Anda di halaman 1dari 40

TB

TUBERCULOSIS
Kelompok 4
Anggota Tim:
• Ghina Hanifa
2330122213
• Hanum Fradila
2330122214
• Indah Aprilia Sari
2330122215
• Jeihan Zahira Dianda
2330122216
Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosa (MTB). penularan bakteri ini dapat
terjadi di udara seperti melalui batuk, bersin, meludah, tetesan air liur dll
.
Klasifikasi
1. Klasifikasi Berdasarkan Organ tubuh yang Terkena
Dibagi menjadi dua yaitu:
• Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
parenkim paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus.
• Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang
organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, alat
kelamin dan lain-lain
Klasifikasi
2. Klasifikasi Berdasrkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Berdasarkan klasifikasi ini TB paru dibagi menjadi dua yaitu:
a) Tuberkulosis BTA positif
 sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif,
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis,
 1 dari spesimen dahak hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif,
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
Klasifikasi
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnositik TB paru BTA negatif harus meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberculosis
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
 Ditentukan oleh dokter untuk di beri pengobatan
Klasifikasi
3. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat keparahan Penyakit
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, maka TB paru
BTA negatif foto toraks positif dibagi menjadi berat dan ringan,
dikatakan berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas dan keadaan umum pasien
buruk
Klasifikasi
4. Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya
 Baru, adalah pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
 Kambuh (relaps), adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
di diagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
 Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di
suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah
Etiologi
Infeksi TB Paru melalui udara terjadi melalui inhalasi droplet yang mengandung
bakteri-bakteri basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi/pasien dengan
TB BTA positif. Saat penderita TB BTA positif batuk atau bersin, ia menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet).
Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung
pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Kuman
dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan dalam suasana lembab dan gelap.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, maka
semakin menular penderita tersebut.
Patofisiologi .
Patofisiologi
TBC disebabkan oleh masuknya mikroorganisme mycobacterium tuberkulosis. Bakteri TBC ini masuk
kedalam saluran nafas, maka asan langsung terjadi respon imun non spesifik yaitu adanya respon dari sel-sel
fagosit terutama makrofag. Tetapi karena kuatnya bakteri TBC ini makrofag tidak mampu untuk membunuh
mycobacterium tuberculosis. sehingga, didalam set-sel makrofag meskipun Sudah difagositosis dia tidak mati
malahan dia akan melakukan reflikasi didalam sel sel makrofag. Akhirnya makrofak kalah sehingga pada
tempat intersi tersebut dimana makrofag Kalah dia membentuk koloni ditempat tersebut, koloni ini disebut
dengan fokus gahn kemudia koloni ini menyebar melalui pembuluh limfe regional yang ada diparu paru
sehingga disana mengakibatkan limfangitis dan limfadenitis. limpangitis adalah peradangan pada pembuluh
limfe sedangkan limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar limfe. Adanya limfangitis, limfadenitis dan
fokus gohn, ketiganya disebut komplek primer. kompleks primer bisa dikalahkan oleh respon imun seluler
dan akan terjadi Fibrosis/ klasifikasi sehingga ketika terjadi Fibrosis / klasifikasi maka pasien akan sembuh
dan sebaliknya jika respon imun seluler kalah maka Fokus gohn akan meluas dan menghancurkan Jaringan
sekitarnya sehingga terjadi nekrosis, perkijuan atau Jaringan menjadi lembek. ketika jaringan yang lembek
ini merangsang batuk jaringan ini akan pecah dan mengakibatkan adanya kavitas pada pemeriksaa radiologi
Batuk ini bisa sampai memecah pembuluh darah yang ada disekitarnya sehingga terjadilah batuk darah.
Manifestasi Klinis
Menurut Tabrani Rab (2013), Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada
tipe infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala
pneumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat juga terdapat dalam bentuk
pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri
pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan
sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat gejala penurunan
berat badan, keringat dingin pada malam hari, tempratur subfebris, batuk berdahak lebih dari
dua minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus,
sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah yang masif,
TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti
meningitis, tuberlosismiliar, peritonitisdengan fenoma papan catur, tuberkulosis ginjal, sendi,
dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa skrofuloderma. Menurut Brunner
dan Suddarth (2013), Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi antipikal pada lansia, seperti
perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia, dan penurunan berat
badan. Basil TB Paru dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman .
Pemeriksaan Penunjang
• Pasien terduga TB harus menjalani pemeriksaan bakteriologis untuk
mengkonfirmasi penyakit TB.
• Pemeriksaan bakteriologis merujuk pada pemeriksaan apusan dari sediaan
biologis (dahak atau spesimen lain), pemeriksaan biakan dan identifikasi
M. tuberculosis atau metode diagnostik cepat yang telah mendapat
rekomendasi WHO

Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dapat dilakukan dengan 2


metode

1.Metode konvensional uji kepekaan obat


2.Metode cepat uji kepekaan obat (uji diagnostik molekular cepat)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Labratorium
 Kultur

Untuk mengidentifikasi suatu mikroorganisme yang menyebabkan infeksi klinis


pada sistem pernpasan
 Sputum

Untuk mengidentifikasi suatu organisme patogenik dan menentukan adanya sel-


sel maligna di dalam sputum. Pemeriksaan sputum Basil Tahan Asam (BTA)
adalah pemeriksaan yang khusus dilakukan untuk mengetahui adanya
mycobacterium tuberculosis

2.Pemeriksaan Radiologi Dada (Photo Thorax)


Untuk memberikan gambaran karakteristik untuk TB paru, yaitu adanya lesi
terutama bagin atas paru, bayangan yang berwarna atau terdapat bercak, adanya
kavitas pada lapang dada, adanya lesi bilateral khususnya di atas paru, adanya
bayangan abnormal yang menetap pada foto toraks.

.
Penatalaksanaan farmakologi dan
non farmakologi
1. Non Farmakologi
Terapi nonfarmakologi adalah bentuk pengobatan tanpa obat-
obatan yaitu dengan cara pendekatan, edukasi dan pemahaman
mengenai suatu penyakit

a. Mengkonsumsi makanan bergizi salah satu penyebab munculnya


penyakit TBC adalah kekurangan gizi seperti mineral dan vitamin. Maka
dari itu akan sangat penting bilamana penderita secara mengkonsumsi
makanan bergizi, makanan bergizi tersebut seperti buah, sayur dan ikan
laut. Akan tetapi hindari buah yang banyak mengandung lemak jahat atau
gas seperti buah nangka, buah durian, dondong dan buah nanas.
b. Tinggal di lingkungan sehat. Lingkungan yang sehat akan membantu
penderita penyakit TBC untuk segera sembuh, karena penyakit ini debabkan
oleh virus sehingga jika penderita berada di lingkungan yang kotor maka
akan menyebabkan virus tersebut semakin berkembang sehingga akan
memperburuk keadaan.

c. Berolahraga secara rutin. Jika penderita bisa olahraga secara rutin misal
jogging atau senam, maka akan membantu peredaran darah dan
metabolism dalam tubuh menjadi lancar sehingga virus penyebab TBC tidak
akan mampu berkembang atau duplikasi diri menjadi banyak.

d. Mengurangi makanan bernatrium dan kafein. Penyakit TBC akan


semakin parah apabila penderita masih secara rutin mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung natrium dan kafein seperti junkfood,
kerang, saus instan, kopi, cappuccino, mocacino. Dengan menghindari
makanan bernatrium ataupun berkafein tinggi maka penyembuhan penyakit
TBC dapat berjalan dengan baik.
2. Farmakologi

Tujuan pengobatan TB adalah :


1. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas
hidup.
2. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk
selanjutnya
3. Mencegah terjadinya kekambuhan TB
4. Menurunkan risiko penularan TB.
5. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat.

Prinsip pengobatan TB
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB.
Tahapan Pengobatan TB
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan

1. Tahap Awal / Insentif


Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan
untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan
meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak
sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien
baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur
dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan
selama 2 minggu pertama.

2. Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh, khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah
terjadinya kekambuhan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Pengobatan tuberculosis terdapat beberapa kategori :

1. Kategori 1 : pasien dengan kasus baru


2. Kategori 2 : pasien dengan lama (kambuhan, lalai/ gagal
terapi)
3. Pengobatan pada anak
4. Pengobatan pada ibu hamil
5. Pengobatan pada pasien TB resisten Obat
Panduan OAT yang digunakan
KATEGORI PENGOBATAN
Kategori 1 2HRZE/4 (HR)3

Kategori 2 2(HRZES)/1(HRZE)/5(HR)3(E)3

Pengobatan pada anak 2(RHZ) / 4(HR)

Pengobatan pada ibu hamil Mengikuti pemgobatan dewasa


kecuali streptomicin dan
menghindari etambutol

Pengobatan pada pasien TB OAT lini ke2 yaitu


resisten Obat kanamicin,kapreomisin,levofloksa
sin, etionamide, sikloserin,
moksifloksasin, bedaquilin,
clofazimin, linezolid, delmanid
Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa

Dosis Rekomendasi
Harian 3 kali per minggu
OAT
Dosis (mg/kg BB) Maksimum (mg) Dosis (mg/kg Maksimum (mg)/hari
BB)
Isoniazid (H) 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900

Rifampisin (R) 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600

Pirazinamid (Z) 25 (20-30) - 35 (30-40) -

Etambutol (E) 15 ( 15-20) - 30 (25-35) -

Streptomisin (S) 15 (12-18) - 15 (12-18) -


OAT Kategori 1
2(RHZE)/4(HR

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Berat Badan Setiap hari selama 56 hari Setiap hari selama 16 minggu
RHZE (150/75/400/275 mg) RH (150/75 mg)

30 – 37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet

38 - 54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet

55 – 70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet

≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet


OAT Kategori 1
2(RHZE)/4(HR)3
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Berat Setiap hari selama 56 hari 3 x seminggu selama
Badan RHZE (150/75/400/275 mg) 16 hari
RH (150/150 mg)

30 – 37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT

38 - 54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT

≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT


OAT Kategori 2
- Pasien kambuh
- Pasien gagal pada pengobaatan dengan panduan OAT kategori 1 sebelumnya
- Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat

Dosis Harian : 2(RHZE)S/(RHZE)/5(RHE)

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Berat Setiap hari selama 56 hari Setiap hari
Badan RHZE (150/75/400/275 mg) + S RHE (150/75/275 mg)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30 – 37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg S inj 2 tablet 4 KDT 2 tablet

38 - 54 kg 3 tablet 4 KDT + 750 mg S inj 3 tablet 4 KDT 3 tablet

55 – 70 kg 4 tablet 4 KDT + 1000 mg S inj 4 tablet 4 KDT 4 tablet

≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT + 100 mg S inj 5 tablet 4 KDT 5 tablet


OAT Kategori 2
Dosis harian fase awal & dosis intermiten fase lanjutan
2(RHZE)S/(RHZE)/5(RH)3E3)
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Berat Setiap hari selama 56 hari 3 x seminggu
Badan RHZE (150/75/400/275 mg) + S RH (150/150 mg) + E (400 mg)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30 – 37 kg 2 tablet 4 KDT + 500 mg S inj 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT + 2 tablet E

38 - 54 kg 3 tablet 4 KDT + 750 mg S inj 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT + 3 tablet E

55 – 70 kg 4 tablet 4 KDT + 1000 mg S inj 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT + 4 tablet E

≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT + 100 mg S inj 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT + 5 tablet E


OAT pada pasien anak
Berat Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Badan 2 Bulan 4 Bulan
RHZ (75/50/150 mg) HR (75/50 mg)
5 – 7 kg 1 tablet 1 tablet
8 - 11 kg 2 tablet 2 tablet
12 – 16 kg 3 tablet 3 tablet

17 – 22 kg 4 tablet 4 tablet

23 - 30 kg 5 tablet 5 tablet

BB > 30 kg diberikan 6 tablet atau menggunakan KDT dewasa


OAT pada pasien anak
Keterangan :
- Bayi < 5 kg, pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam bentuk KDT
dan sebaiknya dirujuk ke RS.
- Apabila ada kenaikan BB, dosis OAT mengikuti BB saat itu.
- Untuk anak obesitas, dosis OAT menggunakan BB ideal (sesuai
umur).
- OAT KDT harus diberikan secara utuh (jangan dibelah/digerus).
- OAT dapat diberikan secara diteln, dikunyah ataau dimasukkan air
daalam sendok.
- OAT diberikan saat perut kosong atau paling cepat 1 jam sesudah
makan.
- Bila INH dikombinasikan ddengaan rifampisin, dosis INH tidak boleh
melebii 10 mg/Kg/BB/Hari.
ISONIAZID (H)
indikasi : Obat ini diindikasikan untuk terapi ser benik tuberkulosis aktif.
disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang beriko ting
mendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama
dengan antituberkulosis lain.
kontraindikasi : Kontra indikasinya adalah riwayat hipersensitifitas atau
reaksindversus, termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati
akut, tiap etiolog kehamilan(kecuali risiko terjamin)
mekanisme kerja: Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi
kuman dalambeberapa hari pertama pengobatan. Efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang
berkembang Mekanisme kerja berdasarkan terganggunya sintesa
mycolic acid, yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri.
Farmakokinetika:Pada saat dipakai Isoniazida akan mencapai kadarplasma puncak dalam 1-2 jam sesudah
pemberian peroral dan lebih cepat sesudah suntikan im, kadar berkurang menjadi 50% atau kurang dalam 6
jam. Mudah difusi kedalam jaringan tubuh, organ, atau cairan tubuh, juga terdapat dalam liur, sekresi
bronkus dan cairan pleura, serobrosfina, dan cairan asitik. Metabolisme dihati, terutama oleh karena
asetilasi dan dehidrazinasi (kecepatan asetilasi umumnya lebih dominan). Waktu paro plasma 2-4 jam
diperlama pada insufiensi hati, dan pada inaktivator "lambat". Lebih kurang 75-95 % dosis dickskresikan di
kemih dalam 24 jam sebagai metabolit, sebagian kecil diekskresikan di liur dan tinja. Melintasi plasenta dan
masuk kedalam ASI.
Interaksi:
Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes,tetapi mempunyai efek minimal pada
CYP3A.Pemakaian Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan meningkatnya
konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis. Antikonvulsan seperti fenitoin dan
karbamazepin adalah yang sangat terpengaruh oleh isoniazid.Isofluran, parasetamol dan Karbamazepin,
menyebabkan hepatotoksisitas, antasida dan adsorben menurunkan absopsi, sikloserin meningkatkan
toksisitas pada', menghambat metabolisme karbamazepin, etosaktimid, diazepam, menaikkan kadar plasma
teofilin
ISONIAZID (H)
Efek Samping:
Efek samping dalam hal neurologi parestesia, neuritis perifer gangguan
penglihatan, neuritis optik, atropfi optik, tinitus, vertigo, ataksia,
somnolensi. mimpi berlebihan, insomnia, amnesia, euforia, psikosis
toksis, perubahan tingkah laku, depresi, ingatan tak sempurna,
hiperrefleksia, otot melintir, konvulsi. Hipersensitifitas demam,
menggigil, cropsi kulit (bentuk morbili,mapulo papulo, purpura,
urtikaria), limfadenitis, vaskulitis, keratitis. Hepatotoksik: SGOT dan
SGPT meningkat, bilirubinemia, sakit kuning. hepatitis fatal.
Metaboliems dan endrokrin: defisiensi Vitamin B6, pelagra,
kenekomastia.

Peringatan/Perhatian:
Diperingatkan hati-hati jika menggunakan Isoniazid padasakit hati kronik, disfungsi ginjal, riwayat gangguan
konvulsi Perlu dilakukan monitoring bagi peminum alkohol karena menyebabkan hepatitis, penderita yang
mengalami penyakit hati kronis aktif dan gagal ginjal, penderita berusia lebih dari 35 tahun, kehamilan,
pemakaian obat injeksi dan penderita dengan seropositif HIV. Disarankan menggunakan Piridoksin 10-2 mg
untuk mencegah reaksi adversus.
Dosis:
Dosis anak: 10-20 mg/kg/ hari dosis tunggal.
Indikasi:
Rifampicin (R)
Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan
dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang
Kontraindikasi:
Hipersensitifitas, ikterus, gangguan fungsi hati, porfiria, bayi prematur,
neonatus
Mekanisme kerja:
Bersifat bakterisid,dapat membunuh kuman semi dormant.
Menghambat sintesa asam nukleat mycobacterium TBC.
Interaksi Obat:
Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi dikurangi oleh antasida, mempercepat
metabolisme, menurunkan kadar plasma dari dizopiramid, meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat metabolisme
kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen, teofilin, tiroksin, anti depresan trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat
klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea), fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol, terbinafin.
Efek Samping:
Mual, diare, nausea, peningkatan sen transaminase, gggum saraf pat gangguan penglihatan, trombositopenis, leskopenia,
anemia ho, urine bewarna merah. Dianjurkan untuk tidak digunakan semasa kehamilan karena obat ini dapat menembus
sawar urin
Perhatian:
Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, alkoholisme, hamil trimester
Dosis dan Rute:
10 mg/kg BB diberikan bersama untuk pengobatan harian maupun untuk intermiten 3 kali seminggu. TB Dewasa: 450 mg
1x/hari. Anak: 10-20 mg/kg BB 1x/hari. Max: 600 mg/hari.
PIRAZINAMID (Z)
Indikasi: Sebagai OAT yang digabung dengan obat anti TB yang lain.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas, gangguan fungsi hati, dan gangguan fungsi ginjal
Mekanisme kerja:
Bakteriostatis dan bakterisid terhadap Afycobacterium tuberculosa
tergantung dosis pemberian.
Efek Samping:
kerusakan hati, mual, muntah, malaise, demam
Perhatian: hati-hati pada penderita hiperurisemia dan encok akut, harus dilakukan uji fungsi hati
dan ginjal.
Interaksi Obat: Dapat berinteraksi dengan probenesid dan ziduvudine
Farmakokinetika:
Pirazinamid mudah diserap di usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh. Dosis 1 gram menghasilkan
kadar plasma 45µg/ml. pada 2 jam setelah pemberian obat. Eksresinya terutama melalui filtrasi
glomerulus. Asam pirazinoat yang aktiv kemudian mengalami hidroksilasi menjadi asam
hidropirazinoat yang merupakan metabolit utama. Masa paruh eliminasi obat ini adalah 10-16
jam.
Dosis dan Rute:
Dosis anak :15-30 mg/Kg BB per hari oral. Sediaan: tablet 500 mg
ETAMBUTOL (E)
Indikasi:
Etambutol diindikasikan dalam terapi tuberkulosis paru
Kontraindikasi : diontraindikasikan paa pasien yang memilii
hipersensitivitas terhadap ethambutol dan pasien dengan neuritis
optik
Mekanisme kerja:
Ethambutol termasuk anti bakteri yang bersifat bakteriostatik
mekanisme kerjanya adalah menghabtat sintesa RNA pada kuman yang
sedang membelah juga menghindari terbentukna mycolic acid pada
dinding sel
Efek Samping: gangguan penglihatan
Perhatian: turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal, lansia, kehamilan
dalam waktu yang sama atau berdekatan dengan aluminium hidroksida
Farmakokinetika:
Pada pemebrian oral sekitar 75-80% ethambutol diserap oleh saluran cerna dan dieksresikan lagi melalui urin
dengan kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-4 jam setelah pemberian
Dosis :
Dosis harian sebesar 15-20mg/kgBB, diberikan sekali sehari. Dosis maksimum sebesar 1250mg/hari
Interaksi Obat:
a. Penurunan efektivitas allopurinol dan probenecid untuk menurunkan asam jika digunakan
bersamaan
b. Peningkatan resiko terjadinya gangguan fungsi hati jika digunakan dnegan leflunomide dan
methotrexate
c. Peningkatan resiko terjadinya gangguan saraf jika digunakan dengan lovodopa, chloramphenicol
lovastatin
d. Penurunan penyerapan dan efektivitas etambutol jika digunakan
STREPTOMISIN (S)
Indikasi : untuk penatalaksanaan tuberkulosis,
Mekanisme kerja:
sreotomisin termasuk anti bakteri yang bersifat bakterisidal
mekanisme kerja streptomisim adalah menghambat sintesa protein dari bakteri untuk
tumbuh dan berkembang, sehingga bakteri akhirnya mati.
Efek Samping: gangguan keseimbangan dan pendengaran
Kontra indikasi:.
Dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan ginjal yang diketahui, yang secara
langsung terkait dengan ketidakmampuan mereka untuk mengeluarkan streptomisin pada
tingkat yang sama pada individu dengan fungsi ginjal normal. Kontraindikais pada kehamilan
karena kemampuannya melewati plasenta dalam kombinasi dengan efek ototoksiknya yang
diketahui. Streptomisin juga dianggap teratogenik antibiotik aminoglikosida juga
dikontraindikasikan pada pasien dengan myasthenia gravis karena penghambatan transmisi
neuromuskuler, yang mengarah keambang yang lebih rendah untuk blokade neuromuskuler.
Interaksi Obat:
Efek ototoksik dari aminoglikosida, termasuk streptomisin, diperkuat oleh pemberian
bersama asam etharynic, furosemide, manitol dan kemungkinan diuretik lainnya
Farmakokinetika:
Absorbsi dari streptomisin sangatlah buruk apabila diberikan dnegan rute peroral, sehingga streptomisin harus
diberikan dengan rute intravena atau intramuskular. Cmax=25-50 μg/mL setelah diinjeksikan intramuskular dengan
dosis 0,7-1 g yang dicapai dalam kurun waktu 1 jam. Sebesar 34% streptomisin akan terikat dengan protein plasma
Dosis:
Orang dewasa harus diberi 15mg/kgBB per hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam, dengan maksimum 1000mg per
hari. Anak-anak harus mendapat 15-40 mg/kgBB per hari dalam dosis terbagi setiap 12-24 jam dan tidak boleg lebih
dari 1000mg/hari.
Algoritma TB
Ilustrasi
Pada tanggal 12 Februari 2024 pukul 12.45 WIB,
pasien baru masuk IGD di RSUD MH4T Sungai
Penuh dengan keluhan pasien mengalami
demam, sejak 1 minggu yang lalu. BAB hitam
kecoklatan, sesak nafas, BAK nyeri, batuk kering
sejak 2 hari dan kesulitan untuk tidur. Pasien
memiliki riwayat hipertensi. Pasien merupakn
pedagang ikan dipasar dan tinggal bersama istri
dan anaknya yang sudah berkeluarga.
Kasus
Seorang pasien laki-laki umur 73 tahun bekerja sebagai
pedagang masuk IGD dengan keluhan demam sejak seminggu
yang lalu, BAB hitam kecoklatan dan batuk kering sejak 2 hari yang
lalu. Pasien juga mengatakan nyeri pada saat BAK, riwayat
penyakit terdahulu adalah hipertensi. Hasil pemeriksaan tanda
vital didapatkan nadi 73x/menit, pernafasan 28x/menit, suhu
370C, TD 120/76mmHg, hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan hematokrit 36 %, trombosit 483.000mm3, leukosit
12.000mm3, natrium 119mmol/l, kalium 4.0mmol/l. pasien
mendapat terapi di IGD IVFD NaCl 3% 12 j/k, inj Ceftriaxon 2x1 gr
IV, Inj Dexamethason 2x5 mg IV, Inj Lansoprazol 1x30 mg IV.
• TERAPI BANGSAL PARU (rawat inap) • TERAPI PULANG
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai