KELOMPOK 4:
KOTA PADANG
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaiakan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan. Ucap terimakasih kami sampaikan kepada ibu Ns.RIKA SYAFITRI
M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah “keperawatan Kesehatan reproduksi” yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
KELOMPOK 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................................................7
A. Kanker payudara.........................................................................................................................7
B. Kanker serviks..........................................................................................................................10
C. Kanker endometrium................................................................................................................12
D. Kanker ovarium........................................................................................................................15
BAB III..................................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................................17
Kesimpulan......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati,
perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat
kanker setiap tahunnya. Kanker payudara adalah suatu penyakit yang disebabkan
adanya peryumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel
(jaringan) payudara. Kanker payudara merupakan masalah kesehatan baik di negara
maju maupun di negara berkembang. (Kemenkes RI, 2015). Kasus kanker payudara di
Asia Tenggara sendiri, pada tahun 2012 mencapai 240.000 dan angka kematian
mencapai 110.000. Dilihat dari data tahun sebelumnya , yaitu data tahun 2011, angka
kematian kanker payudara meningkat dari 508.000 menjadi 522.000 di seluruh dunia.
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer
(IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan
8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia.
Kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan
persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%,
30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara merupakan
penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat kanker.Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, menyatakan bahwa prevalensi kanker payudara di
Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data
dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker
tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap yakni mencapai 12.014 orang
(28.7%) (Kemenkes RI, 2014a). Sedangkan Prevalensi dan Estimasi Jumlah Penderita
Penyakit Kanker Payudara Tahun 2013, D.I Yogyakrta merupakan estimasi tertinggi di
Indonesia yaitu mencapai 2,4 (%) diagnosis dokter dan estimasi jumlah absolut
sebanyak 4.325 (Riskesdas, 2013).
Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita,
setelah kanker leher rahim, dan merupakan kanker yang paling banyak ditemui di
antara wanita (Suryaningsih, 2009). Di dunia, terdapat 32% wanita penderita kanker
payudara dari keseluruhan wanita penderita kanker. Di Indonesia kanker payudara
berada pada urutan kedua presentase 18,4% dari jenis kanker yang ada setelah kanker
mulut rahim. Kanker payudara lebih kurang 60-80% ditemukan pada stadium lanjut
yang berakibat fatal. Padahal, kanker payudara adalah satu jenis kanker yang dapat
dideteksi dini. Namun, tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang rendah
menyebabkan tingginya tingkat stadium pasien kanker payudara di Indonesia
(Anindita, 2010).Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Dinas Kesehatan DIY
mengelompokkan kanker menjadi neoplasma ganas serviks uteri, payudara, hati dan
saluran empedu intrahepatik, dan bronchus paru. Kasus Baru Neoplasma di DIY
Tahun 2017, neoplasma ganas payudara terlihat paling tinggi jika dibandingkan
dengan kasus baru neoplasma lainnya baik di rawat jalan (1.564 kasus) maupun rawat
inap (823 kasus). (DINKES DIY 2017)Data dari Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes
DIY Tahun 2016 menunjukkan bahwa sampel yang dilakukan pemeriksaan deteksi
dini kanker di seluruh kabupaten/kota. Capaian deteksi dini kanker payudara dan leher
rahim terbanyak di Kota Yogyakarta (46,83%) dan paling sedikit pada Kabupaten
Bantul (9,03%) dengan ratarata di DIY 17,71 %. (Dinkes, 2017)Menurut Dyanti, dkk
tahun 2015 didapatkan hasil bahwa ada enam faktor yang memiliki hubungan yang
bermakna dengan keterlambatan penderitakan kerpayudara dalam melaukan
pemeriksaan awal kepelayanan kesehatan yaitu tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan, keterjangkauan biaya, keterpaparan informasi/media massa, perilaku
deteksi dini dan dukungan suami/keluarga. Kebanyakan kasus baru kanker payudara
yang ditemukan sudah berada pada stadium lanjut sehingga ini sangat mempengaruhi
tingkat kesembuhan pasien (Abdullah, Tangka, Rottie, 2013). Penderita kanker
payudara yang mendapat dukungan kurang dari suami/keluarga beresiko 4,35 kali
untuk mengalami keterlambatan dalam pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan.
Efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi
bersamaan.
Secara spesifik,keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan
dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh darisakit, fungsi kognitif, fisik
dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah
pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh stress (Setiadi,
2013) Beberapa cara deteksi dini kanker payudara atara lain pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), Mammografi, USG, Biopsi tanpa pembedahan, pemeriksaan klinis
payudara oleh dokter (Purwanto, 2010). Pemeriksaan payudara sendiiri (SADARI)
merupakan salah satu cara yang efisien dan efektif sebagai pendeteksi dini kanker
payudara. Kegagalan penemuan secara dini kanker payudara dapat terjadi dikarenakan
kurangnya pengetahuan atau informasi yang diperoleh masyarakat. Pemeriksaa
payudara sendiri (SADARI) ini bertujuan untuk mendapatkan tanda kanker payudara
pada stadium yang lebih tinggi (down staging) (Manuaba, 2010).Penelitian yang
dilakukan oleh Blamey et al.,2000 pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan
untuk menurunkan angka mortalitas kanker payudara dan penemuan kanker payudara
sedini mungkin danpengobatan saat ukuran masih kecil sebelum kanker tersebut
bermetastasis. Menurut Setjipto,.( 2001), penemuan payudara sedini mungkin yang
didiagnosis dan diobati secara benar akan menambah harapan hidup penderita kanker
payudara. Angka harapan hidup untuk penemuan kanker stadium I sebesar 70%-80%,
stadium II 43%, stadium III kurang dari 11,2% dan stadium IV 0%.
B. Rumusan Masalah
1. Keganasan pada kanker payudara
2. Tes HPV
Dokter juga memiliki opsi untuk melakukan tes HPV guna mendeteksi keberadaan
infeksi Human Papillomavirus (HPV). Tes HPV dapat dokter lakukan bersamaan
dengan pemeriksaan Pap smear.
Selain itu, tes ini juga dapat menjadi tindakan tambahan jika hasil Pap smear
mengindikasikan adanya perubahan sel yang mencurigakan.
3. Kolposkopi
Jika hasil pap smear atau tes HPV menunjukkan adanya perubahan sel yang
mencurigakan, dokter mungkin akan melakukan kolposkopi.
Pada prosedur ini, dokter menggunakan alat khusus bernama kolposkop untuk
memeriksa dengan seksama serviks, vagina, dan vulva dengan cahaya dan lensa
khusus.
4. Biopsi
Apabila kolposkopi menunjukkan area yang mencurigakan, dokter akan mengambil
sampel kecil jaringan (biopsi) dari area tersebut untuk dianalisis di laboratorium guna
memastikan apakah terdapat kanker atau tidak.
5. Tes pencitraan
Hasil biopsi mengindikasikan adanya kanker serviks biasanya perlu dilanjutkan
kembali melalui tes pencitraan seperti computed tomography (CT) scan, magnetic
resonance imaging (MRI), atau positron emission tomography (PET) scan
C. Kanker endometrium
Pengertian
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding
rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat
tertanam dan berkembangnya janin. kanker endometrium kadang-kadang disebut kanker
rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau sel
miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering
menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause.
(Whoellan 2009)
Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa
penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa
menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa
meningkatkan munculnya kanker endometrium :
1.Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion menjadi
estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor
resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan berat
badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan
wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan
normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
2.Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali lebih
tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun.
Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko dengan usia
saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars –
(jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali
dibanding MS < 29.
3.Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum
dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita
kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga
menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah
melahirkan (paritas).
4.Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini
diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
5.Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir
rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai sel-
sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium sebesar 23%.
6.Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko keganasan
endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma endometrium
berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar antara 17-
64%.
7.Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi kontrol
yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan endometrium menurut
statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.
8.Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan
endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara yang sedang berkembang. Kejadian
keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian
keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan
menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok
dari keganasan endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak
pada orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga
terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri dan merubah menu makanannya
dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka kejadian keganasan
endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia lainnya.
9.Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang terkena
kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan
meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
Manifestasi Klinis
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
1.Rasa sakit pada saat menstruasi.
Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan
bertambah pada saat berhubungan seks.
2.Sakit punggung pada bagian bawah.
3.Sulit buang air besar atau diare.
4.Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
5.Keputihan bercampur darah dan nanah.
6.Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.
Pemeriksaan Penunjang
Sebelum tindakan operasi, pemeriksaan yang perlu dilakukan:
Foto toraks untuk menyingkirkan metastasis paru-paru
Tes Pap, untuk menyingkirkan kanker serviks
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah tepi, faal hati, faal ginjal,
elektrolit.
Penatalaksaan Medis
Sampai saat ini belum ada metode skrining untuk kanker endometrium.
Hanya untuk pasien yang termasuk dalam risiko tinggi seperti Lynch syndrome tipe 2 perlu
dilakukan evaluasi endometrium secara seksama dengan hysteroscopy dan biopsy.
Pemeriksaan USG transvaginal merupakan test non invasif awal yang efektif dengan negative
predictive value yang tinggi apabila ditemukan ketebalan endometrium kurang dari 5 mm.
Pada banyak kasus histeroskopi dengan instrumen yang fleksibel akan membantu dalam
penemuan awal kasus kanker endometrium.
Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi, salpingo-ooforektomi bilateral,
deseksi kelenjar getah bening pelvis dan biopi paraaorta bila mencurigakan, bilasan
peritoneum, biopsi omenteum (omentektomi partialis),biopsi peritoneum.
Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau kemoterapi. Pengangkatan tumor
merupakan terapi yang utama, walaupun telah bermetastasis ke abdomen.
D. Kanker ovarium
1. Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain seperti, panggul dan perut melalui
sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati
dan paru-paru (Padila, 2015).
Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan sebab
pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah, tidak ada tes
skrining awal yang terbukti untuk kanker ovarium, tidak ada tanda-tanda
awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada
abdomen dan bengkak (Digiulio, 2014).
2. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Menurut
(Manuaba, 2013) faktor resiko terjadinya kanker ovarium sebagai berikut:
a. Menstruasi dini
Jika seorang wanita mengalami haid sejak usia dini maka akan
memiliki resiko tinggi terkena kanker ovarium.
b. Faktor usia
Wanita usia lebih dari 45 tahun lebih rentan terkena kanker ovarium.
c. Faktor reproduksi
1) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya
risiko menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya
perbaikan epitel ovarium.
2) Induksi ovulasi dengan menggunakan chomiphene sitrat
meningkatkan resiko dua sampai tiga kali.
3) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat
mengurangi risiko terjadinya kanker.
4) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50% jika
dikonsumsi selama 5 tahun lebih.
d. Wanita mandul atau tidak bisa hamil
Wanita yang belum pernah hamil akan memiliki resiko tinggi terkena
kanker ovarium.
e. Faktor genetic
1) Sebesar 5% sampai dengan 10% adalah herediter.
2) Angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara dan
meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita
kanker ovarium.
f. Makanan
Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak hewani yang dapat
meningkatkan risiko terkena kanker ovarium.
g. Obesitas
Wanita yang mengalami obesitas (kegemukan) memiliki resiko tinggi
terkena kanker ovarium.
3. Tanda dan Gejala
Menurut (Brunner, 2015), tanda dan gejala kanker ovarium adalah
sebagai berikut:
a. Peningkatan lingkar abdomen
b. Tekanan panggul
c. Mual
d. Nyeri punggung
e. Konstipasi
f. Nyeri abdomen
g. Sering berkemih
h. Dispnea
i. Perdarahan abnormal
j. Flatulens
k. Peningkatan ukuran pinggang
l. Nyeri tungkai
m. Rasa begah setelah makan makanan kecil
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker adalah penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD) yang
merupakan penyebab kematian tertinggi di sebagian besar negara-negara di Asia, termasuk
Indonesia. Pada pasien kanker sel-sel kanker bertindak sebagai benalu dalam tubuh, sehingga
memerlukan banyak energi untuk berkembang biak, selain mengambil zat gizi yang masuk
kedalam tubuh, jaringan kanker juga meningkatkan katabolisme terutama protein, yang
menyebabkan tubuh menjadi kurus dan lemah. Terjadinya penurunan status gizi pada pasien
kanker disebabkan oleh turunnya asupan zat gizi, baik akibat gejala penyakit kanker atau efek
samping pengobatan. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah
maupun diare, keadaan ini akan memperburuk kondisi pasien, adanya dukungan keluarga
sangat dibutuhkan untuk memberikan ketenangan pada pasien sehingga membawa pengaruh
baik terhadap nutrisi pasien kanker.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker-payudara
https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker-serviks
http://female.kompas.com/read/2009/11/19/11445482/
Langkahlangkah.Pencegahan.Kanker.Payudara
https://eprints.ums.ac.id/49036/3/BAB%20I.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5022/3/Chapter%201.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4543/3/BAB%202.pdf