Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

“TUBERCULOSIS PARU”

ANDI JUWITA

BT2001034

TINGKAT II B

CI LAHAN CI INSITITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE
2022

I. KONSEP MEDIK
A. DEFENISI
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
basilus tahan asam Mycobacterium Tuberculosis. Organisme ini melapisi
dirinya sendiri dalam selaput berlilin (spora) yang sulit dihancurkan (Bunker
Rosdahl Caroline &T.Kowalski Mary, 2017).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkulosis yang merupakan salah
satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian basil
tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru melalui airbone infection yang
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon
(Wijaya Andra Saferi & Putri Yessie Mariza, 2013).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan dan
saluran pencernan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak
melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri
tersebut (Huda Amin&Kusuma Hardhi, 2016).
B. ETIOLOGI
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari,
dan sinar ultraviolet. Ada dua macam Mycobacterium Tuberculosis yaitu :
a. Basil Tipe Human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan di udara yang
berasal dari penderita TBC, dan orang yang rentan terinfeksi bila
menghirupnya.
b. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus.
Setelah organisme terinhalasi dan masuk ke dalam paru-paru, bakteri
dapat bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal.
Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ
lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun (Huda
Amin&Kusuma Hardhi, 2016).
C. PATOFISIOLOGI
Port de’ entri kuman mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan
infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari
orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung
tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan
penyakit.Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah
lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah.Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme
tersebut.
Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya
sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus,
dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari(Wahid Abdul &
Suprapto Imam, 2013).
D. MANIFESTASI KLINIK
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit
yang mempuyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik :
1. Gejala Respiratorik, meliputi :
a. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih
dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah (hemoptoe)
karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
b. Batuk Darah
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
c. Sesak Nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini
ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia
dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi :


a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang-
kadang panas bahkan dapat mencapai 40-41˚C.Keadaan ini sangat
dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise, gejala malaise sering ditemukan berupa : tidak
ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dll(Wahid
Abdul&Suprapto Imam, 2013).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita dengan stadium lanjut :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
3. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal
dan sebagainya
6. Insufisiensi kardio pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
(Wahid Abdul & Suprapto Imam, 2013).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Darah
Pada saat tuberculosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit
yang sedikit meninggi dengan diferensiasi pergeseran ke kiri. Jumlah
limfosit masih di bawah normal.Laju endap darah mulai meningkat.
2. Sputum
Pemeriksaan sputum penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberculosis sudah dapat dipastikan.Kriteria sputum BTA
positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 ml
sputum.
3. Tes Tuberculin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai
cara Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D
(purified protein derivative) intrakutan berkekuatan 5 T.U (intermediate
strength)
4. Foto Thoraks
Foto thoraks dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiologi
standar. Jenis pemeriksaan radiologi lain hanya atas indikasi Top foto,
oblik, tomogram dan lain-lain. (Huda Amin&Kusuma Hardhi, 2016).
G. PENATALAKSANAAN MEDIK.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.Paduan obat yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama dan tambahan.
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :
1) Rifampisin
2) INH
3) Pirazinamid
4) Streptomisin
5) Etambutol
2. Pengobatan suportif
Pengobatan yang diberikan kepada penderita tb perlu diperhatikan
keadaan klinisnya.Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat,
dapat rawat jalan.Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau
suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi
gejala atau keluhan.
a. Penderita rawat jalan
1. Makan makanan yang bergizi bila dianggap perlu dapat diberikan
vitamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan
untuk penderita tuberculosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
2. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas atau demam
3. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak
nafas atau gejala lain.
b. Penderita rawat inap
1. TB paru disertai keadaan atau komplikasi sbb : batuk darah
(profus), keadaan umum buruk, pnemutoraks, empiema, efusi
pleura nasif/bilateral, sesak nafas berat (bukan karena efusi pleura)
2. TB diluar paru yang mengancam jiwa : TB paru milier, menigitis
TB
1) Terapi pembedahan
a) Indikasi mutlak
(1) Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat
tetapi dahak tetap positif
(2) Penderita batuk darah yang pasif tidak dapat diatasi
dengan cara konservatif
(3) Penderita dengan fistula bronkopleura dan emiema
yang tidak dapat diatasi secara konsevatif
b) Indikasi relatif
(1) Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah
berulang
(2) Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan sisa
kaviti yang menetap

c) Tindakan Invasif selain pembedahan


(1) Bronkoskopi
(2) Pungsi pleura
(3) Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
2) Kriteria sembuh
a) BTA mikroskopik negatif 2 kali (pada akhir fase intensif
dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan
yang adekuat.
b) Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap
sama/perbaikan
c) Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan
negatif (Huda Amin&Kusuma Hardhi, 2016).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUBERCULOSIS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah unsur penting dalam tiap fase proses keperawatan.
Pengkajian dimulai ketika pasien pertama kali berhadapan dengan sistem
layanan kesehatan dan berlanjut selama pasien membutuhkan layanan
(Wahid Abdul & Suprapto Imam, 2013).
a. Pengkajian TB paru
1) Data Klien
Penyakit tuberculosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia
anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara
laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada
klien yang tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga
masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat minim.
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain :
a) Demam sub febris, febris (400C-410C) hilang timbul.
b) Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai
dari batuk kering sampai dengan batuk purulent (menghasilkan
sputum).
c) Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
d) Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.
f) Sianosis, sesak nafas, kolaps, merupakan gejala atelektasis.
Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
tampak bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
g) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
a) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
b) Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c) Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d) Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
e) Daya tahan tubuh yang menurun.
f) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
4) Riwayat Pengobatan Sebelumnya
a) Kapan klien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan
sakitnya.
b) Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c) Berapa lama klien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
d) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
5) Riwayat Sosial Ekonomi
(a) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat kerja,
jumlah penghasilan.
h) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
mampu, masalah
(b) sehubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang banyak, tidak bersemangat dan putus
harapan.
6) Faktor Pendukung
a) Riwayat lingkungan.
b) Pola hidup : Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
istirahat dan tidur, kebersihan diri.
c) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
7) Pemeriksaan Diagnostik
a) Kultur sputum : Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap
akhir penyakit
b) Tes Tuberkulin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15
mm terjadi 48-72 jam).
c) Foto toraks : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap
dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas. Pada kavitas bayangan, berupa cincin. Pada klasifikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
d) Bronchografi untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB Paru.
e) Darah : peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED)
f) Spirometri : penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital
menurun.
8) Pemeriksaan Fisik
a) Pada tahap dini sulit diketahui.
b) Ronchi basah, kasar dan nyaring.
c) Hipersonor/tympani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberikan suara umforik.
d) Pada keadaan lanut terjadi atropi, tetraksi interkostal, dan fibros.
e) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan
suara pekak).
9) Pola kebiasaan Sehari-hari
a) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif : rasa lemah, cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak
(nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada
malam hari.
Obyektif : takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap lanjut : infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (400C-410C) hilang timbul.
b) Pola Nutrisi
Subyektif : anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
Obyektif : turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan
lemak subkutan.
c) Respirasi
Subyektif : batuk produktif/non produktif, sesak nafas, sakit dada.
Obyektif : mual batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah
apeks paru, takipneu, sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak
simetris, pekusi pekak dan penurunan fremitus, deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
d) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obyektif : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
e) Integritas Ego
Subyektif : faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif : menyangkal, ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
b. Pengkajian Sistem Pernafasan (oksigenasi)
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi.

1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari thoraks posterior, klien pada
posisi duduk
b) Dada di observasi dengan membandingkan satu sisi dengan
yang lainnya
c) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah
d) Inspeksi thoraks posterior terhadap warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti: kiposis,
lordosis dan skoliosis
e) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada
f) Observasi tipe pernafasan, seperti: pernafasan hidung atau
pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan
g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I)
dan fase ekspirasi (E). Ratio pada fase ini normalnya 1 : 2.
Fase ekspirasi yang memanjan menunjukkan adanya obstruksi
pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic
Airflow Limitation (CAL)/COPD
h) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior
(AP) dengan diameter lateral/transversal (T). Ratio ini
normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan
tubuh klien (Wahid Abdul & Suprapto Imam, 2013)
2) Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi). Palpasi thoraks untuk
mengetahui abnormalitas yang terkaji sat inspeksi seperti: massa,
lesi, bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
megeluh nyeri. Vocal premitus: getaran dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara.
a) Leher
Trakea yang normal dalam garis lurus di antara otot
sternokleidomastoideus pada leher dan mudah digerakkan serta
dengan mudah kembali ke posisi garis tengah setelah digeser.
b) Dada
(1) Vocal premitus adalah vibarsi yang dirasakan ketika pasien
mengatakan “77” (tujuh tujuh). Vibrasi normal bila terasa di
atas batang bronkus utama. Bila teraba di atas perifer paru,
hal ini menunjukkan konsolidasi sekresi atau efusi pleura
ringan sampai sedang
(2) Fremitus ronkhi adalah vibrasi yang teraba di atas sekresi
dan kongesti pada bronkus atau trakea
(3) Emfisema subkutan menyebabkan krepitasi diatas daerah
yang terkena. Bila di auskultasi, juga terdengar crackles. Hal
ini dapat berpindah ke daerah yang berbeda tergantung
padraks atau pneumomediastinum ke dalam jaringan
subkutan menyebabkan emfisema subkutan
3) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pilmoner,
organ yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi:
a) Suara perkusi normal:
Resonan (Sonor): Bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
Dullness: Dihasilkan di atas bagian jantung atau paru
Timphany: Musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara
b) Suara perkusi abnormal:
Hiperresonan: Bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara.
Flatness: sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi.
Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana area seluruhnya
berisi jaringan.
4) Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan suara nafas normal, suara nafas tambahan (abnormal),
dan suara.Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih. (Wahid
Abdul & Suprapto Imam, 2013)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
C. PENYIMPANGAN KDM
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan
yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan
bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan
yang sudah ditetapkansebelumnya Implementasi adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
ke arah pencapaian tujuan.Dari 5 diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan
apa yang penulis temukan dalam studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik
dan optimal, maka dar itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara
penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abd, Wahid & Iman Suprapto.(2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan
Keperawatan Pada Ganggguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Media

Amin Huda & Kusuma Hardhi.(2016). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Andra Saferi Wijaya & Yesssie Mariza Putri.(2013). KMB 2 Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika

Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski. (2017). Buku Ajar Keperawatan
Dasar Edisi 10 : Jakarta: EGC

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, (2018). Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI

Rohmah & Walid. (2016). Proses Keperawatan: Teori Dan Aplikasi.Yogyakarta :


Ar-Ruzz

Setiadi. 2012. Konsep&Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan


Praktik.Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai