Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TB PARU

NAMA : NURYANTI
NIM : 201440124
PRODI : KEPERAWATAN TINGKAT 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


PANGKALPINANG
PRODI D3 KEPERAWATAN PANGKALPINANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
TUBERCULOSIS PARU

A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
microbacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar bakteri tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru
melalui udara dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari
ghon (Wijaya, 2013). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang biasanya menyerang
parenkim paru, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis. TB dapat
mengenai hampir kesemua bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus
limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah ajanan (Smeltzer
& Bare, 2015).
Jadi, TB Paru merupakan penyakit infeksi yang biasanya menyerang paru – paru
khususnya bagian parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberkulosis yang terhirup oleh manusia melalui udara. Namun tidak hanya paru – paru,
bagian tubuh lainnya juga dapat terserang penyakit ini seperti meninges, ginjal, tulang
dan lain sebagainya. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat disembuhkan
dengan pengobatan yang tepat dan teratur.

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling


mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-
sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo, 2012)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Oksigen akan digunakan
dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber
energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal. Terapi oksigen merupakan salah
satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi
oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium ( Potter &
Perry,2006).
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3- 0,6/um. Sebagian besar dinding
kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian
apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis (Setiati, 2014).

C. Patofisiologi
Jalan masuknya kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui
udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya
terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah
berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Sesudah
hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. (Ardiansyah, 2012).
Ketika seorang penderita TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak
sengaja percikan dahak yang mengandung kuman atau bakteri jatuh ke tanah, lantai, atau
tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, percikan
dahak tadi menguap ke udara. Dengan pergerakan angin akan membuat bakteri
tuberkulosis yang terkandung dalam dahak tadi terbang ke udara. Apabila bakteri ini
terhirup oleh orang sehat maka orang itu berrisiko terkena infeksi bakteri tuberkulosis
(Muttaqin, 2008).
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis
pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon.
Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke
pleura, maka terjadilah efusi pleura (Setiati, 2014:865).

D. Manifestasi Klinik
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru tanpa
keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
1) Demam Biasanya menyerupai demam influenza, tetapi kadangkadang panas
badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien
dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2) Batuk/batuk berdahak Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering
(non-produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3) Sesak Napas Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya
sudah meliputi sebagian paru-paru
4) Nyeri Dada Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
5) Malaise Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll.
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.

E. Komplikasi
Apabila TB Paru tidak ditangani dengan benar maka akan menimbulkan
komplikasi. Ada dua komplikasi, yaitu komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empisema, laringitis, usus,
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas SOPT (sindrom obstruksi pasca
tuberkulosis ), kerusakan parenkim berat fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier
dan kavitas TB (Setiati, 2014).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen thorax sebelum ditemukannya suatu gejala subjektif serta
kelainan pada paru sering didapatkan suatu Lesi pada pemeriksaan rontgen thorax.
2. Pemeriksaan hematologi merupakan pemeriksaan darah lengkap yang meliputi
penghitungan sel darah putih, sel darah merah, dan platelet.
3. Pemeriksaan kimia darah adalah tes darah yang mengukur tingkat beberapa zat dalam
darah (seperti elektrolit).
4. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan
merekam aktivitas listrik jantung.
G. Pathway

(Tembayang dan price, 1999)


H. Penatalaksanaan
penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa
hal yang penting untuk diketahui.
Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)
1) Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
a. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan Streptomisin
(S).
b. Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid (INH).
2) Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
a. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan Isoniazid.
b. Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan Isoniazid.
Untuk very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid (Z).
3) Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis
terhadap bakteri tahan asam.
a. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-amino
salistik (PAS), dan sikloserine.
b. Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam
keadaan telah terjadi r esistensi sekunder.
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Jumlah eritrosit 2,95 4,7 – 6,1
Hematocrit 2,3% 40 – 46%
hemoglobin 8,2 g/dL 13,0 -17,0 g/dL
Jumlah Trombosit 198 150 - 400
RDW-CV 14,0% 11,5 – 14,5
Jumlah Lekosit 8,4 5,0 – 10,0
Basofil 1% 0 – 1%
Eosinofil 11% 1-3
Neutrofil Batang 0 2 – 6%
Neutrofil Segmen 71% 50 – 70%
Limfosit 9% 20 – 40%
Monosit 8% 2 – 8%
Rasio N/L 7,89 < 3,13
GDS 106 mg/dL < 180
Kreatinin Darah 8,33 mg/dL 0,9 – 1,3 mg/dL
eGFR 7,1  90
Asam Urat 15,1 mg/dL 3,5 – 7,2
Natrium Darah 119 meq/L 135 – 145 meq/L
Kalium Darah 3,7 meq/L 3,5 – 5,0 meq/L
Klorida Darah 88 meq/L 95 – 105 meq/L
HbA1c 5,25% < 7%
(Gycohemoglobin)

2. Pemeriksaan Lain
 Pemeriksaan rontgen thorax
 Genexpert /sputum BTA
 Pemeriksaan EKG
6. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Infus RL 10 tetes/menit
2) Obat Injeksi levemir 1 x 10 unit sc
3) Obat Injeksi ranitidine 2 x 1 amp
4) Obat Injeksi mecabolamin 2 x 500 mg
5) Obat oral asam folat 2 x 1
6) Obat Oral isoniazid (INH) 1 x 300 mg
7) Obat Oral etambutol 1000 mg 3 x/ minggu
8) Obat Oral pirazinamid 1000 mg 3x/ minggu
9) Obat Oral rifampisin 1 x 450 mg

b. Perawat
1) Pengecekan Tekanan darah
2) Mengobservasi keadaan umum pasien
3) Pemberian terapi O2
4) Pengaturan posisi
5) Rekam EKG

c.
7. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Keluarga mengatakan Dengan adanya proses Bersihan jalan nafas
pasien mengalami sesak peradangan pada jaringan paru tidak efektif
napas dan batuk-batuk
DO:
 Pasien tampak lemah
 adanya sputum di Mekanisme pertahanan tubuh
daerah sekitarnya terhadap adanya mikoorganisme
 Pasien batuk yaitu dengan meningkatkan
produktif produksi mukus oleh sel-sel

 Frekuensi nafas klien epitel disepanjang saluran

di atas normal pernafasan

 Respirasi : 30x/menit

Penumpukan sekresi mukus


pada jalan nafas

Batuk-batuk

Bersihan jalan nafas tidak


efektif
8. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret jalan nafas

9. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Hasil yang diharapkan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Bersihan jalan Tujuan: 1. Observasi 1. Mengetahui tindakan
nafas tidak Setelah dilakukan tanda-tanda selanjutnya.
efektif tindakan 3 x 24 jam vital
berhubungan diharapkan jalan nafas 2. Posisikan 2. Sebagai tindakan
dengan klien dapat membaik. pasien untuk lanjut untuk
penumpukan Dengan Kriteria Hasil : memaksimal mengetahui pola
secret jalan 1. Kemudahan kan ventilasi nafas pasien.
nafas bernafas 3. Ajarkan 3. Untuk meredakan
2. Mempunyai fasien batuk nyeri saat batuk.
irama dan efektif
frekuensi rentang 4. Beri terapi 4. Mempertahankan
nafas normal oksigen satu rasi oksigen.
3. Batuk efektif 5. Beri terapi 5. Untuk melancarkan
nebulizer saluran pernafasan.
10. Implementasi Keperawatan
Tanggal Jam Implemantasi Respon Paraf
perawat
22-04- 07.50 1. Mengobservasi 1. S : Klien mengatakan sesak Nuryanti
2021 tanda-tanda vital nafas disertai batuk
O : Klien tampak sesak
TTV : TD : 130 /80 mmHg,
RR : 80x/menit,
N : 22x/menit,
TN: 36,2 o C

08.00 2. Memposisikan 2. S : Klien mengatakan mau


klien untuk di atur posisinya
memaksimalkan O : Klien tampak posisi
ventilasi semi
08.15 3. Mengajarkan klien 3. S : Klien mengatakan nyeri
batuk efektif saat batuk
O : Klien tampak mengikuti
perintah yang diajarkan
08.25 4. Memberikan terapi 4. S : Klien mengatakan sesak
oksigen berkurang saat diberikan
terapi oksigen
O : Klien tampak lebih
lebih rileks
08.40 5. Memberikan terapi 5. S : Klien mengatakan lebih
nebulizer mudah bernafas setelah
diberikan uap
O : Terpasang nebulizer
pada klien
23-04- 09.15 1. Mengobservasi 1. S : Klien mengatakan sesak Nuryanti
2021 tanda-tanda vital dan batuk berkurang
O : Klien tampak posisi
semi fowler (setengah
duduk).
TTV : TD : 130/90 mmHg,
RR : 24 x/menit,
N : 87x/menit,
TN: 36,4o C

2. Memantau klien 2. S :Klien mengatakan sesak


untuk mulai berkurang
memaksimalkan O : Klien tampak posisi
ventilasi semi fowler (setengah
duduk)
09.20 3. Mengevaluasi klien 3. S : Klien mengatakan sudah
batuk efektif mulai bisa melakukan batuk
efektif
O : Klien tampak mengikuti
perintah dan tampak batuk
efektif
09.30 4. Memberikan terapi 4. S : Klien mengatakan sesak
oksigen berkurang saat diberikan
terapi
O : Klien tampak lebih
rileks.
09.45 5. Memberikan terapi 5. S : Klien mengatakan
nebulizer lebih mudah bernafas
setelah diberikan uap
O : Terpasang nebulizer
pada klien.
24-04- 14.15 1. Mengobservasi 1. S : Klien mengatakan tidak Nuryanti
2021 tanda-tanda vital sesak, batuk berkurang.
O : Klien tampak tidak
sesak, tampak rileks.
TTV : TD : 140/70 mmHg,
RR : 22 x/menit,
N : 92x/menit, S : 36,2 o C
14.20 2. Mengevaluasi klien 2. S : Klien mengatakan
batuk efektif sering melakukan batuk
efektif.
O : Klien tampak batuk
efektif.
14.25 3. Memberikan terapi 3. S : Klien mengatakan lebih
nebulizer mudah bernafas setelah
diberikan uap.
O : Klien tampak rileks

11. evaluasi Keperawatan

Tanggal Catatan Perkembangan Paraf Perawat


22-04-2021 S : Klien mengatakan sesak nafas disertai batuk Nuryanti
07.50 WIB O : Klien tampak sesak
TTV : TD : 130/80 mmHg, RR : 22x/menit, N : 80x/menit,
S: 36,2o C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dengan melakukan pengkajian
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Ajarkan fasien batuk efektif
4) Beri terapi oksigen
23-04-2021 S : Klien mengatakan sesak dan batuk berkurang Nuryanti
09.15 WIB O : Klien tampak posisi semi fowler (setengah duduk).
TTV : TD : 130/90 mmHg, RR : 24 x/menit, N :
87x/menit, TN: 36,2
o
C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Ajarkan pasien batuk efektif
3) Berikan terapi nebulizer
24-04-2021 S : Klien mengatakan tidak sesak, batuk berkurang. Nuryanti
14.15 WIB O : Klien tampak tidak sesak, tampak rileks.
TTV : TD : 140/70 mmHg, RR : 22 x/menit, N :
92x/menit, TN: 36,2 o C
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth vol 1 edisi 8. Jakarta : EGC
Crofton, John, dkk. (2002). Tuberkulosis Klinis. Jakarta : Widya Medika
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Setiati, Siti, dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing
Wherdhani. 2008. Patogenesis Tuberkulosis. Jakarta : Gramedia.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperaweatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Depkes RI, 2015.Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.Cetakan ke-8. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai