TBC (TUBERKULOSIS)
OLEH
NAMA : AYUWANDIRA
PRODI : S1 KEPERAWATAN
CI LAHAN CI INSTITUSI
PRODI SI KEPERAWATAN
TA : 2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN
TBC (TUBERKULOSIS)
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim
paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis).Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang sering
terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005).Penyakit
tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteriMycobacterium
Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk.Selain manusia, satwa juga dapat
terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui kotorannya (Wiwid,
2005).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang,
dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
B. KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN
Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a.) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
b.) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
a.) Tuberkulosis paru BTA positif.
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
b.) Tuberkulosis paru BTA negative
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.Kriteria diagnostik TB
paru BTA negatif harus meliputi:
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan
atau keadaan umum pasien buruk.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a.) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b.) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
4. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu:
a.) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu).
b.) Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA
positif (apusan atau kultur).
c.) Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
d.) Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e.) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
f.) Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
selesai pengobatan ulangan.
C. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam
kumanMyobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun
dalam lemari es).Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama
bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam
jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag.
Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
D. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan,
dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang
penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya.Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan
di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas
(lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus
Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakankompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular
yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses
ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke
laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus.Bahan perkejuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan
ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
dan menjadi tempat peradangan aktif.Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier.Ini
terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk
kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Pathway
Intoleransi aktifitas
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala
tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza.Tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 40-41°C.Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali.Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak
pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka
mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan
batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun.Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa
aktivitas.Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
tidak teratur.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1. Diagnosis TB paru
a.) Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS).
b.) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya.
c.) Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadioverdiagnosis.
d.) Gambaran kelainan radiolo
e.) gik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
f.) Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru.
a.) Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis
TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
lainlainnya.
b.) Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi
anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
3. TCM Genesver
Merupakan metode penemuan terbaru untuk diagnosis TB berdasarkan periksaan
molekuler yang menggunakan metode real time polymerase chain reaction assay ( RT-PCR)
semi kuantitatif yang menargetkan wilayah hospot gen rpoB pada mycobacterium tuberculosis
(MTB), yang terintegrasi.
H. PENATALAKSANAAN
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
a.) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b.) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
c.) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1.) Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
2.) Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda
dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan
meningkatkan kepatuhan pasien
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat
kontak dengan penderita TB patu yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan
saat ini.Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru
yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit
tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan
yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis paru yang lain.
g. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1.) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2.) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
a.) inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang
tertinggal, suara napas melemah.
b.) Palpasi : Fremitus suara meningkat.
c.) Perkusi : Suara ketok redup.
d.) Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang
nyaring.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekret yang kental, lengket.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan daerah efektif paru
(pneumothorak)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
4. Nyeri berhubungan dengan efek pemasangan WSD
5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan batuk darah
6. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses peradangan
7. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan sesak terus menerus
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pasien tampak terlihat kurang bersih
INTERVENSI KEPERAWATAN
Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila
perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila
perlu
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
\ Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
2. Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :
Respiratory Status : Airway Management
Definisi : Kelebihan atau Gas exchange Buka jalan nafas,
kekurangan dalam oksigenasi Respiratory Status : guanakan teknik chin
dan atau pengeluaran ventilation lift atau jaw thrust bila
karbondioksida di dalam Vital Sign Status perlu
membran kapiler alveoli Kriteria Hasil : Posisikan pasien untuk
Mendemonstrasikan memaksimalkan
peningkatan ventilasi ventilasi
dan oksigenasi yang Identifikasi pasien
adekuat perlunya pemasangan
Memelihara alat jalan nafas buatan
kebersihan paru paru Pasang mayo bila
dan bebas dari tanda perlu
tanda distress Lakukan fisioterapi
pernafasan dada jika perlu
Mendemonstrasikan Keluarkan sekret
batuk efektif dan dengan batuk atau
suara nafas yang suction
bersih, tidak ada Auskultasi suara nafas,
sianosis dan dyspneu catat adanya suara
(mampu tambahan
mengeluarkan Lakukan suction pada
sputum, mampu mayo
bernafas dengan Berika bronkodilator
mudah, tidak ada bial perlu
pursed lips) Barikan pelembab
Tanda tanda vital udara
dalam rentang Atur intake untuk
normal cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Respiratory Monitoring
Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Syok management
Monitor fungsi
neurotogis
Monitor fungsi renal
(e.g BUN dan Cr :
Lavel)
Monitor tekanan nadi
Monitor status cairan,
input, output
Catat gas darah arteri
dan oksigen
dijaringan
Monitor EKG, sesuai
Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan
tekanan darah, sesuai
Menggambar gas
darah arteri dan
memonitor jaringan
oksigenasi
Memantau tren dalam
parameter
hemodinamik
(misalnya, CVP, MAP,
tekanan kapiler
pulmonal / arteri)
Memantau faktor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
(misalnya, PaO2 kadar
hemoglobin SaO2,
CO), jika tersedia
Memantau tingkat
karbon dioksida
sublingual dan / atau
tonometry lambung,
sesuai
Memonitor gejala
gagal pernafasan
(misalnya, rendah
PaO2 peningkatan
PaCO2 tingkat,
kelelahan otot
pernafasan)
Monitor nilai
laboratorium
(misalnya, CBC
dengan diferensial)
koagulasi profil,ABC,
tingkat laktat, budaya,
dan profil kimia)
· Masukkan dan
memelihara besarnya
kobosanan akses IV
6. Hipertermi NOC NIC
Thermoregulation Fever treatment
Defenisi: adalah suhu inti tubuh Monitor suhu sesering
diatas kisaran normal diurnal Kriteria Hasil: mungkin
karena kegagalan suhu tubuh dalam Monitor IWL
termoregulasi rentang normal Monitor warna dan
Nadi dan RR dalam suhu kulit
rentang normal Monitor tekanan darah,
Tidak ada perubahan nadi dan RR
warna kulit dan tidak Monitor penurunan
ada pusing tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan
Hct
Monitor intake dan
output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Kolaborasi pemberian
cairan intravena
Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi
udara
Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature
regulation
Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor warna dan
suhu kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dan
kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dan
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
7. Gangguan rasa aman dan NOC NIC
nyaman Ansiety
Fear level Anxiety Reduction (penurunan
Defenisi: adalah merasa Sleep Deprivation kecemasan)
kurang nyaman, legah dan Comfort, Readines
sempurna dalam dimensi fisik, for Enchanced Gunakan pendekatan
psiko spiritual, lingkungan, yang menenangkan
budaya dan sosial. Kriteria Hasil : Nyatakan dengan jelas
Mampu mengontrol harapan terhadap
kecemasan pelaku pasien
Status lingkungan Jelaskan semua
yang nyaman prosedur dan apa yang
Mengontrol nyeri dirasakan selama
Kualitas tidur dan prosedur
istirahat adekuat Pahami prespektif
Agresi pengendalian pasien terhadap situasi
diri stres
Respon terhadap Temani pasien untuk
pengobatan memberikan
Control gejala keamanan dan
Status kenyamanan mengurangi takut
meningkat Dorong keluarga untuk
Dapat mengontrol menemani anak
ketakutan Lakukan back/neck rub
BAB II
A. IDENTITAS
Nama : Ny.FIDA
Ruang Rawat : Dahlia
Umur : 50 Tahun
Pendidikan :SD No. Rekam Medik : 07-28-01
Pekerjaan : IRT
Suku : Bungis Tgl/Jama Masuk :26-11-2019, 00:32 wita
Agama : Islam
Tgl/Jam Pengambilan Data : 26-11-2019, 18:20 wita
Status perkawinan : Menika
Diagnosa Masuk :Asma Bronklial PPOK
Alamat : Rea
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan :Sesak nafas
Utama
: Sesak nafas disertai batuk berlendir , nyeri pada bagian samping lengan kanan bawah pasien, kulit kemerah-merahan
Keluhan
saat ini
D. KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN NYERI
(√) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan ( √)Penurunan Rawat diri
( ) Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan ( √) Gangguan integritas kulit
ELIMINASI OKSIGENIASI
- Kebisaan BAB : ̶x/hari BAK : x/hari - Nadi : 115 x/menit Pernafasan : 40x/menit
- Menggunakan laxsan : (√) tidak ( ) ya. - TD : 154 mmHg Bunyi Nafas :
Jenis : - Sirkulasi oksigenasi : ( )TAK ( )Pusing ( )Sianosis
- Menggunakan diuretik : (√) tidak ( ) ya. () akral dingin ( ) clubbing finger
Jenis : - Dada : ( ) TAK ( ) retraksi dada ( ) nyeri dada
- Keluhan BAK Saai ini : ( ) berdebar-debar ( ) defisiensi trackhea ( ) bunyi jantung Normal
( ) Retensi urin ( ) inkontinensia urin ( ) disuria (frekwensi : x/m ( )Mur-mur ( ) gallop
(√ ) Keseringan ( ) Urgensi ( ) Nocturia - Riwayat penyakit : ( )bronchitis ( )Asma
- Peristaltik usus : ( )Tuberkulosis ( )Empisema (√) hipertensi ( ) demam rematik ( ) flebitis ()
( ) tidak ada peristaltik ( ) Hiperperistaltik kesemutan
- Keluhan BAB saat ini : - Lain-lain : Pasien terpasan NRM 15 cc/mnt
(√ ) Belum pernah BAB selama di RS
- Abdomen :
Lunak/keras : lunak
Massa : ̶ Ukuran/lingkar Abdomen :
- Terpasang kateter urine : (√) Tidak ( ) ya
(dimulai tgl : di :
- Pengguna alkohol : ̶ Jumlah/frekwensi :
- Lain-lain :
( ) Diare ( ) Konstipasi ( ) Inkontinen ( ) Retensi urin ( √)Bersihan jalan nafas tidak efektif
( ) Inkontinen Urin ( ) Disuria ( ) Keseringan ( ) Urgensi ( ) Intoleran aktifitas ( ) Pola nafas tidak efektif
- Kebiasaan tidur : (√) Malam (√) Siang - Refleksi : ( √)) TAK ( ) kelumpuhan
- Lama Tidur : Malam: ±1Jam Siang : ±1 - Penglihatan : () TAK () masalah: Baik
jam - Pendengaran: () TAK ( ) masalah : Baik
- Kebiasaan tidur : - Penciuman : () TAK ( ) masalah : Baik
- Kebiasaan tidur : ( √) tidak () Ya, - Perabaan : () TAK ( ) masalah : Baik
- dipengaruhi oleh faktor : - Lain-lain :
- Lain-lain : Pasien tampak pucat
NEOROSENSORIS KEAMANAN
( ) Gangguan perfusi jaringan cerebral ( )Resiko injury b/d penurunan absorpsi VitK
SEKSUALITAS
Masalah keperawatan : (√)kecemasan ( )ketakutan ( ) koping individu tidak efektif ( ) isolasi diri
( ) hambatan komunikasi verbal ( ) spiritual distress ( ) resiko merusak diri ( ) harga diri rendah
Keterangan :
: perempuan
: Laki- laki
: pasien
: tinggal serumah
G. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG (diagnostic & laboratorium)
Laboratorium : jam :
DATA FOKUS
DATA OBYEKTIF
DATA SUBYEKTIF
- Keluarga pasien mengatakan matanya - Pasien tampak dibantu oleh keluarga saat
agak kekuningan
melakukan aktvtitas
- Keluarga mengatakan pasien tidak
pernah BAB selama masuk di RSUD - TTV : TD : 154/80 mmHg
P : 40x/m
ANALISA DATA
1 2 4
1 DS : Nyeri
DO :
- TTV : TD : 154/80
N : 107x/m
S : 36 C
P : 40x/m
2 DS : Bersihan jalan nafas tak efektif
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
sesak nafas
DO :
- TTV : TD : 154/80
N : 107 x/m
S : 36 C
P : 40x/m
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
batuk berlendir
DO :
- Pasien mengatakan
kulitnya kemerah
merahan
- Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak
pernah mandi selama
dirawat
- Keluarga pasien
mengatakan matanya
kekuningan
- Keluarga mengatakan
pasien tidak perna BAB
selam di RSUD
DO :
kotor
kemerah merahan
- TTV : TD : 154/80
N : 107x/m
S : 36
P : 40x/m
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Anoreksia.
darah
7 Hipertermi b/d adanya proses 26 November 2019 -
peradangan
Perencanaan keperawatan
Diagnosa
N0
keperawatan
Tujuan & kriteria hasil intervensi
1 Bersihan jalan Tujuan : Airway suction
nafas tidak efektif setelah dilakukan Auskultasi suara nafas
b/d sekret yang tindakan di harapakan sebelum dan sesudah
kental, lengkat sudah penumpukan suctioning.
sekret. Berikan O2 dengan
Kriteria hasil : menggunakan nasal
Mendemonstrasikan
untuk memfasilitasi
batuk efektif dan suara
suksion nasotrakeal
nafas yang bersih, tidak
Monitor status
ada sianosis dan
oksigen pasien
dyspneu (mampu
Ajarkan keluarga
mengeluarkan sputum,
bagaimana cara
mampu bernafas
melakukan suksion
dengan mudah, tidak
Hentikan suksion dan
ada pursed lips)
berikan oksigen
Menunjukkan jalan
apabila pasien
nafas yang paten (klien
menunjukkan
tidak merasa tercekik,
bradikardi,
irama nafas, frekuensi
peningkatan saturasi
pernafasan dalam
O2, dll.
rentang normal, tidak
ada suara nafas Airway Management
abnormal) Buka jalan nafas,
Mampu guanakan teknik chin
mengidentifikasikan lift atau jaw thrust bila
dan mencegah factor perlu
yang dapat Posisikan pasien
menghambat jalan untuk memaksimalkan
nafas ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan.
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
2 Gangguan Tujuan : Airway Management
pertukaran gas Setelah di lakukan Buka jalan nafas,
b/d penurunan tindakan di harapkan guanakan teknik chin
permukaan daerah sudah tidak terjadi lift atau jaw thrust bila
efektif paru gangguan gas dan perlu
(pneumotoraks) pasien bisa melakukan Posisikan pasien
respiasi dengan baik untuk memaksimalkan
Kriteria hasil : ventilasi
Mendemonstrasikan
Identifikasi pasien
peningkatan ventilasi
perlunya pemasangan
dan oksigenasi yang
alat jalan nafas buatan
adekuat
Lakukan fisioterapi
Memelihara kebersihan
dada jika perlu
paru paru dan bebas
Keluarkan sekret
dari tanda tanda
dengan batuk atau
distress pernafasan
suction
Mendemonstrasikan
Auskultasi suara
batuk efektif dan suara
nafas, catat adanya
nafas yang bersih, tidak
suara tambahan
ada sianosis dan
Barikan pelembab
dyspneu (mampu
udara
mengeluarkan sputum,
Atur intake untuk
mampu bernafas
cairan
dengan mudah, tidak
mengoptimalkan
ada pursed lips)
keseimbangan.
Tanda tanda vital
Monitor respirasi dan
dalam rentang normal
status O2
Respiratory Monitoring
Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3 Nutrisi kuang dari Tujuan : Nutrition Management :
kebutuhan tubuh Setelah di lakukan Kaji adanya alergi
b/d anoreksia tindakan di harapkan makanan
nutrisi pasien dapat Kolaborasi dengan
terpenuhi ahli gizi untuk
Kriteria Hasil :
menentukan jumlah
Adanya peningkatan
kalori dan nutrisi yang
berat badan sesuai
dibutuhkan pasien.
dengan tujuan
Anjurkan pasien
Berat badan ideal
untuk meningkatkan
sesuai dengan tinggi
intake Fe
badan
Anjurkan pasien
Mampu
untuk meningkatkan
mengidentifikasi
protein dan vitamin C
kebutuhan nutrisi
Berikan substansi gula
Tidak ada tanda tanda
Yakinkan diet yang
malnutrisi
dimakan mengandung
Tidak terjadi penurunan
tinggi serat untuk
berat badan yang
mencegah konstipasi
berarti
Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam
batas normal
Monitor adanya
penurunan berat badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
4 Nyeri b/d efek Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
pemasangan
WSD keperawatan diharapkan nyeri Monitor tanda–tanda
lagi tidak terjadi, dengan vital pasien sesuai
kriteria hasil : kondisi pasien dan
Mampu mengontrol jadwal
nyeri (tahu penyebab Kaji nyeri meliputi
nyeri,ia mampu lokasi, frekuensi,
menggunakan tehnik kwalitas dan skala
nonfarmakologi untuk nyeri pasien.
mengurangi nyeri, Posisikan yang
mencari bantuan) nyaman dengan
dengan bantuan.
pasien tentang
kebersihannya.
Bimbing keluarga
pasien memandikan /
menyeka pasien