Anda di halaman 1dari 27

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL PADA NY.F


DENGAN PERSALINAN NORMAL DAN HBSAG REAKTIF
DI RUANGAN KEBIDANAN RSU YARSI PONTIANAK

Dosen Pengampuh:
Ns. Diena Juliana, M.Kes

Oleh Kelompok I:
Margaretha Juni Sara (891221065)
Nurhillah (891221059)
Zumardi Azzra (891221064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YARSI PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan atas


kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua, karena berkat ridho-Nya kelompok dapat menyelesaikan
penyusunan seminar kasus ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Maternitas
Pada Ibu Hamil dengan HbsAg Di RSU Yarsi Pontianak”.
Penyusunan Seminar Kasus ini, kelompok mengalami beberapa hambatan
dan kesulitan, namun atas bantuan pembimbing serta saran dari beberapa pihak
yang telah memberikan dukungan dan dorongan baik moril maupun materil,
dengan mengucapkan alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Seminar Kasus
ini tepat pada waktunya.
Semoga seminar kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
Seminar Kasus ini dan dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. saya mohon
maaf apabila Seminar Kasus ini mempunyai banyak kekurangan, karena
keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan dalam
pembuatan Seminar Kasus ini.

Pontianak, Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Perumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................5
D. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan........................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit Hepatitis B......................................................6
1. Pengertian Hepatitis B...................................................................6
2. Klasifikasi Hepatitis B...................................................................6
3. Etiologi...........................................................................................7
4. Manifestasi Klinis..........................................................................7
5. Patofisiologi...................................................................................8
6. Pemeriksaan Penunjang.................................................................9
7. Komplikasi...................................................................................10
8. Upaya Pencegahan Penularan......................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN...........................................................................................12
DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................................
RENCANA KEPERAWATAN.....................................................................
IMPLEMENTASI & EVALUASI.................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................17
B. Saran....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit
akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain
dari orang yang terinfeksi. Diperkirakan 240 juta orang secara kronis terinfeksi hepatitis B, sekitar 686.000
orang meninggal setiap tahun dari infeksi hepatitis B. Infeksi virus hepatitis B berbahaya karena dapat
menyebabkan komplikasi kronis seperti sirosis hati dan kanker hati (WHO, 2016).
Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B dan menjadi masalah kesehatan global utama.
Prevalensi Hepatitis B tertinggi di sub- Sahara Afrika dan Asia Timur, di mana antara 5-10% populasi
orang dewasa terinfeksi kronis. Tingkat infeksi kronis yang tinggi juga ditemukan di Amazon dan bagian
selatan Eropa timur dan tengah. Di Timur Tengah dan anak benua India, diperkirakan 2-5% populasi
umum terinfeksi kronis.
Kurang dari 1% populasi Eropa Barat dan Amerika Utara terinfeksi secara kronis (WHO, 2016).
Sementara itu di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menemukan bahwa prevalensi
Hepatitis adalah 1,2%. Angka ini dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Prevalensi semakin
meningkat pada penduduk berusia diatas 20 tahun yaitu kelompok tertinggi usia 45-54 tahun (1,4%) dan
usia 65-74 (1,4%). Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8
%). Sedangkan proporsi penderita Hepatitis B di wilayah DKI Jakarta sebesar 37,7%. Hasil tersebut berada
pada posisi kedua tertinggi dari 33 provinsi lainnya. Jumlah kasus Hepatitis B di Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 2015 pada ibu ditemukan di tiga kota dengan jumlah 67 orang dengan rincian kota Jakarta
Selatan sebanyak 42 orang, Jakarta Barat sebanyak 15 orang, dan Jakarta Pusat sebanyak 10 orang,
Dimana kota Jakarta Barat berada pada urutan kedua tertinggi dari 6 kota lainnya (Profil Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta, 2015). Di negara berkembang termasuk Indonesia, penularan virus Hepatitis B
secara vertikal masih memegang peranan penting dalam penyebaran virus Hepatitis B. Selain itu, 90%
anak yang tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) akan berkembang mengalami Hepatitis B
kronis (Kemenkes RI,2012).
Kondisi ibu penderita Hepatitis B dapat menyebabkan bayi terinfeksi kronis yang mempunyai risiko
tinggi menjadi sirosis hati dan kemudian dapat menjadi kanker hati, sehingga dapat membuat janin atau
anak dikandungnya berisiko tinggi meninggal akibat sirosis dan kanker hati (WHO, 2016). Hepatitis B
yang menahun atau kronis dinyatakan dengan adanya pertanda dari virus hepatitis B (VHB) yang menetap
lebih dari 6 bulan. Hepatitis B kronis ini sering terjadi pada 90% bayi yang terinfeksi dari ibunya (IDAI,
2015).
Maka pencegahan penularan secara vertikal merupakan sesuatu aspek yang paling penting dalam
memutus rantai penularan Hepatitis B . Langkah awal pencegahan penularan secara vertikal adalah dengan
mengetahui status HBsAg ibu hamil. Langkah ini bisa dilakukan dengan melakukan penapisan HBsAg
pada setiap ibu hamil. Metode penapisan HBsAg bisa menggunakan pemeriksaan cepat (rapid test).
Penapisan ini sebaiknya diikuti oleh semua wanita hamil pada trimester pertama kehamilannya (Kemenkes
RI, 2012).
Menurut PPHI dalam Panitia Pelaksana Hepatitis B (2006), salah satunya cara untuk mencegah
terjadinya penularan hepatitis B adalah dengan melakukan skrining pada ibu hamil yang terbukti sebagai
pembawa atau karier virus hepatitis B. Skrining ibu hamil dilakukan pada awal trimester kehamilan,
terutama ibu yang berisiko terinfeksi HBV (Hepatitis B Virus).
Tujuan skrining Hepatitis B pada ibu hamil yaitu untuk memprioritaskan pengobatan bagi mereka
yang memiliki penyakit hati dan berisiko tinggi mengalami kematian, untuk menghilangkan virus hepatitis
sebagai masalah kesehatan masyarakat dan ini dirumuskan dalam target global, untuk mengurangi infeksi
hepatitis virus baru hingga 90% dan 3 mengurangi kematian akibat hepatitis virus hingga 65% pada tahun
2030 (WHO, 2016). Sedangkan tujuan utama dari pengobatan hepatitis B kronik adalah untuk
mengeliminasi atau menekan secara permanen Hepatitis B Virus (HBV) (PPHI, 2006).
Salah satu program Pengendalian Hepatitis di Puskesmas yaitu pelaporan mengenai pemeriksaan
skrining Hepatitis B pada ibu hamil (Kemenkes RI, 2012). Guna mengendalikan virus hepatitis,
Kementerian Kesehatan RI memiliki 5 aksi utama, salah satunya yaitu deteksi dini dan tindak lanjutnya
yang mencakup akses perawatan, dukungan dan pengobatan. Diharapkan dengan upaya pengendalian
Hepatitis di Indonesia tersebut, akan tercapai Eliminasi Penularan Hepatitis B dari ibu ke anak Tahun
2020. Strategi menuju Eliminasi Penularan Hepatitis B dari ibu ke anak 2020 yaitu melalui deteksi dini
Hepatitis B pada ibu hamil dan kelompok beresiko tinggi lainnya (Kemenkes RI, 2016).
Program skrining Hepatitis B termasuk ke dalam pelayanan antenatal care pada point ke delapan
yaitu pemeriksaan laboratorium: Hemoglobin (darah) dan Golongan Darah bersamaan dengan
pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu pemeriksaan HBsAg, HIV, Sifilis, Malaria dan TBC (Kemenkes
RI, 2015). Skrining Virus Hepatitis B ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari masing-masing
ibu hamil untuk menetapkan adanya HBsAg seperti halnya skrining antenatal yang lain (Kemenkes RI,
2012). Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Kembangan (2016), cakupan kunjungan
pemeriksaan kehamilan ANC di Puskesmas Kecamatan Kembangan sudah bagus dan mencapai target
yang sudah 4 ditetapkan. Untuk K1 target sebesar 100% dan K4 target sebesar 97,4%, sedangkan cakupan
K1 yaitu 6225 ibu hamil (99,9%) dan cakupan K4 yaitu 6068 ibu hamil (97,4%). Sedangkan target untuk
program skrining Hepatitis B sebesar 100%. Akan tetapi, cakupan program skrining Hepatitis B di
Puskesmas Kecamatan Kembangan masih rendah yaitu 30% dari 6.230 sasaran ibu hamil yang ada.
Namun, jumlah kunjungan pasien penderita Hepatitis B meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015
sebanyak 9 orang sedangkan pada tahun 2016sebanyak 26 orang. Sehingga, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjut dan segera diberi pengobatan pada penderita penyakit Hepatitis B.
Berdasarkan laporan tahunan di poli KIA pada Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat
(2016), usia ibu hamil yang datang untuk melakukan pemeriksaan skrining di Puskesmas Kecamatan
Kembangan yaitu <20 tahun sebanyak 64 ibu hamil, 20-29 tahun sebanyak 959 ibu hamil, 30- 39 tahun
sebanyak 757 ibu hamil dan >40 tahun sebanyak 78 ibu hamil.
Kunjungan terbanyak ibu hamil yang melakukan pemeriksaan skrining yaitu di usia 20-29 tahun
dengan rata-rata usia ibu hamil yang melakukan pemeriksaan skrining yaitu 30 tahun. Usia ≥30 tahun
berjumlah 835 ibu hamil dan usia <30 tahun berjumlah 1.023 ibu hamil. Sedangkan, jumlah kunjungan ibu
hamil yang datang untuk melakukan pemeriksaan skrining Hepatitis B yaitu pada tahun 2015 sebanyak
513 ibu hamil dan pada tahun 2016 sebanyak 1857 ibu hamil. Dapat dilihat kenaikan jumlah kunjungan
yang sangat signifikan, artinya ibu hamil sudah mulai mengetahui akan pentingnya kegiatan skrining
hepatitis B.

B. Perumusan Masalah
Meningkatnya jumlah penderita pasien yang terkena penyakit Hepatitis B setap tahunnya, dan masih
ada fasilitas kesehatan/bidan/klinik diluar yang tidak menyarankan pasien untuk melakukan skrining di
Puskesmas, padahal hal tersebut sangat penting untuk mendeteksi dini apakah pasien menderita penyakit
Hepatitis B atau tidak. Pada Pukesmas Gang sehat ruangan/tempat untuk melakukan pemeriksaan sempit
dan pencapaian cakupan program skrining di Pukesmas Gang Sehat masih rendah yaitu sebesar 30% dari
jumlah sasaran ibu hamil yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari kunjungan ibu hamil yang
melakukan kegiatan skrining pada tahun 2022 diketahui bahwa terdapat 1 orang pasien yang menderita
Hepatitis B, apabila tidak segera dilakukan pemeriksaan lanjut atau diberikan pengobatan maka akan
menyebabkan sirosis hati atau kanker hati.
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program skrining hepatitis B pada ibu
hamil di RSU YARSI PONTIANAK Tahun 2022.

Tujuan Khusus :
1. Mengetahui gambaran umur ibu hamil di RSU YARSI PONTIANAK tahun 2022.
2. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil di RSU YARSI PONTIANAK tahun 2022.
3. Mengetahui gambaran sikap ibu hamil di RSU YARSI PONTIANAK tahun 2022.
4. Mengetahui gambaran dukungan keluarga bagi ibu hamil di RSU YARSI PONTIANAK tahun 2022.
5. Bagaimana gambaran peran petugas kesehatan bagi ibu hamil di RSU YARSI PONTIANAK tahun
2022.

D. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan


1. Sebagai sarana bagi pembaca dan penulis untuk menambah wawasan mengenai program skrining
Hepatitis B.
2. Menambah bahan referensi kepustakaan Politeknik ‘aisyiyah pontianak, sehingga bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Pesalinan Normal

B. Konsep Dasar Penyakit Hepatitis B


1. Pengertian Hepatitis B
Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan infeksi bakteri, virus, proses
autoimun, obat-obatan, perlemakan, alkohol dan zat berbahaya lainnya (Kemenkes RI, 2016) Hepatitis
B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang merusak hati dengan masa inkubasi 14-
160 hari. Penyebaran penyakit melalui darah dan produknya, suntikan yang tidak aman, transfusi darah,
proses persalinan, melalui hubungan seksual.
Penularan perinatal adalah penularan yang terjadi saat persalinan. Sebagian besar ibu dengan
Hepatitis B akan menularkan infeksi HBV vertikal pada bayi yang dilahirkannnya sedangakan ibu yang
anti Hbe positif tidak akan menularkannya. Penularan post natal terjadi setelh bayi lahir misalnya
melalui ASI yang diduga tercemar HBV lewat luka kecil dalam mulut bayi. Pada kasus persalinan lama
cenderung meningkatkan penularan vertikal (lebih dari 9 jam).
2. Klasifikasi Hepatitis B
Menurut Kemenkes RI (2016), Hepatitis B dibagi menjadi dua, yakni:
a. Hepatitis B Akut
Hepatitis B Akut merupakan hepatitis B dari golongan virus DNA yang penularannya vertikal
95% terjadi saat masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intrauterin. Penularan Horisontal melalui
transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tatto dan transplantasi organ. Hepatitis B akut
memiliki masa inkubasi 60-90 hari.
b. Hepatitis B Kronik
Hepatitis B kronik merupakan perkembangan dari Hepatitis B akut. Usia saat terjadi infeksi
mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila 6 penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi
Hepatitis kronik. Sedangkan bila penularan terjadi saat usia balita, maka 20-3- % menjadi penederita
Hepatitis B kronikdan bila penularan saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita Hepatitis
kronik.
3. Etiologi
Penyebab penyakit Hepatitis B menurut Susan Smeltzer (dalam Brunner and Suddarth, 2015),
yaitu :
a. Penularan melalui cairan tubuh
Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan
tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani.
Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita
hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini. ibu yang menderita hepatitis B dan C
juga dapat menularkan kepada bayinya melalui jalan lahir.
b. Konsumsi alcohol
Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan
merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi gagal hati atau sirosis.
c. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat menyebabkan hepatitis.
d. Autoimun
Pada Hepatitis terutama Hepatitis B, sistem imun tubuh justru menyerang dan merusak sel dan
jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati, sehingga menyebabkan peradangan.
Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun
lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.
4. Manifestasi Klinis
1) Hepatitis B akut
a. Malaise/lesu/kelelahan.
b. Nafsu makan menurun.
c. Demam ringan.
d. Nyeri abdomen sebelah kanan.
e. Kencing berwarna seperti teh.
f. Ikterik.
2) Hepatitis B kronis
a. HbsAg (Hepatitis B surface Antigen) positif.
b. HbeAg (Hepatitis B E-Antigen, anti-Hbe dalam serum, kadar ALT (Alanin Amino Transferase),
HBV DNA (Hepatitis B Virus-Deoxyyribunukleic Acid) positif.
c. Berlangsung >6 bulan
d. Asimtomatik (tanpa tanda dan gejala)
5. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan pada oleh infeksi virus dan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut
lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri seiring dengan berkembangnya imflamasih
pada hepar, pola normal pada hepar terganggu gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel
hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sisitem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat oleh karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar
normal.
Inflamsi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati ytang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuatran kanan
atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbullnya ikterus karena
kerusakan selo paren kim hati. Walaupun jumlah bilirubin yang belum mengalami konjungasi masuk
kedalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intra hepatik,
maka terjadi kesukaran pengangkuta bilirubin tersebbut dalam hati.
Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hati konjungaasi akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus. Karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi ) dan
resusitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjungasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kerusakan dalam pengangkutan, konjungasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh kerena itu tinja tanpak pucat (abolis). Karena bilirubin
konjungasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi kedalm kemih, sehingga menimbulkan
bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkunjugasi dapat disertai
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada icterus
(Andra Saferi Wijaya dan Yessie M.Putri, 2013).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada pasien dengan Hepatitis B adalah:
a. ASR (SGOT)/ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim-enzim intra seluler yang terutama berada di jantung, hati
dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkatkan pada kerusakan hati.
b. Darah Lengkap (DL)
Eritrosit menurun sehubungan dengan penurunan hidup eritrosit (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
c. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegaly).
d. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
e. Feses
Warna seperti tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
f. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena
itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
g. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A.
h. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A).
i. Masa protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang meningkat absorbs
vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
j. Bilirubin Serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan
peningkatan nekrosis seluler).
k. Biopsi Hati
Menunjukkan diagnosis dan luas nekrosis.
l. Scan Hati
Membantu dalam perkiraaan beratnya kerusakan parenkin hati.
M.Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan ekskresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia
terkonjugasi larut dalam air, ia di sekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
7. Komplikasi
Hepatitis B kronik merupakan penyulit jangka lama pada pada Hepetitis B akut. Penyakit ini
terjadi pada sejumlah kecil penderita hepatitis B akut. Kebanyakan penderita hepatitis kronik tidak
pernah mengalami gejala hepatitis B akut yang jelas. Hepatitis fulminal merupakan penyulit yang
paling dia takuti karena sebagian besar berlangsung fatal. 50% kasus hepatitis virus fulmnal adalah dari
tipe B dan banyak diantar kasus hepatitis B akut fulminal terjadi akibat ada koinfeksi dengan hepatitis
D atau hepatitis C. Angka kematian lebih 10 dari 80% tetapi penderita hepatitis fulminal yang berhasil
hidup yang berhasil hidup biasanya mengalam kesembuhan biokimiawi atau histologik. Terapi pilihan
untuk hepatitis B fulminal adalah transplantasi hati.
Sirosis hati merupakan kondisi dimana jaringan hati tergantikan oleh jaringan parut yang terjadi
bertahap. Jaringan parut ini semakin lama akan mengubah struktur normal dari hati dan regenerasi sel-
sel hati. Makan sel-sel hati akan mengalami kerusakan yng menyebabkan fungsi hati mengalami
penurunan bahkan kehilangan fungsinya (Mustofa & Kurniawati, 2013).
8. Upaya Pencegahan Penularan
Penularan infeksi HBV dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu penularan horizontal dan vrtikal.
Penularan horizontal HBV dapat terjadi melalui berbagai cara yaitu penularan perkutan, melalui selaput
lendir atau mukosa. Mother-to-child-transmission (MTCT) terjadi dari seorang ibu hamil yang
menderita hepatitis B akut atau pengidap prsisten HBV kepada bayi yang dikandungnya atau
dilahirkannya. Penularan HBV in-utero, penularan perinatal dan penularan post natal. Penularan HBV
in-utero ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti, karena salah satu fungsi dari plasenta adalah
proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan infeksi in-utero jika dalam satu bulan postpartum
sudah menunjukkan Hepatitis B (Ajeng, 2017). Menurut soewignjo (2008) adapun upaya pencegahan
HbsAg ibu hamil pada anaknya adalah:
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL

Tanggal masuk : 14/12/22 Jam masuk : 07.00


Ruang/kelas : VK Kamar No. : -
Pengkajian tanggal : 14/12/22

A. IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. F Nama Suami : Tn pardiman
Umur : 23 Tahun Umur :25 tahun
Suku : melayu Suku :melayu
Agama : islam Agama :islam
Pendidikan :- Pendidikan : sd
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : jalan raya 002/002, wajok hilir
No.Hp : 0895xxxxx

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. PERSEPSI TERHADAP PERSALINAN:
a. Mengapa ibu datang ke klinik, klien mengatakan mules dengan kontraksi yang
sering dan ada lendir darah.
b. Persepsi ibu terhadap kehamilan/persalinan / nifas, klien mengatakan jika
kehamilan ini adalah anugerah.
c. Apakah kehamilan/persalinan/ nifas ini menimbulkan perubahan terhadap
kehidupan sehari – hari ? bila ya bagaimana
klien mengatakan tidak ada perubahan
d. Harapan yang ibu inginkan selama masa kehamilan/persalinan /nifas
ibu ingin anak nya lahir dengan sehat
e. Ibu tinggal dengan siapa, ibu tinggal dengan anak dan suami nya
f. Siapa orang yang terpenting bagi ibu, klien mengatakan suami dna anaknya
g. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini, anggita keluarga senang
h. Kesiapan mental untuk menjadi Ibu : (√ ) Ya ( ) Tidak
2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Menstruasi :
 Menarche : umur 15 tahun Siklus : teratur (√) tidak ( )
 Banyaknya : biasa Lamanya : 5 hari
 HPHT : 05/03/22 Keluhan : tidak ada
b. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
No Kehamilan persalinan nifas Anak
ke lama penyulit tmpt penolong jeni penyulit penyulit JK BBL Umur Penyulit
s
1. 1 atterm Tdk ada pkm Bidan spt Tdk ada Tdk ada p 2.900 11 th Tdk ada

2. 2 atterm Tdk ada pkm Bidan spt Tdk ada Tdk ada p 2.700 8 th Tdk ada

3. 3 meninggal
4. 4 Hamil ini

c. Kehamilan Sekarang :
 Diagnosa : G3 P2 A 1 H 40Mg
 Imunisasi :
TT 1 √ sudah  belum
TT2  sudah √belum
 ANC berapa kali : 3x
 Keluhan selama hamil :
√ mual
√ muntah
□ pusing
 Lainnya ; …………………………………….....
 Pengobatan selama hamil  ya √ tidak
 Pergerakan janin : √ ya  tidak Sejak usia, 4 bulan
 Rencana perawatan bayi : (√) sendiri ( ) orang tua ( ) lain lain
 Kesangggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi :
- Breast care : (√) Ya ( ) Tidak
- Perineal care : (√) Ya ( ) Tidak
- Nutrisi : (√) Ya ( ) Tidak
- Senam nifas : (√) Ya ( ) Tidak
- KB : (√) Ya ( ) Tidak
- Menyusui : (√) Ya ( ) Tidak

d. Persalinan Sekarang :
1. Keluhan His
 Mulai kontraksi tanggal/jam: 14/12/22 jam 07.00
√teratur  tidak
 Interval
 Lama
 Kekuatan
2. Pengeluaran Pervagina
 Jenis :  Lendir  Darah √ Darah lendir  Air ketuban.
 Jumlah : ……………………………….........
3. Periksa Dalam : Jam 07.15...
 Oleh bidan
 Hasil : pembukaan 6
 Effecement.............%
 Ketuban : + / - (√)
 Presentasi anak kepala
4. Denyut Jantung Janin:
 Frekuensi:122x/menit
 Kualitas:.normal
5. Status janin: hidup/tidak:......................Jumlah:.........................................
6. Dilakukan klisma/tidak:....................................jelaskan:............................
7. Kala Persalinan :
a. Kala I :
 Mulai persalinan : Tgl 14/12/22 Jam07
 Lama kala I : 3-4 Jam...............Menit
 Tanda-tanda vital:.TD: 135/89 mmHg, N: 98x/m, S:36,5°C, RR: 24x/m
 Keadaan psikososial:.cemas
 Kebutuhan khusus klien:tidak ada
 Tindakan:ajarkan teknik nafas dalam dan massage
 Pengobatan yang didapat : infus RL+oksitosin 20iu 20 tpm

b. Kala II :
 Mulai : Tgl ………….. Jam………….
 Lama kala II : ………..Jam................Menit
 Tanda dan gejala : .........................................................................................
 Jelaskan upaya meneran : ...................................................................................
 Keadaan psikososial :.....................................................................................
 Pengobatan yang didapat : ..................................…………………........................
 TTV ibu : .......................................................................................................
 Penyulit : .............................................................................…………………....
 Cara mengatasi : ……………………………...........................................................

Catatan kelahiran:
 Keadaan bayi : .........................................................
 Lahir tgl : ……………… Jam ……………................
 Jenis Kelamin : L / P
 Apgar Score 1 : ……………….
 Apgar Score 5 : ……………….
 Perineum : ( )utuh, ( )episiotomi, ( ) ruptur tingkat ...................

c. Kala III
 Mulai : Tgl ……………… Jam …………………......
 Tanda dan gejala : ...................................................
 TFU ………………….kontraksi uterus :  baik  jelek
 Lama Kala III : ………..Jam.................Menit.
 Plasenta lahir jam : .................................................
 Cara kelahiran plasenta :  spontan  tindakan
sebutkan ……………..............................................
 Ukuran : .......... cm x ........... cm x.......cm,
 Panjang tali pusat...........cm
 Kotiledon :  lengkap  tidak, Selaput :  lengkap  tidak,
 Kelainan : ..............................................................
 Perdarahan selama persalinan..........................CC.
 Pengobatan yang didapat : …………………………..

d. Kala IV :
 Mulai jam : ............................................................
 Keadaan Umum : …………………..........................
 Tanda vital :
TD : …………..mmHg P..............X/menit
N : ………….X/menit S..................C
 TFU : ……………………………
 Kontraksi uterus :  baik  jelek
 Bonding Ibu dan bayi : ...........................................
 Perdarahan :  Ya  tidak Jumlah.............CC
 Perineum :  Ruptur spontan  Episiotomi
 Jumlah Hecting : ……….........................................
8. Keadaan Bayi :
 BB.....................gram
 PB.....................cm
 Pusat:  Normal  Abnormal
 Perawatan tali pusat :.................................................
 Anus :  berlubang  tertutup
 Suhu................C
 Lingkar kepala...................cm
 Lingkar dada.....................cm
 Lingkar perut.....................cm
 Lingkar lengan...................cm
 Kelainan kepala :
□ Caput succedanum  Cephal Hematoma
□ Hidocephalus  Microcephalus
□ An encephalus
Lain– lain :
………………..............................................................................
 Pengobatan yang didapat : ..................................
…………………………………....
 Terapi yang didapat :
……………………………………………………………........

C. DATA TAMBAHAN
............................................................................................................................................
....................................
............................................................................................................................................
....................................
............................................................................................................................................
....................................
D. PARTOGRAF

Pemeriksa

(……………………
………….…….).
ANALISA DATA

No. Data Fokus Masalah


1. Ds: Nyeri Akut b.d Kehamilan
- klien mengatakan perut nya sering mules-mules
sekitar 3-5 menit, nyeri di pinggang juga
Do:
- Hamil 39 minggu, anak ke 4
- Klien tampak meringis
- Klien tampak memegang perutnya
- TD: 150/90 mmHg
N: 100x/m
Rr: 22x/m
S: 36,4 °C
2. Ds: Gangguan pola tidur
- Klien mengatakan sejak kehamilan yang ke-4, klien
sering susah tidur malam sehingga sering begadang,
susah buat mencari posisi yang nyaman
Do:
- Hamil 39 minggu, anak ke-4
- Mata klien tampak sayu
- TD: 150/90 mmHg
N: 100x/m
Rr: 22x/m
S: 36,4 °C
3. Ds: Defiist pengetahuan b.d
- Klien mengatakan seak kehamilan ini, klien tidak kurang terpapar informasi
mengetahui perkembangan bayi nya seperti apa,
klien belum pernah USG atau periksa kehamilan
sebelumnya
Do:
- Klien menunjukan persepsi yang keliru terhadap
kehamilan saat ini
- Hamil 39 minggu, anak ke-4
- TD: 150/90 mmHg
N: 100x/m
Rr: 22x/m
S: 36,4 °C
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Tujuan: Observasi
Kehamilan Setelah dilakuakn Tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
3x24 jam, nyeri akut nyeri
mennurun 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil: 3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
- kleuhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik

1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:


TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan Pola Tidur Tujaun:


Observasi
Setelah dilakuakn Tindakan
 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
keperawatan 3x24 jam,
 Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
kualitas dan kuantitas tidur  Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis:
membaik kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air
Kriteria hasil: sebelum tidur)
- keluhan sulit tidur  Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
menurun Terapeutik
- keluhan sering terjaga  Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
menurun dan tempat tidur)
 Batasi waktu tidur siang, jika perlu
 Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis: psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya

3. Defisit Pengetahuan Tujaun:


Observasi
Setelah dilakuakn Tindakan
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
keperawatan 3x24 jam,
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
kecukupan informasi kognitif.
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Kriteria hasil:
Terapeutik
- Perilaku sesuai anjuran
 Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
- Perilaku sesuai dengan
 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
pengetahuan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
- Persepsi yang keliru
Edukasi
terhadap masalah
 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan
dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini
ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang yang
terinfeksi. Diperkirakan 240 juta orang secara kronis terinfeksi hepatitis B,
sekitar 686.000 orang meninggal setiap tahun dari infeksi hepatitis B. Infeksi
virus hepatitis B berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi kronis
seperti sirosis hati dan kanker hati.
Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan
infeksi bakteri, virus, proses autoimun, obat-obatan, perlemakan, alkohol dan
zat berbahaya lainnya (Kemenkes RI, 2016) Hepatitis B adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus Hepatitis B yang merusak hati dengan masa inkubasi
14-160 hari. Penyebaran penyakit melalui darah dan produknya, suntikan
yang tidak aman, transfusi darah, proses persalinan, melalui hubungan
seksual
B. Saran
Memberikan dan meningkatkan penyuluhan mengenai hepatitis B
dalam kehamilan, khususnya mengena deteksi dini hepatitis B dalam
kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Indonesia. Sebagian Besar Kematian Akibat Hepatitis


Virus Berhubungan dengan Hepatitis B dan C Kronis.
Profil kesehatan indonesia 2017. In: Profil Kesehatan Indonesia 2017. kementrian
kesehatan RI; 2017.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 150 ribu orang Potensial Alami
Hepatitis Kronis. http://www.depkes.go.id/article/view/17072800006/150-ribu
orangpotensial-alami-hepatitis-kronis.html. Published 2017. Accessed December
8, 2018.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Infodatin Situasi Penyakit Hepatitis
B. 2018

Anda mungkin juga menyukai