Anda di halaman 1dari 20

KANKER SERVIKS

MAKALAH
untuk memenuhi tugas matakuliah
Imunologi Gizi
yang dibina oleh Ibu Fifi Luthfiyah, SST., M.Kes.

Oleh :
Kelompok 3

Oryza Lustyana Putri P17111211009


Afifah Nur Oktalina Utami P17111211014
Nur Izza Puji Ramadhani P17111211015
Kamilatur Rohmah P17111211020
Safinatun Najah P17111211023
Febi Nurlaila P17111211029
Adelia Awaliyah P17111213034
Adelia Eka Rahmawati Ziafauzia P17111213035
Alya Zahra Ajeng Maharani P17111213040
Camelia Idha Rosyta P17111213042

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN GIZI
DIV GIZI
Mei 2023
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah makalah yang
berjudul “KANKER SERVIKS”. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah PATOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR. Selain itu,
untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas berkenaan dengan judul makalah
yang kami susun.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami sangat mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan
makalah selanjutnya. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
dan umumnya bagi kita semua. Amin.

Malang, 9 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. Pengertian..............................................................................................................................4
B. Pathogenenis..........................................................................................................................5
C. Etiologi..................................................................................................................................7
D. Tanda Gejala..........................................................................................................................7
E. Diagnosis.............................................................................................................................10
F. Penatalaksanaan...................................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................................15
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Bagian ini membahas (a) latar belakang, (b) rumusan masalah, dan (c)
tujuan. Berikut ini uraian tiap-tiap subbab.

A. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan salah satu masalah utama kesehatan
reproduksi pada wanita. Kanker serviks merupakan suatu neoplasma atau
keganasan pada leher rahim (serviks). Human Papilloma Virus (HPV) sub
tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18 merupakan penyebab kanker
serviks1 . Persistensi HPV pada tiap pejamu berbeda tetapi belum
diketahui penyebab yang pasti karena penyebab terjadinya kanker bersifat
multifaktorial, namun infeksi HPV merupakan pencetus utama penyebab
terjadinya kanker serviks2 . Kebiasaan melakukan seksual yang berganti-
ganti pasangan, merokok, mempunyai anak banyak, tingkat pendidikan
dan pemakaian kontrasepsi menjadi resiko terjadinya kanker serviks3 .

Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer


(IARC) pada tahun 2020 lebih dari 600.000 wanita didiagnosis menderita
kanker serviks di seluruh dunia dan sekitar 340.000 wanita meninggal
akibat penyakit ini. Kanker serviks adalah jenis kanker keempat yang
paling sering didiagnosis pada wanita, setelah kanker payudara, kanker
kolorektal, dan kanker paru-paru4 . Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Nam Hoang Dang Phan dkk pada tahun 2020, di Asia total kasus baru
sebanyak 315.346 kasus dan untuk total kasus kematian sebanyak 168.411
kasus. Asia Tenggara menduduki peringkat ketiga di wilayah Asia dengan
total kasus baru sebanyak 62.456 kasus dan untuk kematian sebanyak
35.738 kasus. Di negara-negara Asia Tenggara, lima besar dengan insiden
tertinggi adalah Indonesia dengan 32.469 kasus, Thailand dengan 8.622
kasus, Filipina 7.190 kasus, Myanmar 6.472 kasus dan Vietnam 4.177
kasus5 . Pada tahun 2020, Asia Tenggara menduduki peringkat ketujuh

1
untuk kejadian kanker serviks dan keenam untuk kematian dibandingkan
wilayah lain di dunia6 . 2 Di Indonesia menurut data Global Cancer
Observatory (GLOBOCAN) pada tahun 2020, kanker serviks menduduki
peringkat ke-2 sebanyak 36.633 per 100.000 penduduk dan untuk tingkat
kematian di Indonesia, kanker serviks menduduki peringkat ke-3 sebanyak
21.003 per 100.000 penduduk7 . Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013, provinsi di Indonesia, lima besar dengan insiden
tertinggi adalah provinsi Jawa Timur dengan 21.313 kasus, provinsi Jawa
Tengah dengan 19.734 kasus, provinsi Jawa Barat dengan 15.635 kasus,
provinsi DKI Jakarta dengan 5.919 kasus dan provinsi Sumatera Utara
dengan 4.694 kasus8 .

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Edwin Lasut dkk yang
dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou tahun 2015 dengan jumlah 40
sampel. Berdasarkan usia, pasien dengan usia 35-39 tahun, 40-44 tahun,
45- 49 tahun dan 55-59 tahun merupakan kasus terbanyak masing-masing
6 kasus (15%). Berdasarkan kelompok jumlah paritas, pasien yang
memiliki dua anak paling banyak di diagnosis kanker serviks, dengan
jumlah 12 (30%) pasien. Berdasarkan pekerjaan, pasien yang bekerja
sebagai IRT (ibu rumah tangga) yang paling banyak didiagnosa kanker
serviks, dengan jumlah 37 pasien (92,5%). Dan berdasarkan kelompok
usia pertama kali menikah, pasien yang usia pertama kali menikah pada
20-24 tahun paling banyak didiagnosa kanker serviks, dengan jumlah 19
pasien (47,5%)9 .

Dari hasil penelitian Fatimah Dewi Anggraeni di RSUD


Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dengan jumlah 50 sampel.
Berdasarkan usia, pasien dengan usia >35 tahun paling banyak di
diagnosis kanker serviks, dengan jumlah 34 pasien (68%). Berdasarkan
kelompok riwayat pendidikan, pasien dengan riwayat pendidikan
menengah paling banyak di diagnosis kanker serviks, yaitu sebanyak 26
pasien (52%). Berdasarkan pekerjaan, pasien dengan pekerjaan petani di
diagnosis paling banyak kanker serviks dengan jumlah 18 pasien (36%).

2
Berdasarkan jumlah paritas, pasien dengan multipara dan grandemultipara
paling banyak di diagnosis kanker serviks, dengan jumlah masing-masing
18 pasien (36%). Dan berdasarkan riwayat 3 penggunaan kontrasepsi
hormonal, pasien dengan riwayat penggunaan kontrasepsi oral paling
banyak di diagnosis kanker serviks, dengan jumlah 29 pasien (58%)10.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kenker serviks?
2. Apa patogenesis kanker serviks?
3. Bagaimana etiologi kanker serviks?
4. Bagaimana tanda gejala dari kanker serviks?
5. Bagaimana diagnosis kanker serviks?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari kanker serviks?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kanker serviks
2. Mengetahui patogenesis kanker serviks
3. Mengetahui etiologi kanker serviks
4. Mengetahui tanda gejala kanker serviks
5. Mengetahui diagnosis kanker serviks
6. Mengetahui penatalaksanaan kanker serviks

3
BAB II
PEMBAHASAN

Bagian ini membahas (a) pengertian (b) petogenesis, (c) etiologi, (d) tanda
gejala, (e) diagnosis, dan (f) penatalaksanaan. Berikut ini uraian tiap-tiap subbab.

A. Pengertian
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus
merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker
payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat
pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.

Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering


ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan
dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang
memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan
mengambil waktu bertahun-tahun.

Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung


bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks
berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini
dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel
displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai
dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya
menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat
pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7
tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-
20 tahun.

Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)


onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim,

4
apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-
organ lain di seluruh tubuh penderita.

B. Pathogenenis
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papillomavirus
(HPV). Setelah infeksi HPV, dibutuhkan 15 sampai 20 tahun untuk kanker
serviks berkembang pada wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang
normal. Kanker serviks umumnya berkembang perlahan dan baru
menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut. HPV
merupakan patogen intaepitel yang tidak dapat dipropagasi di kultur sel
(Paavonen, 2007). Mukosa dan permukaan kulit merupakan port de entry
infeksi yang paling sering terjadi. Wanita yang aktif secara seksual dapat
terinfeksi HPV melalui aktivitas seksual dengan pasangan yang terinfeksi.
Setelah berhasil menginfeksi, siklus hidup HPV sepenuhnya bergantung
pada proses diferensiasi alami sel karatinosit atau sel epitel genitalia.
Karakteristik sel di epitel serviks adalah simple columnar secretory
epithelium. Squamocolumnar junction sangat rentan terhadap transformasi
yang disebabkan HPV high-risk dan merupakan area dimana sekitar 90%
malignansi pada saluran kelamin bawah diinisias (Paavonen, 2007; Wang
et al., 2020).

Siklus infeksi dimulai dari masuknya virus kedalam sel pada


lapisan stratum germinativum atau lapisan basal epitelium. Masuknya
virus HPV ke lapisan basal memerlukan abrasi ringan atau mikrotrauma
pada epitel genital yang terjadi pada saat aktivitas seksual (Borruto et al.,
2012; Stanley, 2010). Di membran basal terjadi pengikatan protein kapsul
virus L1 ke reseptor primer yaitu heparin sulfate proteoglycan (HSPG)
yang terdapat pada membran basal yang terpapar akibat kerusakan epitel
(Wang et al., 2013). Pengikatan HSPG pada membran basal, menginduksi
perubahan konformasi pada kapsul virus, membuka ujung N-terminal
protein kapsul L2 terhadap pemecahan oleh furin atau proprotein
konvertase 5/6 (PC5/6). Akibatnya terjadi perlekatan yang stabil antara
virus dengan reseptor pada permukaan sel epitel. Situs pemecahan oleh

5
furin ini dikonservasi dan dibutuhkan untuk infeksi. Perlekatan yang stabil
ini memudahkan transfer virus memasuki sel keratinosit (Stebhen et al.,
2007).

Masuknya virus ke sel keratinosit di lapisan basal, dimulai dengan


perlekatan pada reseptor sekunder yang belum diketahui yang terdapat di
permukaan sel (Wang et al., 2013). Setelah itu terjadi proses pengangkutan
intraseluler (Bonanni et al., 2009; Cheng et al., 2020).

Jalur endositik terlibat pada proses internalisasi dan pengangkutan


intrasellular kapsul virus ke sel epitel primitif (stem sel). Jalur yang
terlibat belum diketahui dengan pasti. Setelah memasuki sel, komponen
virus bergerak menuju nukleus melalui mekanisme yang belum dipahami
secara sempurna, diduga melibatkan transport sitoplasmik melalui
mikrotubul yang dimediasi kompleks protein motor terutama dinein
(Stebhen et al., 2007).

Setelah memasuki sel, virus akan menggunakan perlengkapan


replikasi DNA sel host untuk memulai replikasinya sendiri. Genom virus
yang terdapat pada nukleus sel yang terinfeksi akan diturunkan ke sel anak
melalui mitosis (Bonanni et al., 2009).

Pada awalnya virus yang menginfeksi sel-sel basal primitif (stem


sel) pada lapisan basal ini hanya pada jumlah yang rendah. Beberapa saat
setelah infeksi, terjadi replikasi DNA virus yang independen dari siklus sel
diikuti perbanyakan jumlah virus menjadi 50-100 virus per sel (Stanley,
2010) dan ekspresi early gene terutama E1 dan E2 (Bonanni et al., 2009;
Borruto et al., 2012; Stebhen et al., 2007; Wang et al., 2013). Sel yang
terinfeksi kemudian meninggalkan bagian stem sel primitif ini dan masuk
ke bagian epithelium yang berproliferasi. Pada saat ini jumlah virus tetap
dipertahankan. Selama sel tersebut membelah, HPV mengontrol ekspresi
protein virus dengan sangat ketat dan protein E6 dan E7 diekspresikan
dengan kadar yang sangat rendah sehingga sulit terdeteksi (Stanley, 2010).

6
Sel epitel yang terinfeksi kemudian masuk ke kompartemen
differensiasi, meninggalkan siklus pembelahan. Ketika sel host berhenti
membelah dan memulai diferensiasi menjadi sel matang, hal ini memberi
sinyal pada virus untuk mengaktifkan seluruh gennya, meningkatkan
genom virus menjadi ribuan. Terjadi proses ekpresi gen dan replikasi
DNA virus dalam jumlah besar dan perbanyakan jumlah virus hingga 1000
virus per sel. Terjadi pula ekspresi berlebihan dari early gen E6 dan E7
dan terakhir dihasilkan protein L1 dan L2 (Stanley, 2010). Dua late protein
L1 dan L2 yang berperan pada viral assembly dan pengemasan DNA,
hanya akan diekpresikan di akhir pada sel epitel yang telah matang
(Stebhen et al., 2007). Siklus ini membutuhkan waktu kira-kira 2-3
minggu in vivo, sama dengan waktu yang diperlukan untuk sel epitel atau
keratinosit basal untuk bergerak ke atas epitelium dan berdiferensiasi
(Stanley, 2010).

C. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah Human Papilloma Virus
(HPV). HPV merupakan virus yang sifatnya umum dan berjumlah lebih
dari 100 jenis, namun tidak semua HPV bersifat ganas. Dari 100 jenis
HPV, 10 diantaranya mampu meningkatkan risiko kanker serviks.
Beberapa diantaranya adalah HPV jenis 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52,
dan 58. Lebih dari 90% kanker leher rahim adalah jenis skuamosa yang
mengandung DNA virus Human Papilloma Virus (HPV) dan 50% kanker
servik berhubungan dengan Human Papilloma Virus tipe 16. Virus HPV
dapat menyebar melalui hubungan seksual terutama pada hubungan
seksual yang tidak aman. Virus HPV menyerang selaput pada mulut dan
kerongkongan serta anus dan akan menyebabkan terbentunya sel-sel pra-
kanker dalam jangka waktu yang panjang.

Virus HPV akan menempel pada reseptor permukaan sel dengan


perantara virus attachment yang tersebar pada permukaan virus. HPV yang
menempel pada reseptor permukaan sel akan melakukan penetrasi, adanya
luka mempermudah virus memasuki sel. Virus masuk dan mengeluarkan

7
genom setelah itu kapsid dihancurkan. Setelah virus masuk ke dalam inti
sel, virus melakukan transkripsi dengan DNA-nya berubah menjadi
MRNA.

Mekanisme terjadinya kanker serviks berhubungan dengan siklus


sel yang diekspresikan oleh HPV. Protein utama yang terkait dengan
karsinogen adalah E6 dan E7. Bentuk genom HPV sirkuler jika
terintegrasi akan menjadi linier dan terpotong diantara gen E2 dan E1.
Integrasi antara genom HPV dengan DNA manusia menyebabkan gen E2
tidak berfungsi sehingga akan merangsang E6 berikatan dengan p53 dan
E7 berikatan dengan pRb.

Ikatan antara protein E6 dan gen p53 akan menyebabkan p53 tidak
berfungsi sebagai gen supresi tumor yang bekerja di fase G1. Gen p53
akan menghentikan siklus sel di fase G1 dengan tujuan penghentian siklus
sel yaitu agar sel dapat memperbaiki kerusakan sebelum berlanjut ke fase
S. Mekanisme kerja p53 adalah dengan menghambat kompleks cdk-cyclin
yang akan merangsang sel memasuki fase selanjutnya jika E6 berikatan
dengan p53 maka sel terus bekerja sehingga sel akan terus membelah dan
menjadi abnormal.

Protein retinoblastoma (pRb) dan gen lain yang menyerupai pRb


(p130 dan p107) berfungsi mengkontrol ekspresi sel yang diperantarai
oleh E2F. Ikatan pRb dengan E2F akan menghambat gen yang mengatur
sel keluar dari fase G1, jika pRb berikatan dengan protein E7 dari HPV
maka E2F tidak terikat sehingga 10 menstimulasi proliferasi sel yang
melebihi batas normal sehingga sel tersebut menjadi sel karsinoma.

D. Tanda Gejala
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyakit kanker yang
menyerang leher rahim dan disebabkan oleh human papilloma virus atau
HPV. Pada awal diderita, kanker serviks kerap tidak menimbulkan gejala
sehingga sering kali baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut.

1. Fisik :

8
a. Pembengkakan di salah satu tungkai
Ketika kanker serviks memasuki stadium lanjut,
biasanya akan menimbulkan berbagai komplikasi dan salah
satunya adalah pembengkakan pada tungkai.
Pembengkakan di salah satu tungkai dapat terjadi ketika
benjolan akibat kanker menekan pembuluh darah di panggul,
sehingga menghambat sirkulasi darah ke tungkai. Akibatnya,
terjadi penimbunan cairan yang membuat tungkai menjadi
bengkak.
2. Klinis :
a. Perdarahan vagina yang tidak normal
Ketika wanita menderita kanker serviks, gejala yang
biasanya muncul adalah perdarahan tidak normal pada vagina.
Perdarahan yang dialami bisa lebih banyak atau lebih sedikit
dari menstruasi biasanya. Selain itu, perdarahan juga dapat
terjadi di antara periode menstruasi, pada wanita yang
sudah menopause, atau saat sedang berhubungan seksual.
b. Keputihan yang tidak biasa
Ciri-ciri kanker serviks lainnya adalah keputihan yang
tidak normal. Lendir pada keputihan akan mengalami
perubahan warna, memiliki aroma tidak sedap, serta terjadi
perubahan tekstur dan konsistensi cairan vagina.
Meski begitu, keputihan yang tidak biasa ini juga bisa
disebabkan oleh penyakit lain sehingga Anda disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter saat mengalaminya.
c. Nyeri saat berhubungan intim
Pada stadium lanjut, tanda yang muncul dapat lebih
beragam dan salah satunya adalah nyeri panggul saat
berhubungan intim. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak nyaman
saat melakukan hubungan seksual.
Jika Anda merasakan keluhan ini, segera periksakan diri
ke dokter guna memastikan penyebabnya. Pasalnya, selain

9
dikaitkan dengan penyakit kanker serviks, keluhan ini juga
dapat dipicu oleh penyakit lain
seperti endometriosis atau miom.
d. Frekuensi buang air kecil meningkat
Sakit saat buang air kecil dan tidak bisa menahan
keinginan untuk buang air kecil juga menjadi gejala atau ciri-
ciri kanker serviks.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sel kanker yang
tumbuh mengelilingi leher rahim, lalu menyebar hingga ke
kandung kemih. Namun, gejala ini juga bisa muncul
akibat infeksi saluran kemih (ISK) sehingga Anda perlu ke
dokter untuk memastikannya.
e. Mudah lelah
Ciri lain yang dapat muncul saat menderita kanker
serviks adalah mudah lelah. Kondisi ini terjadi akibat
perdarahan yang tidak normal pada vagina, sehingga lama
kelamaan tubuh mengalami kekurangan sel darah merah
atau anemia yang menyebabkan munculnya rasa lelah.
Rasa lelah yang dirasakan biasanya akan berlangsung
setiap saat dan tidak hilang meski Anda telah beristirahat
cukup.
f. Kehilangan nafsu makan
Ciri-ciri kanker serviks berikutnya adalah penurunan
atau hilangnya nafsu makan. Hal ini dikarenakan penyebaran
sel kanker bisa membuat metabolisme tubuh berubah, sehingga
berpengaruh terhadap nafsu makan. Selain itu, penurunan berat
badan drastis yang tidak diketahui penyebabnya juga perlu
dicurigai sebagai gejala kanker.
g. Sembelit
Jika kanker serviks telah menyebar hingga ke usus
besar, akan berpotensi menyebabkan konstipasi atau sembelit.

10
Kondisi ini dapat terjadi saat kanker serviks sudah memasuki
stadium lanjut.
h. Bercak darah di urine
Jika sedang berkemih dan melihat urine bercampur
darah, segera konsultasikan ke dokter karena bisa jadi itu
merupakan salah satu tanda dari kanker serviks.
i. Keluar urine atau fases dari vagina
Kanker serviks dapat juga memengaruhi fungsi vagina. Saat
sudah memasuki stadium lanjut, kanker serviks dapat
menimbulkan kebocoran urine atau keluarnya tinja dari vagina.
Hal ini bisa terjadi akibat terbentuknya fistula antara vagina dan
saluran kemih atau fistula ani antara vagina dan anus, sehingga urine dan
fases dapat melewati vagina.

E. Diagnosis
Beberapa diagnosa banding dari kanker serviks antara lain
(Kemenkes RI, 2016):

1. Adenokarsinoma endometrial atau biasa disebut kanker yang


menyerang bagian dalam lapisan rahim. Kanker ini dimulai pada
uterus dan ditandai dengan terjadinya oendarahan anormal pada
vagina dan sering didiagnosis pada tahap awal dan biasanya
berhasil disembuhkan dengan pengobatan.
2. Polip endoservikal, sebenarnya merupakan tumor jinak yang tumuh
di leher rahim. Namun pada beberapa kasus, polip ini dapat
berubah menjadi ganas dan menyebabkan kanker.
3. Chlamydia trachomatis atau infeksi menular seksual lainnya pada
wanita dengan keluhan perdarahan vagina, duh vagina
serosanguinosa, nyeri pelvis, serviks yang meradang dan rapuh
(mudah berdarah, terutama setelah berhubungan seksual)

11
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker serviks dilakukan berdasarkan stadium
kanker. Pilihan modalitas terapi kanker serviks dapat berupa pembedahan,
kemoterapi, maupun radioterapi. Selain terapi definitif kanker, dibutuhkan
terapi suportif seperti perbaikan kondisi umum dan terapi paliatif pada
pasien kanker stadium lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus
HPV. Berikut adalah cara-cara pengobatan pada pasien kanker serviks :

1. Pembedahan / operasi
Ada beberapa jenis pembedahan yang dilakukan untuk
pengobatan kanker serviks, yaitu :
a. Histerektomi
Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa
kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati
kanker stadium prakanker (stadium 0). Operasi ini, akan
mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, Vagina
bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan
beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah
panggul. Opersi ini paling sering di lakukan melalui
pemotongan bagian depan perut, bukan dilakukan melalui
vagina.
b. Trachlektomi

Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi radikal


memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium awal
dapat di obati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini
meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas vagina.
Operasi ini bisa dilakukan melalui vagina atau perut.

2. Radioterapi

Ketika kanker serviks sudah memasuki stadium lanjut,


dokter bisa menggunakan terapi radiasi yang digabungkan dengan
kemoterapi sebagai langkah pengobatan. Terapi radiasi atau

12
radioterapi adalah prosedur pengobatan yang menggunakan
pancaran energi bertenaga tinggi, seperti sinar-X atau proton untuk
membunuh sel kanker. Perawatan ini juga bisa digunakan setelah
operasi bila ada risiko kanker untuk kembali. Pemberian
radioterapi dalam rangkaian perawatan untuk mengobati kanker
serviks, bisa dilakukan dalam tiga cara, yaitu:

a. Secara eksternal, dengan mengarahkan sinar radiasi ke area


tubuh yang terkena.
b. Secara internal, dengan memasukkan zat radioaktif kedalam
silinder didalam vagina, biasanya hanya beberapa menit.
Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif ini ditempatkan
kedalam jarum tipis yang dimasukkan langsung kadalam
tumor.
c. Kombinasi secara eksternal dan internal.
3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah suatu pengobatan yang dilakukan


dengan menggunakan zat-zat kimia untuk menghentikan
pertumbuhan ataupun mematikan sel kanker yang ada di dalam
tubuh. Kemoterapi merupakan sebuah pengobatan yang bersifat
paliatif ataupun adjuvant untuk memperkecil sel yang aktif
membelah secara cepat daan progesif dengan menggunakan obat-
obatan sitostatistik. Obat-obatan pada kemoterapi diberikan
melalui suntikan intravena atau melalui mulut, dengan suatu siklus
artinya suatu periode pengobatan dan periode pemulihan.
Kemoterapi juga digunakan untuk mengatasi kanker yang telah
menyebar ke organ tubuh lain. Beberapa jenis obat kemoterapi
yang digunakan dalam kondisi ini adalah carboplatin, gemcitabine,
atau paclitaxel.

4. Terapi target

Terapi target atau targeted therapy adalah pemberian obat


kemoterapi yang dapat secara spesifik menghambat pertumbuhan

13
tumor tanpa memberikan efek samping pada jaringan yang sehat.
Jenis obat yang digunakan dalam terapi target memiliki fungsi
yang berbeda dengan obat kemoterapi biasa. Salah satu contoh obat
terapi target adalah bevacizumab yang tergolong dalam obat
penghambat angiogenesis. Obat ini bekerja dengan cara
menghalangi proses pembentukan pembuluh darah pada tumor.
Dengan begitu, pertumbuhan tumor bisa terhambat dan tumor bisa
mengecil.

5. Imunoterapi

Imunoterapi atau disebut juga terapi biologis adalah terapi


yang menggunakan obat-obatan untuk meningkatkan pertahanan
alami tubuh pengidap untuk mengenali dan menghancurkan sel
kanker secara lebih efektif. Metode ini biasanya bekerja pada
protein spesifik yang terlibat dalam sistem kekebalan untuk
meningkatkan respons kekebalan. Imunoterapi memiliki efek
samping yang berbeda dan terkadang lebih ringan, daripada
kemoterapi. Beberapa obat imunoterapi, misalnya, antibodi
monoklonal, bekerja di lebih dari satu cara untuk mengendalikan
sel kanker. Ini juga bisa dianggap sebagai terapi target karena
mereka memblokir protein spesifik pada sel kanker agar tidak
tumbuh.

6. Dukungan Nutrisi

Pasien kanker serviks berisiko mengalami malnutrisi dan


kaheksia kanker, sehingga perlu mendapat terapi nutrisi adekuat,
dimulai dari skrining gizi, dan apabila hasil skrining abnormal
(berisiko malnutrisi), dilanjutkan dengan diagnosis serta
tatalaksana nutrisi umum dan khusus. Tatalaksana nutrisi umum
mencakup kebutuhan nutrisi umum (termasuk penentuan jalur
pemberian nutrisi), farmakoterapi, aktivitas fisik, dan terapi nutrisi
operatif. Pasien kanker serviks dapat mengalami gangguan saluran
cerna, berupa diare, konstipasi, atau mual-muntah akibat tindakan

14
pembedahan serta kemo- dan atau radio-terapi. Pada kondisi-
kondisi tersebut, dokter SpGK perlu memberikan terapi nutrisi
khusus, meliputi edukasi dan terapi gizi serta medikamentosa,
sesuai dengan masalah dan kondisi gizi pada pasien. Penyitas
kanker sebaiknya memiliki BB ideal dan menerapkan pola makan
yang sehat, tinggi buah, sayur dan biji-bijian, serta rendah lemak,
daging merah, dan alkohol dan direkomendasikan untuk terus
melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan secara teratur dan
menghindari gaya hidup sedenter.

15
BAB III
PENUTUP

Bagian ini membahas (a) kesimpulan, dan (b) saran. Berikut ini uraian tip-
tiap subbab.

A. Kesimpulan
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV).
Virus HPV dapat menyebar melalui hubungan seksual terutama pada
hubungan seksual yang tidak aman. Setelah infeksi HPV, dibutuhkan 15
sampai 20 tahun untuk kanker serviks berkembang pada wanita dengan sistem
kekebalan tubuh yang normal. Tanda dan gejala fisik kanker serviks salah
satunya adalah Pembengkakan di salah satu tungkai, sedangkan tanda klinis
meliputi, Perdarahan vagina yang tidak normal, Nyeri saat berhubungan intim,
Frekuensi buang air kecil meningkat, Mudah lelah, Kehilangan nafsu makan,
Sembelit, Bercak darah di urine, dan Keluar urine atau fases dari vagina.
Penatalaksanaan kanker serviks dilakukan berdasarkan stadium kanker. Ada
beberapa cara pengobatan pada pasien kanker servik, diantaranya :
Pembedahan / operasi, Radioterapi, Kemoterapi, Terapi target , Imunoterapi
Dukungan Nutrisi.

B. Saran
Pengetahuan mengenai kanker serviks atau kanker leher Rahim perlu
dipahami bagi setiap kalangan, terutama wanita sehingga prevalensi kanker
serviks diharapkan bisa menurun.

16
DAFTAR RUJUKAN

Alodokter. 2022. Ciri Kanker Serviks yang Perlu Anda Waspadai, diakses pada 6
Mei 2023 https://www.alodokter.com/ini-ciri-ciri-kanker-serviks-yang-perlu-
anda-waspadai
Gultom, D. A. (2021). Patogenitas Human Papillomavirus (HPV) dalam
Onkogenesis Kanker Serviks dan Pengembangan Vaksin Pencegahannya. Jurnal
Pro-Life, 8(2), 134-147. https://doi.org/10.33541/jpvol6Iss2pp102
Kanker serviks. Berkas Tamaymo Computer. (2016, March 21).
https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/26/makalah-kanker-serviks/
Mayangsarii, W. I. (2019). Pemberian Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan
Efikasi Diri Pasien Kanker Serviks Dengan Kemoterapi Di Wilayah Puskesmas
Kalijudan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
morulaivf indonesia. (2021, Juni 15). Diambil dari www.morulaivf.co.id:
https://www.morulaivf.co.id/id/blog/ca-endometrium-adalah/
Murniaseh, E. (2021, November 19). Diambil dari klikdokter.com:
https://www.klikdokter.com/info-sehat/reproduksi/mengenal-polip-serviks-tumor-
jinak-yang-tumbuh-di-leher-rahim
Oktaviani Sukmadewi, N. P. A. (2020). Pola Konsumsi Protein Hewani Dan
Lemak Sebagai Faktor Risiko Kejadian Kanker Serviks Di Rsud Wangaya
Denpasar (Doctoral dissertation, Poltekkes Denpasar).
Pengobatan Kanker serviks. Alodokter. (2023, January 16).
https://www.alodokter.com/kanker-serviks/pengobatan
Puspita Dewi, N. K. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur
Tentang Kanker Serviks Dengan Keikutsertaan Pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (Doctoral dissertation, Jurusan Kebidanan 2018).

17

Anda mungkin juga menyukai