Di Susun Oleh :
Kelompok 7
1. Husni Sileuw
2. Elvini Katharina S.
3. Mirda Ayu Lestari
4. Pratiwi Nur
5. Alma Rahma A.R
CI LAHAN CI INSTITUSI
(……………………..) (…………………….)
TAHUN AKADEMIK
2022
BAB I
PENDAHULUAN
3. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan
lain-lain (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, K., & Setiati, 2017).
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya (Sudoyo,
Setiyohadi, Alwi, K., & Setiati, 2017).
5. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek (Utama,
2018). Tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41°C.
serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat
timbul kembali. (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, K., & Setiati, 2017)
6. Anoreksia, berat badan menurun, dan malaise.
Penyakit TB paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, penurunan berat badan, sakit kepala, meriang,
nyeri otot, dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, K., &
Setiati, 2017).
7. Keringat dimalam hari
Saat bakteri penyebab TB masuk ke dalam tubuh, tubuh akan melakukan
mekanisme pertahanan untuk melawan bakteri tersebut. Salah satunya
adalah dengan memperbanyak pembentukan makrofag yang berasal dari
monosit. Makrofag ini merupakan salah satu jenis sel darah putih yang
ketika bekerja, ia akan memproduksi suatu molekul kimiawi yang disebut
dengan TNF-alfa (Tumor Necrosis Factor - alfa). Molekul inilah yang
kemudian memberikan signal pada otak untuk meningkatkan set
point termoregulator di hipotalamus (Fuadah, 2017).
Karena peningkatan set point termoregulator ini, tubuh akan terpicu untuk
meningkatkan suhu tubuh yakni dengan cara memperkecil diameter
pembuluh darah (vasokonstriksi) untuk mencegah kehilangan panas
berlebih serta mensignalkan respons untuk menggigil. Setelah set point ini
tercapai, tubuh akan berusaha mengeluarkan kelebihan panas tubuh, salah
satunya adalah dengan cara berkeringat (Fuadah, 2017). Timbulnya gejala
biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan (Utama, 2018).
8. Gejala Tuberkulosis Ekstra Paru
Tergantung pada organ yang terkena, misalnya limfedanitis tuberkulosa,
meningitis tuberkulosa, dan pleura tuberkulosa (Utama, 2018).
F. Patofisiologi Tuberkulosis Paru
Pathway
Droplet Nuklei
Invasi paru
Gastrointestinal
Bersihan jalan napas Resiko infeksi
tidak efektif
Sputum tertelan
A. Kebutuhan Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam
proses kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses
metabolisme tubuh (Taqwaningtyas, Ficka (2013) dalam Hidayat dan
Uliyan, 2015). Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan
mengeluarkan CO2. Kebutuhan fisiologi oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai
organ atau sel (Kusnanto, 2016).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi
oksigen dalam udara ruangan adalah 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah
memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium
(Mutaqqin, 2014).
2. Etiologi
Adapaun etiologi yang mempengaruhi klien mengalami gangguan
oksigenisasi yaitu.
1. Faktor Fisologi
a. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernapasan
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dan lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit
kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan,
b. Bayi dan toddler adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulka
arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan): menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan haemoglobin,
alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
Adanya penggunaan otot bantu pernapasa, fase ekpirasi memanjang,
pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes), pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung,
diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun,
kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi
menurun, ekskursi dada berubah menjadi tanda dan gejala adanya pola
napas tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenisasi (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017).
Tanda dan gejala bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebihan, mengi, wheezing, dan/atau
ronkhi kering, mekonium di jalan napas (pada neonates), gelisah, sianosis,
bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, dan pola napas berubah
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
6. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Pemantauan Hemodinamika
2) Pengobatan Bronkodilator
3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh
dokter, missal. Nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu
pemberian oksigen jika diperlukan.
b. Keperawatan
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
5) Atur posisi pasien (Semi fowler)
6) Pemberian oksigen
7) Teknik bernafas dan relaksasi
8) Gangguan pertukaran gas
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
Diagnosa Keperawatan
a. Ritme sikardian
Merupakan salah satu ritme tubuh yang diatur oleh hipotalamus.
Ritme ini termasuk dalam bioritme atau jam biologis. Ritme sikardian
memengaruhi perilaku dan pola fungsi biologis utama, misalnya suhu
tubuh, deyut jantung tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan
sensorik dan suasana hati.
Pada manusia, ritme sikardian dikendalikan oleh tubuh dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya cahaya, kegelapan,
gravitasi, dan faktor eksternal misalnya aktivitas sosial dan rutinitas
pekerjaan).
Ritme sikardian menjadi sinkron jika individu memiliki pola
tidur bangun yang mengikuti jam biologisnya, yaitu individu akan
terjaga pada saat ritme fisiologisnya dan psikologisnya paling inggi
atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme fisiologis dan
psikologisnya paling rendah
b. Tahap-Tahap Tidur
1) NREM (Non Rapid Eye Movement)
Ada 4 tahapan:
Tahap 1
Termasuk light sleep.
Berakhir hanya beberapa menit.
Penurunan aktivitas fisik dimulai dengan penurunan gradual dalam
tanda vital dan metabolisme.
Dengan mudah dibangunkan dengan stimulus sensori seperti suara
dan individu merasa seperti mimpi di siang hari.
Tahap 2
Merupakan periode sound sleep.
Kemajuan relaksasi
Masih dapat dibangunkan dengan mudah.
Berlangsung selama 10-20 menit.
Fungsi tubuh berlangsung lambat.
Tahap 3
Tahap awal tidur dalam
Lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak.
Otot secara total relaksasi.
Tanda vital mengalami kemunduran teratur.
Berlangsung 15-30 menit.
Tahap 4
Tahap tidur benar-benar nyenyak.
Sangat sulit dibangunkan.
Jika tidur nyenyak telah terjadi, akan menghabiskan sepanjang
malam pada tahap ini.
Bertanggung jawab mengistirahatkan dan memperbaiki tidur.
Tanda vital menurun secara signifikan.
Berlangsung 15-30 menit.
Dapat terjadi tidur berjalan dan mengompol.
2) REM (Rapid Eye Movement)
Periode yang sangat hidup karena mimpi penuh warna.
Tahapan ini biasanya rata-rata setiap 90 menit dan Biasanya
berlangsung selama 20-50menit
Tipe yang mempengaruhi respon autonom meliputi kecepatan
gerak mata, fluktuasi jantung, rata-rata pernafasan dan peningkatan
fluktuasi tekanan darah.
Kehilangan tonus otot.
Peningkatan sekresi gastrik.
Tahap yang bertanggung jawab untuk perbaikan mental.
Sangat sulit untuk dibangunkan
Durasi dari REM meningkat setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
3. Fungsi Istirahat Dan Tidur
a. Memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis.
b. Melepaskan stress dan ketegangan.
c. Memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron.
d. Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki dan
menyiapkan diri pada waktu periode bangun.
e. Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung.
f. Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
g. Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari.
h. Menghasilkan hormon pertumbuhan untuk memperbaiki serta
memperbaharui epitel dan sel otak.
i. Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh.
j. Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik.
4. Kebutuhan tidur pada setiap tahap perkembangan
1-12 bulan 12-14 20-30% dari siklus tidur adalah tidur REM, bayi mungkin akan
(masa bayi) tidur sepanjang malam
1-3 tahun ( masa 10-12 Sekitar 25% dari siklus tidur adalah REM , anak-anak tidur
anak-anak) pada siang hari dan tidur sepanjang malam
12-18 tahun 7-8,5 20% dari siklus tidur adalah tdiur REM
masa remaja
18-40 tahun 7-8 20% dari siklus tidur adalahnya adalah tidiur REM
Masa dewasa
muda
40-60 tahun 7-8 20% dari siklus tidur adalahnya adalah tidiur REM, individu
masa dewasa mungkin mengalami insomnia dan sulit untuk tidur
menengah
>60 tahun 6 20-25% dari siklus tidur adalah tidur REM; individu dapat
mengalami insomnia, sering terjaga sewaktu tidur, dan tahap
IV NREM menurun bahkan terkadang tidak ada
5. Siklus tidur
Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang didalamnya terdapat
pergantian antara tahap tidur NREM dan REM secara berulang. Siklus
tidur pada saat inidividu dapat diringkas sebagai berikut
a. Pergeseran dari tidur NREM taahp II-III selama 30 menit.
b. Pergeseran dari tidur NREM tahap III ke tahap IV. Tahap IV ini
berlangsung selama 20 menit.
c. Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan tahap II yang
berlangsung selama 20 menitt.
d. Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur REM ini
berlangsung selama 10 menit.
e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II
f. Siklus tidurpun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan tidur
REM . Siklus ini normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan setiap
orang umumnya melalui 4-5 siklus selama 7-8 jam tidur.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur
a. Penyakit
Penyakit infeksi limpa, banyak tidur untuk mengatasi keletihan
b. Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yg tinggi dapat memerlukan lebih banyak
tidur untuk menjaga keseimbangan energi yg telah dikeluarkan
c. Stres psikologis : Seseorang yang memiliki masalah psikologis
mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur
d. Obat
Golongan obat diuretik menyebabkan seseorang insomnia,
antidepresan dapat menekan REM , kafein dapat meningkatkan saraf
simpatis menyebakan kesulitan untuk tidur
e. Nutrisi : Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yg cukup dapat mempercepat
proses tidur karena adanya triptofan (asam amino) hasil pencernaan
protein yang dapat mempermudah proses tidur
f. Lingkungan : Lingkungan yang aman dan nyaman dapat mempercepat
proses tidur
g. Motivasi : Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan
seseorang untuk tidur, misalnya seseorang yang ingin menonton siaran
olahraga yang ditayangkan pada dini hari akan tetap terjaga agar dapat
menonton bola
h. Stimulan, Alkohol dan obat-obatan
Contoh stimulan yang paling umum ditemukan adalah kafein dan
nikotin. Kafein dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga
menyebabkan kesulitan untuk tidur. Kafein dapat ditemukan
padabeberapa minuman contohnya kopi dan the. Nikotin yang
terdappat dalam rokok dapat menstimuluasi tubuh sehingga perokok
biasanyan sullit untuk tidur dan mudah terbangun pada malam hari.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur
REM golongan obat dieuritik dapat menyebabkan insomnia. Golongan
antidepresan dapat menyebabkan kesulitan untuk tidur. Golongan beta
bloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Golonngan
narkotik (misalnya meperidin hidroklorida dan morfin) dapat menekan
REM aehingga menyebabkan sering terjaga pada malam hari.
7. Masalah Kebutuhan Tidur
a. Insomnia : Keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas dengan keadaan tidur yang
hanya sebentar.
b. Hipersomnia : Gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan,
pada umumnya lebih dari 9 jam pada malam hari
c. Parasomnia
Kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola
tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur)
d. Enuresis
Buang air kecil yg tidak di sengaja pada waktu tidur atau
mengompol
e. Apnea tidur dan Mendengkur : Disebabkan krn adanya rintangan
dalam pengaliran udara di hidung & mulut pada waktu tidur
f. Narcolepsi : Tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur
g. Mengigau : mengigau dikategorikan dalam ggn tidur bila terlalu
sering dan diluar kebiasaan, mengigau terjadi sebelum tidur REM
Hidayat & Uliyah. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2. Jakarta:
Salemba medika.
Kusnanto. 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.Surabaya:
FKUI.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI