Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

”KEGANASAN KANKER REPRODUKSI”

KELOMPOK 4:

RECHI YULIANDA 2214201045 FADHIMA RAHMI ISLAMI 2214201020

NOVELIA YULIANTI 2214201039 VONY DWI RAHMAWATI 2214201058

ELISA PUTRI 2214201017 ANISA 2210201010

MELANI ROZA 2214201034 FERDINDA DESTRIANY 2214201023

SALSABILA DWI 2214201048 CHATHERINA PRETTI 2214201013

ELVITA VIOLASARI 2214201019 NIDIA PUTRI 2214201038

ADELA SUHANA 2214201003 MAULIDIYA MAHARANI 2214201033

DOSEN PENGAMPU: Ns.RIKA SYAFITRIM.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH

KOTA PADANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaiakan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan. Ucap terimakasih kami sampaikan kepada ibu Ns.RIKA SYAFITRI
M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah “keperawatan Kesehatan reproduksi” yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

PADANG,27 MARET 2024

KELOMPOK 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................................................7
A. Kanker payudara.........................................................................................................................7
B. Kanker serviks..........................................................................................................................10
C. Kanker endometrium................................................................................................................12
D. Kanker ovarium........................................................................................................................15
BAB III..................................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................................17
Kesimpulan......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati,
perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat
kanker setiap tahunnya. Kanker payudara adalah suatu penyakit yang disebabkan
adanya peryumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel
(jaringan) payudara. Kanker payudara merupakan masalah kesehatan baik di negara
maju maupun di negara berkembang. (Kemenkes RI, 2015). Kasus kanker payudara di
Asia Tenggara sendiri, pada tahun 2012 mencapai 240.000 dan angka kematian
mencapai 110.000. Dilihat dari data tahun sebelumnya , yaitu data tahun 2011, angka
kematian kanker payudara meningkat dari 508.000 menjadi 522.000 di seluruh dunia.
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer
(IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan
8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia.
Kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan
persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%,
30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara merupakan
penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat kanker.Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, menyatakan bahwa prevalensi kanker payudara di
Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data
dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker
tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap yakni mencapai 12.014 orang
(28.7%) (Kemenkes RI, 2014a). Sedangkan Prevalensi dan Estimasi Jumlah Penderita
Penyakit Kanker Payudara Tahun 2013, D.I Yogyakrta merupakan estimasi tertinggi di
Indonesia yaitu mencapai 2,4 (%) diagnosis dokter dan estimasi jumlah absolut
sebanyak 4.325 (Riskesdas, 2013).
Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita,
setelah kanker leher rahim, dan merupakan kanker yang paling banyak ditemui di
antara wanita (Suryaningsih, 2009). Di dunia, terdapat 32% wanita penderita kanker
payudara dari keseluruhan wanita penderita kanker. Di Indonesia kanker payudara
berada pada urutan kedua presentase 18,4% dari jenis kanker yang ada setelah kanker
mulut rahim. Kanker payudara lebih kurang 60-80% ditemukan pada stadium lanjut
yang berakibat fatal. Padahal, kanker payudara adalah satu jenis kanker yang dapat
dideteksi dini. Namun, tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang rendah
menyebabkan tingginya tingkat stadium pasien kanker payudara di Indonesia
(Anindita, 2010).Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Dinas Kesehatan DIY
mengelompokkan kanker menjadi neoplasma ganas serviks uteri, payudara, hati dan
saluran empedu intrahepatik, dan bronchus paru. Kasus Baru Neoplasma di DIY
Tahun 2017, neoplasma ganas payudara terlihat paling tinggi jika dibandingkan
dengan kasus baru neoplasma lainnya baik di rawat jalan (1.564 kasus) maupun rawat
inap (823 kasus). (DINKES DIY 2017)Data dari Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes
DIY Tahun 2016 menunjukkan bahwa sampel yang dilakukan pemeriksaan deteksi
dini kanker di seluruh kabupaten/kota. Capaian deteksi dini kanker payudara dan leher
rahim terbanyak di Kota Yogyakarta (46,83%) dan paling sedikit pada Kabupaten
Bantul (9,03%) dengan ratarata di DIY 17,71 %. (Dinkes, 2017)Menurut Dyanti, dkk
tahun 2015 didapatkan hasil bahwa ada enam faktor yang memiliki hubungan yang
bermakna dengan keterlambatan penderitakan kerpayudara dalam melaukan
pemeriksaan awal kepelayanan kesehatan yaitu tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan, keterjangkauan biaya, keterpaparan informasi/media massa, perilaku
deteksi dini dan dukungan suami/keluarga. Kebanyakan kasus baru kanker payudara
yang ditemukan sudah berada pada stadium lanjut sehingga ini sangat mempengaruhi
tingkat kesembuhan pasien (Abdullah, Tangka, Rottie, 2013). Penderita kanker
payudara yang mendapat dukungan kurang dari suami/keluarga beresiko 4,35 kali
untuk mengalami keterlambatan dalam pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan.
Efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi
bersamaan.
Secara spesifik,keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan
dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh darisakit, fungsi kognitif, fisik
dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah
pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh stress (Setiadi,
2013) Beberapa cara deteksi dini kanker payudara atara lain pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), Mammografi, USG, Biopsi tanpa pembedahan, pemeriksaan klinis
payudara oleh dokter (Purwanto, 2010). Pemeriksaan payudara sendiiri (SADARI)
merupakan salah satu cara yang efisien dan efektif sebagai pendeteksi dini kanker
payudara. Kegagalan penemuan secara dini kanker payudara dapat terjadi dikarenakan
kurangnya pengetahuan atau informasi yang diperoleh masyarakat. Pemeriksaa
payudara sendiri (SADARI) ini bertujuan untuk mendapatkan tanda kanker payudara
pada stadium yang lebih tinggi (down staging) (Manuaba, 2010).Penelitian yang
dilakukan oleh Blamey et al.,2000 pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan
untuk menurunkan angka mortalitas kanker payudara dan penemuan kanker payudara
sedini mungkin danpengobatan saat ukuran masih kecil sebelum kanker tersebut
bermetastasis. Menurut Setjipto,.( 2001), penemuan payudara sedini mungkin yang
didiagnosis dan diobati secara benar akan menambah harapan hidup penderita kanker
payudara. Angka harapan hidup untuk penemuan kanker stadium I sebesar 70%-80%,
stadium II 43%, stadium III kurang dari 11,2% dan stadium IV 0%.
B. Rumusan Masalah
1. Keganasan pada kanker payudara

2. Keganasan pada kanker reproduksi

3. Keganasan kanker endometrium

4. Keganasan kanker ovarium


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui keganasan pada kanker payudara
2. Untuk mengetahui keganasan pada kanker reproduksi
3. Untuk mengetahui keganasan pada kanker endometrium
4. Untuk mengetahui keganasan pada kanker ovarium
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kanker payudara
1. Pengertian
Kanker payudara adalah suatu jenis tumor ganas yang berkembang pada sel-sel payudara.
Kanker ini dapat tumbuh jika terjadi pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel pada
payudara.Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal dan berakumulasi, yang
kemudian membentuk benjolan atau massa.Pada stadium yang lebih parah, sel-sel abnormal
ini dapat menyebar melalui kelenjar getah bening ke organ tubuh lainnya.Ada beberapa jenis
yang terbagi menjadi dua tipe yang berbeda, yaitu invasive dan non-invasive.
Kanker payudara invasive terjadi ketika sel kanker telah menyebar ke bagian lain payudara.
Sedangkan kanker payudara non-invasive, merupakan kondisi sel kanker belum menyebar
dari jaringan aslinya.
Ada beberapa jenis kanker payudara yang sering terjadi:
1.Ductal Carcinoma In Situ;
2.Lobular Carnicoma In Situ;
3.Invasive Ductal Carcinoma; dan
4.Invasive Lobular Carcinoma.
Sementara itu, beberapa jenis yang jarang terjadi adalah paget disease of the breast,
angiosarcoma, hingga phyllodes tumor.Mengetahui jenis kanker payudara yang kamu alami
adalah hal yang cukup penting. Hal ini akan menentukan pengobatan dan perawatan yang
perlu kamu lakukan untuk mengatasi penyakit ini.

Penyebab Kanker Payudara


Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel pada payudara.
Pertumbuhan abnormal tersebut diduga disebabkan oleh mutasi gen yang diturunkan secara
genetik.Sejumlah gen bermutasi yang diturunkan yang dapat meningkatkan kemungkinan
kondisi ini telah diidentifikasi. Yang paling terkenal adalah gen kanker payudara 1 (BRCA1)
dan gen kanker payudara 2 (BRCA2), keduanya secara signifikan meningkatkan risiko
penyakit ini dan ovarium.
Faktor Risiko Kanker Payudara
Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang diduga menjadi pemicu kondisi ini, yaitu:
1.Jenis kelamin wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria.
2.Usia yang bertambah, paling banyak pada usia di atas 50 tahun.
3.Belum pernah hamil sebelumnya.
4.Memiliki payudara yang padat dengan jaringan ikat yang lebih banyak daripada jaringan
ikat.
5.Mulai menopause pada usia lebih tua, yaitu setelah usia 55 tahun.
6.Mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun.
7.Penggunaan alat kontrasepsi hormon dan terapi hormon setelah menopause.
8.Riwayat kanker payudara pada diri sendiri pada salah satu payudara.
9.Riwayat kanker payudara pada nenek, ibu, tante, adik, kakak, atau anak sekandung.
10.Pernah terpapar dengan radiasi.
11.Kebiasaan merokok atau minum minuman beralkohol.
12.Kelebihan berat badan atau obesitas.

Gejala Kanker Payudara


Pada stadium dini, penyakit ini dapat tidak menunjukkan gejala tertentu.Oleh karena itu,
sangat penting untuk melakukan SADARI atau periksa payudara sendiri setiap bulan, 10 hari
setelah masa haid berakhir.
Raba dengan teliti searah jarum jam payudara untuk mendeteksi adanya benjolan atau
perubahan pada payudara. Beberapa gejala kanker payudara yang bisa dialami pengidapnya,
yaitu:
1.Benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari jaringan sekitar.
2.Darah keluar dari puting payudara.
3.Kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara yang menyerupai kulit jeruk.
4.Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
5.Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara.
6.Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan.
7.Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.
8.Puting tertarik masuk (retraksi atau inversi) ke dalam.
9.Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.

Diagnosis Kanker Payudara


Dokter akan melakukan diagnosis dengan melakukan wawancara medis lengkap.
Dokter juga akan melalukan pemeriksaan fisik langsung untuk mendeteksi perubahan pada
payudara serta kelenjar getah bening pada ketiak, serta pemeriksaan penunjang seperti:
Mammogram atau foto payudara, untuk mendeteksi kelainan pada payudara.Ultrasonografi
(USG) payudara, untuk menentukan benjolan payudara berupa massa padat atau kista yang
berisi cairan.Biopsi dengan pengambilan sampel jaringan, untuk diperiksa di laboratorium dan
menentukan sel yang diperiksa bersifat jinak atau ganas.Computerized Tomography scan (CT
scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), untuk menentukan ukuran serta penyebaran
dari kanker payudara.

Pengobatan Kanker Payudara


Penanganan untuk penyakit ini bergantung pada jenis kanker yang dialami, stadium kanker,
ukuran massa, serta sensitivitas sel kanker terhadap hormon.Dokter akan menentukan terapi
yang paling sesuai dengan keadaan penderita berdasarkan hal-hal tersebut.
Beberapa pilihan pengobatan pada kanker payudara, antara lain:

1.Pembedahan, yang meliputi pengangkatan kanker atau benjolan (lumpektomi),


pengangkatan seluruh payudara (mastektomi), pengangkatan jumlah terbatas dari kelenjar
limfe (sentinel node biopsy), atau pengangkatan beberapa kelenjar limfe (axillary lymph node
dissection).
2.Radioterapi, yang dilakukan dengan menggunakan energi sinar X dan proton untuk
mematikan sel-sel kanker.
3.Kemoterapi, yang dilakukan dengan menggunakan obat-obatan tertentu untuk mematikan
sel kanker.
4.Terapi hormonal, untuk menghalangi sel kanker untuk mendapatkan hormon yang mereka
butuhkan untuk tumbuh.
5.Terapi biologis, bekerja dengan sistem kekebalan tubuh pengidap untuk membantu melawan
sel kanker, atau untuk mengontrol efek samping dari perawatan kanker lainnya.
6.Terapi Radiasi, menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Umumnya, pengidap akan menjalani prosedur pembedahan untuk kanker payudara dan
mendapatkan penanganan lain sebelum dan/atau sesudah pembedahan, seperti kemoterapi,
terapi hormonal, atau terapi radiasi.
Komplikasi Kanker Payudara
Komplikasi kanker payudara biasanya terjadi akibat pengobatan yang diberikan, baik
kemoterapi, radiasi, terapi hormonal, maupun pembedahan.
Komplikasi pembedahan antara lain:
1.Infeksi.
2.Rasa sakit.
3.Berdarah.
4.Jaringan parut permanen.
5,Perubahan atau hilangnya sensasi di area dada dan payudara yang direkonstruksi.
Sementara kemoterapi bisa menyebabkan komplikasi berupa mual/ muntah, rambut rontok,
kehilangan memori, vagina kering, gejala menopause atau masalah kesuburan, dan sakit saraf.
Sedangkan komplikasi terapi hormonal meliputi hot flash, keputihan kering, kelelahan, mual
dan impotensi pada pengidap kanker payudara pria.
Ada juga komplikasi akibat radioterapi, antara lain nyeri dan perubahan kulit, kelelahan,
mual, rambut rontok, masalah jantung dan paru-paru, sakit saraf.
Pencegahan Kanker Payudara
Beberapa upaya pencegahan kanker payudara, antara lain:
1.Berolahraga secara rutin.
2.Cukup istirahat.
3.Menyusui anak hingga berusia dua tahun.
4.Pemeriksaan rutin dan teliti dengan SADARI.
5.Pengelolaan stres yang baik.
6.Pola makan gizi seimbang.
7.Tidak merokok atau minum minuman beralkohol.
B. Kanker serviks
1. Pengertian
Kanker serviks adalah jenis kanker yang menyasar sel-sel rahim leher rahim.
Penyebabnya bermula ketika sel-sel di leher rahim berkembang secara tidak
normal.Lambat laun, perkembangannya semakin masif dan tidak terkendali
sehingga membentuk tumor. Nah, tumor yang ganas ini nantinya akan menjadi
penyebab kanker serviks.Kondisi ini merupakan salah satu jenis kanker yang
paling banyak menelan korban pada wanita di seluruh penjuru dunia. Menurut data
Kementerian Kesehatan RI, setidaknya dilaporkan ada 15.000 kasus kanker
serviks setiap tahunnya yang terjadi di Indonesia. Sayangnya, deteksi dini kanker
serviks melalui pemeriksaan pap smear secara rutin masih belum menjadi
perhatian umum. Apalagi penyakit ini jarang menunjukkan gejala pada tahap awal.
Gejala biasanya baru muncul saat kanker sudah mulai menyebar dan memasuki
tahap stadium lanjut.
2. Faktor Risiko Kanker Serviks
Ada sejumlah faktor yang membuat wanita rentan terkena kanker serviks.
Beberapa di antaranya, yaitu:
1.Faktor keturunan.
2.Usia, terutama wanita yang berusia 40 tahun ke atas.
3.Merokok.
4.Kurangnya konsumsi buah dan sayur.
5.Berat badan berlebih (obesitas).
6.Penggunaan kontrasepsi minum (pil KB) jangka panjang.
7.Frekuensi hamil dan melahirkan.
8.Hamil atau melahirkan di usia sangat muda.
9.Kondisi medis tertentu, seperti infeksi klamidia.
3. Penyebab Kanker Serviks
Human papillomavirus (HPV) merupakan penyebab utama kanker serviks.
Infeksi virus ini sangat rentan menyasar individu yang melakukan hubungan seksual
dengan banyak pasangan. Perilaku seksual yang berisiko tinggi, seperti seks tanpa
kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang tidak dicuci terlebih dahulu juga
bisa meningkatkan risikonya. Selain itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan
vaksin (imunisasi) HPV juga lebih berisiko terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab
kanker ini.
4. Gejala Kanker Serviks
Gejala baru akan muncul saat tumor sudah tumbuh. Tumor ini kemudian dapat
mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat.Nah, berikut ini gejala
kanker serviks yang perlu kamu waspadai:
1.Perdarahan di antara periode menstruasi, setelah hubungan seksual, atau setelah
menopause dapat menjadi gejala awal kanker serviks.
2.Siklus menstruasi yang tidak teratur atau perdarahan yang lebih berat atau lebih lama
juga termasuk tanda-tandanya.
3.Keputihan yang berubah warna, bau, atau konsistensi, terutama jika keluar bersama
darah.
4.Nyeri di daerah panggul atau punggung bagian bawah dapat terjadi ketika kanker
telah menyebar ke jaringan atau organ di sekitarnya.
5.Rasa sakit atau ketidaknyamanan saat berhubungan seksual (dispareunia) bisa
menjadi tanda kanker, terutama jika telah mencapai tahap lebih lanjut.
Pada tahap lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelelahan yang berlebihan dan
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas dapat terjadi.
5. Diagnosis Kanker Serviks
Diagnosis ditegakkan dengan tes pap smear. Dokter dapat melakukan tes lainnya
untuk melihat sel kanker atau prakanker pada serviks jika tes pap smear menunjukkan
malfungsi perubahan sel, seperti kolposkopi dan biopsi. Jika dokter menemukan
adanya potensi kanker dokter kemudian akan memeriksa seberapa parah kondisi
(tahap stadium) kanker. Pemeriksaannya meliputi:
1. Pap smear
Pemeriksaan pap smear menjadi pemeriksaan tahap awal dalam deteksi kanker
serviks. Dalam prosedurnya, dokter akan mengambil sampel sel dari leher rahim
dan menganalisanya untuk mencari tanda-tanda perubahan yang dapat
mengindikasikan adanya kanker atau kondisi pra-kanker.

2. Tes HPV
Dokter juga memiliki opsi untuk melakukan tes HPV guna mendeteksi keberadaan
infeksi Human Papillomavirus (HPV). Tes HPV dapat dokter lakukan bersamaan
dengan pemeriksaan Pap smear.
Selain itu, tes ini juga dapat menjadi tindakan tambahan jika hasil Pap smear
mengindikasikan adanya perubahan sel yang mencurigakan.
3. Kolposkopi
Jika hasil pap smear atau tes HPV menunjukkan adanya perubahan sel yang
mencurigakan, dokter mungkin akan melakukan kolposkopi.
Pada prosedur ini, dokter menggunakan alat khusus bernama kolposkop untuk
memeriksa dengan seksama serviks, vagina, dan vulva dengan cahaya dan lensa
khusus.
4. Biopsi
Apabila kolposkopi menunjukkan area yang mencurigakan, dokter akan mengambil
sampel kecil jaringan (biopsi) dari area tersebut untuk dianalisis di laboratorium guna
memastikan apakah terdapat kanker atau tidak.
5. Tes pencitraan
Hasil biopsi mengindikasikan adanya kanker serviks biasanya perlu dilanjutkan
kembali melalui tes pencitraan seperti computed tomography (CT) scan, magnetic
resonance imaging (MRI), atau positron emission tomography (PET) scan

C. Kanker endometrium

Pengertian
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding
rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat
tertanam dan berkembangnya janin. kanker endometrium kadang-kadang disebut kanker
rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau sel
miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering
menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause.
(Whoellan 2009)

Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa
penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa
menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa
meningkatkan munculnya kanker endometrium :
1.Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion menjadi
estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor
resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan berat
badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan
wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan
normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
2.Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali lebih
tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun.
Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko dengan usia
saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars –
(jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali
dibanding MS < 29.
3.Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum
dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita
kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga
menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah
melahirkan (paritas).
4.Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini
diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
5.Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir
rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai sel-
sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium sebesar 23%.
6.Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko keganasan
endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma endometrium
berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar antara 17-
64%.
7.Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi kontrol
yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan endometrium menurut
statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.
8.Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan
endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara yang sedang berkembang. Kejadian
keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian
keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan
menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok
dari keganasan endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak
pada orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga
terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri dan merubah menu makanannya
dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka kejadian keganasan
endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia lainnya.
9.Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang terkena
kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan
meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
Manifestasi Klinis
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
1.Rasa sakit pada saat menstruasi.
Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan
bertambah pada saat berhubungan seks.
2.Sakit punggung pada bagian bawah.
3.Sulit buang air besar atau diare.
4.Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
5.Keputihan bercampur darah dan nanah.
6.Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.

Pemeriksaan Penunjang
Sebelum tindakan operasi, pemeriksaan yang perlu dilakukan:
Foto toraks untuk menyingkirkan metastasis paru-paru
Tes Pap, untuk menyingkirkan kanker serviks
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah tepi, faal hati, faal ginjal,
elektrolit.
Penatalaksaan Medis
Sampai saat ini belum ada metode skrining untuk kanker endometrium.
Hanya untuk pasien yang termasuk dalam risiko tinggi seperti Lynch syndrome tipe 2 perlu
dilakukan evaluasi endometrium secara seksama dengan hysteroscopy dan biopsy.
Pemeriksaan USG transvaginal merupakan test non invasif awal yang efektif dengan negative
predictive value yang tinggi apabila ditemukan ketebalan endometrium kurang dari 5 mm.
Pada banyak kasus histeroskopi dengan instrumen yang fleksibel akan membantu dalam
penemuan awal kasus kanker endometrium.
Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi, salpingo-ooforektomi bilateral,
deseksi kelenjar getah bening pelvis dan biopi paraaorta bila mencurigakan, bilasan
peritoneum, biopsi omenteum (omentektomi partialis),biopsi peritoneum.
Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau kemoterapi. Pengangkatan tumor
merupakan terapi yang utama, walaupun telah bermetastasis ke abdomen.

D. Kanker ovarium

1. Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain seperti, panggul dan perut melalui
sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati
dan paru-paru (Padila, 2015).
Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan sebab
pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah, tidak ada tes
skrining awal yang terbukti untuk kanker ovarium, tidak ada tanda-tanda
awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada
abdomen dan bengkak (Digiulio, 2014).
2. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Menurut
(Manuaba, 2013) faktor resiko terjadinya kanker ovarium sebagai berikut:
a. Menstruasi dini
Jika seorang wanita mengalami haid sejak usia dini maka akan
memiliki resiko tinggi terkena kanker ovarium.
b. Faktor usia
Wanita usia lebih dari 45 tahun lebih rentan terkena kanker ovarium.
c. Faktor reproduksi
1) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya
risiko menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya
perbaikan epitel ovarium.
2) Induksi ovulasi dengan menggunakan chomiphene sitrat
meningkatkan resiko dua sampai tiga kali.
3) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat
mengurangi risiko terjadinya kanker.
4) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50% jika
dikonsumsi selama 5 tahun lebih.
d. Wanita mandul atau tidak bisa hamil
Wanita yang belum pernah hamil akan memiliki resiko tinggi terkena
kanker ovarium.
e. Faktor genetic
1) Sebesar 5% sampai dengan 10% adalah herediter.
2) Angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara dan
meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita
kanker ovarium.
f. Makanan
Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak hewani yang dapat
meningkatkan risiko terkena kanker ovarium.
g. Obesitas
Wanita yang mengalami obesitas (kegemukan) memiliki resiko tinggi
terkena kanker ovarium.
3. Tanda dan Gejala
Menurut (Brunner, 2015), tanda dan gejala kanker ovarium adalah
sebagai berikut:
a. Peningkatan lingkar abdomen
b. Tekanan panggul
c. Mual
d. Nyeri punggung
e. Konstipasi
f. Nyeri abdomen
g. Sering berkemih
h. Dispnea
i. Perdarahan abnormal
j. Flatulens
k. Peningkatan ukuran pinggang
l. Nyeri tungkai
m. Rasa begah setelah makan makanan kecil
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker adalah penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD) yang
merupakan penyebab kematian tertinggi di sebagian besar negara-negara di Asia, termasuk
Indonesia. Pada pasien kanker sel-sel kanker bertindak sebagai benalu dalam tubuh, sehingga
memerlukan banyak energi untuk berkembang biak, selain mengambil zat gizi yang masuk
kedalam tubuh, jaringan kanker juga meningkatkan katabolisme terutama protein, yang
menyebabkan tubuh menjadi kurus dan lemah. Terjadinya penurunan status gizi pada pasien
kanker disebabkan oleh turunnya asupan zat gizi, baik akibat gejala penyakit kanker atau efek
samping pengobatan. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah
maupun diare, keadaan ini akan memperburuk kondisi pasien, adanya dukungan keluarga
sangat dibutuhkan untuk memberikan ketenangan pada pasien sehingga membawa pengaruh
baik terhadap nutrisi pasien kanker.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker-payudara
https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker-serviks
http://female.kompas.com/read/2009/11/19/11445482/
Langkahlangkah.Pencegahan.Kanker.Payudara
https://eprints.ums.ac.id/49036/3/BAB%20I.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5022/3/Chapter%201.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4543/3/BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai