B. Etiologi
Penyebab dari tuberkulosis paru ini adalah Mycobacterium
tuberculosis sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang
1-4/Um dan tebal 0.3-0.6/Um (N. Manurung, 2016). Menurut Wim de Jong
et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab Tuberculosis
adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet.
Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin.
Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di
udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan
terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah
infeksi melalui udara.
C. Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi terjadi melalui udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel
yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah
berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di
tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari
pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar
melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu,
sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh foist.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012)
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan
pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan
pasien TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Keluhan yang terbanyak adalah :
a. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. keadaan
ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya
infeksi tuberkulosis yang masuk.
b. Batuk Berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat
batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah
timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang
infiltrasinya sudah meliputi sebagian paru-paru.
d. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang ntuk menegakkan diagnosa tuberkulosis paru
menurut (S. Manurung et al., 2013) adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologis : foto rontgen thorax
b. Pemeriksaan Laboratorium :
1) Darah
Pada tuberkulosis paru aktif biasanya ditemukan peningkatan
leukosit dan laju endap darah (LED).
2) Sputum BTA
Pemeriksaan bakteriologik dilakukan untuk menemukan kuman
tuberkulosis. Diagnosa pasti ditegakkan bila pada biakan ditemukan
kuman tuberkulosis. Pemeriksaan penting untuk diagnosa definitive
dan menilai kemajuan klien. Dilakukan tiga kali berturut-turut dan
biakan/kultur BTA selama 4-8 minggu
c. Test tuberculin (Mantoux test)
Pemeriksaan ini banyak digunakan untuk menegakkan diagnosa
terutama pada anak-anak. Biasanya diberikan suntukan PPD (Protein
Perified Derivation) secara intracutan 0,1 cc. Lokasi penyuntikan
umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah sebelah kiri bagian depan.
Penilaian test tuberkulosis dilakukan setelah 48-72 jam penyuntikan
dengan mengukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi
pada lokasi suntikan. Indurasi berupa kemerahan dengan hasil sebagai
berikut:
1) Indurasi 0-5mm : negative
2) Indurasi 6-9 mm : meragukan
3) Indurasi >10 mm : positif
d. Test tuberculin negative berarti bahwa secara klinis tidak ada infeksi
mikrobakterium tuberkulosa, dan bila hasil meragukan dapat
disebabkan karena kesalahan teknik reaksi silang
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil
tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan
untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas
yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan
dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).
H. Pengkajian Fokus
Pengkajian keperawatan utama pada pasien tuberkulosis paru adalah
sebagai berikut (Wahid & Suprapto, 2013) :
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan tuberkulosis paru
adalah dyspnea, batuk berdahak, dan mengi.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pada tahap ini sulit diketahui
2) Ronchi basah, kering dan nyaring
3) Hipersonor/ tympani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberikan suara umforik
4) Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi intercostal, dan fibrosis
5) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga, maupun komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
diagnosis negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negatif menunjukkan
bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga
penegakan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi
keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan.
Diagnosis ini terdiri dari diagnosis aktual dan risiko. Sedangkan
diagnosis positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat
mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga
dengan diagnosis promosi kesehatan. Pada diagnosis aktual, indikator
diagnostiknya terdiri atas penyebab dan tanda/gejala. Pada diagnosis risiko
tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala. Hanya memiliki faktor risiko.
Sedangkan pada diagnosis promosi kesehatan, hanya memiliki tanda/gejala
yangmenunjukkan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang tebih
optimal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala dimana tanda
dan gejala mayor ditemukan sekitar 80% - 100% untuk validasi diagnosis,
tanda dan gejala minor tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan
dapat mendukung penegakan diagnosis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
Proses penegakan diagnosis keperawatan terdiri dari 3 tahapan yaitu
sebagai berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
a. Analisis data meliputi membandingkan dengan nilai normal dan
mengelompokkan data.
b. Identifikasi masalah meliputi masalah actual, risiko, atau promosi
kesehatan.
c. Perumusan diagnosis
Urutan prioritas diagnose TB Paru menurut SDKI :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas (D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-
kapiler(D.0003)
3. Defisit Nutrisi b.d kurangnya asupan makanan (D.0019)
4. Hipertermi b/d Proses penyakit (D.0130)
5. Risiko infeksi d/d penyakit kronis (D.0142)
J. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (output) yang diharapkan. Komponen dari intervensi
keperawatan yaitu label, definisi, dan tindakan (observasi, terapeutik,
edukasi, kolaborasi) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Luaran keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi
dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi pasien, keluarga
atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan. Luaran
keperawatan menunjukkan status diagnosis keperawatan setelah dilakukan
intervensi keperawatan. Komponen luaran keperawatan ada 3 yaitu label,
ekspetasi, dan kriteria hasil (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas (D.0001)
Latihan Batuk Efektif
Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi
c. Monitor tanda dan gejala
d. Monitor input dan output cairan (misal. Jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
e. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
f. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
g. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
h. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
i. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut.
j. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam 3 kali
k. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
l. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-
kapiler(D.0003)
Pemantauan respirasi
Observasi :
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas.
b. Monitor pola nafas (seperti bradipnea,hiperventilasi, kussmaul,
cheynestokes, biot, ataksik)
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan nafas f. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
f. Auskultasi bunyi nafas
g. Monitor saturasi oksigen
h. Monitor nilai AG D
i. Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
j. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
k. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
l. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
m. Informasi hasil pemantauan, jika perlu
1. Defisit Nutrisi b.d kurangnya asupan makanan (D.0019)
Manajemen nutrisi
Observasi :
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi makanan di sukai
c. Monitor asupan makanan
d. Monitor berat badan
Terapeutik
e. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
f. Berikan suplemen makan, jika perlu
g. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
h. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Edukasi
i. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
j. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
k. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
l. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentekan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang di butuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Yasmin N Gede, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan
Gaggan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC
Carpernito, Linda Juall. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
LAPORAN KASUS
B. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama :
Batuk lebih dari 1 bulan, berdahak dan terkadang bercampur
bercak darah, sesak nafas, nafsu makan tidak ada,berat badan turun
drastis dalam kurun waktu satu bulan.
b. Faktor pencetus :
Batuk lebih dari 1 bulan, berdahak dan terkadang bercampur
bercak darah, sesak nafas
c. Lamanya keluhan :
Klien mengatakan dalam bulan ini yang lalu.
d. Timbulnya keluhan : (√) bertahap ( ) mendadak
e. Faktor yang memperberat :
Tidak ada.
2. Status kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang) :
Klien mengatakan baru inimengalami batuk yang lama
b. Kecelakaan : Tidak Ada
3. Pernah dirawat
a. Penyakit : Tidak pernah
b. Waktu : Tidak pernah
c. Riwayat operasi : Tidak pernah
Kekuatan otot : 5 5
5 5
b. Tanda (obyektif)
1) Tampak mengantuk/mata sayu : (√) ada
2) Mata merah : (√) tidak ada
3) Sering menguap : (√) tidak ada
4) Kurang konsentrasi : (√) tidak ada
6. Sirkulasi
a. Gejala (subyektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung : (√) T i d a k ada,
2) Riwayat edema kaki : (√) tidak ada
3) Flebitis : (√) tidak ada
4) Rasa kesemutan : (√) tidak ada
5) Palpitasi : (√) tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Tekanan darah : 100/90 mmHg
2) Mean Arteri Pressure : 80 mmHg
3) Nadi/pulsasi :
a) Karotis : Teraba
b) Femoralis : Teraba
c) Popliteal : Teraba
d) Jugularis : Teraba
e) Radialis : Teraba
f) Dorsal pedis : Teraba
g) Bunyi jantung : Lup & Dup, frekuensi : 112 x/menit,
h) Irama : reguler, kualitas : kuat
i) Friksi gesek : Teraba, murmur : tidak ada suara tambahan
j) Ekstremitas, suhu : 36.4ºC, warna : normal
k) Pengisian kapiler : 2-3 detik
l) Varises : Tidak ada, phlebitis : Tidak ada
m) Warna mukosa : Kemerahan
Bibir : Kemerahan
Konjungtiva : Kemerahan
Sklera : Tidak ikterik
Punggung kuku : Tidak ada sianosis
7. Eliminasi
a. Gejala (subyektif)
1) Pola BAB : frekuensi : klien belum ada BAB selama masuk
rawat inap
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat
tertentu misal : terpasang kolostomi/ileostomy) : Tidak
ada
3) Kesulitasn BAB konstipasi : Klien belum ada BAB sejak masuk
rawat inap, Diare : Tidak ada
4) Penggunaan laksatif : Tidak ada
5) Waktu BAB terakhir : kemarin
6) Riwayat perdarahan : Tidak ada, Hemoroid : Tidak ada
7) Riwayat inkontinensia alvi : Tidak ada
8) Penggunaan alat-alat : misalnya pemasangan kateter : Tidak ada
9) Riwayat penggunaan diuretik : Tidak ada
10) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK : Tidak ada
11) Kesulitan BAK : Tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Abdomen
a) Inspeksi : abdomen membuncit ada/tidak : Tidak ada
b) Auskultasi : bising usus : 7 x/menit
Bunyi abnormal (√) tidak ada
c) Perkusi
Bunyi tympani : (√) ada, Kembung : (√) ada
Bunyi abnormal : (√) tidak ada
Palpasi :
Nyeri tekan : (√) tidak ada, Nyeri lepas : (√) tidak ada
Konsistensi : lunak, Massa : (√) tidak ada
d) Pola BAB
Konsistensi : klien belum ada BAB sejak dirawat
Warna : klien belum ada BAB sejak dirawat
Abnormal : (√) tidak ada
e) Pola BAK :
Dorongan : normal, tidak membutuhkan dorongan yang
kuat, Frekuensi : 6-8 x sehari, retensi : (√) tidak ada
f) Distensi kandung kemih : (√) tidak ada
Karakteristik urine : urine bewarna putih kekuningan dan
jernih, Jumlah : ± 1500 ml, Bau : khas
8. Neurosensori dan Kognitif
a. Gejala (subyektif)
1) Adanya nyeri
P = Paliatif/provokatif (yang mengurangi/meningkatkan
nyeri) Klien mengatakan sakit kepala saat bergerak
Q = Qualitas/quantitas (frekuensi dan lamanya keluhan
dirasakan serta deskripsi sifat nyeri yang dirasakan)
Klien mengatakan sakit kepala terasa berdenyut-denyut
R = Region/tempat (lokasi sumber dan penyebarannya)
Klien mengatakan sakit di seluruh area kepala
S = Severity/tingkat berat nyeri (skala nyeri 1-10) Skala
nyeri 3
T = Klien mengatakan sakit kepala terus menerus
2) Rasa pusing (√) ada, klien mengatakan terasa pusing.
3) Sakit kepala : (√) ada, lokasi nyeri : seluruh area kepala
4) Kesemutan/kebas/kelemahan (lokasi) : (√) tidak ada
5) Kejang : (√) tidak ada
6) Mata : penurunan penglihatan (√) ada
7) Pendengaran : penurunan pendengaran (√) ada, telinga terasa
berdenging
8) Epistaksis : (√) tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Status mental
Kesadaran : (√) Composmentis
2) Skala koma glasgow (GCS) : 15
Respon membuka mata (E) : 4
Respon motorik (M) : 6
Rrespon verbal (V) : 5
3) Terorientasi/disorientasi : Waktu : Tidak ada
Tempat : Tidak ada
Orang : Tidak ada
4) Persepsi sensori : Ilusi : Tidak ada
Halusinasi : Tidak ada
Delusi : Tidak ada
Afek : Stabil
5) Memori :
Saat ini : klien dapat mengingat kejadian yang baru terjadi
Masa lalu : klien dapat mengingat kenangan masa lalu
6) Alat bantu penglihatan : (√) tidak ada
7) Reaksi pupil terhadap cahaya : ka/ki Miosis
8) Ukuran pupil : Normal
9) Postur : Baik
10) Reflek : Baik
11) Penampilan umum tampak kesakitan : (√) ada
Menjaga area sakit : (√) ada
Respon emosional : klien tampak sesak
Fokus : (√) tidak ada
9. Keamanan
a. Gejala (subyektif)
1) Alergi : Tidak ada
2) Obat-obatan : Tidak ada
3) Makanan : Tidak ada
4) Faktor lingkungan :
a) Riwayat penyakit hubungan seksual : (√) tidak ada
b) Riwayat transfusi darah : tidak pernah
c) Riwayat adanya reaksi transfusi : Tidak ada
5) Kerusakan penglihatan : (√) tidak ada
6) Riwayat cidera : (√) tidak ada
7) Riwayat kejang : (√) tidak ada
b. Tanda (objektif)
1) Suhu tubuh : 36.4ºC Diaporesis : Tidak ada
2) Integritas jaringan : Tampak elastis
3) Jaringan parut : (√) tidak ada
4) Kemerahan pucat : (√) tidak ada
5) Adanya luka : (√) tidak ada
6) Peningkatan nyeri pada luka : (√) tidak ada
7) Ekimosis/tanda perdarahan lain : Tidak ada
8) Faktor resiko : terpasang alat invasive (√) ada, jelaskan : terpasang
infus RL 20 tetes/menit
9) Gangguan keseimbangan : (√) ada, klien mengatakan kepala terasa
berputar-putar
10) Kekuatan umum : Tampak lemah
Tonus otot :
5 5
5 5
Parese atau paralisa : Tidak ada
10. Seksual dan Reproduksi
a. Gejala (subyektif)
1) Pemahaman terhadap fungsi seksual : Tidak terkaji
2) Gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi (fertilitas,
libido, ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi
atau kondisi sakit) : Tidak terkaji
3) Permasalahan selama aktivitas seksual : Tidak terkaji
Lia Junita
NIM. 892233015
ANALISA DATA
Nama Mahasiswa : Lia Junita
Nim : 892233015
Hari/Tanggal :1 April 2024
Kasus Nomor :1
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds: hipersekresi Bersihan
1. Pasien mengatakan sesak jalan nafas jalan nafas
Do: tidak efektif
1. Batuk tidak efektif
2. Sputum berlebih
3. Aukultasi torak=Ronki
4. Pasien tampak gelisah
5. Pasien tampak sianosis
6. Rr=32x/m
2 Ds: Perubahan Gangguan
1. Pasien mengeluh sesak membran pertukaran
2. Pasien mengatakan pusing alveolus- gas
Do: kapiler
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien tampak sianosis
3. Nafas cuping hidung
4. Pasien tampak pucat
3 Ds: kurangnya Defisit
1. Pasien mengatakan BB nya asupan Nutrisi
turun 2 kg sejak 1 bulan ini makanan
2. Nafsu makan menurun
Do :
1. Membran mukosa tampak
pucat
2. Bising usus terdengar
hiperaktif.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas (D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-
kapiler(D.0003)
3. Defisit Nutrisi b.d kurangnya asupan makanan (D.0019)
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan asuhan Latihan Batuk Efektif
tidak efektif b/d keperawatan selama .... jam diharapkan Observasi
hipersekresi jalan expansi Meningkat dengan kriteria a. Identifikasi kemampuan batuk
nafas (D.0001) hasil: b. Monitor adanya retensi
1. Batuk efektif meningkat c. Monitor tanda dan gejala
2. Produksi sputum menurun d. Monitor input dan output cairan (misal. Jumlah dan
3. Mengi menurun karakteristik)
4. Wheezing menurun Terapeutik
5. Dispnea menurun a. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
6. Gelisah menurun b. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
7. Frekuensi nafas membaik c. Buang sekret pada tempat sputum
8. Pola nafas membaik Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut.
c. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam 3 kali
No Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan asuhan Pemantauan respirasi
gas b/d perubahan keperawatan selama .... jam diharapkan Observasi :
membrane alveolus- Pertukaran gas meningkat dengan a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas.
kapiler(D.0003) kriteria hasil: b. Monitor pola nafas (seperti bradipnea,hiperventilasi, kussmaul,
1. Tingkat kesadaran meningkat cheynestokes, biot, ataksik)
2. Dispnea menurun c. Monitor kemampuan batuk efektif
3. Bunyi nafas tambahan menurun d. Monitor adanya produksi sputum
4. Takikardia membaik e. Monitor adanya sumbatan jalan nafas f. Palpasi kesimetrisan
5. Sianosis membaik ekspansi paru
6. Pola nafas membaik g. Auskultasi bunyi nafas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor nilai AG D
j. Monitor hasil x-ray thoraks Terapeutik
No Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasi hasil pemantauan, jika perlu
3 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen nutrisi
kurangnya asupan keperawatan selama ...... jam Status Observasi :
makanan (D.0019) Nutrisi Membaik dengan kriteria hasil: a. Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang dihabiskan b. Identifikasi makanan di sukai
meningkat c. Monitor asupan makanan
2. Verbalisasi keinginan untuk d. Monitor berat badan
meningkatkan nutrisi meningkat Terapeutik
3. Pengetahuan tentang pilihan a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
makanan yang sehat b. Berikan suplemen makan, jika perlu
4. Nyeri abdomen menurun c. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5. Berat badan membaik d. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
6. Nafsu makan membaik Edukasi
7. Bisig usus membaik a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
No Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
b. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.pereda
nyeri, antlemetik), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentekan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang di butuhkan, jika perl
IMPLEMENTASI
No Waktu/ Tindakan Respon pasien/hasil(S,O) Ttd
tgl
1
BAB III
PENDIDIKAN KESEHATAN
c. Pencegahan Lain
1) Imunisasi BCG pada bayi
2) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
7. Etika batuk yang baik dan benar
a. Kebiasaan batuk yang salah
1) Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
2) Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut
atau hidung saat batuk dan bersin.
3) Membuang ludah batuk disembarang tempat.
4) Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai
disembarang tempat.
5) Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.
b. Cara Batuk yang Baik dan Benar
Hal-hal perlu anda perlukan:
1) Lengan baju
2) Tissue
3) Sabun dan air
4) Gel pembersih tangan
c. Etika Batuk
1) Menutup mulut ketika batuk atau bersin
2) Tidak meludah di sembarang tempat meludah di tempat yang
terkena sinar matahari langsung atau ditempat yang sudah ada
karbol/lisol
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang di sebabkan
oleh kuman TBC yaitu Mycrobacterium tuberculosis yang pada umunya
menyerang jaringan paru. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga bisa
menyerang organ lainya.
Keberhasilan pengobatan juga ditentukan oleh penemuan kasus secara
mikroskopis. Rendahnya penemuan kasus akan mengalami penundaan
pengobatan (keterlambatan pengobatan), dan meningkatkan mortalitas dan
morbiditas yang lebih tinggi karena penyakit yang berkepanjangan dan
perkembangan komplikasi, serta peningkatan risiko penularan infeksi lebih
lanjut.
Asuhan keperawatan yang diberikan juga sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan pasien yang menjalani pengobatan serta mampu mencegah
permasalahan yang ada dengan memberikan pendidikan kesehatan secara
menyeluruh.
B. Saran
Disarankan untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan,
diperlukan hubungan yang baik dan keterlibatan pasien dan keluarga serta
kepada insitusi pendidikan agar menambah referensi tentang buku
keperawatan TBC paru, dan asuhan keperawatan keluarga secara teoritas.