Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU

DISUSUN OLEH :

KARMENIYANTI

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA

2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU ( TB PARU )

1. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB
(mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara ke
dalam paru-paru, dan menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah
seperti kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya.
TB merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan di tempat tinggal
dengan lingkungan padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan tehradap peningkatan jumlah kasus TB.

2. Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit :
a. Tuberkulosis paru
TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena
adanya lesi pada jaringan paru.
b. Tuberkulosis ekstra paru
TB yang terjadi pada organ selain paru misalnya kelenjar limfe, pleura, abdomen, saluran
kencing, kulit, selaput otak, sendi dan tulang.

2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:


a. Klien baru TB: klien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB paru sebelumnya atau
sudah pernah menelan OAT namun kurang dari satu bulan (< 28 dosis).
b. Klien yang pernah diobati TB: klien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama satu
bulan atau lebih (≥ 28 hari).
c. Klien berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
1) Klien kambuh: klien TB paru yang pernah dinayatakn sembuh dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi
2) Klien yang diobati kembali setelah gagal: klien TB paru yang pernah diobati dan gagal pada
pengobatan terakhir.
3) Klien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): klien TB paru yang
pernah diobati dan dinyatakan lost to follow-up (dikenal sebagai pengobatan klien setelah putus
berobat).
4) Lain-lain: klien TB paru yang pernah diobati tetapi hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak
diketahui.
3. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat:
Pengelompokkan penderita TB berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari mycobacterium
tuberculosis terhadap OAT:
a. Mono resisten (TB MR): resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.
b. Poli resisten (TB PR): resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid
(H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
c. Multidrug resisten (TB MDR): resisten terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan. d. Extensive drug resistan (TB XDR): TB MDR sekaligus resisten terhadap salah
satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
(Kanamisin, Kapreomisin, Amikasin).
e. Resisten Rifampisin (TB RR): resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi
terhadap OAT lain yang terdeteksi.
4. Klasifikasi penderita TB berdasarkan status HIV:
a. Klien TB dengan HIV positif
b. Klien TB dengan HIV negatif
c. Klien TB dengan status HIV tidak diketahui
3. Tanda dan Gejala.
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk lebih dari 3 minggu, nyeri dada, malaise, sesak nafas,
batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala
sistemik dan respiratorik.

1. Gejala sistemik yaitu :


a. Demam
Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehingga timbul gejala demam. Ketika
mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara ke paru dan menempel pada bronkus atau
alveolus untuk memperbanyak diri, maka terjadi peradangan (inflamasi) ,dan metabolisme
meningkat sehingga suhu tubuh meningkat dan terjadilah demam.

b. Malaise
Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan, pegal-pegal, penurunan berat
badan dan mudah lelah

2. Gejala respiratorik yaitu :


a. Batuk
Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul peradangan menjadi
produktif atau menghasilkan sputum yang terjadi lebih dari 3 minggu

b. Batuk darah
Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang terjadi akibat dari pecahnya pembuluh
darah. Darah yang dikeluarkan bisa bervariasi, berupa garis atau bercak darah, gumpalan darah
atau darah segar dalam jumlah yang banyak.

c. Sesak nafas
Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan. Sesak nafas ditemukan jika penyakit berkelanjutan
dengan kerusakan paru yang meluas atau karena adanya hal lain seperti efusi pleura,
pneumothorax dan lain-lain.

d. Nyeri dada
Gejala nyeri dada dapat bersifat bersifat lokal apabila yang dirasakan berada pada tempat
patologi yang terjadi, tapi dapat beralih ke tempat lain seperti leher,abdomen dan punggung.
Bersifat pluritik apabila nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang terasa tajam
seperti ditusuk-tusuk pisau
4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara
umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)

b. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.- Pada
kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau


kerusakan paru karena TB.
d. Laboratorium : - Darah : leukosit meninggi, LED meningkat- Sputum : pada kultur ditemukan
BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

5. Sanitasi Lingkungan
Hubungan lingkungan fisik dengan keberadaan Mycobacterium tuberculosis dipengaruhi
oleh tiga aspek, yaitu suhu, kelembaban dan pencahayaan. Secara umum sifat bakteri TBC
adalah tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama
pada suhu antara 4 ͦ C sampai minus 70 ͦ C. Sehingga dengan adanya paparan langsung dari
sinar ultraviolet, sebagian besar bakteri akan mati dalam waktu beberapa menit.

Rumah yang tidak memenuhi persyaratan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
penyakit TBC paru karena percikan dahak dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab. Kelembaban di atas 60% dapat membuat bakteri TBC
bertahan hidup selama beberapa jam dan dapat menginfeksi penghuni rumah.
6. Tindakan awal yang dilakukan

1.Berobat Secepatnya ke Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan Terdekat


Hal pertama yang bisa Anda lakukan adalah berobat dengan tekun dan tekad untuk sembuh
yang kuat. Pengobatan tuberkulosis harus sesuai dengan tipe yang diderita. Oleh sebab itu,
pengobatannya wajib diawasi dokter dan dilakukan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit
maupun puskesmas.

2. Lakukan Pengobatan Sampai Tuntas


Pengobatan yang tidak teratur dapat menyebabkan penderitanya mengalami tuberkulosis
resistan obat. Kalau sudah begitu, pengobatan oral untuk penyakit ini bisa diubah menjadi
metode suntik, dan butuh waktu yang lebih lama lagi (lebih dari enam bulan) untuk
menyembuhkannya.

3. Kontrol Secara Teratur


Tak cuma rutin minum obat, penderita tuberkulosis juga wajib melakukan pemeriksaan
kesehatannya secara teratur. Kontrol dan pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
mengetahui progres pengobatan penyakit.

4.Jangan Menularkan Penyakit Anda


Tuberkulosis dapat ditularkan melalui udara dan droplet (percikan lendir) penderitanya. Oleh
karena itu, selama masa pengobatan berlangsung, sebaiknya jangan terlalu banyak beraktivitas
di lingkungan yang ramai, apalagi bila Anda tidak memakai masker.

5. Cegah Kekambuhan
Meskipun dapat disembuhkan, penyakit TBC juga bisa kambuh. Terutama saat imunitas tubuh
penderitanya menurun.
Karena itu, selalu jaga daya tahan tubuh Anda dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, rutin berolahraga, dan istirahat cukup. Bila perlu, selalu gunakan masker saat Anda
keluar rumah agar tak mudah terinfeksi kembali

6. Dapatkan Vaksin BCG


Vaksin BCG juga tidak boleh dilewatkan, khususnya bagi Anda yang belum pernah terkena
tuberkulosis. Dengan begitu, Anda pun akan terhindar dari penyakit menular ini.
Karena sebagian besar penularan berasal dari kasus TB paru orang dewasa, vaksin BCG
umumnya digunakan untuk melindungi anak-anak, daripada untuk menghentikan penularan di
antara orang dewasa.

7. Terapkan Etika Batuk yang Baik


Jika Anda memiliki TB, terapkanlah etika batuk yang baik dan benar. Selalu tutup mulut dan
hidung dengan tisu ketika batuk atau bersin. Lalu buang tisu bekas tersebut di tempat sampah.
Jika Anda tidak memiliki tisu, maka Anda harus batuk atau bersin ke lengan atas bagian dalam
(siku). Setelah batuk, cucilah tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
8. Lakukan Tindakan Kesehatan Lainnya
Anda menemukan kasus TB di lingkungan sekitar? Jangan ragu untuk segera melaporkan
ke dinas kesehatan setempat. Periksa juga semua anggota keluarga serumah untuk
mendeteksi kemungkinan TB, serta upayakan pengobatannya.
Demikianlah penanganan pertama pada TBC yang dapat Anda lakukan. Jangan sampai
terdiagnosis tuberkulosis menjadikan Anda patah semangat. Ingat, tuberkulosis bisa
disembuhkan dan dihentikan penularannya. Yang terpenting adalah lakukan pengobatan
dengan tekad kuat, disiplin, dan konsisten.
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Muhammadiyah Ponorogo. (2015). Tuberkulosis Paru. Jawa Timur

Maria. 2015. Hubungan Perilaku dan Sanitasi Lingkungan dengan Pasien Tuberkulosis Paru.
Journal of Borneo Holistic Health.

Afni. (2021). Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru. Semarang.

DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES Centers for Disease Control and
Prevention National Institute for Occupational Safety and Health (2009). Environmental
Control for Tuberculosis: Basic Upper-Room Ultraviolet Germicidal Irradiation Guidelines for
Healthcare Settings. DHHS (NIOSH) Publication No. 2009-105

Bobtriyan. (2020). Tindakan awal yang harus dilakukan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai