Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

“ANSIETAS”

Dosen Pengampu:

Dr. Ns. Florensa, M. Kep., Sp,Kep.J

Disusun Oleh:
Jabal Rahman ( 891221059 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YARSI PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2021/2022
A. Definisi Ansietas
Ansietas adalah respon emosional terhadap peniaian individu yang subjektif,
yang dipengaruhi alam bawah sadar dan idak diketahui scara khusus penyebabnya.
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentam disertai berbagai
keluan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi kedupan dan
berbagai ganguan kesehatan. (Heather,2014).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal (Stuart & Laraia, 2014).
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Heather,2014).
Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan
mental, keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang
akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri
sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat
sadar, setengah sadar, atau tidak sadar. (Halter, 2019

B. Etiologi Ansietas
Menurut Stuart (2014) ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui
timbulnya gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan untuk menjelaskan asal
ansietas yaitu :
1. Faktor Predisposisi :
a) Faktor Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Faktor Interpersonal, bahwa ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
c) Faktor Perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpeng tindih antara
gangguan ansietas dengan depresi.
e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulatory inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat ansietas
pada keluarga memiliki efek nyata sbagai predisposisi ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi
yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan indentitas,
harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada individu.
C. Tingkat Ansietas
Tingkatan ansietas dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari. Pada tingkat lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas.
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek.
2) Nadi dan tekanan darah naik.
3) Gejala ringan pada lambung.
4) Muka bekerut dan bibir bergetar
b. Respon Kognitif
1) Lapangan persepsi melebar.
2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.
3) Konsentrasi pada masalah
4) Menjelaskan masala secara efektif.
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang.
2) Tremor halus pada tangan.
3) Suara kadang-kadang meninggi

2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain.
a. Respon fisiologis
1) Sering nafas pendek.
2) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik.
3) Mulut kering.
4) Anorexia.
5) Diare/konstipasi.
6) Gelisah.
b. Respon kognitif
1) Lapangan persepsi menyempit.
2) Rangsangan luar tidak mampu diterima.
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian.
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Gerakan tersetak-sentak (meremas tangan)
2) Bicara banyak dan leb9ih cepat
3) Susah tidur.
4) Perasaan tidak aman.
3. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapangan persepasi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak lagi
mampu berpikir hal yang realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area lain.
a. Respon fisiologi
1) Napas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik.
3) Berkeringat dan sakit kepala.
4) Penglihatan kabur.
5) Ketegangan.
b. Respon Kognitif
1) Lapangan persepsi sangat sempit.
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah.
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Perasaan ancaman meningkat.
2) Verbalisasi cepat.
3) Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan sudah
tergangu sehingga tidak dapat mengedalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan.
a. Respon fisiologis
1) Napas pendek
2) Rasa tercekik dan palpitasi.
3) Sakit dada.
4) Pucat.
5) Hipotensi.
6) Koordinasi motoric rendah.
b. Respon Kognitif.
1) Lapangan persepsi sangat sempit
2) Tidak dapat berfikir logis.
c. Respon Prilaku dan Emosi.
1) Agitasi, mengamuk dan marah.
2) Ketakutan, berteriak-teriak, blocking.
3) Kehilangan kendali atau control diri.
4) Persepsi kacau.

d. Respon fisiologi yang mempengaruhi sistem yang ada dalam tubuh mausia:
1) Sistem Kardiovaskuler
a) Palpitasi
b) Jantung berdebar
c) Tekanan darah meningkat
d) Denyut nadi menurun
e) Rasa ingin pingsan
f) Peningkatan reflex
g) Reaksi kejutan
h) Ketakutan
i) Gelisah
j) Wajah tegang
k) Kelemahan secara umum
l) Gerakan yyang lambat
m) Gerakan yang janggal
2) Sistem Respirasi
a) Napas cepat
b) Pernapasan dangkal
c) Rasa tekanan pada dada
d) Pembengkakan pada tenggorokan
e) Rasa tercekik
f) Terengah-engah

3) Sistem Gastrointestinal
a) Kehilangan nafsu makan
b) Menolak makan
c) Perasaan dangkal
d) Rasa tidak nyaman pada abdominal
e) Rasa terbar pada jantung
f) Diare
4) Sistem Perkemihan
a) Inkontenensia urine
b) Sering miksi
5) Sistem Integument
a) Rasa terbakar
b) Berkeringat banyak pada telapak tangn
c) Gatal-gatal
d) Perasaan panas atau dingin pada kulit
e) Muka pucat
f) Berkeringat seluruh tubuh

e. Respon Perilaku Kognitif.


1) Perilaku
a) Gelisah
b) Ketegangan fisik
c) Tremor
d) Gugup berbicara tepat
e) Tidak ada koordinasi
f) Kecederungan untk celaka
g) Menarik diri
h) Menghindar
i) Terhambat melakukan aktivitas
2) Kognitif
a) Gangguan perhatian
b) Konsentrasi hilang
c) Pelupa
d) Salah tafsir
e) Adanya bloking pada fikiran
f) Menurunnya lapangan persepsi
g) Bingung
h) Rasa khawatir yang berlebihan
i) Kehilangan penilaian objektivitas
j) Takut akan kehilangan kembali
k) Takut berlebihan

D. Tanda dan Gejala


Berikut adalah tanda dan gejaa dari ansietas (Kellia, 2019)
1. Data Mayor
a) Subjketif, data subjektif adalah data yang di dapatkan dari keluhan klien. Data
objektif dari ansietas adalah:
1) Mengeluh sakit kepala
2) Mengeluh tidak nafsu makan
3) Merasa lemas
1) Objektif, data objektif adalah data yang terlihat. Data obektif dari ansietas
adalah:
1) Gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
4) Gangguan pencernaan
2. Data Minor
a) Subjektif
Berikut adalah data subjektif dari ansietas:
1) Mengeluh takut
2) Mengeluh cepat lelah
3) Merasa tidak berdaya
b) Objektif
Berikut adalah data objektif dari ansietas:
1) Gemetar
2) Menangis
3) Aktivitas sehari-hari terbengkalai
4) Sulit konsentrasi
E. Mekanisme Koping
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas dapat
diatasi dengan menangis, tertawa, tidur atau merokok. Bila terjadi ansietas berat
sampai panic aan terjadi ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstrukstif
merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan
energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
Berikut adalah mekanisme koping untuk mengatasi ansietas:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction)
Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk
menaggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
a. Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya dihunakan individu untuk mengatasi rintangan agar
memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilang sumber ancaman baik secara fisik
maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi
Digunakan nuk merubah tujuan yag akan dilakukan atau
megorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme Perubahan (Ego Oriented Reaction)
Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk
mempertahankan keseimbangan.

F. Kondisi Klinis Terkait


1. Penyakit fisik: diabetes mellitus, stroke, hipertensi, kanker.
2. Penyakit kronis progresif: kanker
3. Penyakit akut
4. Postpartum
5. Rencana operasi
STRATEGI PELAKSANAAN ANSIETAS

1. Pengertian
Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman
2. Tanda dan gejala Respons fisik:
a. Sering napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Mulut kering
d. Anoreksia
e. Diare/konstipasi
f. Gelisah
g. Berkeringat
h. Tremor
i. Sakit kepala
j. Sulit tidur
Respons kognitif:
a. Lapang persepsi menyempit
b. Tidak mampu menerima informasi dari luar
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
Respons perilaku dan emosi:
a. Gerakan meremas tangan
b. Bicara berlebihan dan cepat
c. Perasaan tidak aman dan menangis

3. Intervensi Generalis Pada Pasien


a. Tujuan:
1) Pasien mampu mengenal ansietas
2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi
3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi
untuk mengatasi ansietas
b. Tindakan keperawatan:
1) Mendiskusikan ansietas: penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat
Melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran & emosi

SP1 Pasien: Asesmen ansietas dan latihan relaksasi:


1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil
pasien sesuai nama panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas
agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian
ansietas
3) Bantu pasien mengenal ansietas:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas
4) Latih teknik relaksasi:
a) Tarik
napas
dalam
b) Distraksi

SP2 Pasien: Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis
diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual

1) Pertahankan rasa percaya pasien


a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang ansietas dan kemampuan melakukan teknik relaksasi
2) Membuat kontrak ulang: latihan pengendalian ansietas
3) Latihan hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual

4. Intervensi Generalis pada Keluarga


a. Tujuan:

1) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya


2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
ansietas.

b. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Mendiskusikan kondisi pasien: ansietas, penyebab, proses terjadi,
tanda dan gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat ansietas pasien
3) Melatih keluarga melakukan follow up
SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ansietas pasien dan
cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara
merawat ansietas pasien
3) Bantu keluarga mengenal ansietas:

c) Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta


akibatnya
d) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: tidak menambah
masalah (stres) dengan sikap positif, memotivasi cara relaksasi yg
telah dilatih perawat pada pasien
e) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan
minta untuk memotivasi pasien melakukannya

SP 2 keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan


follow up
1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam,
menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien hipnotis diri sendiri (lima
jari) dan kegiatan spiritual
4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan
kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang persepsi menyempit, tidak
mampu menerima informasi, gelisah, tidak dapat tidur) dan cara
merujuk pasien
STRATEGI PELAKSANAAN

1. Pertemuan ke 1
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang dilakukan
dalam membina hubungan saling percaya adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan) setiap kali bertemu pasien
d. Membantu pasien mengenal ansietas:
1)Bantu pasien ntuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2)Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
3)Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
4)Bantu menyadari perilaku akibat ansietas
e. mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan
control dan rasa percaya diri
f. evaluasi kemampuan klien
g. beri reinforcement positif
h. menganjurkan pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

2. Pertemuan ke 2
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tuuan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)
d. Ajarkan klien teknik distraksi untuk meningkatkan control dan
mengurangi ansietas
1) Melakukan hal yang disukai
2) Menonton TV
3) Mendengarkan music yang disukai
4) Membaca Koran
e. Motivasi klien untk melakkan teknik distraksi setiap kali ansietas
timbul
f. Menganjurkan klen mengucapkan salam terapeutik
1) Berjabat tangan
2) Menjelaskan tujuan interaksi
3) Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

3. Pertemuan ke 3
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Mmebuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)
d. Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari
e. Membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan
memasukkan dalam jadwal
f. Evaluasi kemampuan klien
g. Memberi reinforcement positif
h. Menganjurkan pasien untuk memasukkan ke dalam jadwal harian
DAFTAR PUSTAKA

Halter. 2019. Varcarollis’s Canada Psychiatric Mental Health Nursing. Canada.


ELSERVIER
Dalami dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial: Jakarta.
CV. Trans Info Media
Keliat dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa: Jakarta: EGC
Stuart, G. w. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (T. I. M. Rahayu, Ed.) (5th ed.).
Jakarta.
Videbeck, S.L. (2014). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Grahame smith, 2012. Psyclogical Interventions In Mental Health Nursing. New
York: INC.

Anda mungkin juga menyukai