SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YARSI PONTIANAK TAHUN AJARAN 2022/2023 LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS PARU 1. Pengertian Menurut. Junaidi (2010) dalam Ardiansyah (2012), tuberkulosis (TB) merupakan suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (Padila, 2013).
Tuberculosis merupakan infeksi penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycobactrium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru yang tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. (Kemenkes, 2015) 2. Penyebab dan faktor predisposisi Sumber pnularan adalah penderita TBC BTA positif, ketika bank atau bersin, penderita kuman ke udara dalam bentuk dreplet (peika dahak). Tetesan yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada subu kamur selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut serhirup ke dalam saluran pernafasan. TBC kuman masuk ke dalam rubuh manusia melalui permafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubah lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banvaknya kuman yang dikeluarkan dari parumya. Mankin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, penderita penyakit menular, bila hasil pemeriksaan dahak negatife (tidak terlihat kuman), maka penderita penyakit tersebut tidak menular. Kemungkinin seseorang TB Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan kamar menghirup udara tersebut (Putri, 2015). 3. Manifestasi klinis Menurut Ardiansyah (2012), tanda dan gejala yang timbul, yaitu: 1. Sistemik Malaise, anoreksia, berat badan menurun, dan keluar keringat malam 2. Akut Demam tinggi, seperti flu dan menggigil 3. Milier Demam akut, sesak napas, dan sianosis (kulit kuning) 4. Respiratorik Batuk lama lebih dari dua minggu, dahak yang mukoid atau mukopurulen, nyeri dada, batuk darah, dan gejala lain. Bila ada tanda-tanda penyebaran ke organ lain, seperti pleura, akan terjadi nyeri pleura, sesak napas, gejala gejala meningeal (nyeri kepala, kaku kuduk, dll.). 4. Patofisiologi Menurut Padila (2013). kuman Tuberkulosis paru masuk kedalam tubuh melalui udara pernafasan. Bakteri yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas keaveoli, tempat dimana meraka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu bakteri juga dapat dipindahkan melalui sistem limfe dan cairan darah kebagian tubuh yang lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit bunuh diri bakteri, limposit spesifik Tuberkulosis bakteri dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam aveoli yang dapat menyebabkan broncho pneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemanjaman.
Masa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan gumpalan
basil yang masih hidup dan sudah mati oleh makrofak dan membentuk dinding protektif granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa bagian sentral dari fibrosa ini disebut "Tuberkel" bakteri dan makrofag menjadi nekrotik membentuk masa seperti keju. Setelah infeksi awal, individu dupat mengalami penyakit aktif karena penyakit tidak adekuat sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivitas bakteri. Tuberkel memecah, rilis bahan seperti keju kedalam bronchi. Tuberkel yang pecah menyembar dan membentuk jaringan perut paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak dan mengakibatkan kejadian bronchopneumonia lebih lanjut. 5. Pathway 6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan TB paru brdasarkan Kemenkes (2014) adalah sebagai berikut: 1. Menemukan pasien tuberculosis Bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui kegiatan mulai dari penjaringan terhadap pasien TB yang tak terduga, pemeriksaan fisik, dan laboratium untuk menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB sehingga dilakukan pengobatan agar cepat sembuh. 2. Melakukan pemeriksaan dahak a. Pemeriksaan pemeriksaan dahak mikroskop langsung Berfungsi untuk menegakan diagnosis, evaluasi pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengupulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunnjung yang berurutan berupa dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). b. Pemeriksaan biakan Berfungsi untuk mengidentifikasi mycobacterium tuberculosis yang dimaksud untuk menegakan diagnosis pasti TB paru pada pasien tertentu. Pemeriksaaan tersebut dilakukan disarana laboratium yang terpantau mutunya. Apabila dapat disediakan dengan menggunakan tes cepat yang menolak WHO maka untuk memastikan diagnosis disediakan untuk memanfaatkan tes cepat tersebut. c. Pemeriksaan Laboratorium 1) Kultur Sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit 2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah): Positif untuk basil asam-cepat. 3) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi reaksi pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB paru yang aktif tidak dapat masuk atau infeksi yang disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda. 4) LED meningkat terutama pada fase akut pada umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan. 5) GDA: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru. 6) Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB paru; adanya sel menunjukkan nekrosis. 7) Elektrolit: Dapat tak normal tergantung pada tokasi dan beratnya infeksi, contoh hiponatremia yang disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru. d. Radiologi 1. Foto thorax: Infiltrasi lesi awal pada area paru atas kalsium lesi sembuh primer atau efusi perubahan cairan menunjukan lebih luas TB paru dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan TB puru yang lebih berat dapat mencakup wilayah berlubang dan berserat. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas. 2. Bronchografi: pemeriksaan khusus untuk kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB. 3. Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TB paru adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (radio bayangan hitam, lusen dipinggir paru atau pleura). 7. Pemeriksaan penunjang Menurut made M, (2019) Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah: a. Pemeriksaan diagnostic b. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif. c. Pemeriksaan histologi / kultur jaringan positif bila terdapat mikobakterium tuberculosis. 8. Pengkajian fokus A. Pengkajian 1. Identitas diri Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, pendiikan, status perkawinan, pekerjaan, alamat, diagnose medis, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian 2. Keluhan utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan demam. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh untuk membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama yaitu selama tiga minggu atau lebih. 3. Riwayat kesehatan sekarang Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan. 4. Riwayat kesehatan masa lalu Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA, efusi pleura, serta tuberkulosis paru yang kembali aktif. 5. Riwayat kesehatan keluarga Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya. 6. Aktivitas/istirahat Kelelahan umum, kelemahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur atau demam malam hari. Tandanya yaitu: takikardia, takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak. 7. Integritas ego Gejala-gejala stress yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas. Tandanya yaitu: menyangkal (khususnya selama tahap dini) dan ansietas, ketakutan. 8. Makanan/ cairan Kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna dan penurunan berat badan. Tandanya yaitu: turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang lemak subkutan. 9. Nyeri dan kenyamanan Nyeri dada meningkat karena pernafasan, batuk berulang. Tandanya yaitu: berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan gelisah. 10. Pernapasan Batuk (produktif atau tidak produktif), napas pendek, riwayat terpajan Tuberkulosis dengan individu terinfeksi. Tandanya yaitu: peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura), pengembangan pernapasan tidak simetris (efusi pleura), perkusi pekak dan penurunan premitus (cairan pleural atau penebalan pleural), bunyi napas: menurun/ tidak ada secara bilateral atau unilateral (efusi pleura/pneumotoraks), bunyi napas: tubuler atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Karakteristik sputum: hijau purulen, mukoid kuning, atau bercak darah, airway ditandai dengan SpO2. Tandanya yaitu: akral dingin, sianosis dan hipoksemia. 11. Keamanan Adanya kondisi penurunan imunitas secar umum memudahkan infeksi sekunder, contoh AIDS, kanker dan tes HIV positif. Tandanya yaitu: demam rendah atau sakit panas akut. 12. Interaksi social Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular. Tandanya yaitu: denial. 13. Penyuluhan dan pembelajaran Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk, gagal untuk membaik / kambuh TB, tidak berpartisipasi dalam terapi. Pertimbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan diri dan pemeliharaan/ perawatan rumah (Kunoli, 2012). 14. Pemeriksaan penunjang Bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan diri dan pemeliharaan/perawatan rumah (Kunoli, 2012). 9. Diagnosa keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan secret 2. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketiak mampuan mencerna makanan 3. Nyeri akut 10. Perencanaan keperawatan
Dx. keperawatan Tujuan intervensi
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan selama 1. Monitor frekuensi, irama berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan klien : kedalaman dan upaya napas 2. Monitor adanya retensi adanya penumpukan Dengan kreteria hasila: sputum sekret 1. Mendemonstrasikan batuk 3. Posisikan semif fowler atau efektif dan suara nafas yang fowler bersih, tidak ada sianosis dan 4. Auskultasi suara napas dyspneu (mampu 5. Jelaskan tujuan dan mengeluarkan sputum, prosedur batuk efektif mampu bernafas dengan mudah). 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, dan tidak ada suara nafas abnormal). 3. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas Deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan selama 1. Kaji adanya alergi berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan klien : makanan ketiak mampuan Dengan kriteria hasil: 2. Kolaborasi dengan ahli mencerna makanan 1. Adanya peningkatan berat gizi untuk menentukan badan sesuai dengan jumlah kalori dan nutrisi tujuan yang 2. Berat badan ideal sesuai dibutuhkan pasien dengan tinggi badan 3. Anjurkan pasien untuk 3. Mampu mengidentifikasi menigkatkan Fe kebutuhan nutrisi 4. Anjurkan pasien untuk 4. Tidak ada tanda-tanda mal meningkatkan protein nutrisi dan vitamin C Menujukkan peningktan fungsi 5. Monitor adanya pengecapan dari menelan dan penurunan BB dan gula tidak terjadi penurunan berat darah badan yang berarti. 6. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 7. Monitor intake nutrisi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor mual dan muntah 10. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringat jaringan konjungtiva
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Managemen Nyeri
keperawatan selama 3x24jam 1. Lakukan pengkajian nyeri diharapkan klien dengan nyeri secara komprehensif akut teratasi: termasuk lokasi, 1. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi, (tahu penyebab nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan faktor menggunakan tehnik presipitasi nonfarmakologi untuk 2. Observasi reaksi nonverbal mengurangi nyeri, mencari dari ketidaknyamanan bantuan) 3. Kaji kultur yang 2. Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi respon nyeri berkurang dengan 4. Kontrol lingkungan yang menggunakan manajemen dapat mempengaruhi nyeri nyeri Mampu mengenali nyeri seperti suhu ruangan, (skala, intensitas, frekuensi pencahayaan dan kebisingan dan tanda nyeri) 5. Ajarkan tentang teknik non 3. Menyatakan rasa nyaman farmakologi setelah nyeri berkurang 6. Berikan analgetik untuk Tanda vital dalam rentang normal mengurangi nyeri Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasi. DAFTAR PUSTAKA
Padila, 2013. Asuhan keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta. EGC
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medical Bedah. Jogjakarta: Diva Press
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Jakarta:
Bakti Husada
S. Putri Sari B.2015. Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Penderita TB Paru
Di Rumah Wilayah Kota Si Bolga. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara: Medan
Joycem, Hawks. 2011. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Jilid 3
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak Bedah, Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Muttaqin, A. 2011. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
System Pernafasan. Jakarta: Selemba Medika.
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medical Bedah: Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan System Pernafasan. Jakarta: Selemba Medika.
Amin & Bahar. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
WHO. 2016. Global Tuberculosis Report. Retrieved From