“TUBERCULOSIS PARU”
ANDI JUWITA
BT2001034
TINGKAT II B
CI LAHAN CI INSITITUSI
WATAMPONE
2022
I. KONSEP MEDIK
A. DEFENISI
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
basilus tahan asam Mycobacterium Tuberculosis. Organisme ini melapisi
dirinya sendiri dalam selaput berlilin (spora) yang sulit dihancurkan (Bunker
Rosdahl Caroline &T.Kowalski Mary, 2017).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkulosis yang merupakan salah
satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian basil
tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru melalui airbone infection yang
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon
(Wijaya Andra Saferi & Putri Yessie Mariza, 2013).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan dan
saluran pencernan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak
melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri
tersebut (Huda Amin&Kusuma Hardhi, 2016).
B. ETIOLOGI
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari,
dan sinar ultraviolet. Ada dua macam Mycobacterium Tuberculosis yaitu :
a. Basil Tipe Human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan di udara yang
berasal dari penderita TBC, dan orang yang rentan terinfeksi bila
menghirupnya.
b. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus.
Setelah organisme terinhalasi dan masuk ke dalam paru-paru, bakteri
dapat bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal.
Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ
lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun (Huda
Amin&Kusuma Hardhi, 2016).
C. PATOFISIOLOGI
Port de’ entri kuman mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan
infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari
orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung
tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan
penyakit.Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah
lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah.Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme
tersebut.
Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya
sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus,
dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari(Wahid Abdul &
Suprapto Imam, 2013).
D. MANIFESTASI KLINIK
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit
yang mempuyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik :
1. Gejala Respiratorik, meliputi :
a. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih
dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah (hemoptoe)
karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
b. Batuk Darah
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
c. Sesak Nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini
ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia
dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari thoraks posterior, klien pada
posisi duduk
b) Dada di observasi dengan membandingkan satu sisi dengan
yang lainnya
c) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah
d) Inspeksi thoraks posterior terhadap warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti: kiposis,
lordosis dan skoliosis
e) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada
f) Observasi tipe pernafasan, seperti: pernafasan hidung atau
pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan
g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I)
dan fase ekspirasi (E). Ratio pada fase ini normalnya 1 : 2.
Fase ekspirasi yang memanjan menunjukkan adanya obstruksi
pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic
Airflow Limitation (CAL)/COPD
h) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior
(AP) dengan diameter lateral/transversal (T). Ratio ini
normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan
tubuh klien (Wahid Abdul & Suprapto Imam, 2013)
2) Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi). Palpasi thoraks untuk
mengetahui abnormalitas yang terkaji sat inspeksi seperti: massa,
lesi, bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
megeluh nyeri. Vocal premitus: getaran dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara.
a) Leher
Trakea yang normal dalam garis lurus di antara otot
sternokleidomastoideus pada leher dan mudah digerakkan serta
dengan mudah kembali ke posisi garis tengah setelah digeser.
b) Dada
(1) Vocal premitus adalah vibarsi yang dirasakan ketika pasien
mengatakan “77” (tujuh tujuh). Vibrasi normal bila terasa di
atas batang bronkus utama. Bila teraba di atas perifer paru,
hal ini menunjukkan konsolidasi sekresi atau efusi pleura
ringan sampai sedang
(2) Fremitus ronkhi adalah vibrasi yang teraba di atas sekresi
dan kongesti pada bronkus atau trakea
(3) Emfisema subkutan menyebabkan krepitasi diatas daerah
yang terkena. Bila di auskultasi, juga terdengar crackles. Hal
ini dapat berpindah ke daerah yang berbeda tergantung
padraks atau pneumomediastinum ke dalam jaringan
subkutan menyebabkan emfisema subkutan
3) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pilmoner,
organ yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi:
a) Suara perkusi normal:
Resonan (Sonor): Bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
Dullness: Dihasilkan di atas bagian jantung atau paru
Timphany: Musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara
b) Suara perkusi abnormal:
Hiperresonan: Bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara.
Flatness: sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi.
Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana area seluruhnya
berisi jaringan.
4) Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan suara nafas normal, suara nafas tambahan (abnormal),
dan suara.Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih. (Wahid
Abdul & Suprapto Imam, 2013)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
C. PENYIMPANGAN KDM
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan
yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan
bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan
yang sudah ditetapkansebelumnya Implementasi adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
ke arah pencapaian tujuan.Dari 5 diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan
apa yang penulis temukan dalam studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik
dan optimal, maka dar itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara
penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abd, Wahid & Iman Suprapto.(2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan
Keperawatan Pada Ganggguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Media
Andra Saferi Wijaya & Yesssie Mariza Putri.(2013). KMB 2 Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika
Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski. (2017). Buku Ajar Keperawatan
Dasar Edisi 10 : Jakarta: EGC
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, (2018). Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI