Anda di halaman 1dari 6

TSUNAMI

A. Pengertian Tsunami
Tsunami (berasal dari Bahasa Jepang:  Tsu = pelabuhan, Nami = gelombang, secara
harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) yang artinya adalah perpindahan badan air  atau
gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan impulsif. Gangguan impulsif tersebut
terjadi akibat adanya perubahan bentuk dasar laut yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba(Pond and Pickard, 1983) atau dalam arah
horizontal (Tanioka and Satake, 1995).
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di
bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman
meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut
dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar
30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman
air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

B. Penyebab terjadinya Tsunami


1. Gempa bumi
- Gempa bumi yang terjadi didasar laut
- Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut
- Magnitude gempa lebih besar dari 6.0 SR
- Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertical (sesar naik turun)
2. Letusan gunung berapi
3. Longsor bawah laut
4. Hambatan meteor laut

C. Tanda-tanda akan terjadinya Tsunami


- Terjadi gempa lebih dari 6.0 SR
- Air laut surut secara tiba-tiba
- Bau asin yang sangat menyengat
- Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras

D. Setelah terjadi tsunami


- Periksa kesediaan makanan
- Memberikan bantuan kepada korban luka-luka
- Segara membangun tenda pengungsian
- Pastikan keadaan sudah aman dan tidak akan terjadi tsunami susulan

Diskusi kelompok
Kaji secara cepat kebutuhan dasar korban bencana sesuai standart kebutuhan dasar dari data awal
yang peroleh dan laporan
 Pangan, air bersih dan air minum
 Pelayanan kesehatan
 Kebutuhan khusus kelompok rentan
Data dan informasi awal
No Data dan informasi
1 Jenis bencana : Tsunami
Penyebab bencana : Gempa bumi 9,3 magnitudo
Tanggal/waktu : 26 Desember 2004
Lokasi : Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
Keterangan : Gempa bumi samudra hindia terjadi pada pukul 08.58 wib tanggal 26
desember 2004, dengan kekuatan gempa 9,3 magnitudo. Gempa bumi ini terjadi karena
Lempeng Hindia di dorong kebawah oleh Lempeng Burma dan memicu terjadinya
Tsunami disepanjang pesisir daratan yang berbatasan dengan samudra hindia.
Gempa ini menyebabkan Gelombang Tsunami yang tingginya mencapai 30 meter (100
ft) dan menewaskan 230.000 – 280.000 jiwa di 14 negara (Indonesia, Sri Lanka, India,
Thailand, Somalia, Myanmar (Burma), Maladewa, Tanzania, Seychlles, Malaysia,
Bangladesh, Afrika Selatan, Yaman, Kenya, Madagascar)
Indonesia terletak diantara cincin api pasifik yang membentang disepanjang pulau-
pulau timur laut yang dekat dengan New Guinea dan Sabuk Alpide ysng membentang
disepanjang kawasan selatan dan barat disumatera, jawa, bali, flores, hingga timor.
2 Korban bencana tsunami
Indonesia
 Perkiraan korban tewas : 167,799 ribu jiwa
 Dipastikan korban tewas : 173,741 ribu jiwa
 Cedera : tidak diketahui
 Korban hilang : 37,063 ribu jiwa
 Kehilangan tempat tinggal : 500,000 ribu jiwa
Total Korban jiwa di 14 negara : 1.849.827 juta jiwa

Jenis-jenis bantuan yang diperlukan (Peraturan Kepala BNPB No 7 Tahun 2008) Tentang
Pedoman Tatacara Pemberian Bantuan Pemenuhun Kebutuahan Dasar
1. Pangan
 Beras 400 gram/orang/hari
 Sembako (Beras/jagung/sagu, Gula pasir, sayur-sayuran dan buah-buahan, lauk pauk
(daging-ayam/ ikan), minyak goring/ margarin, susu, telur ayam, minyak tanah/gas elpiji,
garam beryodium.
 Makanan siap saji yang disediakan oleh dapur umum sebanyak 2x makan dalam sehari
2. Air bersih
 Air bersih digunakan untuk mandi, mencuci, dan memasakan
 Air bersih yang layak dan tidak menimbulkan masalah kesehatan berupa alergi.
 Bantuan air bersih diberikan sejumlah 7 liter pada tiga hari pertama, selanjutnya 15 liter
perorang/hari
 Jarak paling jauh tempat penampungan sementara dengan jamban keluarga adalah 50
meter
 Jarak terjauh dari tempat penampungan sementara dengan titik air terdekat adalah 500
meter.
3. Air minum
 Bantuan air minum dapat diberikan sebanyak 2.5 liter/orang/hari
 Rasanya dapat diterima dan kualitas cukup memadai untuk diminum tanpa menyebabkan
resiko kesehatan.
4. Pelayanan Kesehatan
a. Pelayanan kesehatan dasar
b. Pelayanan kesehatan klinis
Standar minimal bantuan :
 Pelayanan kesehatan didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan kesehatan primer yang
relevan
 Semua korban bencana dapat memperoleh informasi tentang pelayanan kesehatan
 Pelayanan kesehatan diberikan dalam sistem kesehatan pada tingkat yang tepat : tingkat
keluarga, tingkat puskesmas, rumah sakit, dan rumah sakit rujukan
 Pelayanan dan intervensi kesehatan menggunakan teknologi yang tepat dan diterima
secara sosial budaya
 Jumlah, tingkat dan lokasi pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan korban bencana
 Tiap klinik kesehatan memiliki staf dengan jumlah dan keahlian yang memadai untuk
melayani kebutuhan korban bencana.
 Korban bencana memperoleh pelayanan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan.
5. Kelompok rentan
Kelompok rentan terdiri dari : Lansia, anak-anak, penyandang disabillitas, korban yang sakit,
wanita hamil, wanita menyusui, melahirkan dan wanita yang sedang menstruasi.
Kebutuhan :
 Selimut
 Alas/karpet
 Makanan anak-anak
 Susu ibu hamil
Pengertian kelompok rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan
perundangundangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No. 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk
kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih
berkenaan dengan kekhususannya. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan kelompok masyarakat yang rentan, antara lain adalah orang lanjut usia,
anakanak, fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat. Sedangkan menurut Human
Rights Reference 3 disebutkan bahwa yang tergolong ke dalam kelompok rentan adalah: a.
Refugees (pengungsi); b. Internally Displaced Persons (pengungsi tempat asli); c. National
Minorities (minoritas nasional); d. Migrant Workers (pekerja migran); e. Indigenous Peoples
(orang pribumi); f. Children (anak-anak); dan g. Women (perempuan).
Kelompok rentan membutuhkan perlakuan dan perlindungan khusus supaya bisa bertahan
menghadapi situasi pasca-bencana. Kondisi pengungsian yang penuh sesak tanpa tenda dan
fasilitas memadai, ditambah rasa trauma dan cuaca buruk, membuat korban terutama
perempuan dan anak-anak mulai terkena penyakit. Banyak anakanak menderita panas
demam, pernapasan, dan kedinginan.

Daftar Rujukan :
BNPB, 2018; Peraturan Kepala BNPB No 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tatacara
Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar; Jakarta; Badan Nasional
Penanggulang Bencana

Humaniora (dalam mediaindonesia.com), 2018, Tangani Bencana Bersama dan Perhatikan


kebutuahan Kelompok Rentan, Jakarta; https://bit.ly/3jKYu2n diakses pada pukul 15.45
WIB Hari Jumat, 09 Oktober 2029.

Kurnia, Tommy (dalam Liputan6.com), 2019, Memperingati 15 Tahun Tsunami Aceh 26-12-
2004, Jakarta; https://bit.ly/3dgJDdB diakses pada pukul 15.00 WIB Hari Jumat, 09
Oktober 2020
Prabowo, Dani (dalam Kompas.com), 2019, 5 Fakta Gempa dan Tsunami Aceh, Tragedi 15
Tahun Lalu, Jakarta; https://bit.ly/30OvFus diakses pada pukul 15.30 WIB Hari Jumat, 09
Oktober 2020

Syamsidik, Agus Nugroho, Rina Suryani Oktari, Mirza Fahmi; 2019; Aceh Pasca Lima Belas
Tahun Tsunami Kilas Balik dan Proses Pemulihan; Banda Aceh; Tsunami dan Disaster
Mitigation Research Center (TDMRC)

Anda mungkin juga menyukai