Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep TB Paru
1. Definisi TB paru
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis biasanya menyerang bagian
paru-paru, yang kemudian dapat menyerang ke semua bagian tubuh.
Infeksi biasanya terjadi pada 2-10 minggu. Paska 10 minggu, akan
muncul manifestasi penyakit pada pasien karena gangguan dan
ketidakefektifan respon imun. Namun demikian, proses aktivasi TBC
ini juga dapat berlangsung secara berkepanjangan (Kardiyudiani &
Susanti, 2019).

Tuberkulosis (TB) paru merupakan infeksi kronis yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan
parenkim paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk bakteri aerob
yang sering menginfeksi jaringan yang memiliki kandungan oksigen
tinggi. M.tuberculosis merupakan batang tahan asam gram positif,
serta dapat diidentifikasi dengan pewarna asam yang secara
mikroskopis disebut Basil Tahan Asam (BTA). (Bernadette, 2019)

Tuberculosis oleh WHO telah dinyatakan sebagai emerging


disease, karena angka kejadiannya yang terus meningkat sejak tahun
2000. Di Indonesia, angka kejadian Tuberkulosis terus meningkat.
Survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menyatakan jika tuberculosis
adalah penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.
Sebagian besar penderitanya kelompok masyarakat usia produktif dan
berpenghasilan rendah.
2. Etiologi
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang
disebut Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat
penderita batuk atau bersin dan orang lain orang lain menghirup
droplet yang dikeluarkan, yang mengandung baketri TB. Meskipun TB
menyebar dengan cara yang sama dengan flu, penyakit ini tidak
menular dengan mudah, dibutuhkan kontak dalam waktu beberapa jam
dengan orang yang terinfeksi. Misalnya, infeksi TBC biasanya
menyebar antar anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama.
Akan sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk terinfeksi dengan
duduk di samping orang yang terinfeksi du bus atau kereta api. Selain
itu tidak semua orang dengan TB dapat menularkan TB. Anak dengan
TB atau orang dengan infeksi TB yang terjadi di luar paru-paru (TB
ekstrapulmoner) tidak menyebarkan infeksi. (Kardiyudiani & Susanti,
2019).

Mycobacterium tuberculosis tidak berspora sehingga mudah


dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada
dua macam Mycobacteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe human bias berada di bercak ludah
(droplet) dan di uadar yang berasal dari penderita TBC dan orang yang
terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya (Nurarif & Kusuma,
2016).
3. Patofisiologi TB Paru
Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau batuk
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Bakteri kemudian menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di mana
pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak.
Penyebaran basil ini dapat juga melalui sistem limfe dan aliran darah
ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari
paru-paru (Soemantri, 2009).
Pada saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, terjadilah infeksi yang
mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini disebut kompleks
primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah 4-6 minggu. Setelah terjadi peradangan pada
paru, mengakibatkan terjadinya penurunan jaringan efektif paru,
peningkatan jumlah secret, dan menurunnya suplai oksigen (Yulianti
& dkk, 2014).

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon


imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan
limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas
seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di
tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut
sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang


relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini
dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang
kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga
kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau


pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi
pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh (Soemantri, 2014).
4. Pathway
N((

Gambar : Pathway Tuberkulosis (Nanda, 2015).


5. Klasifikasi TB Paru
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting
dilakukan untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit Tuberkulosis Paru :
A. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah
Sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya
(+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
tuberculosis aktif.
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan
foto rontgen dada menunjukan gambaran Tuberculosis
aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.
B. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu :
a. TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
b. TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, pericarditis, peritonitis,
pleuritis, eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC
usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
C. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe
penderita yaitu :
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30
dosis harian).
b. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan Tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA (+).
c. Pindahan (Transfer in)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di
suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke
kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa
surat rujukan.
d. Setelah lalai (pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang satu
bulan, dan berhenti dua bulan atau lebih, kemudian datang
kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

6. Manifestasi TB Paru
Ada beberapa gejala yang umum diderita oleh penderita Tuberkulosis,
diantaranya :
a. Batuk
Batuk biasanya kronis dan berdahak. Pada anak, dahak sulit
dikeluarkan. Pada sebagian orang dapat terjadi batuk berdarah.
b. Penurunan berat badan
Gejala ini hamper sering ditemui pada penderita Tuberkulosis.
Anak dengan Tuberkulosis terkadang hanya mengalami penurunan
berat badan tanpa batuk.
c. Keringat malam
d. Demam 40-410C
e. Lemah dan lesu
f. Sesak nafas dan nyeri dada
g. Suara khas pada perkusi dada
Tuberculosis tidak hanya menyerang paru-paru melainkan organ lain
juga, termasuk diantaranya tulang, otak, saluran pencernaan dan
sebagainya sehingga gejala yang ditimbulkan cukup beragam
tergantung organ yang terinfeksi.

7. Pemeriksaan penunjang TB Paru


Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostic yang
dilakukan pada klien TB Paru, yaitu :
A. Laboratorium darah rutin : LED normal/ meningkat. Limfositosis
B. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostic TB Paru,
namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien
yang dapat didiagnostik berdasarkan pemeriksaan ini.
C. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya IgGspesifik terhadap basil TB.
D. Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya IgGspesifik terhadap basil TB.
E. Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikais dalam
meskipun hanya satu mikroorganisme dalam specimen juga dapat
mendeteksi adanya resistensi.
F. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari
metabolisme asam lemak oleh mikrobacterium tuberculosis.
G. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang
direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian
dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan
berubah.
H. Pemeriksaan radiologi : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnostic TB, yaitu :
- Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segment apical
lobus bawah
- Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
- Adanya kavitas, tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
- Adanya klasifikasi
- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
- Bayangan millie

8. Penatalaksanaan Tuberkulosis
Pengobatan TB diberi dalam dua tahap, yaitu :
a. Tahap Intensif
- Pada tahap intensif awal penderita mendapat obat setiap hari
dan perlu diawasi secraa langsung untuk mencegah terjadi
resistensi;
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
- Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA
negative (konversi) dalam 1-2 bulan.
b. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,
tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah
kekambuhan.

Obat anti tuberkulosis (OAT) yang dipakai sebagai tatalaksana lini


pertama adalah R (Rifampisin), INH (Nydrazid/Isoniazid), Z
(Pirazinamid), S (Streptomisin) dan E (Ethambutol). Yang tersedia
dalam tablet tunggal maupun dalam sediaan dosis tetap. Jenis obat lini
kedua adalah Kanamisi, Kuinolon, Derivate Rifampisin, dan
Isoniazid.

Dosis rekomendasi OAT untuk dewasa lini 1

Dosis Rekomendasi
Anti TB lini Harian 3 kali/minggu
1 Dosis Dosis
Maksimum Maksimum
(mg/kgBB) (mg/kgBB)
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -
Ethambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -
Streptomisin 15 (12-18) - 15 (12-18) -

Pasien berusia diatas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih


dari 500-700 mg perhari, beberapa pedoman merekomendasikan dosis
10 mg/kg BB pada pasien kelompok usia ini. Pasien dengan berat badan
dibawah 50 kg tidak dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg
perhari.
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip :

a. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat


mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi
b. Diberikan dalam dosis yang tepat
c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(pengawas menelan obat) sampai selesai masa pengobatan
d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mecegah kekambuhan.
(Bernadette, 2019)

B. Konsep Batuk Efektif


1. Pengertian Batuk
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang
dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan
utnuk membantu membersihkan saluran pernapasan dari lender besar,
iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi secara sengaja
maupun tanpa disengaja. Batuk merupakan suatu tindakan refleks pada
saluran pernapasan yang digunakan untuk membersihkan saluran udara
atas. Salah satunya untuk mengeluarkan sputum (Putri, Herdayani,
2013)

2. Dahak / Sputum
Sputum adalah zat mucousy (terdiri dari sel-sel dan materi
lainnya) yang disekresikan ke dalam saluran udara dari saluran
pernapasan. Sputum tidak sama dengan air liur, air liur merupakan
suatu zat yang disekresi dalam mulut untuk membantu pencernaan.
(Putri, Herdayani, 2013)
3. Batuk Efektif
Batuk efektif adalah mekanisme pertahanan tubuh yang
berfungsi untuk mengeluarkan benda asing atau sekresi yang banyak
disaluran pernapasan. Betuk efektif merupakan suatu metode batuk
dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak
mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Untuk
menyiapkan paru-paru dan saluran nafas sebelum melaksanakan teknik
batuk, keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas.
(Putri, Herdayani, 2013)
a. Tujuan Batuk Efektif
Tujuan dilakukannya teknik batuk efektif adalah untuk membantu
mengeluarkan sekresi pada saluran pernaapasan akibat pengaruh
necrose serta membantu membersihkan jalan napas.
b. Indikasi Batuk Efektif
- Produksi sputum yang berlebih
- Pasien dengan batuk tidak efektif
- Susah mengeluarkan dahak
c. Kontra Indikasi
- Hemoptisis
- Tension Pneumothoraks
- Ganggauan Kardiovaskuler
- Edema Paru
- Efusi Pleura yang luas
d. Manfaat Batuk Efektif
- Untuk mengeluarkan sekret yang menyumbat dijalan nafas
- Untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas pada
penderita penyakit jantung.
e. Alat dan bahan yang disediakan
- Tissue
- Bengkok
- Perlak / pengalas
- Sputum pot
- Air minum hangat

f. Standar Operasional Prosedur


1. Prosedur
- Identifikasi kebutuhan pasien / indikasi pasien
- Siapkan alat
- Cuci tangan
- Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
2. Pelaksanaan
- Beri salam, panggil pasien dengan namanya
- Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
- Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
- Ciptakan suasana rileks / santai
- Atur posisi duduk agak condong ke depan
- Minum dengan air hangat sebelum mengeluarkan sputum
- Bila memakai gigi palsu, lepaskan sebelum minum
- Tarik nafas dalam 2 hingga 3 kali dan setiap kali
hembuskan nafas dengan kuat
- Buka tutup sputum pot, dekatkan ke mulut, berdahak
dengan kuat dan masukan kedalam pot sputum
- Tutup pot sputum dengan rapat
- Pasien harus mencuci tangan dengan air dan sabun
- Bila perlu, hal di atas dapat diulang sampai mendapatkan
sputum yang berkualitas baik dan volume yang cukup (2-3
ml). (Bernadette, 2019)

Anda mungkin juga menyukai