Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS / KECEMASAN

Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Robby Rahman Fauzi 0433131420117111

Ayu Indahsari 0433131420117091

Herman 0433131420117098

PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN

STIKES KHARISMA KARAWANG

Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 By Pass Karawang Barat – Karawang

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ANSIETAS / KECEMASAN

A. Ansietas
1. Pengertian
Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Stuart (2012) menyatakan
bahwa ansietas adalah perasaan tidak tenang yang samar-samar karena
ketidaknyaman atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak
menentu dapat mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang akan
datang dan membuat individu untuk siap mengambil tindakan menghadapi
ancaman.
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons.
Sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu. Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan
takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan
merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap mengambil
tindakan untuk menghadapi ancaman. Adanya tuntutan, persaingan, serta
bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak terhadap
kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu ansietas
atau kecemasan.
2. Tingkat Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam hidup sehari-
hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Ansietas sedang dapat membuat seseorang untuk memusatkan perhatian
pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif, tetapi dapat melakukan sesuatu yang
lebih terarah.
c. Ansietas Berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu hal lain.
d. Tingkat Panik
Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak
mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik
meningkatkan aktivitas motoric, menurunkan kemampuan berhubungan
dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran
rasional.
3. Rentang Respons Tingkat Ansietas
Adaptif Maladaptif
Antisipasi ringan sedang panik berat
B. Pengkajian
1. Batasan Karakteristik
a. Perilaku (Behavioral)
1) Menurunnya produktivitas
2) Gerak-gerik yang asing
3) Gelisah
4) Pandangan sekilas (glancing about)
5) Hipervigilensi
6) Insomnia
7) Rendah kontak mata
8) Keresahan
9) Perilaku mengamati
10) Cemas pada perubahan peristiwa hidup
b. Afektif (Affective)
1) Perasaan menderita
2) Aprehensif
3) Perasaan kesusahan
4) Ketakutan
5) Merasa tidak cukup
6) Tidak berdaya
7) Meningkatnya
8) Iritabilitas
9) Kegugupan
10) Terlalu gembira
11) Bingung
12) Perasaan menyesal
13) Ketidakpastian
14) Ansietas
c. Psikologis (Physiological)
1) Tekanan wajah (facial tension)
2) Tremor tangan
3) Meningkatnya produksi keringat
4) Meningkatnya tekanan
5) Gemetar (trembling)
6) Kegoyahan (shakiness)
7) Suara gemetar
d. Simpatetik (Sympathetic)
1) Alterasi pada pola respiratori
2) Anoreksia
3) Reflex cepat
4) Eksitasi kardiovaskuler
5) Diare
6) Mulut kering
7) Muka menjadi merah (facial flushing)
8) Palpitasi jantung
9) Meningakatnya tekanan darah
10) Meningkatkan kecepatan detak jantung
11) Meningkatkan kecepatan respiratori
12) Pelebaran pupil
13) Vasokonstriksi superfisial
14) Kegugupan
15) Merasa lemah
e. Parasimpatetik (Parasympathetic)
1) Sakit abdominal
2) Alterasi pada pola tidur
3) Menurunnya kecepatan jantung
4) Menurunnya tekanan darah
5) Diare
6) Pusing
7) Kelelahan
8) Mual
9) Sensasi geli yang ekstrim
10) Sering berkemih
f. Kognitif (Cognitive)
1) Alterasi perhatian
2) Alterasi konsentrasi
3) Kesadaran akan gejala psikologis
4) Bingung
5) Memblokir pikiran (blocking thoughts)
6) Menurunnya kemampuan perseptual
7) Hilangnya kemampuan untuk belajar
8) Hilangnya kemampuan untuk memecahkan masalah
9) Perasaan takut
10) Pelupa
11) Preokupasi
12) Ruminasi
13) Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
2. Faktor Predisposisi
Stuart dan Laraia (2005) menyatakan faktor penyabab terjadinya ansietas.
Adapun teori yang dapat menjelaskan ansietas, antara lain :
a. Faktor Biologis
Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus
yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi (GABA) yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berkaitan dengan
ansietas (Stuart, 2013). Reseptor benzodiazepine yang terdapat diotak,
dapat membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan
penting dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya dengan endorphin. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stresor.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dapat dilihat dari pandangan psikoanalitik, pandangan
interpersonal, pandangan perilaku.
1) Pandangan Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian (id seseorang dengan superego). Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan
hati naruni seseorang dan dikendalikan olah norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa
ada bahaya.
2) Pandangan Interpsonal
Ansietas timbul akibat perasaan takut tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
3) Pandangan Perilaku
Ansietas menjadi produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menanggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakukan berlebihan, sering menunjukan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya.
c. Social Budaya
Ansietas dapat ditemukan dengan mudah dalam keluarga. Ada
ketumpang tindihan antara gangguan ansietas dan gangguan ansietas
dengan depresi. Faktor ekonimo dan latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjdinya ansietas.
3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi berikut.
a. Ancaman integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi seseorang.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta
mudah tersinggung
b. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
c. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak
orang
d. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang
belakang, pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak
nafas, mengalami gangguan pencernaaan, berkemih atau sakit kepala.
5. Sumber Koping
Koping dapat dilakukan dengan menggerakan sumber koping dilingkungan.
Hal tersebut dapat dilakukan oleh individu untuk mengatasi ansietas.
6. Mekanisme Koping
Tingkat ansitas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping, yaiutu:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakab untuk memenuhi secara realistic tuntutan
situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau
mengatasi hambatan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stress. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego dapat membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi berlangsung secara tidak sadar, serta melibatkan
penipuan diri, distorsi realitas, dan bersifat maladaptif. Menurut
Nurhalimah (2016), mekanisme pertahanan ego yang digunakan adalah:
1) Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki keturunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan
Klien menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling
sederhana dan primitif.
3) Pemindahan
Pemindahan merupakan pengalihan emosi yang semula ditujukan
pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang
mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi
Pemisah dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
5) Identifikasi
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi
dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku, dan selera
orang tersebut.
6) Intelektualisasi
Klien menggunakan logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi
Klien mengikuti norma-norma dari keluar sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego).
8) Fiksasi
Klien berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu
(emosi atau tingkah laku atau pikiran), sehingga perkembangan
selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang
lain, terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak
dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi
Klien memberi keterangan bahwa sikap atau tingkah lakunya
berdasarkan pada alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak
menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi
Klien bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan
dengan keinginan-keinginan atau perasaan yang sebenarnya.
12) Regresi
Klien kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku
yang primitive).
13) Represi
Klien secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau
ingatan yang menyakitkan atau bertentangan. Hal ini merupakan
pertahanan ego yang primer dan cenderung diperkuat oleh
mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out
Klien langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia.
16) Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan,
tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari.
17) Undoing
Tindakan atau perilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan, perilaku atau komunikasi sebelumnya yang
merupakan mekanisme pertahanan primitive.

C. Diagnosis Keperawatan
Melalui data yang dapat dilihat dari gejala dan tanda yang muncul, maka
diagnosis berupa : ansietas. Berikut ini merupakan pohon masalah diagnosis
ansietas :

Gangguan sensori Menarik diri Gangguan proses


persepsi: halusinasi piker : Waham

Ansietas

Koping individu Harga diri


tidak efektif rendah
D. Perencanaan
RENCANA KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ANSIETAS
Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan (Tuk/Tum) Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Ansietas TUM : Setelah dilakukan tindakan 1.1. Bina hubungan saling Kepercayaan dari
Klien akan keperawatan selama 3 hari, percaya dengan prinsip pasien merupakan hal
mengurangi diharapkan ansietas dapat komunikasi terapeutik, yang akan memudah
ansietasnya dari teratasi dengan kriteria yaitu : perawat dalam
tingkat ringan hingga hasil: 1.2. Sapa klien dengan ramah melakukan pendekatan
panic. Pasien menunjukan tanda – baik verbal maupun non keperawatan atau
tanda dapat membina verbal. intervensi selanjutnya
TUK 1 : hubungan saling percaya 1.3. Perkenalkan diri dengan terhadap pasien.
Pasien dapat membina dengan perawat, yaitu : sopan,
hubungan saling a. Ekpresi wajah 1.4. Tanyakan nama lengkap
percaya bersahabat. klien dan nama panggilan
b. Pasien menunjukan rasa yang disukai klien
senang. 1.5. Jelaskan tujuan
c. Pasien bersedia berjabat pertemuan
tangan.
d. Pasien bersedia 1.6. Tunjukan sikap empati
menyebutkan nama. dan menerika klien apa
e. Ada kontak mata. adanya
f. Pasien bersedia duduk 1.7. Beri perhatian kepada
berdampingan dengan klien dan perhatian
perawat. kebutuhan dasar klien.
g. Pasien bersedia
mengutarakan masalah
yang dihadapinya.
TUK 2 : Pasien mampu Dalam rangka mengurangi Pasien dapat
Pasien dapat mengidentifikasi dan ansietas (anxiety reduction), mengungkapkan
mengenali ansietasnya mengungkapkan gejala maka perlu dilakukan penyebab ansietasnya,
ansietas intervensi berupa: sehingga perawat dapat
2.1. Bantu pasien untuk menentukan tingkat
mengidentifikasi dan ansietas pasien dan
menguraikan menentukan inttervensi
perasaannya. selanjutnya.
2.2. Hubungan perilaku dan
perasaannya.
2.3. Validasi kesimpulan dan Mengobservasi tnda
asumsi terhadap pasien. verbal dan non verbal
2.4. Gunakan pertanyaan dari ansietas pasien
terbuka untuk dapat mengetahui
mengalihkan dari topik tingkat ansietas yang
yang mengancam ke hal pasien alami.
yang berkaitan dengan
konflik.
2.5. Gunakan konsultasi
untuk membantu pasien
mengungkapkan.
2.6. Mendengarkan penyebab
ansietas pasien dengan
penuh perhatian.
2.7. Observasi tanda verbal
dan non verbal dari
ansietas pasien.
TUK 3: Tingkat ansietas pasien Dalam rangka mengurangi Dukungan keluarga
Pasien dapat berkurang. level ansietas, berikut ini dapat memperkuat
mengurangi tingkat merupakan intevensi yang mkanisme koping
ansietasnya. dapat dilakukandalm pasien sehingga tingkat
kaitannya dengan teknik ansietasnya berkurang.
menenangkan (calming Pengurangan atau
technique): penghilangan rangsang
3.1. menganjurkan keluarga penyebab ansietas
untuk tetap mendampingi dapat meningkatkan
pasien. ketenangan pada
3.2. Mengurangi atau pasien dan mengurangi
menghilangkan tingkat ansietasnya
rangsangan yang
menyebabkan ansietas
pada pasien.
TUK 4: Kriteria evaluasi: 4.1. Gali cara pasien Peningkatan
Pasien dapat Tingkat ansietas berkurang. mengurangi ansietas pengetahuan tentang
menggunakan dimasa lalu. penyakit yang dialami
pasien dapat
mekanisme koping 4.2. Tunjukan akibat membangun
yang adaktif maladaptif dan destruktif mekanisme koping
dari respons koping yang pasien terhadap
digunakan. ansietas yang
4.3. Dorong pasien untuk dialaminya.
menggunakan respons
koping adaptif yang
dimilikinya.
4.4. Bantu psien untuk
menyusun kembali tujuan
hidup, menggunakan
sumber, dan
menggunakan ansietas
sedang.
4.5. Latih pasien dengan
menggunakan ansietas
sedang.
4.6. Beri aktifitas untuk
menyalurkan energinya.
4.7. Libatkan pihak yang
berkepentingan, seperti
keluarga, sebagai sumber
dan dukungan sosial
dalam membantu pasien
menggunakan koping
adaptif yang baru.

TUK 5: Tingkat ansietas pasien Ajarkan pasien teknik Teknik relaksasi yang
Pasien mampu berkurang dan pasien dapat relaksasi untuk meningkatkan diberikan pada pasien
memperagakan dan mengendalikan gangguan kendali dan rasa percaya diri: dapat mengurangi
menggunakan teknik ansietas atau ansietasnya. 5.1. Pengalihan situasi ansietas.
relaksasi untuk 5.2. Latihan relaksasi
mengatasi ansietas. a. Tarik napas dalam
b. Mengerutkan dan
mengendurkan otot-
otot
c. Hipnotis diri sendiri
(latihan 5 jari)
TUK 6: Keluarga mengetahui 6.1. Diskusikan masalah yang Keluarga sebagai
Meningkatkan masalah ansietas anggota dirasakan keluarga dalam support system (sistem
pengetahuan dan keluarganya serta merawat pasien. pendukung) akan
kesiapan keluarga mengetahui cara perawatan 6.2. Diskusikan tentang sangat berpengaruh
dalam merawat pasien dan penanganan anggota ansietas, proses dalam mempercepat
dengan gangguan keluarga dengan gangguan terjadinya ansietas, serta proses penyembuhan
ansietas. ansietas tanda dan gejala. pasie.
6.3. Diskusikan tentang
penyebab dan akibat dari
ansietas
6.4. Diskusikan cara merawat
pasien dengan ansietas
dengan cara mengajarkan
teknik relaksasi berupa:
a. Mengalihkan situasi.
b. Latihan relaksasi
dengan napas dalam,
mengerutkan, dan
mengendurkan otot.
c. Menghipnotis diri
sendiri (latihan 5
jari).
6.6. Diskusikan dengan
keluarga tentang perilaku
pasien yang perlu dirujuk
dan bagaimana cara
merujuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan


Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai