Anda di halaman 1dari 4

Nama : Zhuhuryana Risma Azizah

NIM : D11.2023.03893
Kelas : D11.24
Mata Kuliah : Biomedik 3

A. Definisi TB
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru, dan dapat
menyebar melalui droplet dari orang yang terinfeksi basil TB. Menurut World Health
Organization (WHO) pada tahun 2020, meskipun tuberkulosis merupakan penyakit yang
dapat dicegah dan disembuhkan, tuberkulosis tetap menjadi pembunuh menular teratas d i
dunia, dengan sekitar 1,5 juta orang meninggal akibat TB setiap tahun. Di Indonesia,
tuberkulosis paru merupakan jenis tuberkulosis yang paling banyak terjadi, dengan
perkiraan jumlah kasus mencapai 842.000 kasus per tahun (Kemenkes RI, 2022).

B. Etiologi dan Transmisi TB


Etiologi tuberkulosis disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis. Transmisi tuberkulosis terjadi melalui droplet udara yang mengandung
basil kuman TB, terutama saat pasien batuk, bersin, atau berbicara. Transmisi infeksi
TB bergantung pada jumlah kuman yang dikeluarkan, konsentrasi kuman, dan lamanya
basil-basil TB berada di udara bebas. Penularan tuberkulosis juga dapat terjadi melalui
kontak dengan penderita TB di rumah dan sekitarnya.

C. Faktor Risiko TB
Faktor risiko terkena tuberkulosis paru termasuk sering terpapar dengan
pengidap TB aktif, perilaku merokok, dan kekebalan tubuh yang menurun.

D. Patogenesis TB
Proses penyakit tuberkulosis dimulai ketika seseorang terinfeksi dengan kuman
Mycobacterium tuberculosis melalui udara atau melalui kontak dengan penderita
tuberkulosis. Setelah terinfeksi, kuman ini masuk ke saluran pernafasan bawah dan
menginfeksi jaringan paru-paru, menyebabkan batuk terus-menerus, sesak napas, dan
penurunan berat badan. Kuman ini juga dapat menyebabkan peradangan di paru-paru
dan menghambat fungsi silia, menyebabkan penumpukan sekret dan gangguan fungsi
silia. Jika sistem kekebalan tubuh tidak dapat mengendalikan infeksi, kuman
tuberkulosis dapat berkembang biak dan menyebar ke bagian tubuh lain, menyebabkan
penyakit tuberkulosis aktif.

E. Gejala Klinis TB
Gejala utama tuberculosis yaitu batuk terus menerus yang berlangsung lama
selama tiga minggu atau lebih. Gejala lainnya seperti dahak yang bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada, nafsu makan menurun serta berkeringat pada
malam hari walaupun tanpa kegiatan.

F. Klasifikasi dan Tipe Pasien TB


Klasifikasi Tuberkulosis (Kemenkes RI, 2012):
1. Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a) Tuberkulosis Paru: Penyakit menyerang jaringan paru tanpa melibatkan pleura
atau kelenjar hilus.
b) Tuberkulosis Ekstra Paru: Terjadi ketika tuberkulosis menyerang organ tubuh
selain paru, seperti pleura, selaput otak, kelenjar limfe, tulang, dan lainnya.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis:
a) Tuberkulosis Paru BTA positif: Terjadi ketika pemeriksaan dahak
menunjukkan keberadaan bakteri asam-aldehid (BTA) positif atau hasil foto
toraks menunjukkan gejala tuberkulosis.
b) Tuberkulosis Paru BTA negatif: Kasus di mana pemeriksaan dahak tidak
menunjukkan BTA positif, tetapi terdapat gejala klinis dan foto toraks yang
menunjukkan adanya tuberkulosis.
3. Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan tingkat keparahan penyakit:
a) TB Paru BTA negatif foto toraks positif: Dibagi menjadi ringan dan berat
berdasarkan gambaran kerusakan paru pada foto toraks.
b) TB Ekstra paru: Terbagi menjadi ringan (contohnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral) dan berat (contohnya: meningitis milier, TB tulang
belakang).
4. Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
a) Kasus baru: Pasien yang belum pernah diobati dengan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) atau telah mengonsumsi OAT kurang dari satu bulan.
b) Kasus kambuh (relaps): Terjadi ketika penyakit kembali aktif setelah pasien
dinyatakan sembuh atau selesai pengobatan.
c) Kasus setelah putus berobat (default): Kasus di mana pasien berhenti minum
obat selama dua bulan atau lebih.
d) Kasus setelah gagal (failure): Terjadi ketika hasil pemeriksaan dahak tetap
positif atau kembali positif setelah lima bulan pengobatan.
e) Kasus pindahan: Pasien yang dipindahkan dari Unit Pelayanan Kesehatan
(UPK) lain untuk melanjutkan pengobatan.
f) Kasus lain: Termasuk kasus kronis, di mana pemeriksaan masih menunjukkan
BTA positif setelah selesai pengobatan ulang.

G. Diagnosis TB
Diagnosis tuberculosis dapat dilakukan dengan foto rontgen paru-paru atau
pemeriksaan fisik, dengan cara mendengarkan suara napas di paru paru menggunakan
stetoskop. Jika diduga mengalami tuberculosis maka akan menjalani pemeriksaan
dahak yang disebut pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam).

H. Pengobatan TB
Obat anti-tuberkulosis (OAT) seperti Isoniazid, Rifampisin, Piranizamid, dan
Etambutol digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Pengobatan TB biasanya terdiri
dari dua tahap:
a) Tahap intensif, pada tahap ini pasien harus diawasi secara langsung untuk
mencegah resistensi obat karena mereka minum obat setiap hari. Pengobatan yang
tepat biasanya mengubah pasien menular menjadi tidak menular dalam dua minggu,
dan pasien TB BTA positif menjadi TB BTA negatif atau berhasil konversi dalam
dua bulan.
b) Tahap lanjutan, pada tahap ini, klien menerima jenis obat yang lebih sedikit, tetapi
dalam jangka waktu yang lebih selama empat atau tujuh bulan. Tahap lanjutan
sangat penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah kekambuhan.
Referensi
Anggraeni, D. E., & Rahayu, R. S. (2018). GEJALA KLINIS TUBERKULOSIS PADA
KELUARGA PENDERITA TUBERKULOSIS BTA POSITIF. HIGEIA JOURNAL
OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT, 91-101.
Nurjana, M. A. (2015). FAKTOR RISIKO TERJADINYA TUBERKULOSIS PARU USIA
PRODUKTIF (15-49 TAHUN) DI INDONESIA. Faktor Risiko Terjadinya
Tuberkulosis..., 163-170.
Oktaviani, S. D., Sumarni, T., & Supriyatno, T. (2023). STUDI KASUS IMPLEMENTASI
BATUK EFEKTIF PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU. Penelitian
Perawat Profesional, 875-880.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA. (n.d.). Tuberkulosis, 6-34.

Anda mungkin juga menyukai