TUBERCULOSIS
Kelompok 4
Anggota Tim:
• Ghina Hanifa
2330122213
• Hanum Fradila
2330122214
• Indah Aprilia Sari
2330122215
• Jeihan Zahira Dianda
2330122216
Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosa (MTB). penularan bakteri ini dapat
terjadi di udara seperti melalui batuk, bersin, meludah, tetesan air liur dll
.
Klasifikasi
1. Klasifikasi Berdasarkan Organ tubuh yang Terkena
Dibagi menjadi dua yaitu:
• Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
parenkim paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus.
• Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang
organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, alat
kelamin dan lain-lain
Klasifikasi
2. Klasifikasi Berdasrkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Berdasarkan klasifikasi ini TB paru dibagi menjadi dua yaitu:
a) Tuberkulosis BTA positif
sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif,
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis,
1 dari spesimen dahak hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif,
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
Klasifikasi
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnositik TB paru BTA negatif harus meliputi:
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberculosis
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
Ditentukan oleh dokter untuk di beri pengobatan
Klasifikasi
3. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat keparahan Penyakit
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, maka TB paru
BTA negatif foto toraks positif dibagi menjadi berat dan ringan,
dikatakan berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas dan keadaan umum pasien
buruk
Klasifikasi
4. Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Baru, adalah pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
Kambuh (relaps), adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
di diagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di
suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah
Etiologi
Infeksi TB Paru melalui udara terjadi melalui inhalasi droplet yang mengandung
bakteri-bakteri basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi/pasien dengan
TB BTA positif. Saat penderita TB BTA positif batuk atau bersin, ia menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet).
Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung
pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Kuman
dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan dalam suasana lembab dan gelap.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, maka
semakin menular penderita tersebut.
Patofisiologi .
Patofisiologi
TBC disebabkan oleh masuknya mikroorganisme mycobacterium tuberkulosis. Bakteri TBC ini masuk
kedalam saluran nafas, maka asan langsung terjadi respon imun non spesifik yaitu adanya respon dari sel-sel
fagosit terutama makrofag. Tetapi karena kuatnya bakteri TBC ini makrofag tidak mampu untuk membunuh
mycobacterium tuberculosis. sehingga, didalam set-sel makrofag meskipun Sudah difagositosis dia tidak mati
malahan dia akan melakukan reflikasi didalam sel sel makrofag. Akhirnya makrofak kalah sehingga pada
tempat intersi tersebut dimana makrofag Kalah dia membentuk koloni ditempat tersebut, koloni ini disebut
dengan fokus gahn kemudia koloni ini menyebar melalui pembuluh limfe regional yang ada diparu paru
sehingga disana mengakibatkan limfangitis dan limfadenitis. limpangitis adalah peradangan pada pembuluh
limfe sedangkan limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar limfe. Adanya limfangitis, limfadenitis dan
fokus gohn, ketiganya disebut komplek primer. kompleks primer bisa dikalahkan oleh respon imun seluler
dan akan terjadi Fibrosis/ klasifikasi sehingga ketika terjadi Fibrosis / klasifikasi maka pasien akan sembuh
dan sebaliknya jika respon imun seluler kalah maka Fokus gohn akan meluas dan menghancurkan Jaringan
sekitarnya sehingga terjadi nekrosis, perkijuan atau Jaringan menjadi lembek. ketika jaringan yang lembek
ini merangsang batuk jaringan ini akan pecah dan mengakibatkan adanya kavitas pada pemeriksaa radiologi
Batuk ini bisa sampai memecah pembuluh darah yang ada disekitarnya sehingga terjadilah batuk darah.
Manifestasi Klinis
Menurut Tabrani Rab (2013), Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada
tipe infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala
pneumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat juga terdapat dalam bentuk
pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri
pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan
sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat gejala penurunan
berat badan, keringat dingin pada malam hari, tempratur subfebris, batuk berdahak lebih dari
dua minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus,
sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah yang masif,
TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti
meningitis, tuberlosismiliar, peritonitisdengan fenoma papan catur, tuberkulosis ginjal, sendi,
dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa skrofuloderma. Menurut Brunner
dan Suddarth (2013), Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi antipikal pada lansia, seperti
perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia, dan penurunan berat
badan. Basil TB Paru dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman .
Pemeriksaan Penunjang
• Pasien terduga TB harus menjalani pemeriksaan bakteriologis untuk
mengkonfirmasi penyakit TB.
• Pemeriksaan bakteriologis merujuk pada pemeriksaan apusan dari sediaan
biologis (dahak atau spesimen lain), pemeriksaan biakan dan identifikasi
M. tuberculosis atau metode diagnostik cepat yang telah mendapat
rekomendasi WHO
.
Penatalaksanaan farmakologi dan
non farmakologi
1. Non Farmakologi
Terapi nonfarmakologi adalah bentuk pengobatan tanpa obat-
obatan yaitu dengan cara pendekatan, edukasi dan pemahaman
mengenai suatu penyakit
c. Berolahraga secara rutin. Jika penderita bisa olahraga secara rutin misal
jogging atau senam, maka akan membantu peredaran darah dan
metabolism dalam tubuh menjadi lancar sehingga virus penyebab TBC tidak
akan mampu berkembang atau duplikasi diri menjadi banyak.
Prinsip pengobatan TB
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB.
Tahapan Pengobatan TB
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan
2. Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh, khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah
terjadinya kekambuhan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Pengobatan tuberculosis terdapat beberapa kategori :
Kategori 2 2(HRZES)/1(HRZE)/5(HR)3(E)3
Dosis Rekomendasi
Harian 3 kali per minggu
OAT
Dosis (mg/kg BB) Maksimum (mg) Dosis (mg/kg Maksimum (mg)/hari
BB)
Isoniazid (H) 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
17 – 22 kg 4 tablet 4 tablet
23 - 30 kg 5 tablet 5 tablet
Peringatan/Perhatian:
Diperingatkan hati-hati jika menggunakan Isoniazid padasakit hati kronik, disfungsi ginjal, riwayat gangguan
konvulsi Perlu dilakukan monitoring bagi peminum alkohol karena menyebabkan hepatitis, penderita yang
mengalami penyakit hati kronis aktif dan gagal ginjal, penderita berusia lebih dari 35 tahun, kehamilan,
pemakaian obat injeksi dan penderita dengan seropositif HIV. Disarankan menggunakan Piridoksin 10-2 mg
untuk mencegah reaksi adversus.
Dosis:
Dosis anak: 10-20 mg/kg/ hari dosis tunggal.
Indikasi:
Rifampicin (R)
Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan
dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang
Kontraindikasi:
Hipersensitifitas, ikterus, gangguan fungsi hati, porfiria, bayi prematur,
neonatus
Mekanisme kerja:
Bersifat bakterisid,dapat membunuh kuman semi dormant.
Menghambat sintesa asam nukleat mycobacterium TBC.
Interaksi Obat:
Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi dikurangi oleh antasida, mempercepat
metabolisme, menurunkan kadar plasma dari dizopiramid, meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat metabolisme
kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen, teofilin, tiroksin, anti depresan trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat
klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea), fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol, terbinafin.
Efek Samping:
Mual, diare, nausea, peningkatan sen transaminase, gggum saraf pat gangguan penglihatan, trombositopenis, leskopenia,
anemia ho, urine bewarna merah. Dianjurkan untuk tidak digunakan semasa kehamilan karena obat ini dapat menembus
sawar urin
Perhatian:
Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, alkoholisme, hamil trimester
Dosis dan Rute:
10 mg/kg BB diberikan bersama untuk pengobatan harian maupun untuk intermiten 3 kali seminggu. TB Dewasa: 450 mg
1x/hari. Anak: 10-20 mg/kg BB 1x/hari. Max: 600 mg/hari.
PIRAZINAMID (Z)
Indikasi: Sebagai OAT yang digabung dengan obat anti TB yang lain.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas, gangguan fungsi hati, dan gangguan fungsi ginjal
Mekanisme kerja:
Bakteriostatis dan bakterisid terhadap Afycobacterium tuberculosa
tergantung dosis pemberian.
Efek Samping:
kerusakan hati, mual, muntah, malaise, demam
Perhatian: hati-hati pada penderita hiperurisemia dan encok akut, harus dilakukan uji fungsi hati
dan ginjal.
Interaksi Obat: Dapat berinteraksi dengan probenesid dan ziduvudine
Farmakokinetika:
Pirazinamid mudah diserap di usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh. Dosis 1 gram menghasilkan
kadar plasma 45µg/ml. pada 2 jam setelah pemberian obat. Eksresinya terutama melalui filtrasi
glomerulus. Asam pirazinoat yang aktiv kemudian mengalami hidroksilasi menjadi asam
hidropirazinoat yang merupakan metabolit utama. Masa paruh eliminasi obat ini adalah 10-16
jam.
Dosis dan Rute:
Dosis anak :15-30 mg/Kg BB per hari oral. Sediaan: tablet 500 mg
ETAMBUTOL (E)
Indikasi:
Etambutol diindikasikan dalam terapi tuberkulosis paru
Kontraindikasi : diontraindikasikan paa pasien yang memilii
hipersensitivitas terhadap ethambutol dan pasien dengan neuritis
optik
Mekanisme kerja:
Ethambutol termasuk anti bakteri yang bersifat bakteriostatik
mekanisme kerjanya adalah menghabtat sintesa RNA pada kuman yang
sedang membelah juga menghindari terbentukna mycolic acid pada
dinding sel
Efek Samping: gangguan penglihatan
Perhatian: turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal, lansia, kehamilan
dalam waktu yang sama atau berdekatan dengan aluminium hidroksida
Farmakokinetika:
Pada pemebrian oral sekitar 75-80% ethambutol diserap oleh saluran cerna dan dieksresikan lagi melalui urin
dengan kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-4 jam setelah pemberian
Dosis :
Dosis harian sebesar 15-20mg/kgBB, diberikan sekali sehari. Dosis maksimum sebesar 1250mg/hari
Interaksi Obat:
a. Penurunan efektivitas allopurinol dan probenecid untuk menurunkan asam jika digunakan
bersamaan
b. Peningkatan resiko terjadinya gangguan fungsi hati jika digunakan dnegan leflunomide dan
methotrexate
c. Peningkatan resiko terjadinya gangguan saraf jika digunakan dengan lovodopa, chloramphenicol
lovastatin
d. Penurunan penyerapan dan efektivitas etambutol jika digunakan
STREPTOMISIN (S)
Indikasi : untuk penatalaksanaan tuberkulosis,
Mekanisme kerja:
sreotomisin termasuk anti bakteri yang bersifat bakterisidal
mekanisme kerja streptomisim adalah menghambat sintesa protein dari bakteri untuk
tumbuh dan berkembang, sehingga bakteri akhirnya mati.
Efek Samping: gangguan keseimbangan dan pendengaran
Kontra indikasi:.
Dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan ginjal yang diketahui, yang secara
langsung terkait dengan ketidakmampuan mereka untuk mengeluarkan streptomisin pada
tingkat yang sama pada individu dengan fungsi ginjal normal. Kontraindikais pada kehamilan
karena kemampuannya melewati plasenta dalam kombinasi dengan efek ototoksiknya yang
diketahui. Streptomisin juga dianggap teratogenik antibiotik aminoglikosida juga
dikontraindikasikan pada pasien dengan myasthenia gravis karena penghambatan transmisi
neuromuskuler, yang mengarah keambang yang lebih rendah untuk blokade neuromuskuler.
Interaksi Obat:
Efek ototoksik dari aminoglikosida, termasuk streptomisin, diperkuat oleh pemberian
bersama asam etharynic, furosemide, manitol dan kemungkinan diuretik lainnya
Farmakokinetika:
Absorbsi dari streptomisin sangatlah buruk apabila diberikan dnegan rute peroral, sehingga streptomisin harus
diberikan dengan rute intravena atau intramuskular. Cmax=25-50 μg/mL setelah diinjeksikan intramuskular dengan
dosis 0,7-1 g yang dicapai dalam kurun waktu 1 jam. Sebesar 34% streptomisin akan terikat dengan protein plasma
Dosis:
Orang dewasa harus diberi 15mg/kgBB per hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam, dengan maksimum 1000mg per
hari. Anak-anak harus mendapat 15-40 mg/kgBB per hari dalam dosis terbagi setiap 12-24 jam dan tidak boleg lebih
dari 1000mg/hari.
Algoritma TB
Ilustrasi
Pada tanggal 12 Februari 2024 pukul 12.45 WIB,
pasien baru masuk IGD di RSUD MH4T Sungai
Penuh dengan keluhan pasien mengalami
demam, sejak 1 minggu yang lalu. BAB hitam
kecoklatan, sesak nafas, BAK nyeri, batuk kering
sejak 2 hari dan kesulitan untuk tidur. Pasien
memiliki riwayat hipertensi. Pasien merupakn
pedagang ikan dipasar dan tinggal bersama istri
dan anaknya yang sudah berkeluarga.
Kasus
Seorang pasien laki-laki umur 73 tahun bekerja sebagai
pedagang masuk IGD dengan keluhan demam sejak seminggu
yang lalu, BAB hitam kecoklatan dan batuk kering sejak 2 hari yang
lalu. Pasien juga mengatakan nyeri pada saat BAK, riwayat
penyakit terdahulu adalah hipertensi. Hasil pemeriksaan tanda
vital didapatkan nadi 73x/menit, pernafasan 28x/menit, suhu
370C, TD 120/76mmHg, hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan hematokrit 36 %, trombosit 483.000mm3, leukosit
12.000mm3, natrium 119mmol/l, kalium 4.0mmol/l. pasien
mendapat terapi di IGD IVFD NaCl 3% 12 j/k, inj Ceftriaxon 2x1 gr
IV, Inj Dexamethason 2x5 mg IV, Inj Lansoprazol 1x30 mg IV.
• TERAPI BANGSAL PARU (rawat inap) • TERAPI PULANG
Terima Kasih