi
penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Pengkajian yang
mendukung pada pasien TB paru adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
pasien pernah menderita TB paru, obat-obatan yang biasa diminum oleh
pasien pada masa lalu yang masih relevan seperti obat anti tuberkulosis (OAT)
(Muttaqin, 2008).

Pemeriksaan Fisik Head To Toe

a. Kepala
Inspeksi : kepala bersih, rambut hitam/putih bersih, rambut panjang/pendek, kepala
simetris, tidak ada lesi.
Palpasi: tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada nyeri tekan pada kepala.
b. Muka
Inspeksi: tidak ada lesi, tidak ada odema, tampak pucat., simestris.
Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
c. Mata
Inspeksi: Konjungtiva pucat (Karena anemia), Konjungtiva sianosis (Karena
hipoksemia) (Andarmoyo,Sulistyo.2012)
Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
d. Hidung
Inspeksi : adanya pernafasan cuping hidung (megap-megap, dypsnea)
(Andarmoyo,Sulistyo.2012)
Palpasi : Tidak ada pembesaran abnormal, Tidakada nyeri tekan.
e. Mulut dan hidung
Inspeksi: Membrane mukosa sianosis (Karena penurunan oksigen), Pernapasan
dengan mengerutkan mulut (Dikaitkan dengan penyakit paru kronik), Tidak ada
stomatitis (Andarmoyo,Sulistyo.2012)
Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan
f. Telinga
Inpeksi: Simetris, tidak ada serumen, tidak ada alat bantu pendengaran
Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan
g. Leher
Inspeksi: Tidak ada lesi, Warna kulit sawo matang, warna kulit merata
Palpasi: Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada nyeri tekan
h. Thorax
Menurut (Marthon,dkk.2011) pemeriksaan pada thorax adalah:
1. Paru-paru
Inspeksi:
 Abnormalitas dinding dada yang biasa terjadi, menggambarkan
hiperinflasi pulmonal terlihat pada TB paru, termasuk tulang iga
relative horizontal, dada "bentuk barrel, hemidiafragma mendatar.
 Hemidiafragma mendatar, yang dapat berkaitan dengan tarikan ke
dalam paradoksikal selabung iga
 Frekuensi pernapasan istirahat, yang sering meningkat sampai lebih 20
kali per menit, dan pernapasan mungkin dangkal.
 Pernapasan pursed-lip, yang dapat berfungsi untuk memperlambat
aliran ekspirasi dan memungkinkan pengosongan paru lebih efisien.
 Aktivitas otot istirahat, yang dapat menjadi indiksi gawat napas. Ketika
berbaring terlentang pasien TB paru sering menggunakan otot skalenus
dan otot sternokleidomastoideus

Palpasi:

 Taktik fremitus melemah


 Ekspansi dada mangkat
 Pelebaran sela iga

Perkusi:

 Hipersonor
 Pergerakan diafragma yang mendatar dan menurun
Auskultasi:
 Ronchi, Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar baik
inspirasi maupun ekspirasi akibat terkumpulnya secret dalam trachea
atau bronchus sering ditemui pada pasien odema paru, bronchitis.
 Wheezing, Bunyi musical terdengar "ngi..." yang bisa ditemukan pada
fase inspirasi maupun ekspirasi akibat udara terjebak pada celah yang
sempit seperti odema pada bronchus.
2. Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V 1 jari medial linea midelavikularis sinistra
Perkusi: terdengar bunyi pekak
Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler
i. Abdomen
Inspeksi: tidak ada lesi, warna kulit merata.
Auskultasi : terdengar bising usus 12x/menit.
Palpasi: tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
j. Genetalin
Inspeksi : Tidak ada lesi, rambut pubis merata, tidak ada jaringan parut.
Palapasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran abnormal
k. Kulit
Inspeksi: sianosis perifer karena menurunnya aliran darah perifer, penurunan turgor
kulit karena dehidrasi ( Andarmoyo,sulistyo.2012).

G. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


a) Bersihan jalan nafas tidak efektif
b) Nyeri
c) Resiko tinggi penyebaran infeksi
d) Ketidakseimbangan nutrisi
e) Hipertermia
f) Kurang pengetahuan
Daftar Pustaka
Asroni, R. S. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.J DENGAN KASUS
TUBERCOLOSIS PARU DI PUSKESMAS RAMBIPUJI-JEMBER. Jurnal, 7.

E, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan TB Paru Di Puskesmas Siak Hulu I
Kabupaten Kampar Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau . KTI, 8.

Eldrajune Agnes Sriratih, S. N. (2021). ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN FISIK


DALAM RUANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKOLOSIS
PARU DI NEGARA BERKEMBANG. Jurnal, 474.

Anda mungkin juga menyukai