TB PARU
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
microbacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian
bawah yang sebagian besar bakteri tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru melalui udara
dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari ghon (Wijaya,
2013).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang biasanya menyerang parenkim paru, yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis. TB dapat mengenai hampir kesemua
bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya
terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah ajanan (Smeltzer & Bare, 2015).
Jadi, TB Paru merupakan penyakit infeksi yang biasanya menyerang paru – paru khususnya
bagian parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis
yang terhirup oleh manusia melalui udara. Namun tidak hanya paru – paru, bagian tubuh
lainnya juga dapat terserang penyakit ini seperti meninges, ginjal, tulang dan lain sebagainya.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang
tepat dan teratur.
2. Anatomi Fisiologi
Pulmo atau paru adalah organ sistem pernaasan yang berada dalam kantong bentukan pleura
parietalis dan pleura viselaris. Paru-paru sangat lunak, elastis, dan berada pada rongga torak.
Paru-paru memiliki sifat ringan dan mampu terapung dalam air, berwarna biru keabu-abuan
dengan bintik. Paru-paru kanan terdiri dari tiga gelambir (lobus), yaitu : lobus superior, lobus
medius, dan lobus inferir. Paru – paru kiri terdiri dari dua lobus, yaitu : lobus superior dan
lobus inferior. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput paru-paru yang disebut pleura. Pleura
terdiri dari atas dua lapisan, yaitu: lapisan permukaan (parietalis), yakni lapisan yang
langsung berhubungan dengan paru-paru dan memisahkan lobus dengan paru – paru. Lapisan
daam pleura (viseralis), yakni pleura yang berhubungan dengan fasia endotorasika, yaitu
permukaan dalam dari dinding toraks (Kirnanoro, 2017)
3. Patofisiologi
Ketika seorang penderita TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak sengaja
percikan dahak yang mengandung kuman atau bakteri jatuh ke tanah, lantai, atau tempat
lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, percikan dahak tadi
menguap ke udara. Dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang
terkandung dalam dahak tadi terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat
maka orang itu berrisiko terkena infeksi bakteri tuberkulosis (Muttaqin, 2008).
4.Penyebab
Gejala – gejala Klinik Keluhan yang timbul pada penderita TB Paru bermacam-macam pada
setiap orang. Namun menurut Setiati (2014) yang sering timbul adalah gejala sebagai berikut:
a. Demam
biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40 - 410C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam
influenza ini, sehingga klien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh klien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b. Batuk/batuk berdarah
gejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk
ini di perlukan untuk membuang produk – produk radang keluar. Karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu – minggu atau
berbulan – bulan peradanngan bermula. Sifat batuk bermula dari batuk kering (non-
produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas
pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi
setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
gejala ini agak jarang yang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu klien mmenarik / melepaskan napasnya.
e. Malaise
penyakit tuberkulosi bersifat radamg yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia tidak nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
6.Komplikasi
Apabila TB Paru tidak ditangani dengan benar maka akan menimbulkan komplikasi. Ada dua
komplikasi, yaitu komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
7.Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer, dkk (1999: 437), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien
dengan Tuberkulosis paru, yaitu :
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) : uji serologi imunoperoksidase memakai alat
histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.
h. Pemeriksaan Radiology : rontgen thorax PA dan lateral, gambaran foto thorax yang
menunjang diagnosis TB, yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah.
8.Penatalaksanan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian,
pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan radiologis.
Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12
bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi
konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
3) Vaksinasi BCG Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur
kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada tes tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis,
yakni:
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah berkontak
dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan pernah
berkontak dengan pasien penyakit paru.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan ila tetap
negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi, maka
pengobatan harus diberikan.
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB
milier dan meningitis TB,
b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin positif yang bergaul
erat dengan penderita TB yang menular,
c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi positif,
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat immunosupresif jangka panjang,
9.Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data mengenai biodata klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat pekerjaan
dan kebiasaan dan pemeriksaan fisik.
a. Biodata klien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan) Umur klien dapat menunjukan tahap
perkembangan klien baik secara fisik maupun psikologi, jenis kelamin dan pekerjaan juga
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit yang diderita klien, dan tingkat pengetahuan klien
terhadap penyakit yang dideritannya.
b. Keluhan utama Keluhan utama ialah keluhan yang paling menganggu klien. Keluhan
utama digunakan untuk menentkan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien
terhadap penyakitnya. Keluhan utama yang biasa timbul ialah :
1) Batuk : batuk bisa menunjukkan adanya penyakit paru yang serius. Tipe batuk juga sangat
penting untuk diketahui. Batuk yang kering, iritatif menandakan infeksi saluran napas atas
menyebabkan batuk dengan puncak bunyi kering, hacking, brassy, mengi, ringan, berat dan
waktu batuk dicatat. Perawat harus menanyakan apakah batuk bersifat produktif /
nonproduktif, jika produktif apakah sputum bercampur darah.
2) Peningkatan produksi sputum Sputum adalah substansi yang keluar bersama dengan batuk
atau bersihan tenggorok. Tetapi produksi sputum dikarenakan oleh batuk adalah tidak
normal. Tanyakan klien tentan warna dari sputum yang dikeluarkannya (jernih, kuning, hijau,
kemerahan), bau, kualitas (berair, berserabut, berbusa, kental), dan kuantitas (sendok teh,
sendok makan, cangkir). Tanyakan juga apakah sputum hanya dibentuk setelah klien
berbaring.
3) Dispnea Adalah suatu persepsi kesulitan bernafas / nafas pendek dan merupakan perasaan
subjektif klien. Perawat melakukan pengkajian tentang bagaimana kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas. Menurut Muttaqin (2008) hal yang perlu dikaji adalah apa faktor
penyebab dipsnea, seperti apa rasanya saat terjadi dipsnea, dibagian mana yang dirasakan
berat saat bernafas, seberapa jauh rasa sesak yang di rasakan dan berapa lama dipsnea di
rasakan.
4) Hemoptysis Adalah batuk yang bercampur darah. Perawat mengkaji apakah dari berasal
dari paru, perdarahan hidung atau perut. Darah dari paru biasanya berwarna merah terang .
lakukan juga pengkajian tentang awitan, durasi, jumlah dan warna.
5) Mengi Ini terjadi karena udara mengalir melalui jalan napas yang sebagian tersumbat atau
menyempit pada saat inspirasi dan ekspirasi. Mengi hanya terdengar menggunakan stetoskop.
Identifikasi kapan mengi terjadi dan apakah mengi hilang sendiri atau hilang dengan obat –
obatan.
c. Riwayat kesehatan saat ini Pengkajian yang dilakukan dimulai dengan perawat
menanyakan tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga alasan dibawa ke
rumah sakit, seperti sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan
dirasakan, bagamana sifat dan hebatnya keluhan yang dirasakan, dimana pertama kali
keluhan di rasakan, apa yang dilakukan ketika keluhan tersebut timbul, keadaan apa yang
memperberat atau memperingan keluhan, usaha apa yang dilakukan untuk mengurangi
keluhan tersebut apakah usaha yang dilakukan berhasil.
d. Riwayat kesehatan masa lalu Tanyakan klien tentang pengobatan masalah pernapasan
sebelumnya. Kaji pula kapan kapan penyakit terjadi dan waktu perawatannya. Tanyakan
apakah klien pernah melakukan pemeriksaan rongten dan kapan terakhir dilakukan.
e. Riwayat kesehatan keluarga Perlu dicari apakah riwayat keluarga memberikan faktor
predisposisi seperti adanya riwayat sesak napas, batuk lama, batuk darah dari anggota
keluarga yang lain. Adanya penyakit darah tinggi dan kencing manis dapat memperberat
keluhan penderita.
f. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan Perawat harus menanyakan bagaimana lingkungan kerja
klien dan juga kebiasaan sosial yang dilakukannya. Seperti menanyakan kebiasaan merokok,
menanyakan apakah pekerjaan penuh stress, apakah lingkungan dipenuhi dengan polusi udara
dan lain sebagainya (Andarmoyo, 2012).
g.Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital Kesadaran klien perlu dinilai apakah klien dalam
keadaan compos metis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma. Seorang perawat
juga harus mempunyai pengetahuan untuk menilai keadaan umum klien, kesadaran dan
pengukuran GCS. Untuk tanda – tanda vital seperti peningkatan suhu tubuh yang signifikan,
frekuensi nafas meningkat disertai sesak nafas, denyut nadi meningkat atau melemah,
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyerta seperti hipertensi.
2) B1 (Breathing)
(a) Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernafasan. Tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter
lateral, adanya ketidakseimbangan rongga dada, pelebaran intercostal space karena adanya
efusi pleura masif atau penyempitan intercostal space karen atelektasis paru. Mengalami
sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas, menggunakan otot bantu nafas dan juga gerakan
pernafasan menjadi tidak simetris.
(b) Palpasi : adanya pergeseran trakhea, adanya penurunan gerakan dinding pernafasan,
adanya penurunan taktif fremitus pada klien dengan TB paru, biasanya ditemukan pada klien
yang disertai komplikasi efusi pleura masif.
(c) Perkusi : TB paru tanpa komplikasi ditemukan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru, sedangkan TB paru dengan komplikasi didapatkan bunyi redup sampai pekak
pada sisi yang sakit. Dan apabila disertai pneumotoraks didapatkan bunyi hiperresonan
(d) Auskultasi : akan didapatkan bunyi paru tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Apabila
dengan komplikasi akan ditemukan penurunan resonan vokal pada sisi yang sakit.
(a) Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut (menandakan bahwa klien pernah menjalani
operasi jantung sebelumnya) dan keluhan kelemahan fisik.
(c) Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi pleura masif
mendorong kesisi sehat.
(d) Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Tidak di dapatkan bunyi jantung tambahan.
5) B4 (Bladder) Perawat perlu mengkaji adanya oliguria karena ini bisa berhubungan dengan
tanda syok. Urine klien akan berwarna jingga pekat dan berbau karena meminum OAT
terutama Rifampisin.
6) B5 (Bowel) Klien mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan.
7) B6 (Bone) Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala yang
muncul biasanya kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga
menjadi tidak teratur.
10.Diagnosa Keperawatan
11.Rencana Keperawatan
Kriteria hasil : Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal,Irama pernafasan
tidak ada deviasi dari kisaran normal,Kemampuan untuk mengeluarkan secret tidak ada
deviasi dari kisaran normal,Suara nafas tambahan tidak ada.
Intervensi :
a) Bersihkan jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust sebagai mana mestinya
e) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lender
Kritera hasil : a) Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal,Irama pernafasan
tidak ada deviasi dari kisaran normal,Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari kisaran
normal,Kapasitas vital tidak ada deviasi dari dari kisaran normal.
Intervensi :
a) Bersihkan jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust sebagai mana mestinya
e) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lender
Kriteria hasil : Tekanan parsal oksigen di darah arteri (PaO2) tidak ada deviasi dari kisaran
normal,Tekanan parsial karbondioksisa di darah arteri (PaCO2) tidak ada deviasi dari kisaran
normal,Saturasi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran normal,Keseimbangan ventilasi dan
perfusi tidak ada deviasi dari kisaran normal
Intervensi :
https://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_FIX_SARAH_1_(3).pdf