Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS :Tuberkulosis di Wilayah Kerja

Puskesmas Koto Baru Simalanggang Tahun 2014


1. Pengertian Tuberkulosis
TB Paru atau TBC atau Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri Mycobaterium Tuberculosis. Penyakit ini merupakan penyebab
kematian terutama di negara-negara berkembang

2. Penyebab Tuberkulosis
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobaterium tuberculosis dan
Mycobacterium bovis. Kuman ini berukuran 0,5-4 mikron x 0,3-6 mikron dengan bentuk
tipis, lurus atau agak bengkok, bergranuler atau tidak mempunyai selubung, tetapi
mempunyai lapisan luar tebal yang terbentuk dari lipoid (terutama asam mikolat.
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Bakteri Tahan Asam (BTA), serta
tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering
dan dingin, bersifat dorman dan aerob.

3. Cara Penularan Tuberkulosis


Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis ditularkan
melalui udara (droplet) saat seorang pasien TB batuk dan percikan ludah yang
mengandung bakteri terhirup oleh orang lain saat bernapas. Bila penderita batuk, bersin,
atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur dan
terhisap ke dalam paru-paru orang sehat.
Setiap BTA (+) akan menularkan kepada 10-15 orang lain, sehingga kemungkinan setiap
kontak untuk tertular TB adalah 17%. Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak
terdekat (misalnya orang serumah) dalam dua kali lebih beresiko dibanding kontak biasa
(tidak serumah).
Sama halnya dengan yang terjadi pada masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Koto Baru Simalanggang, dalam satu rumah ditemukan 2 orang anggota
keluarga yang terkena TB. Hal ini disebabkan karena si ayah sering bermain dengan
anaknya yang berusia 3 tahun sehingga menular kepada anak tersebut, dan ini juga terjadi
karena kurangnya pengawasan oleh anggota keluarga lain.

4. Gejala Tuberkulosis
Seorang ditetapkan sebagai penderita Tuberkulosis paru apa bila ditemukan gejala klinis
utama.
Gejala utama pada tersangka tuberkulosis yaitu :
1. Batuk berdahak lebih dari 3 minggu
2. Batuk berdarah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
Gejala lain adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi, meriang, dan terjadi
penurunan berat badan. Bila terjadi gejala utama, dahak penderita harus diperiksa dengan
pemeriksaan mikrobiologis.
Pada banyak kasus yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang,
rata-rata penderita TB sebelumnya mengalami gejala batuk berdahak lebih dari 2 minggu,
sesak nafas, nyeri di dada, berkeringat pada malam hari, dan terjadinya penurunan berat
badan. Pada beberapa kasus juga ada yang langsung dengan batuk berdahak.

5. Temuan Penderita Tuberkulosis


Kegiatan penemuan penderita terdiri dari penjaringan suspek, diagnosa, penentuan
klasifikasi penyakit dan tipe penderita. Penemuan penderita merupakan langkah pertama
dalam kegiatan penanggulangan TB. Penemuan dan penyembuhan penderita TB menular,
secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan
TB pada masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang
efektif di masyarakat dengan strategi penemuan:
1. Penemuan penderita TB dilakukan secara Passive Promotive Case Finding yaitu
penemuan penderita secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka
penderita TB dilakukan di unit pelayanan kesehatan; didukung dengan
penyuluhan yang aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk
meningkatkan penemuan tersangka penderita TB.

2. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA+ dan pada
keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala yang sama, harus
diperiksa dahaknya.
3. Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak Cost Efektif.
Penemuan penderita untuk program penanggulangan TB di Indonesia ditargetkan
minimal adalah 70%. Tingkat penemuan ini menggambarkan cakupan penemuan
penderita baru TB BTA+ pada wilayah tertentu.
Penemuan penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang dimulai
dari promosi aktif pada waktu posyandu dan puskel, dengan menjelaskan bahaya, gejala
dan pengobatan TB itu sendiri. Serta adanya brosur tentang TB yang disedikan di
Puskesmas untuk dibaca oleh pasien saat menunggu antrian.
Setelah diadakan promosi atau penyuluhan, beberapa masyarakat akan melaporkan
dirinya sendiri atau keluarga ataupun orang disekitarnya yang mengalami gejala TB, yang
nantinya akan dilakukan pemeriksaan dahak untuk menentukan apakah positif TB atau
tidak. Namun sebagian masyarakat enggan untuk memeriksakan dahaknya karena malu
dan masih percaya dengan obat tradisional, serta ada juga masyarakat yang sudah malas
melakukan pemeriksaan dahak dikarenakan hasil pemeriksaan labor yang tidak keluar.
Apabila petugas kesehatan menerima informasi mengenai masyarakat yang mempunyai
gejala TB bahkan sudah positif TB namun penderita tidak mau melakukan pemeriksaan
dan datang ke puskesmas, maka petugas kesehatan yang langsung turun ke rumahnya
untuk memberikan pengarahan agar penderita mau memeriksakan diri dan datagng ke
puskesmas untuk pengobatan.

6. Diagnosis Penderita Tuberkulosis


Pengakkan diagnosis penyakit tuberkulosis dilakukan dengan pemeriksaan laboratoriun
mikrobiologi untuk menemukan bakteri BTA (+). Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu
dengan kultur bakteri, namun biayanya mahal dan hasilnya lama.
Metode ini memeriksa dahak (bukan liur) sewaktu, pagi, waktu (SPS) dengan
pemeriksaan mikroskopis membutuhkan 5 ml dahak dan biasanya menggunakan
pewarnaan panas dengan metode Ziehl Neelsen (ZN) atau pewarnaan dingin KinyounGabbet menurut Tan Thiam Hiok. Bila dua kali pemeriksaan di dapat hasil BTA (+),
maka pasien tersebut dinyatakan positif mengidap TBC.

7. Klasifikasi Penderita
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB memerlukan definisi kasus yang
memberikan batasan baku dari setiap klasifikasi dan tipe penderita. Ada empat hal yang
perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus, yaitu:
a. Organ Tubuh Yang Sakit : Paru Atau Ekstra Paru
1)
Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi
2 yaitu : Tuberkulosis Paru BTA positif (BTA+) dan Tuberkulosis Paru BTA negatif
(BTA-).
2)
Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh selain
jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung
1)
a)

Tuberkulosis BTA positif (BTA+)


Sekurang-kurangnya dua sampai tiga spesimen dahak hasilnya BTA+.

b)
Satu spesimen dahak hasilnya BTA+ dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
c)

Satu spesimen dahak hasilnya BTA+ dan biakan kuman TB Positif.

d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah tiga spesimen dahak pada
pemeriksaan sebelumnya hasil BTA- dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibotik
non OAT.
2)

Tuberkulosis BTA negatif (BTA-)

a)

Paling tidak tiga spesimen dahak hasilnya BTA negatif

b)

Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

c)

Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT

d)

Ditentukan (pertimbangan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

c. Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya


1)

Kasus Baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (empat minggu).
2)

Kasus Kambuh (Relaps)

Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah


dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(asupan atau kultur).
3)

Kasus setelah Putus Berobat (Defaul)

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat dua bulan atau lebih dengan BTA
positif.
Di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang terdapat satu penderita yang putus
berobat setelah satu bulan mendapatkan pengobatan dengan keadaan BTA (-) ROT (+).
4)

Kasus setelah Gagal (Failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5)

Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatan.
6)

Kasus Lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam kelompok ini juga
termasuk kasus kronik, yaitu pasien yang hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
pengobatan ulangan.
Kasus lain yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Koto Baru Simalanggang adalah
adanya penderita meninggal sebanyak 3 orang pada saat melakukan pengobatan kurang
dari satu minggu.
d. Tingkat keparahan penyakit,
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit yaitu: penyakit ringan dan penyakit
berat. Penyakit TB berat bila gambaran foto toraks memperlihatakan gambaran kerusakan
paru yang luas dan atau keadaan pasien buruk.

8. Risiko Penularan Tuberkulosis


Resiko penularan setiap tahun Annul Risk of Tuberculosis Infektion (ARTI) tuberkulosis
di Indonesia dianggap cukup tinggi (1-3%). Pada daerah dengan ARTI 1% dapat
diperkirakan diantara 100.000 penduduk terjadi 100 penderita TB setiap tahunnya,
dimana 50 penderita adalah BTA+ penularan akan lebih mudah terjadi pada hunian padat
(over crowing), status sosial ekonomi yang tidak menguntungkan dan jenis pekerjaan.

9. Program Pemberantasan Tuberkulosis


Program penanggulangan TB secara nasional mengacu pada strategi DOTS yang
direkomendasikan oleh WHO dan terbukti dapat memutus mata rantai penularan TB.
Terdapat 5 komponen strategi utama DOTS :
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana
2. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis BTA dahak
3. Terjamin persediaan obat antituberkulosis (OAT)
4. Pengobatan dengan panduan OAT angka pendek dengan pengawasan langsung oleh
pengawas minum obat (PMO)
5. Pencatatan Dan Pelaporan Secara Baku Untuk Memantau Dan Mengevaluasi Program
Penanggulangan TBC
Tujuan :
1. Tujuan Umum
Memutus penularan sehingga penyakit tuberkulosis diharapkan bukan lagi menjadi
masalah kesehatan
2. Tujuan Khusus

a. Cakupan penemuan BTA (+) sebesar 7%


b. Kesembuhan minimal 85%
c. Mencegah Multidrug Resisten
Sasaran :
Masyarakat tersangka TBC yang berusia lebih dari 15 tahun
Kebijakan Dari Strategi :
1. Pengobatan semua penderit baru
2. Petugas pengelola TBC harus mengikuti pelatihan stategi DOTS
3. Monitoring
-Kategori I > akhir bulan 2, 5, 6
-Kategori II > akhir bulan 3, 7, 8
-Kategori III > akhir bulan ke 7
Kegiatan dan Langkah-langkah :
1. Penemuan penderita (case finding) secara lintas program dan lintas sektor, secara
efektif (misalnya kontak survei) dan pasif
2. Pengobatan penderita (case holding) :
a. Pengawasan minum obat, terutama intensif oleh puskesmas
b. Perencanaan termasuk jadwal minum obat, kunjungan rumah, termasuk DO (Drop
Out) dans sebagainya
c. Pengamatan efek samping :
-Tubuh melemah
-Nafsu makan menurun
-Gatal-gatal
-Sesak nafas
-Mual dan muntah
-Berkeringat dingin dan menggigil
-Gangguan pendengaran

Anda mungkin juga menyukai