2. Penyebab Tuberkulosis
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobaterium tuberculosis dan
Mycobacterium bovis. Kuman ini berukuran 0,5-4 mikron x 0,3-6 mikron dengan bentuk
tipis, lurus atau agak bengkok, bergranuler atau tidak mempunyai selubung, tetapi
mempunyai lapisan luar tebal yang terbentuk dari lipoid (terutama asam mikolat.
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Bakteri Tahan Asam (BTA), serta
tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering
dan dingin, bersifat dorman dan aerob.
4. Gejala Tuberkulosis
Seorang ditetapkan sebagai penderita Tuberkulosis paru apa bila ditemukan gejala klinis
utama.
Gejala utama pada tersangka tuberkulosis yaitu :
1. Batuk berdahak lebih dari 3 minggu
2. Batuk berdarah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
Gejala lain adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi, meriang, dan terjadi
penurunan berat badan. Bila terjadi gejala utama, dahak penderita harus diperiksa dengan
pemeriksaan mikrobiologis.
Pada banyak kasus yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang,
rata-rata penderita TB sebelumnya mengalami gejala batuk berdahak lebih dari 2 minggu,
sesak nafas, nyeri di dada, berkeringat pada malam hari, dan terjadinya penurunan berat
badan. Pada beberapa kasus juga ada yang langsung dengan batuk berdahak.
2. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA+ dan pada
keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala yang sama, harus
diperiksa dahaknya.
3. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak Cost Efektif.
Penemuan penderita untuk program penanggulangan TB di Indonesia ditargetkan
minimal adalah 70%. Tingkat penemuan ini menggambarkan cakupan penemuan
penderita baru TB BTA+ pada wilayah tertentu.
Penemuan penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang dimulai
dari promosi aktif pada waktu posyandu dan puskel, dengan menjelaskan bahaya, gejala
dan pengobatan TB itu sendiri. Serta adanya brosur tentang TB yang disedikan di
Puskesmas untuk dibaca oleh pasien saat menunggu antrian.
Setelah diadakan promosi atau penyuluhan, beberapa masyarakat akan melaporkan
dirinya sendiri atau keluarga ataupun orang disekitarnya yang mengalami gejala TB, yang
nantinya akan dilakukan pemeriksaan dahak untuk menentukan apakah positif TB atau
tidak. Namun sebagian masyarakat enggan untuk memeriksakan dahaknya karena malu
dan masih percaya dengan obat tradisional, serta ada juga masyarakat yang sudah malas
melakukan pemeriksaan dahak dikarenakan hasil pemeriksaan labor yang tidak keluar.
Apabila petugas kesehatan menerima informasi mengenai masyarakat yang mempunyai
gejala TB bahkan sudah positif TB namun penderita tidak mau melakukan pemeriksaan
dan datang ke puskesmas, maka petugas kesehatan yang langsung turun ke rumahnya
untuk memberikan pengarahan agar penderita mau memeriksakan diri dan datagng ke
puskesmas untuk pengobatan.
7. Klasifikasi Penderita
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB memerlukan definisi kasus yang
memberikan batasan baku dari setiap klasifikasi dan tipe penderita. Ada empat hal yang
perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus, yaitu:
a. Organ Tubuh Yang Sakit : Paru Atau Ekstra Paru
1)
Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi
2 yaitu : Tuberkulosis Paru BTA positif (BTA+) dan Tuberkulosis Paru BTA negatif
(BTA-).
2)
Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh selain
jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung
1)
a)
b)
Satu spesimen dahak hasilnya BTA+ dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
c)
d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah tiga spesimen dahak pada
pemeriksaan sebelumnya hasil BTA- dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibotik
non OAT.
2)
a)
b)
c)
d)
Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (empat minggu).
2)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat dua bulan atau lebih dengan BTA
positif.
Di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang terdapat satu penderita yang putus
berobat setelah satu bulan mendapatkan pengobatan dengan keadaan BTA (-) ROT (+).
4)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatan.
6)
Kasus Lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam kelompok ini juga
termasuk kasus kronik, yaitu pasien yang hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
pengobatan ulangan.
Kasus lain yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang adalah
adanya penderita meninggal sebanyak 3 orang pada saat melakukan pengobatan kurang
dari satu minggu.
d. Tingkat keparahan penyakit,
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit yaitu: penyakit ringan dan penyakit
berat. Penyakit TB berat bila gambaran foto toraks memperlihatakan gambaran kerusakan
paru yang luas dan atau keadaan pasien buruk.