Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

A. PENGERTIAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen, tettapi
hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini
berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah
(Sylvia A. Price & Wilson,2006)
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer,
dkk, 2002)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. (Smelzer & Bare, 2002)

B. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil mycobacterium
tuberculosis tipe humanus dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um,
termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam
dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik karena sebagian besar
Kuman terdiri atas asam lemak (lipid). lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi melalui
udara.Individu yang terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 u) dan kecil (1 sampai 5u).droplet
yang besar menetap, sementara droplet kecil tertahan di udara dan terhirup oleh
individu yang rentan.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala Umum
 Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis yang
menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.
2. Gejala lain yang sering dijumpai
 Dahak bercampur darah
Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah, sedangkan dahak adalah
hasil dari membran submukosa yang terus memproduksi sputum untuk berusaha
mengeluarkan benda saing.
 Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi karena proses
batuk dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.
 Sesak napas dan nyeri dada
Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi
Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran
pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, serta nyeri
dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.
3. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan.
Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus
mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan juga
menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan
demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat
mengakibatkan berkeringat pada malam hari. (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2006)
D. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kumn M.tubrkolosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan
dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkolosis (TBC) terjadi melalui
udara, yaitu melalui inhalasi doplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang-orang terinfeksi.
Tuberkolosis merupakan penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah magrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresposifnya. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di
inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil : gumpalan yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronchus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat
tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organism tersebut. Setelah
hari-hari pertama leukosit diganti oleh magrofag. Alveoli yang teransang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini
dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses
dapat juga berjalan terus, dan bakteri akan terus di fagosit atau berkembang biak di
dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening dan menuju ke kelenjar getah
bening regional. Magrofag yang mengadakan ilfiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebgian bersatu dan membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini membutuhkan waktu 10-20 hari.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
c. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan
oleh mikobakterium yang berbeda.
d. Anemia bila penyakit berjalan menahun
e. Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
f. LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali
normal pada tahap penyembuhan
g. GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
h. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
i. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
2. Pemeriksaan RadiologisFoto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada
area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan.
Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
F. KOMPLIKASI
komplikasi yang di timbulkan oleh tubrkolosis paru adalah pada system pernapsan
dan di luar system pernapasan. Pada system pernapasan antara lain menimbulkan
pneumothoraks, efusi pleura, dan gagal nafas, sedangkan di luar perrnapasan
menimbulkan tuberkolosis usus, meningitis serosa, dan tuberkolosis milier.

G. PENGOBATAN
Pengobatan ada dua tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
1. Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
kekebalan terhadap rifampisisn. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan
secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negative (konfersi)
pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat pada tahap intensif sangat
penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan
jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kelembutan. Tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
Konsep Keperawatan

A. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Biodata identitas klien dan penanggung jawab
1. Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan lain-lain.
2. Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS,
ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST
P : Palitatif /Provokatif
Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan menguranginya
Q : Qualitatif /Quantitatif
Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana merasakannya
sekarang
R : Region
Dimana gejala terasa, apakah menyebar
S : Skala
Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10
T : Time
Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini. Termasuk faktor
predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan atau
riwayat penyakit menular
e. Pola Aktivitas Sehari-hari
Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit dan saat
sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak
4. Pemeriksaan Fisik
Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik
pemeriksaan yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan
umum klien. Dan menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Auskultasi
5. Data Psikologis
Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi, dan
konsep diri
6. Data Sosial
Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat
7. Data Spiritual
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan
penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah
8. Data Penunjang
Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani
klien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan hanya 3 kali
pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Bila hasilnya fluktuatif, buat keterangan
secara naratif
9. Program dan Rencana Pengobatan
Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan dijalani oleh
klien

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental dan
batuk produktif.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang
kental, edema bronchial
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penggunaan otot bantu
pernapasan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Ketidakfektifan bersihan jalan NOC NIC


nafas - Respiratori status : ventilation Airway Suction
Definisi : ketidakmampuan untuk - respiratori status : airway - Pastikan kebutuhn oral/ tracheal
membersihkan sekresi atau patenchi suctioning
obstruksi dari saluran Kriteria Hasil : - Auskultasi suara nafas sebelum dan
pernafasanntuk mempertahankan - Mendemonstrasikan batuk sesudah suctioning.
kebersihan jalan nafas efektif dan suara nafas yang - Informasikan pada klien dan
Batasan karaktareistik : bersih, tidk ada sianosis dan keluarga tentang suctioning
- Tidak ada batuk dispneu (mampu - Minta klien nafas dalam sebelum
- Suara nafas tambahan mengeluarkan sputum, suction dilakukan
- Perubahan frekuensi nafas mampu bernafas dengan - Berikan O2 dengan menggunakan
- Perubahan irama nafas mudah, tidak ada pursed lips) nasal untuk memfasilitasi suction
- Sianosis - Menunjukkan jalan nafas yang naso trakeal
- Kesulitan berbicara atau paten ( klien tidak merasa - Gunakan alat yang steril setiap
mengeluarkan suara tercekik, irama nafas, melakukan tindakan
- Oenurunan bunyi nafas frekuensi pernafasan dalam - Anjurkan pasien untuk istrahat dan
- Dispneu rentang normal,tidak ada suara nafas dlam setelah kateter
- Sputum dalam jumlah yang nafas abnormal) dikeluarkan dari naso trakeal
berlebihan - Mampu mengidentifikasikan - Guanakan alat yang steril setiap
- Batuk yang tidak efektif dan mencegah yang dapat melakukan tindakan
- Orthopneu menghmbat jalan nafas - Monitor status oksigen pasien
- Gelisah - Ajarkan keluarga bagaimana cara
- Mata terbuka lebar melakukan suction
Faktor yang berhubungan : - Hentikan suction dan berikan
 Lingkungan : oksigen apabila pasien menunjukkan
- Perokok pasif bradikardi, peningkatan saturasi O2,
- Mengisap asap dll.
- Perokok Airway management
 Obstruksi jalan nafas : - Buka jalan nafas, gunakan teknik
- Spasme jalan nafas chin nift atau jaw thrust bila perlu
- Mokus dalam jumlah - Posisikan pasien untuk
berlebihan memaksimalkan ventilasi
- Eksudat dalam jalan alveoli - Identifikasi pasien perlunya
- Materi asing dalan jalan pemasangan alat jalan nafas buatan
nafas - Pasang mayo bila perlu lakukan fisio
- Adanya jalan nafas terapi dada jika perlu
selanjutnya - Keluarkan sekret dengan batu atau
- Sekresi bertahap/ sekresi suction
dalam ronchi - Auskultasi suara nafas, catat adanya
 Fisiologis : suara tambahan
- Jalan nafas alergik - Lakukan suction pada mayo
- Asma - Berikan bronko dilator bila perlu
- Penyakit paru obstruktif - Berikan pelembab udara kasa basa
kronik NaCl lembab
- Hiperplasi dinding bronchial - Monitor respirasi dan status O2.
- Infeksi
- Disfungsi neuro muskular
2 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
Definisi : Kelebihan atau  Respiratory Status : Gas Airway Management
kekurangan dalam oksigenasi exchange  Buka jalan nafas, guanakan teknik
dan atau pengeluaran  Respiratory Status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
karbondioksida di dalam ventilation  Posisikan pasien untuk
membran kapiler alveoli  Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya
 Gangguan penglihatan  Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan
 Penurunan CO2 peningkatan ventilasi dan  Pasang mayo bila perlu
oksigenasi yang adekuat
 Takikardi  Memelihara kebersihan paru  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Hiperkapnia paru dan bebas dari tanda  Keluarkan sekret dengan batuk atau
 Keletihan tanda distress pernafasan suction
 somnolen  Mendemonstrasikan batuk  Auskultasi suara nafas, catat adanya
 Iritabilitas efektif dan suara nafas yang suara tambahan

 Hypoxia bersih, tidak ada sianosis dan  Lakukan suction pada mayo
dyspneu (mampu  Berika bronkodilator bial perlu
 kebingungan
mengeluarkan sputum, mampu  Barikan pelembab udara
 Dyspnoe
bernafas dengan mudah, tidak
 nasal faring  Atur intake untuk cairan
ada pursed lips)
 AGD Normal mengoptimalkan keseimbangan.
 Tanda tanda vital dalam
 sianosis  Monitor respirasi dan status O2
rentang normal
Respiratory Monitoring
 warna kulit abnormal (pucat,
kehitaman)  Monitor rata – rata, kedalaman, irama
dan usaha respirasi
 Hipoksemia
 Catat pergerakan dada,amati
 hiperkarbia
kesimetrisan, penggunaan otot
 sakit kepala ketika bangun
tambahan, retraksi otot
 frekuensi dan kedalaman nafas
supraclavicular dan intercostal
abnormal
 Monitor suara nafas, seperti dengkur
Faktor faktor yang berhubungan
:  Monitor pola nafas : bradipena,
 ketidakseimbangan perfusi takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
ventilasi cheyne stokes, biot
 perubahan membran kapiler-  Catat lokasi trakea
alveolar  Monitor kelelahan otot diagfragma
( gerakan paradoksis )
 Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
 Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
 Uskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
AcidBase Managemen
 Monitro IV line
 Pertahankanjalan nafas paten
 Monitor AGD, tingkat elektrolit
 Monitor status hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
 Monitor adanya tanda tanda gagal
nafas
 Monitor pola respirasi
 Lakukan terapi oksigen
 Monitor status neurologi
 Tingkatkan oral hygiene

3 Ketidakfektifan pola nafas NOC NIC


Definisi : inspirasi dan/atau  Respiratori status : ventilation Airway Management
ekspirasi yang tidak memberi  Respiratori status : airway - Buka jalan nafas, gunakan teknik
ventilasi patenchi chinlift atau jaw thrust bila perlu
Batasan karaktareistik :  Vital sign status - Posisikan pasien untuk
- Perubahan kedalaman Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
pernafasan - Mendemonstrasikan batuk - Identifikasi pasien perlunnya
- Perubahan ekskursi dada efektif dan suara nafas yang pemasangan alat jalan nafas buatan
- Mengambil posisi tiga titik bersih, tidak ada sianosis dan - Pasang mayo bila perlu
- Bradipneu dispneu (mampu - Auskultasi suara napas, catat adanya
- Penurunan tekanan ekspirasi mengeluarkan sputum, suara tambahan
- Penurunan ventilasi semenit mampu bernafs dengan - Berikan pelembab udara kassa basah
- Penurunan kapasitas vital mudah, tidak ada pursed lips) NACL lembab
- Dispneu - Menunjukkan jalan nafas yang - Atur intake untuk cairan
- Peningkatan diameter anterior paten ( klien tidak merasa mengoptimalkan keseimbangan
posterior tercekik, irama nafas, - Monitor respirasi dan status O2
- Pernapasan cuping hidung frekuensi pernafasan dalam Oxgen terapy
- Ortopneu rentang normal,tidak ada suara - Bersihkan mulut, hidung dan secret
- Fase ekspirasi memanjang nafas abnormal) trakea
- Pernapasan bibir - TTV dalam rentang normal - Pertahankan jalan napas yang paten
- Takikpneu (tekanan darah, nadi, - Atur peralatan oksigenasi
- Penggunaan otot aksesorius pernafasan)
- Monitor aliran oksigen
untuk bernafas
- Pertahankan posisi pasien
Faktor yang berhubungan :
- Observasi adanya tanda-tanda
- Ansietas
hipoventilasi
- Deformitas tulang, Deformitas
Vital sign monitotoring
dinding dada
- Monitor TD , nadi ,suhu dan RR
- Keletihan
- Catat adanya fluktasi tekana darah
- Hiperventilasi
- Auskultasi TD pada kedua lengan
- Sindrom hipoventilasi
dan bandingkan
- Gangguan musculoskeletal - Monitor TD, nadi,
- Kerusakan neurologis RR,sebelum,selama, dan setelah
- Imaturitas neurologi aktifitas
- Disfungsi neuromuscular - Monitor kualitas dari nadi
- Obesitas - Monitor frekuensi dan irama
- Nyeri pernapasan
- Keletihan otot pernafasan - Monitor suara paru
- cedera medulla spinalis - Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
4 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : ketidakcukupan energy  Energy convervation Activity therapy
psikiologis atau fisiologis untuk  Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga
melanjutkan atau menyelesaikan  Self care rehabilitasi medik dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari Kriteria hasil: merencanakan program terapi yang
yang harus atau yang ingin  Berpatisipasidalam aktivitas tepat
dilakukan. fisik tanpa disertai - Bantu klien untuk mengidentifikasi
Batasan karakteristik : peningkatan tekanan darah, aktivitas yang mampu dilakukan
 Respon tekanan darah abnormal nadi,dan respirasi - Bantu klien untuk memilih aktivitas
terhadap aktivitas  Mampu melakukan aktivitas konsisten yang sesuai dengan
 Respon frekuensi jantung sehari-hari kemampuan fisik, psikologi dan
abnormal terhadap aktivitas  Tanda-tanda vital normal sosial
 Perubahan EKG yang  Energy npsikomotor - Bantu untuk mengidentifikasi dan
mencerminkan aritmia  Level kelemahan mendapatkan sumber yang
 Perubahan EKG yang  Mampu berpindah dengan diperlukan untuk aktivitas yang
mencerminkan iskemia atau tanpa bantuan alat diinginkan
 Ketidaknyamanan setelah  Status kardiopulmonari - Bantu untuk mendapatkan alat
beraktivitas adekuat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
 Dipsnea setelah beraktivitas  Sirkulasi status baik krek
 Status respirasi: pertukaran - Bantu untuk mengidentifikasi
 Menyatakan merasa letih
gas dan ventilisasi adekuat aktivitas yang disukai
 Menyatakan merasa lemah
Faktor yang berhubungan : - Bantu klien untuk membuat jadwal
 Tirah banting atau imobilisasi latihan diwaktu luang
 Kelemahan umum - Bantu pasien/keluarga untuk
 Ketidakseimbangan atau suplei mengidentifikasi kekurangan dalam
dan kebutuhan oksigen beraktivitas

 Imobilitas - Sediakan penguatan positif bagi

 Gaya hidup monoton yang aktif beraktivitas


- Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik,emosi,sosial
dan spiritual.

5 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional status : Nutrition Management
Definisi : Asupan nutrisi tidak  Nutritional status : food and - kaji adanya alergi makanan
cukup untuk memenuhi kebutuhan fluid - kolaborasi dngan ahli gizi untuk
metabolik.  Intake menentukan jumlah kalori untuk
Batasan karakteristik :  Nutritional status : nutrient menentukan jumlah kalori dan
 Kram abdomen intake nutrisi yang dibutuhkan pasien
 Nyeri abdomen  Weight control - anjurkan pasien untuk meningkatkan
 Menghindari makanan Kriteria hasil : intake Fe
 Diare  Adanya peningkatan berat - berikan substansi gula
 Kehilangan rambut berlebihan badan - yakinkan diet yang dimakan
 Bising usus hiperaktif  Mampu mengidentifikasi mengandung tinggi serat untuk
kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
 Kurang makanan
 Tidak ada tanda-tanda - berikan makanan yang terpilih
 Kurang informasi
malnutrisi (sudah dikonsultasikan dengan ahli
 Kurang minat pada makanan
 Menunjukkan peningkatan gizi)
 Penurunan berat badan dengan
fungsi pengecapan dari - ajarkan pasien bagaimana membuat
asupan makanan adekuat
menelan catatan makanan harian
 Kesalahan konsepsi
 Tidak terjadi penurunan berat - monitor jumlah nutrisi dan
 Kesalahan informasi
badan yang berarti kandungan kalori
 Membran mukosa pucat
- berikan informasi tentang tentang
 Ketidakmampuan memakan
kebutuhan nutrisi
makanan
- kaji kemampuan pasien untuk
 Tonus otot menurun
mendapatkan nutrisi yang
 Mengeluh gangguan sensasi
dibutuhkan
rasa
Nutrition Monitoring
 Mengeluh asupan makanan
- BB pasien dalam batas normal
kurang dari RDA
(recommended daily allowance) - Monitor adanya penurunan berat
 Cepat kenyang setelah makan badan
 Sariawan rongga mulut - Monitor tipe dan jumlah aktivitas
 Steatorea yang biasa dilakukan
 Kelemahan otot pengunyah - Monitor interaksi anak atau orang

 Kelemahan otot untuk menelan tua selama makan

Faktor-faktor yang berhubungan - Monitor lingkungan selama makan

: - Jadwalkan pengobatan dan tindakan

 Faktor biologis tidak selama jam makan

 Faktor ekonomi - Monitor kulit kering dan perubahan

 Ketidakmampuan untuk pigmentasi

mengabsorbsi nutrien - Monitor turgor kulit

 Ketidakmampuan untuk - Monitor kekeringan, rambut kusam,

mencerna makanan dan mudah patah

 Ketidakmampuan menelan - Monitor mual dan muntah

makanan - Monitor kadar albumin, total protein,

 Faktor fisiologis Hb, dan kadar Ht.


- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet.
6 Resiko Pendarahan NOC NIC
Definisi : Beresiko mengalami • Blood lose severity  Bleeding precautions
penurunan volume darah yang • Blood koagulation  Monitor ketat tanda-tanda
dapat mengganggu kesehatan Kriteria Hasil : perdarahan
Faktor Resiko : • Tidak ada hematuria dan  Catat nilai Hb dan HT sebelum dan
• Aneurisme hematemesis sesudah terjadìnya perdarahan
• Sirkumsisi • Kehilangan darah yang  Monitor nilai lab (koagulasi) yang
• Defisiensi pengetahuan terlihat meliputi PT, PTT, trombosit
• Koagulopati intravaskuler • Tekanan darah dalam batas  Monitor TTV ortostatik
diseminata normal sistol dan diastole  Pertahankan bed rest selama
• Riwayat jatuh • Tidak ada perdarahan perdarahan aktif
• Gangguan gastrointestina pervagina
 Kolaborasi dalam pemberian produk
• (mis.,penyakit ulkus lambung, • Tidak ada distensi abdominal
darah (platelet atau fresh frozen
polip, varises) • Hemoglobin dan hematrokrit
plasma)
• Gangguan fungsi hati (mis, dalam batas normal
 Lindungi pasien dari trauma yang
sirosis, hepatitis) • Plasma, PT, PTT dalam dapat menyebabkan perdarahan
• Koagulopati inheren (mis, batas normal  Hindari mengukur suhu lewat rectal
trombositopenia)  Hindari pemberian aspirin dan
anticoagulant
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake makanan yang
banyak mengandung vitamin K
 Hindari terjadinya konstipasi dengan
menganjurkan untuk
mempertahankan intake cairan yang
adekuat dan pelembut feses
 Bleeding reduction
 Identifikasi penyebab perdarahan
 Monitor trend tekanan darah dan
parameter hemodinamik
(CVP,pulmonary capillary / artery
wedge pressure
 Monitor status cairan yang meliputi
intake dan output
 Monitor penentu pengiriman oksigen
ke jaringan (PaO2, SaO2 dan level
Hb dan cardiac output)
 Pertahankan patensi IV line
 Bleeding reduction: wound/luka
 Lakukan manual pressure (tekanan)
pada area perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1&2.


Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC

Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan TB, Widya Medika: Jakarta

Departemen Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional


Penanggulangan TB. Jakarta

Doenges, ME at. All., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan, Edisi III, Cetakan I, EGC,
Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta:
FKUI

Anda mungkin juga menyukai