Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN NY.

N
DENGAN DIGNOSIS MEDIS TUBERKULOSIS PARU
DI RUANGAN INFECTION CENTER ( IC )
RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

INDRI FEBRIANTI
23.04.022
CI LAHAN CI INSTITUSI

( Putu Martana S.Kep.,Ns ) ( Musmulyadi S.Kp.,M.Kes )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023/2024
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Tuberkulosis Paru ( TB )
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari
tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu
sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam
paru. TB Paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.
Tuberkulosis paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang
dengan TB Paru aktif pada paru batuk, bersin atau bicara (Werdhani,
2019).
Tuberkulosis Paru atau biasa disingkat dengan TB Paru adalah
penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks
Mycobacterium Tuberkulosis yang ditularkan melalui dahak (droplet)
dari penderita TB Paru kepada individu lain yang rentan. Bakteri
Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang
merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering
disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus
ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5
μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung
pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2020).
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan
mycobacterium tuberculosis. Biasa menyerang paru-paru, kemudian
dapat menyerang ke semua bagian tubuh. Infeksinya terjadinya selama
2-10 minggu. Pasca 10 minggu, akan muncul manifestasi penyakit
pada pasien karena gangguan dan ketidakefektifan respon imun
( Kardiyudiani & Susanti, 2019 )
2. Etiologi Tuberkulosis Paru
Sumber penularan penyakit tuberkulosis paru adalah penderita
Tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang
penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut (Ginanjar, 2020).
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam
saluran pernafasan. Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi
tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut (Amansyah, 2018).
3. Patofisiologi tuberkulosis paru
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.
Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TB Paru) terjadi melalui udara, yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi (Kowalak, 2019).
TB Paru adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan
melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus
biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai
tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran
hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh
organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan
terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel.
Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini membutuhkan
waktu 10 – 20 hari (Kowalak, 2019).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif
padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari
sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut
yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkulosis (Kowalak, 2019).
Tanda dan gejala yang timbul pada penyakit TB paru yaitu
batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, demam, keluar keringat
pada malam hari, anoreksia dan penurunan berat badan serta malaise
( gejala malaise serin ditemukan berupa tidak nafsu makan, sakit
kepala, meriang, dan nyeri otot ) (Wahid, 2020).
Adapun akibat dari gejala anoreksia dapat menyebabkan
kecenderungan penururnan berat badan yag menyebabkan status gizi
kurang . Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya status gizi
buruk apabila tidak diimbangi dengan diet yang tepat. Malnutrisi yang
terjadi akan memperberat penyakit infeksinya, sehingga status gizi
menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan konversi pengobbatan
pada pasien TB paru (Amalia, 2019).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada TB Paru adalah batuk
yang tidak spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru
biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya
keluhan yang muncul adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum).
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru.

d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.
5. Klasifikasi tuberculosis paru
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting
dilakukan untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi
penyakit tuberkulosis paru :
a. TB Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam :
1) TB Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah
Sekurang- kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+)
dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis
aktif.
2) TB Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto
rontgen dada menunjukan gambaran TB Paru aktif. TB Paru
BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila
gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas.
b. Tubekulosis ekstra paru
TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu :
1) TB Paru ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TB Paru ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus,
TBC saluran kencing dan alat kelamin.
c. Tipe penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya ada beberapa tipe
penderita, yaitu :
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30
dosis harian).
2) Kambuh ( Relaps )
Adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan TB Paru dan telah dinyatakan sembuh,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA (+).
3) Pindahan ( Transfer In )
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten
ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah (Form TB.09).

4) Setelah Lalai ( Pengobatan setelah default / drop out )


Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan,
dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien tb paru


a. Pemeriksaan diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di
ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di
pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak
sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua.
Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik
BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan
perlu diulang kembali.Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan
satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika
diketemukan bakteri taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1. Indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative
atau hasil negative
2. Indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3. Indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4. Indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5. Reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan
berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi
limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen
tuberculin.
e. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.
Perubahan yang menunjukkan perkembangan TB Paru meliputi
adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan
Positif bila terdapat Mikobakterium Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang
mengindikasikan terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa
kerusakan jaringan paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi,
meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan
menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim /
fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura ( akibat dari
tuberkulosis kronis ).
7. Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru
a. Pengobatan TB Paru
Pengobatan tetap dibagi dalam dua yaitu :
1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat
anti TB Paru per hari dengan tujuan mendapatkan konversi
sputum dengan cepat (efek bakteri sidal), menghilangkan
keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah
timbulnya resistensi obat.
2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan
2 macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan
menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah
kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan
yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis
(hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik
dan lain- lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan
konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA
langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang
memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir
bulan ke-2, 5, dan 8. BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan
ke-2 dan akhir pengobatan. Kontrol terhadap pemeriksaan
radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi
pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada
akhir pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila
nantsi timbul kasus kambuh.

b. Perawatan bagi penderita tuberculosis paru


Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah
:
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah
orang terdekat yaitu keluarga.
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila
diperlukan
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan
kedua, kelima dan enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan
pencahayaan yang baik.
8. Komplikasi TB Paru
1. Komplikasi dari TB Paru adalah :
2. Pleuritis tuberkulosa
3. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
4. Tuberkulosa milierMeningitis tuberkulosa
9. Dampak Tuberkulosis Paru
Penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit yang sangat
mempengaruhi kehidupan individu. Dampak Tuberkulosis paru antara
lain:
a. Terhadap individu
1) Biologis
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang
terus menerus, sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, keringat pada malam hari dan kadang-
kadang panas yang tinggi

2) Psikologis
Biasanya klien mudah tersinggung, marah, putus asa
oleh karena batuk yang terus menerus sehingga keadaan sehari-
hari yang kurang menyenangkan.
3) Sosial
Ada perasaan rendah diri oleh karena malu dengan
keadaan penyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.
4) Spiritual
Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan
karena penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh juga
menganggap penyakitnya yang manakutkan.
5) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.
b. Terhadap Masyarakat
1) Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta
pengobatan Penderita TB Parupositif tidak teratur atau droup
out pengobatan maka resiko penularan pada masyarakat luas
akan terjadi oleh karena cara penularan penyakit TB Paru.
2) Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua
kalangan, semua orang yang batuk dalam 3 minggu harus
diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan oleh
pemerintah, pengobatan harus dipantau selama 6 bulan oleh
Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada sistem pencatatan /
pelaporan.

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa yang mengkaji : Indri Febrianti Nim : 23.04.022

Ruangan : Infection Center ( IC lantai 2 ) Tanggal Pengkajian : 04-12-2023

Kamar : 3/1 Waktu Pengkajian : 12.30 Wita

Tanggal masuk RS : 03-12-2023

1. IDENTITAS
A. KLIEN
Nama inisial : NY. N
Tempat/tanggaal lahir (Umur) : Maros/ 07 Desember 2004 ( 18 Tahun )
Jeis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama/suku : Islam/Bugis
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Poros Bantimurung km 3
Kelurahan Alatengae
Kecamatan Bantimurung
Kabupaten Maros
B. PENANGGUNG JAWAB PASIEN
Nama : Ny.I
Alamat : Jl. Poros Bantimurung km 3
Kelurahan Alatengae
Kecamatan Bantimurung
Hubungan degan pasien : Saudara ( Adik )
2. DATA MEDIK
A. Diagnosa Medis
Saat Masuk : Tuberkulosis paru kasus baru terkonfirmasi
bakteriologis on OAT fase intensif
Saat pengkajian : Tuberkulosis Paru
3. KEADAAN UMUM
A. Keadaan Sakit : Klien Nampak terbaring lemah
B. Keluhan Utama : Sesak napas, Sulit bernapas, Batuk tidak berdahak
memberat sejak 1 minggu terakhir
C. Skala Nyeri NRS ( Numeric Ratting Scale )
P : Terasa nyeri di dada
Q: terasa tertusuk-tusuk
R: bagian dada
S: skala 2
T: Nyeri akut, hilang-timbul
D. Tanda-Tanda Vital
1. Kesadaran :
Kualitatif : Compos mentis
Kuantitatif :
SKALA GLASGOW COMA : 15
Respon Motorik : 6
Respon Bicara : 5
Respon Membuka Mata : 4
2. Tekanan Darah : 96/60 mmHg
3. Suhu : 36,6 C
4. Nadi : 62x/menit
5. Pernafasan : 20x/menit
Irama : Teratur
6. SpO2 : 97 %
E. PENGUKURAN
Lingkar lengan atas : 20,4 Cm
Tinggi badan : 158 Cm
Berat badan : 27 Kg
Indeks Masa Tubuh (IMT) : 10,8 Kg/m²

F. GENOGRAM

Keterangan :

= Laki-laki =Perempuan

= Klien =Meninggal

Generasi I : Kakek dan nenek pasien baik dari ayah maupun ibu telah
meninggal dunia dikarenakan faktor usia.
Generasi II : Bapak klien anak Ke- 4 dari 4 bersaudara dan ibu klien
anak pertama dari 3 bersaudara.

Generasi III : Klien anak pertama dari 2 bersaudara.

4. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN – PEMELIHARAAN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Klien pernah sakit paru pada bulan juli
2021 dan pernah di rawat dan menjalani pengobatan tuberculosis pada 20
Oktober 2023
Riwayat kesehatan sekarang : Klien masih merasa lemah dan lemas serta
masih batuk, saat batuk terdapat lendir
1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :Klien mengatakan melakukan aktifitasnya
sendiri
b. Keadaan sejak sakit/sakit saat ini : Klien mengatakan masih merasa
lemah dan lemas serta masih batuk
2. Data Objektif
a. Kebersihan rambut : rambut klien berwarna hitam Nampak
bersih
b. Kulit : Kulit klien berwarna kuning langsat
c. Kebersihan kulit : Tampak bersih
d. Hygine rongga mulut : Mukosa bibir nampak kering
B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit nafsu
makannya baik dengan frekuensi 3 kali sehari
b. Keadaan sejak sakit : Makan klien 2 kali sehari, dengan porsi yang
kecil
c. Sejak sakit klien mengalami penurun nafsu makan, Berat badan
sebelum sakit 47 kg, dan selama sakit berat badan pasien menjadi 27 kg
d. Selama sakit klien mengeluh mual dan muntah
2. Data Objektif
a. Observasi : Klien masih Nampak lemas
b. Keadaan rambut : rambut klien berwarna hitam nampak bersih
Hidrasi kulit : Kulit klien nampak lebab dan lengket
Konjungtifa : Nampak pucat
Sclera : Nampak putih
Gigi palsu : Tidak ada gigi palsu
Lidah : Nampak ada leukoplakia atau bercak putih bagian
lidah
C. KAJIAN POLA ELIMIASI
1. Data Subjektif
a. Kedaan sebelum sakit : BAB dan BAK lancar, frekuensi BAB 1x/hari,
frekuensi BAK 3-4/hari.
b. Keadaan sejak sakit : Klien BAK dengan produksi urine baik, selama
sakit klie tidak pernah BAB
2. Data Objektif
a. Observasi : Klien nampak lemah
b. Pemeriksaan fisik :
Tekanan Darah : 96/60 mmHg
Suhu : 36,6 C
Nadi : 62x/menit
Pernafasan : 20x/menit
SpO2 : 97 %
D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit, klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri
b. Keadaan sejak sakit : Keluarga klien mengatakan sejak sakit,
aktifitasnya dibantu oleh keluarga.

2. Data Objektif
Aktifitas Harian : Ket :
Makan :0 0 : Mandiri
Kerapian :2 1 : Bantu
Buang air besar :2 2 : Bantu orang
Buang air kecil :2 3 : Batuan alat&orang
Mobilitas ditempat tidur :0 4 : Bantuan penuh
Pasien merupakan pasien Partial Care ( membutuhkan bantuan
perawat sebagian )
E. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit : Klien menerima dirinya dengan baik
b. Keadaan sejak sakit : Klien mengatakan sudah mengetahui tentang
penyakitnya
2. Data Objektif
a. Observasi : Klien nampak kooperatif saat dilakukan pengkajian
b. Pemeriksaan fisik
Penglihatan :
Kornea : Normal
Pupil : Normal
Pedengaran : Normal
F. THORAKS DAN PERNAFASAN
a. Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk pada columna vertebralis
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. N III – IV – VI : Pasien mampu melakukan putaran bola mata
menggerakkan konjungtiva, reflex pupil dan inspeksi kelopak mata
d. N VIII : Pendengaran pasien baik
e. N XI : Pasien mampu menggerakan kepala ke kiri dan ke kanan
f. Kaku kuduk : negatif

Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium :
Senin, 04 November 2023

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan

WBC 10.2 5.0 – 10.0 /µL

RBC 3.62 Lk : 4.7-6.1 /µL


Pr : 4.2-5.4

HGB 9.9 Lk : 14-18 gr/dl


Pr : 12-16

PLT 373 150-450 10˄3/µL

GDS 93 < 110 mg/dL

SGOT 49 Lk : < 35 U/L


Pr : < 31

SGPT 20 Lk : < 41 U/L


Pr : < 31

Albumin 2.4 3.4 – 4.8 gr/dl

Natrium 129 136–145 mmol/I

Kalium 2.9 3.5-5.1 mmol/I


Klorida 96 97-111 mmol/I

Ureum 12 10-15 mg/dL

Kreatinin 0.48 Lk : 0.9-1.3 mg/dL


Pr : 0.6-1.1

2. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax tanggal 03-12-2023
 Konsolidasi yang tersebar pada kedua lapangan paru
 Cor : kesan normal , aorta normal
 Kedua sinus tumpul, kedua diafragma tenting
 Tulang-tulang intak
3. Pengobatan
 Terpasang infus NaCl 0,9% 20 TPM
500 cc/24 jam/IV
 Terpasang O2 nasal kanul 3 LPM
 Cefriaxon 2 gr/24 jam/IV
 Azithromycin 500 mg/24 jam/oral
 Acetylsistein 200 mg/8 jam/oral
 Paracetamol 500 mg/8 jam/oral
 2 tab 4 FDC mulai 20/10/2023
FDC :
 Rifampisin 150 mg
 Isoniazid 75 mg
 Pirazinamida 400 mg
 Etabutol 275 mg
Berat Badan Tahap Intensif Tahap Lanjutan
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
KDT : Kombinasi dosis tepat
Frekuensi Pernapasan

Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35-40
Bayi ( 6 bulan ) 30-50
Anak anak 20-30
Remaja ( 12-20 ) 16-20
Dewasa ( 30-40 ) 12-20

Bunyi Napas

 Suara pernapasan bronkial. Suara napas bronkial yang normal bernada


lebih keras dan lebih tinggi daripada suara di bagian lain paru-paru.
Namun, suara ini lebih tenang dan lebih terdengar hampa daripada suara
pernapasan trakea.
 Suara pernapasan bronkovesikular. Suaranya memiliki intensitas sedang,
terdengar berdesir tetapi tubular (seperti udara mengalir mengalir melalui
pipa).
 Suara pernapasan vesikuler. Ini merupakan suara napas yang lebih rendah
yang terdengar di sebagian besar paru-paru. Suara pernapasan yang
biasanya Anda dengarkan adalah suara napas vesikuler.
Berikut merupakan beberapa jenis suara pernapasan abnormal ( suara napas
tambahan )
1. Mengi

 Mengi mungkin adalah suara napas abnormal yang paling akrab di


telinga Anda. Ciri khas mengi yaitu suara bernada tinggi yang
terdengar seperti “ngik-ngik“. Suaranya semakin terdengar jelas ketika
Anda mengembuskan napas.
 Mengi dihasilkan oleh saluran udara yang menyempit. Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan mengi antara lain asma, paru-paru
obstruktif kronis (PPOK), dan bronkitis.
 Orang-orang yang sehat juga bisa mengalami napas mengi. Biasanya,
ini terjadi ketika Anda mengembuskan napas dengan paksa setelah
menarik napas dalam-dalam.

2. Rales atau crackles

 Rales ditandai dengan suara klik kecil seperti menggelegak atau


berderak di dalam paru-paru. Suara napas yang tidak normal ini
terdengar jelas saat seseorang menarik napas.
 Napas rales terjadi bila saluran udara yang lebih kecil terbuka secara
tiba-tiba saat menghirup udara.
 Bunyi rales atau crackles bisa terdengar kasar atau halus. Rales yang
halus biasanya menandakan penyakit pada saluran napas kecil,
sedangkan rales yang kasar dikaitkan dengan penyakit saluran napas
besar.
 Beberapa penyakit yang ditandai dengan kemunculan bunyi rales
antara lain edema paru, fibrosis paru idiopatik, dan radang paru-paru.

3. Ronki

Kebalikan dari mengi, suara napas ronki terdengar seperti dengkuran atau
derak dengan nada rendah. Ronki disebabkan oleh penyumbatan pada saluran
udara besar.
Biasanya, ronki dialami oleh orang-orang yang memiliki penyakit asma
atau infeksi saluran pernapasan atas. Ronki bisa menghilang ketika Anda
batuk.

4. Stridor

Terdengar seperti suara mengi, tetapi suara ini disebabkan oleh


penyumbatan aliran udara pada tenggorokan atau belakang tenggorokan.
Terkadang, stridor bisa menandakan kondisi darurat medis seperti epiglotitis.
Epiglotitis merupakan peradangan pada lapisan tulang rawan di belakang
lidah yang bisa menghalangi masuknya udara ke paru-paru.
Epiglotitis bisa mengancam jiwa. Selain sesak napas, kondisi ini juga
disertai dengan kesulitan saat menelan. Oleh karena itu, orang-orang yang
mengalaminya harus segera mendapatkan pertolongan medis
DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

- Klien mengeluh sesak - Pasien tampak mengalami


dyspnea
- Pasien mengatakan sulit untuk
bernafas, dada terasa berat - Kondisi umum pasien tampak
lemah
- Pasien mengatakan tidak mampu
batuk - Tanda-tanda vital :
- Pasien mengatakan jika batuk TD : 96/60 mmHg
terasa sakit
Suhu : 36,6 C
- Pasien mengeluh nyeri pada dada Nadi : 62x/menit
sebelah kiri
Pernapasan : 22x/menit
- Nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk - Pola napas abnormal
(bradipnea)
- Skala nyeri 2 (Ringan) diukur
dengan menggunakan Numeric - Melemah pada dada sebelah kiri
Rating scale (NRS) - Vesikuler melemah pada dada
- Nyeri yang dirasakan hilang sebelah kiri
timbul terutama pada saat - Ronchi ada dibasal hemithorax
dextra dan di hemithorax sinistra
banyak bergerak dengan durasi
±30 menit, nyeri hilang apabila - Batuk tidak efektif
diberi obat
- Berat badan menurun selama
- pasien mengatakan akibat sakit 10 kg
penyakit yang dialaminya, pasien
tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya
- Selama sakit pasien sering
mengeluh lemas
- Pasien mengeluh pusing dan rasa
berat di dada terutama pada saat
sesak

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Bakteri tuberkulosis Pola napas tidak


efektif
- Klien mengeluh sesak
- Pasien mengatakan sulit untuk Menyerang saluran
bernafas, dada terasa berat pernapasan
- Pasien mengatakan jika batuk
terasa sakit

Penyebaran bakteri
DO : secara limfa

- Pasien tampak mengalami


dyspnea
Reaksi radang pada
- Tanda-tanda vital :TD : 96/60 bronkus dan alveolus
mmHg
Suhu : 36,6 C
Nadi : 62x/menit
Produksi sputum
Pernafasan : 22x/menit meningkat

- Melemah pada dada sebelah


kiri
- Pola napas abnormal Pola napas tidak efektif
(bradipnea)
DS : Mycobacterium masuk Bersihan jalan napas
ke pernapasan tidak efektif
- Klien mengeluh sesak

DO :
Peradangan dan alveola
- Vesikuler melemah pada dada mengalami konsidasi
sebelah kiri
- Batuk tidak efektif
- Ronchi ada dibasal hemithorax Terjadi lesi pada bagian
dextra dan di hemithorax paru
sinistra
- Pasien mengatakan jika batuk
ada lendir
Tekanan kapiler paru
meningkat

Kerusakan jaringan
paru meluas dan
mengalami nekrosis

Produksi sputum
meningkat

Secret terakumulasi
pada jalan napas
Dispea

Bersihan jalan napas


tidak efektif

DS : Terputusnya kontinuitas Nyeri


tulang dan jaringan
- pasien mengeluh nyeri pada
dada sebelah kiri
- Nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk
- Skala nyeri 2 (Ringan) diukur Nosiseptor
dengan menggunakan menghantarkan zat
Numeric Rating scale (NRS) kimia bradikinin

- Nyeri yang dirasakan hilang


timbul terutama pada saat
banyak bergerak dengan durasi Menurunnya ambang
±30 menit, nyeri hilang nyeri
apabila diberi obat
- Pasien mengatakan nyeri yang
dialaminya sangat
mengganggu aktifitasnya Nyeri
terutama waktu istirahatnya
DO :

- Pasien tampak meringis


apabila nyeri timbul
- Terdapat nyeri tekan pada
dada sebelah kiri
DS : Mycobacterium Intoleransi Aktifitas
tuberkulosis
- Pasien mengatakan akibat
penyakit yang dialaminya,
pasien tidak bisa melakukan
Airbone / inhalasi
aktivitas seperti biasanya
droplet
- Pasien mengatakan
penyakitnya mengakibatkan
pasien tidak bisa melakukan Saluran pernapasan
aktifitasnya secara mandiri dan
harus dibantu oleh keluarga
atau perawat seperti personal
hygiene, berpakaian, Paru-paru
mobilisasi, makan/minum
- Selama sakit pasien sering
mengeluh lemas
Penyebaran bakteri
- Pasien mengeluh pusing dan secara limfa
rasa berat di dada terutama hematogen
pada saat sesak
D0:

- Kondisi umum pasien tampak Keletihan


lemah

Intoleransi aktivitas

Ds : - klien mengatakan hanya Pergerakan makanan


makan 2 kali sehari menjadi lambat

- klien mengatakan tidak napsu


makan selama sakit Makanan bertahan di
lambung
- Klien mengeluh mual dan
muntah
Perasaan mual dan
Do : - klien mengalami penurun berat muntah
badan selama sakit

- Tanda-tanda vital :TD : 96/60 Anoreksia


mmHg
Suhu : 36,6 C Deficit nutrisi
Nadi : 62x/menit
Pernafasan : 22x/menit
- Klien terlihat terbaring lemah

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. D.0005 Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas


2. D.0001 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
3. D.0077 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
4. D.0058 Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
5. D.0019 Deficit nutrisi b.d faktor psikologis ( keengganan untuk makan )

INTERVENSI KEPERAWATAN

N STANDAR STANDAR STANDAR INTERVENSI


O DIAGNOSA LUARAN KEPERAWATAN
KEPERAWATA KEPERAWATA
N N

1 D.0005 Pola napas L.01004 I.01011 Manajemen jalan napas


tidak efektif b.d
hambatan upaya - Monitor pola napas
napas Setelah dilakukan - Monitor bunyi napas
tambahan
tindakan
keperawatan - Monitor sputum
selama 3x24 jam - Posisikan semi-fowler atau
pola napas fowler
membaik dengan
- Berikan air minum hangat
kriteria hasil :
- Lakukan fisioterapi dada, jika
- Dispnea perlu
menurun
- Berikan oksigen, jika perlu
- Penggunaan
- Anjurkan asupan cairan 2000
otot bantu ml/hari, jika tidak
napas kontraindikasi
menurun
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Frekuensi
- Kolaborasi pemberian
napas
bronkodilator, ekspektoran,
membaik
mukolitik, jika perlu
2 D.0001 Bersihan L.01001 I.01006 Latihan batuk efektif
jalan napas tidak
efektif b.d sekresi - Identifikasi kemampuan
batuk
yang tertahan Setelah dilakukan
- Monitor adanya sputum
tindakan
keperawatan - Atur posisi semi-fowler atau
selama 3x24 jam fowler
bersihan jalan - Buang sekret pada tempat
napas meningkat sputum
dengan kriteria - Jelaskan tujuan dan prosedur
hasil : batuk efektif
- Batuk efektif - Anjurkan tarik napas dalam
meningkat melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik,
- Produksi kemudian keluarkan dari
sputum mulut dengan bibir mencucu
menurun (dibulatkan), selama 8 detik
- Dispea - Anjurkan mengulangi tarik
menurun napas dalam hingga 3 kali
- Frekuensi - Anjurkan batuk dengan kuat
napas langsung setelah tarik napas
memembaik dalam yang ke-3
- Pola napas - Kolaborasi pemberian
membaik mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu
3 D.0077 Nyeri akut L.08066 I.08238 Manajemen nyeri
b.d agen pencedera
fisik - Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
Setelah dilakukan frekuensi, kualitas, intensitas
tindakan nyeri
keperawatan
- Identifikasi skala nyeri
selama 3x24
tingkat nyeri - Identifikasi respons nyeri non
menurun dengan verbal .
kriteria hasil : - Identifikasi faktor yang
memperberat dan
- Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun
- Monitor efek samping
- Meringis penggunaan analgetik
menurun
- Berikan teknik
- Kesulitan nonfarmakologi untuk
tidur menurun mengurangi rasa nyeri
- Frekuensi nadi - Kontrol lingkungan yang
membaik memperberat rasa nveri
- Pola napas - Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik
- Pertimbangkan jenis dan
- Pola tidur sumber nyeri dalam
membaik pemilihan strategi meredakan
nyeri
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4 D.0058 Intoleransi L.05047 I.05178 Manajemen Energi
aktifitas b.d
kelemahan Setelah dilakukan - Identifikasi gangguan fungsi
tindakan tubuh yang mengakibatkan
keperawatan kelelahan
selama 3x24 jam - Monitor pola dan jam tidur
toleransi aktivitas - Anjurkan tirah baring
meningkat dengan
- Anjurkan melakukan aktivitas
kriteria hasil :
secara bertahap
- Keluhan lelah
menurun
- Sediakan lingkungan nyaman
- Dispnea saat dan rendah stimulus
dan setelah
- Lakukan latihan rentang gerak
aktivitas
pasif dan/atau aktif
menurun
- Berikan aktivitas distraksi
- perasaan
yang menenangkan Fasilitasi
lemah
duduk di sisi tempat tidur, jika
menurun
tidak dapat berpindah atau
berjalan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan makana
n
5. L.03030 I.03119
D.0019 Deficit
nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan - Identifikasi makanan yang
psikologis tindakan disukai
( keengganan untuk keperawatan - Monitor asupan makanan
makan ) selama 3x24 jam - Monitor berat badan
toleransi aktivitas - Anjurkan posisi duduk,
meningkat dengan jika mampu
kriteria hasil : - Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
- Berat badan - Kolaborasi dengan ahli
membaik gizi untuk menentukan
- Indeks jumlah kalori dan jenis
massa nutrient yang dibutuhkan
tubuh
membaik
- Nafsu
makan
membaik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

D Hari/jam Implementasi
X

1 Senin 04 Manajemen jalan napas


Januari
08.30-14.00 09.00 Memonitor pola napas
Hasil : RR 22x/menit, terdapat otot bantu napas (NK)
10.0 Memonitor bunyi napas tambahan
Hasil : terdapat bunyi napas tambahan yaitu ronchi

10.30 Mempertahankan kepatenan jalan napas


Hasil : kepatenan jalan napas dipertahankan dengan
posisi semi-fowler dan bantuan o2
11.0 Memposisikan semi-fowler atau fowler
Hasil : memberikan posisi semi-fowler pasien merasa
nyaman
12.0 Memberikan minum hangat
Hasil : keluarga pasien mengatakan pasien selalu
minum air hangat
13.0 Menganjurkan asupan air 2000 ml/hari,jika tidak
kontraindikasiMengajarkan batuk efektif
13.30 Mengkolaborasi pemberian o2
Hasil : diberikan o2 dengan karakteristik nasal kanul
5-6 ltr/menit
14. 00 Memantau respirasi
Hasil : RR 22x/menit pasien mengatakan masih
merasa sesak

2 Selasa, 05 Latihan batuk efektif


Desember
2023 13.00 Mengidentifikasi kemampuan batuk
14.0 Memonitor adanya sputum
13.30-20.00 Hasil : adanya sputum
14.30 Mengatur posisi semi fowler dan fowler

Hasil : pasien diberikan posisi semi-fowler

15.0 Membuang sekret pada tempat sputum


Hasil : pasien membuang sekret di tempat sputum
yang disediakan
15.0 Menjelaskan prosedur batuk efektif
Hasil : pasien mengerti terkait penjelasan batuk efektif
16.0 Menganjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan), selama 8
detik
Hasil : pasien mengikuti langkah-langkah yang sudah
dijelaskan, pasien belum mampu batuk efektif
17.00 Menganjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali
Hasil : pasien mengikuti instruksi
19.0 Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Hasil : pasien tidak mampu batuk dengan kuat karena
akan terasa nyeri
20.0 Mengkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
Hasil : tidak diberikan kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran

3 Rabu 06
09.00 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Desember frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2023 Hasil : Pasien mengatakan nyeri pada bagian dada
sebelah kiri dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk,
08.30-14.00
durasi nyeri ±30 menit hilang timbul, nyeri yang
dirasakan tidak menjalar

10. 00 Mengidentifikasi skala nyeri


Hasil : skala nyeri 2 (sedang) dengan menggun akan
NRS
11.0 Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
Hasil : pasien tampak meringis
12.0 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil : pasien mengatakan jika bergerak akan terasa
nyeri
13.0 Memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
Hasil : diberikan teknik nonfarmakologi seperti
menganjurkan membuka murottal dan relaksasi napas
dalam
13.30 Memfasilitasi istirahat dan tidur
Hasil : memberikan pasien waktu istirahat yang cukup,
mengontrol suhu ruangan dan kebisingan
13.40 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Hasil : pasien tidak diberikan strategi meredakan nyeri
yang sifatya kontraindikasi dengan kondisi pasien
13.50 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Hasil : menjelaskan kepada pasien bahwa strategi
meredakan nyeri banyak caranya
14.0 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil : Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untu
mengimplementasikan teknik nonfarmakologis yang
telah diajarkan
14.0 Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Hasil : Kolaborasi pemberian ketorolac 30mg/12jam/IV

4 Rabu 06 Manajemen Energi


Desember
2023 14.0 Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
13.30-20.00 Hasil : pasien merasa sesak
15.0 Memonitor pola dan jam tidur
Hasil : pasien mengatakan biasanya tidur pukul 21.00
dimalam hari dan kerap kali terjaga akibat nyeri dan
sesak yang dirasakan
17.0 Menganjurkan tirah baring
Hasil : Menganjurkan pasien untuk melakukan tirah
baring apabila pasien merasa sangat lelah
18.0 Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Hasil : Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas-
aktivitas mandiri yang masih bisa dilakukan sendiri
secara bertahap
19.0 Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Hasil : Memberikan cairan IVFD NaCL 0,9% 20 Tpm
Diet makanan lunak

5. Kamis 07 09.0 Identifikasi makanan yang disukai


Desember 10.0 Monitor asupan makanan
2023 Hasil : pasien makan 2 kali sehari dengan porsi yang
kecil
08.30-14.00 12.0 Monitor berat badan
Hasil : berat badan 27 kg
13.0 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Hasil : pasien mampu duduk saat makan
14.00 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

14.00 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah


kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan

Hasil : kolaborasi dengan ahli gizi untuk asupan makanan

EVALUASI KEPERAWATAN

DX EVALUASI

1 S : Pasien masih mengeluh sesak

O:

- Masih tampak penggunaan otot bantu pernapasan


- RR : 22x/menit, terjadi penurunan namun tidak begitu signifikan
dari RR 24x/menit
- HR : 86x/menit
A : Masalah pola napas tidak efektif belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi Manajemen jalan napas

2 S:

- Pasien masih mengeluh tidak mampu batuk


- Pasien masih mengatakan masih ada lendir yang tertahan
O:
- Pasien tampak sesak
- RR : 24x/menit, terjadi penurunan RR dari 22 namun tidak begitu
signifikan
- Terdapat lendir berwarna putih
- Pasien masih tampak lemah
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi Latihan batuk efektif

3 S : Pasien masih mengeluh nyeri

O:

- Skala nyeri menurun menjadi 0 dari skala 2 yang diukur dengan


menggunakan Numeric Rating Scale
- Pasien masih tampak meringis
- Pasien masih bersikap protektif
- Pasien masih tampak lemah
-Pola napas masih bradipnea
A : Masalah nyeri akut belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi manajemen nyeri

4 S:

- Pasien masih mengeluh lemah


- Pasien masih mengeluh sesak bila melakukan suatu aktivitas
O:

- Pasien masih tampak lemah


- Pasien masih tampak sesak
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi manajemen energi

5 S:

- Pasien masih mengeluh tidak nafsu makan


- Pasien masih mengeluh mual dan muntah walaupun tidak sering
O:

- Pasien masih tampak lemah


- BB pasien 27 kg
A : Masalah deficit nutrisi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi deficit nutrisi

DAFTAR PUSTAKA

Aminingsih Endrawati & Ariasti. (2019). Keperawata n Medikal Bedah Klien


Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC.
Ambarwati, & Nasution. (2018). Asuhan Kebidanan Sistem Pernafasan (TB).
Yogyakarta : Mitra Cendikia
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (2021). Profil Kesehatan Sulawesi
Tenggara 2019. Kendari: Dinkes pada tanggal 22 Maret 2021, di
www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILKESPROVINSI2016/28 Sultra
2016.pdf.
Ginanjar. (2020). Karya Tulis Ilmiah Faktor Resiko TB Paru. Diperoleh tanggal 22
Maret 2021, dari https://osf.io/preprints/inarxiu
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
Jakarta: Kemenetrian Kesehatan RI 2019.
Kowalak. (2019). Mudahnya Belajar Sistem Imun. Yogyakarta : Nuha Medika.

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator


diagnostik Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Interνensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai