Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. L USIA 35 TAHUN DENGAN FIBROADENOMA MAMAE (FAM)


DI TPMB TRI WIDYAWATI LAWANG
Periode Praktik 26 Februari – 27 April 2024
Disusun guna memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis

Disusun oleh :
Khania Wahyu Maulidah
NIM.P17311203016

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2024

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Ginekologi

Pada Ny.L Usia 35 Tahun Dengan Fibroadema Mamae (FAM)

di TPMB Tri Widayawati Lawang

Periode Praktik 26 Februari – 27 April 2024

Ini telah disusun oleh :

Mahasiswa

Khania Wahyu Maulidah


NIM.P17311203016

Dan disetujui serta disahkan oleh :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Sheilla Tania M, S.Keb.,Bd.,M.Kes Bdn. Tri Widyawati, S.Keb


NIP. 919910309202008201

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................5
1.2 Tujuan........................................................................................................6
1.3 Metode Penggumpulan Data.....................................................................7
1.4 Sistematika Penulisan................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................10
2.1 Konsep Payudara.....................................................................................10
2.2 Konsep Fibroadenoma Mammae (FAM)................................................13
2.3 Konsep Manajemen Kebidanan...............................................................18
BAB III STUDI KASUS........................................................................................30
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................30
BAB V PENUTUP.................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................33

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Komprehensif Ginekologi yang berjudul
“Pada Ny.L Usia 35 Tahun Dengan Fibroadema Mamae (FAM) di TPMB Tri
Widyawati, Lawang".

Asuhan kebidanan ginekologi ini disusun untuk memenuhi target asuhan


kebidanan ginekologi. Penulisan asuhan kebidanan ini dapat berjalan lancar berkat
bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih pada :
1. Ibu Rita Yulifah, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Malang
2. Ibu Dr. Heny Astutik, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Progam Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang
3. Ibu Sheilla Tania M, S.Keb.,Bd.,M.Kes selaku pembimbing institusi
4. Ibu Tri Widyawati, S.Keb selaku pembimbing klinik
5. Orangtua yang selalu mendukung dan mendoakan, serta semua pihak yang
membantu menyelesaikan dokumentasi asuhan kebidan ini.
Semoga apa yang disampaikan penulis dapat bermanfaat. Penulis sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
perbaikan dokumentasi asuhan kebidanan ini, dan atas semua bantuan yang telah
diberikan dapat menjadi amal sholih yang mendapat balasan Allah SWT.

Malang, 10 Maret 2024

Penyusun

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel merupakan unit struktural dan fungsional dalam proses kehidupan.
Saat pertumbuhannya tidak terkontrol maka disebut dengan sel kanker. Sel
kanker bisa tumbuh menjadi tumor jinak (benign) dan tumor ganas (malign).
Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan jenis tumor jinak yang terdapat
pada payudara. Tumor ini merupakan tumor jinak payudara yang ditemui pada
wanita muda dan dewasa, yaitu pada tiga dekade pertama kehidupan
(Sarwono, 2010). Berdasarkan laporan dari New South Wales Breast Cancer
Institute, FAM umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang
dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun, dan lebih dari 9% populasi wanita
terkena FAM. Western Breast Service Alliance melaporkan bahwa FAM sering
terjadi pada wanita usia 15-25 tahun, frekuensi FAM yang paling tinggi adalah
pada wanita subuh yang berusia 20-25 tahun.
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker
payudara menempati urutan kedua setelah kanker serviks di antara kanker
yang menyerang wanita Indonesia. Prevalensi penderita kanker/tumor
payudara di Indonesia meningkat dari 1,4 per 1000 penduduk pada tahun 2013
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Sementara itu, angka
kejadian kanker payudara pada wanita di Indonesia sebesar 42,1 per 100.000
penduduk dengan rata-rata angka kematian 17 per 100.000 .
Kejadian kanker biasanya terjadi pada wanita berusia >30 tahun,
namun kini tidak hanya wanita berusia >30 tahun saja namun juga wanita pada
usia remaja. Berdasarkan laporan Yayasan Kanker Payudara Indonesia pada
tahun 2017, telah menangani kasus kanker payudara pada remaja berusia 15
tahun. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan penurunan usia penderita
kanker payudara di Indonesia, khususnya pada usia remaja. Berdasarkan data
Riskesdas, pada tahun 2018 prevalensi kanker payudara di Jawa Timur sebesar
8,50%. Sedangkan pada tahun 2019 berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa
Timur terdapat 12.186 kejadian tumor/kanker payudara. Kemudian pada bulan
Januari – Desember dari 2.383 perempuan yang diperiksa, terdapat 71 orang

5
yang mengidap tumor/kanker payudara (Dinkes, 2020). Dari hal tersebut
menunjukkan bahwa di Kota Kediri masih terdapat masyarakat yang
menderita tumor/kanker payudara.
Faktor lingkungan dan gaya hidup merupakan faktor risiko terbesar
dari tumor payudara yaitu 90-95%. Termasuk didalamnya pola makan sebesar
30- 35%, merokok sebesar 25-30 % dan mengonsumsi alkohol sakitar 4-6%.
Penyakit tumor jinak payudara lebih sering dijumpai pada wanita usia muda
dan pascamenopause, hal ini berkaitan dengan kadar estrogen yang tinggi
dalam darah yang merupakan faktor risiko dari timbulnya benjolan pada
payudara.
FAM jika dibiarkan tumbuh akan memiliki resiko tinggi terjadinya
kanker payudara dan apabila FAM tidak diangkat dengan sempurna akan
terjadi kambuh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh American Cancer
Society tahun 2016, didapatkan bahwa wanita yang pernah didiagnosis FAM
beresiko 1,5-2 kali lipat terkena kanker payudara daripada wanita dengan
payudara normal. Prognosisnya akan menjadi lebih baik ketika dilakukan
deteksi secara dini. Hal tersebut bisa melalui pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji serta
melakukan asuhan kebidanan ginekologi Fibroadema Mamae (FAM) di
TPMB Tri Widyawati Lawang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada
Ny.L Usia 35 Tahun Dengan Fibroadema Mamae (FAM) di TPMB Tri
Widyawati,,S.Keb sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data pada Ny.L Usia 35 Tahun Dengan
Fibroadema Mamae (FAM) di TPMB Tri Widyawati.

6
b. Meginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah,
kebutuhan pada Ny.L Usia 35 Tahun Dengan Fibroadema Mamae
(FAM) di TPMB Tri Widyawati.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap Tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta tujukan pada Ny.L Usia
35 Tahun Dengan Fibroadema Mamae (FAM) di TPMB Tri
Widyawati.
d. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ny.L Usia 35 Tahun
Dengan Fibroadema Mamae (FAM) di TPMB Tri Widyawati.
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ny.L Usia 35 Tahun
Dengan Fibroadema Mamae (FAM) di TPMB Tri Widyawati.
f. Melakukan rencana tindakan / implementasi asuhan sesuai dengan
kebutuhan pada Ny.L Usia 35 Tahun Dengan Fibroadema Mamae
(FAM) di TPMB Tri Widyawati.
g. Mengevaluasi asuhan kebidanan ginekologi yang telah dilakukan pada
Ny.L Usia 35 Tahun Dengan Fibroadema Mamae (FAM) di TPMB Tri
Widyawati.

1.3 Metode Penggumpulan Data


Penulisan laporan studi kasus ini disusun berdasarkan hasil dari metode
wawancara, observasi dan pengkajian data yang bertujuan memberikan asuhan
kebidanan ginekologi secara komprehensif pada Ny.L Usia 35 Tahun Dengan
Fibroadema Mamae (FAM) di TPMB Tri Widyawati Lawang, Kabupaten
Malang pada tanggal 27 Februari 2024.
Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney yang meliputi : Identifikasi
data-data dasar, interpretasi data dasar, identifikasi diagnosa/masalah
potensial, Tindakan segera/kolaborasi, rencana asuhan/intervensi,
implementasi dan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan.
1. Anamnesa
Melakukan tanya jawab secara langsung terkait kesehatan ibu dan
keluarga kepada ibu untuk mengetahui ada tidaknya keluhan yang
berpotensi menimbulkan komplikasi pada ginekologi.

7
2. Observasi
Melakukan pengamatan dan pengkajian secara langsung untuk
mengetahui ada tidaknya komplikasi pada persalinan melalui data yang
didapatkan langsung dari pemeriksaan.
3. Studi Pustaka
Mempelajari buku referensi maupun jurnal yang terkait dengan
tatalaksana asuhan kebidanan sehingga mampu membandingkan antara
teori dan implementasi.
4. Studi Kasus
Mengamati dan mempelajari kasus yang terjadi.

1.4 Sistematika Penulisan


Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Payudara

2.2 Konsep FAM

2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan ginekologi

Bab 3 Tinjauan Kasus

3.1 Judul Kasus

3.2 Pelaksanaan Asuhan

3.3 Manajemen Asuhan Kebidanan

3.3.1 Pengumpulan Data Dasar

8
3.3.2 Interpretasi Data Dasar

3.3.3 Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial Dan Antisipasi

3.3.4 Identifikasi Tindakan Segera

3.3.5 Rencana Tindakan

3.3.6 Implementasi

3.3.7 Evaluasi

Bab 4 Pembahasan

Bab 5 Penutup

Daftar Pustaka

9
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Payudara
2.1.1 Pengertian
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara
laki laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang
adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan
merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu
untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini
menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah
makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupan (Kartika & Wardani, 2022).
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah
kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang
beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui
800 gram (Sarwono, 2009).
2.1.2 Anatomi Payudara
Payudara wanita disebut juga glandula mammaria, merupakan
suatu alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap
sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam.
Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada diatas
musculus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamentum
suspensorium. Dengan masing-masing payudara berbentuk tonjolan
setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas
ke ketiak atau axilla. Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga
bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu
payudara ukurannya agak lebih besar dari pada payudara yang lain
(Maleeha Ajmal et al., 2022).

10
Gambar 2.1 Anatomi Payudara
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
Korpus dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Alveolus, yaitu unit
terkecil yang memproduksi susu. Bagian Lobulus, yaitu kumpulan
dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari
alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus) (Siti hanifah, 2019).
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
Areola, Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen
pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat
akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka
warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih
gelap dan wama ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak
kembali lagi seperti warna asli semula. Pada daerah ini akan
didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang
membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan.
Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat

11
melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara
terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air
susu (Maleeha Ajmal et al., 2022).
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
Papilla atau Puting Terletak setinggi interkosta IV, tetapi
berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka
letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang- lubang
kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung - ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat – serat
otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi
maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting
susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan
menarik kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15 - 25
lobus. Masing-masing lobulus terdiri dari 20-40 lobulus. Selanjutnya
masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-
masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus)
sehingga merupakan suatu pohon. Puting susu dapat pula menjadi
tegak bukan sebagai hasil dari beberapa bentuk perangsangan
seksual yang alami dan puting susu (Maleeha Ajmal et al., 2022).
Seorang wanita mungkin tidak menjadi tegak ketika ia
terangsang secara seksual. Pada daerah areola terdapat beberapa
minyak yang dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini dapat
berbentuk gelombang-gelombang naik dan sensitif terhadap siklus
menstruasi seorang wanita. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan
meminyaki puting susu selama menyusui. Beberapa puting susu
menonjol ke dalam atau rata dengan permukaan payudara. keadaaan
tersebut kemudian ditunjukkan sebagai puting susu terbalik dan tidak
satu pun dari keadaan tersebut yang memperlihatkan kemampuan
seorang wanita untuk menyusui, yang berdampak negatif. Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang
12 (Maleeha Ajmal et al., 2022).

12
2.2 Konsep Fibroadenoma Mammae (FAM)
2.2.1 Pengertian
Fibroadenoma mammae (FAM) adalah penyakit wanita muda
dengan frekuensi yang paling tinggi pada wanita yang berumur 20 – 25
tahun. FAM merupakan tumor jinak yang berbatas tegas dengan
konsistensi padat dan kenyal, benjolan atau massa tersebut berasal dari
jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epithel) yang berada
di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur/ mix
tumour. FAM banyak ditemukan pada payudara wanita yang timbul disaat
usia subur. Tumor ini kebanyakan terjadi pada usia wanita yang lebih
muda dan biasanya muncul diusia antara 20-30 tahun
(Dzikrullah & Iskandar, 2022)
.
2.2.2 Penyebab
Penyebab dari fibroadenoma masih belum jelas atau multifaktor.
Ada yang bersifat endogen (epigenetik genetik heredofamilial, fungsi
hormonal, status imun, nullipara, aging, stress psikis berat) dan bersifat
eksogen seperti faktor konsumtif (defisiensi: protein, vitamin A dan
derivatnya, antioksidan, diet tinggi lemak) intake berlebih/obesitas,
alkoholik, perokok, pengguna terapi sulih hormon, trauma/ pascabedah
lokal (Maleeha Ajmal et al., 2022).
2.2.3 Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko FAM menurut Hendrawanto (2010) yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh
tumor payudara.
2. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
3. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom
13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu,

13
gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara.
4. Faktor resiko
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Biasanya pada usia 15 sampai 35 tahun.
5. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat
meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
6. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat
dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
7. Terpapar radiasi
8. Intake alkohol
9. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor
payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
2.2.4 Patofisiologis
Fibroadenoma mammae merupakan tumor jinak yang berasal dari
proliferasi kedua unsur lobulus yaitu asinus (duktulus terminal) dan
jaringan fibroblastic. Epitel fibroadenoma berespon terhadap hormon dan
selama setiap fase akhir daur haid, ukuran lesi ini mungkin sedikit
membesar. Peningkatan ukuran akibat perubahan laktasional atau akibat
infark dan inflamasi, dapat menyebabkan fibroadenoma yang mirip
dengan karsinoma pada saat selama kehamilan. Setelah menopouse
biasanya terjadi regresi. Stroma biasanya sering mengalami hialinisasi
padat dan mungkin kalsifikasi (Maleeha Ajmal et al., 2022).
Cara pertumbuhan kedua unsur lobulus yaitu asinus (duktulus
terminal) dan jaringan fibroblastik tersebut menjadi dua jenis
fibroadenoma mammmae; fibroadenoma mammae intracanaliculare
(unsur stroma tumbuh mendesak kanalikulus sistem duktulus intralobulus)

14
dan fibroadenoma mammae pericanalikulare (stroma proliferatif tetap
mengitari sistem kanalikulus yang terbentuk); pada suatu saat dapat
ditemukan fenomena keduanya. Sebagian fibroadenoma memiliki asal
poliklonal, kemungkinan akibat adanya fokus-fokus hiperplasia stroma
lobulus. Fibroadenoma semula dikelompokan sebagai “kelainan
proliferatif tanpa atipia” sehingga menyebabkan peningkatan ringan resiko
timbulnya. kanker. fibrodenoma komplek bisa menjadi peningkatan ringan
resiko kanker payudara (Kartika & Wardani, 2022).
2.2.5 Tampilan klinis
Menurut Nugroho (2011), tanda dan gejala fibroadenoma
mammae adalah sebagai berikut :
1. Fibroadenoma dapat multipel dan bilateral
2. Benjolan berdiameter 2-3 cm
3. Benjolan tidak menimbulkan reaksi radang, mobile dan tidak
menyebabkan pengerutan kulit payudara.
4. Benjolan berlobus – lobus
5. Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas jinak berupa rata dan
memiliki batas jelas.
Secara makropis tumor berupa nodus berbatas tegas kenyal, putih
abu-abu, dan menonjol diatas jaringan sekitar serta sering mengandung
ronggarongga berbentuk celah. Stroma biasanya halus, selular dan sering
sekali miksoid, mirip stroma intralobulus, membungkus rongga kistik dan
glandular yang dilapisi oleh epitel. Ukuran lesi bervariasi mulai dari
kurang 1cm garis tengahnya sampai tumor besar yang dapat menggantikan
payudara. Ukuran saat ditemukan rata-rata bergaris tengah 2- 4cm.
Fibroadenoma paling banyak dialami wanita lebih muda dan biasanya
muncul diusia antara 20 dan 30 tahun (Maleeha Ajmal et al., 2022).
Giant fibroadenoma terjadi pada remaja sekitar usia 16 tahun atau
perimenopouse sekitar usia 50 tahunan, karakter pertumbuhannya cepat
dan dalam ukuran besar dan harus segera dilakukan insisi untuk
pengangkatan tumor. Bentuk giant fibroadenoma berukuran sangat besar

15
mencapai 10-15 cm, untuk wanita Indonesia sebagai patokan lebih dari
atau sama dengan 6 cm (Kartika & Wardani, 2022).
2.2.6 Diagnosis
Pada pemeriksaan klinis fibroadenoma biasanya berbentuk
melingkar, keras dan mobile serta sering disebut sebagai “breast mouse”
karena mobilitasnya. Metode diagnosis adalah pemeriksaaan klinis,
ultrasonografi dan sitologi aspirasi jarum halus/ biopsi. Menurut
Pamungkas ( 2011) fibroadenoma dapat didiagnosis dengan beberapa cara,
yaitu :
1. Pemeriksaan fisik (phisycal examination)
Pada pemeriksaan fisik akan memeriksa benjolan yang ada dengan
palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah
karakteristik benjolan mobile atau tidak mobile, kenyal atau keras,dst.
2. Mammografi
Proses penyinaran dengan sinar X terhadap payudara. Pemeriksaan ini
digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit pada payudara yang
tidak diketahui gejalanya (asimptomatik).
3. Duktografi
Diagnosis dengan pencritaan mammografi yang dapat menunjukan
saluran air susu yang ada, mendiagnosis penyebab keluarnya cairan
atau kotoran dari puting.
4. Biopsi
Merupakan tindakan pengambilan contoh jaringan payudara yang
dapat dilihat di bawah lensa mikroskop untuk mengetahui adakah sel
kanker.
2.2.7 Komplikasi
Jenis tertentu dari fibroadenoma mammae bisa meningkatkan
resiko kanker payudara. Meski demikian, kebanyakan kasus tidak sampai
terjadi kanker payudara. Adapun yang memiliki kanker payudara yang
memiliki fibroadenoma, biasanya memiliki komplikasi lainnya atau orang
tersebut memiliki resiko kanker payudara yang tinggi dari keluarga atau

16
lingkungannya menyatakan adanya hubungan penyakit kelainan fibrokistik
dengan timbunya karsinoma payudara adalah :
a. Beresiko minimal atau tanpa resiko menimbulkan karsinoma payudara:
hiperplasia ringan, fibrosis, metraplassia apokrin dan
mikro/makrokista simpleks.
b. Beresiko ringan (meningkatkan resiko 1,5-2 kali) hiperplasia sedang
sampai keras, papilomatosis intraduktal, sklerosing adenosis,
fibroadenoma, khususnya yang disertai dengan penyakit atau kelainan
fibrokistik jenis proliferatif, atau mempunyai riwayat keluarga dengan
kanker payudara.
c. Peningkatan bermakna (resiko sampai 5 kali) pada hiperplasia duktulus
atau lobulus atipik.
d. Dengan fokus proliferatif multifokal, memiliki resiko yang sama
menderita kanker payudara pada kedua sisi payudaranya.
e. Bila disertai riwayat keluarga menderita kanker payudara akan
meningkatkan semua kategori, misalnya hiperplasia atipik resiko
menjadi 10 kali lipat (Maleeha Ajmal et al., 2022).
2.2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada fibroadenoma mammae
menurut Pamungkas, 2011) dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara
lain :
1. Menghindari makanan yang tinggi lemak
2. Menghindari pemakaian obat hormonal terutama estrogen
3. Rajin melakukan SADARI minimal 1 bulan sekali pada wanita yang
telah berusia 20 tahun.
2.2.9 Penatalaksanaan
Jika pemeriksaan klinis telah dilakukan dan ditetapkan bahwa
benjolan tersebut fibroadenoma mammae, pasien dapat diberi pilihan
untuk menjalani eksisi atau hanya dilakukan observasi. Eksisi atau
pengangkatan tumor yang dilakukan dengan tindakan operasi selanjutnya
spesimen akan diperiksa untuk menyingkirkan adanya keganasan.
Sistokarsoma filoides merupakan salah satu tipe fibroadenoma yang dapat

17
kambuh jika tidak diangkat dengan sempurna. Tindakan operasi tidak akan
merubah bentuk dari payudara, melainkan hanya akan meninggalkan luka
atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara
perlahan (Dzikrullah & Iskandar, 2022).

2.3 Konsep Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berpikir logis
sistematis dan memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah
pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen
kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/
kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya. (Varney,
2007).
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 2007).
2.3.1 Pengkajian Data
1. Data Subjektif
a. Biodata

Nama : Nama klien dan suami dikaji jelas dan lengkap


agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan
asuhan kebidanan.
Usia : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu termasuk
resiko tinggi atau tidak.
Agama : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
terhadap kebiasaan kesehatan klien yang
berhubungan dengan perawatan klien misal ada
yang dilarang oleh agama klien.
Pendidika : Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan
n klien sebagai dasar dalam memberikan
konseling dan asuhan kebidanan sesuai dengan
tingkat pendidikannya. tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan
klien.
Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui tingkat ekonomi
keluarga yang berhubungan dengan
kesejahteraan/nutrisi dan untuk mengetahui

18
aktifitas pekerjaan klien yang akan
mempengaruhui pada penyakit yang diderita.
Alamat : Agar dapat mengenal klien dan tidak keliru
dengan klien lainnya. Mempermudah hubungan
bila dalam keadaan mendesak dan mengetahui
kondisi tempat tinggal klien dan lingkungannya.
b. Alasan datang
Menanyakan kepada ibu keperluan kedatangan ketempat
pelayanan.
c. Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong klien ke
bidan. Pada kasus fibroama mamae Keluhan yang sering terjadi
biasanya merasakan sakit atau nyeri pada payudara.
d. Riwayat menstruasi

Menarche : Untuk mengetahui pertama kali haid klien.


Siklus : Untuk mengetahui siklus menstruasi klien.
Lama : Untuk mengetahui lama haid dalam kondisi
normal.
Dismenorhae : Dikaji apakah ibu mengalami keluhan nyeri
pada saat menstruasi.
e. Gangguan alat reproduksi
Ditanyakan untuk mengetahui apakah mempunyai kelainan atau
gangguan alat reproduksi.
f. Riwayat konstrasepsi
Mengetahui metode KB yang pernah digunakan, lama pemakaian
kontrasepsi tersebut serta masalah saat menggunakan kontrasepsi
tersebut.
g. Riwayat Kesehatan Ibu
Dari data ini dapat digunakan sebagai penanda. Adanya perubahan
fisik pada ibu fibroama mamae yang melibatkan seluruh sistem
dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami
gangguan. Riwayat ini meliputi riwayat kesehatan sekarang
(sedang dialami) dan riwayat kesehatan yang lalu.

19
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit keturunan dan menular
dalam keluarga.
i. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Nutrisi
Untuk mengetahui asupan gizi ibu. seberapa banyak dan sering
mengkonsumsinya, apa saja yang dimakan dalam sehari misal
seperti nasi, sayur, lauk, buah, makanan selingan dan lain-lain.
2) Pola Eliminasi
Seberapa sering buang air kecil (BAK) dan buang air besar
(BAB).
3) Aktivitas
Dikaji utuk mengetahui aktivitas yang akan mempengaruhi
pada kasus fibroama mamae.
4) Istirahat dan Tidur
dianjurkan untuk istirahat yang cukup dan teratur untuk
mengetahui keluhan pada saat istirahat. Pada kasus fibroama
mamae tidur dan istirahat sangat perlu karena akan
mempengaruhi kondisi fisik ibu..
5) Personal Hygiene
Dikaji kebiasaan ibu dalam menjaga kebersihan dirinya
terutama pada payudara perlu diperhatikan agar tidak terjadi
infeksi.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Meliputi tingkat energi, keadaan


emosi dan postur badan ibu selama
pemeriksaan
Kesadaran : Meliputi composmentis (baik /
sempurna), apatis (perhatian kurang),
somnolen (mudah tertidur), koma
hingga menyatakan keadaan gelisah,
gaduh, dan disorientasi
Tanda-tanda vital

20
Tekanan darah : Tekanan darah normalnya 90/60 –
120/130 mmHg.
Nadi : > 100 x/menit disertai nyeri dada
hebat, batuk, napas pendek
merupakan keadaan yang perlu
mendapatkan perhatian dimana
memungkinkan masalah yang
mungkin terjadi seperti serangan
jantung atau bekuan darah di dalam
paru.
Berat badan : Untuk mengetahui apakah nutrisinya
sudah terpenuhi dengan baik.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi

Kepala : Tidak ada lesi, bersih, tidak ada benjolan.


Wajah : Ada tanda tanda pucat atau tidak
Mata : Tidak oedema pada kelopak mata, sklera
berwarna putih/kuning, conjungtiva berwarna
merah muda/pucat karena jika sklera berwarna
kuning menandakan kemungkinan indikasi
adanya/penyakit hati dan konjungtiva pucat
menandakan ibu mengalami anemia.
Mulut : Didapatkan hasil simetris, lembab, bersih, tidak
stomatitis, lidah bersih.
Leher : Pengecekan pembesaran kelenjar tiroid untuk
cek penyakit hipertiroid dan cek pembesaran
vena jugularis.
Payudara : Dada yang tampak kemerahan dan seperti kulit
jeruk perlu dilakukan tindakan evaluasi lebih
lanjut untuk menentukan tumor jinak atau
kanker payudara.
Abdomen : ada bekas luka operasi atau tidak
Genetalia : Apakah ada perdarahan pervaginam atau
pengeluaran secret vagina

21
Ekstremitas : Cek adanya simetris, varises, dan
oedema/pembengkakan ekstremitas.
Palpasi

Leher : Cek tidak teraba oedema pada vena jugularis,


kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
Payudara : Cek adakah benjolan pada payudara.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Mamografi : digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada payudara
2) Hemoglobin: anemia pada ibu mempengaruhi risiko perdarahan
pada saat operasi. Kadar hemoglobin normal pada wanita
dewasa adalah lebih dari 11 g/dL.
2.3.2 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Aktual
Dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan
pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosa kebidanan adalalah
diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar.
2.3.3 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melaksanakan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang benar-benar terjadi.
Contoh potensial/masalah yang akan terjadi :
1. Potensial apabila ditemukan kedua payuudara mengalami benjolan
yang terasa sakit, bewarna kemerahan dan bengkak.
2. Kemungkinan adalah fibroadenoma mamae apabila ditemukan
benjolan yang berukuran sebesar kelereng dan benjolan tersebut
mudah digerakkan.
2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan
intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau rujukan

22
berdasarkan kondisi klien. Ada kemungkinan data yang kita peroleh
memerlukan tindakan segera contohnya pada kasus kegawat daruratan
kebidanan seperti Fibroadenoma mamae yang memerlukan tindakan
SADARI dan operasi pada kelenjar.
2.3.5 Rencana Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini termasuk
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi yang sifatnya segera ataupun rutin. Apakah diperlukan
konseling dan apakah perlu untuk merujuk klien .
2.3.6 Implementasi
Dilakukan atas dasar intervensi yang sudah dibuat.
2.3.7 Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan keberhasilan
intervensi berdasarkan asuhan yang diberikan, mengacu pada kriteria hasil.
Evaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan untuk menentukan apakah benar-benar telah
terpenuhi berdasarkan kebutuhan yang teridentifikasi dalam masalah dan
diagnosis (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).

23
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Tanggal : 27 Februari 2024


Jam : 09.00 WIB
Tempat : TPMB Tri Widyawati, Lawang
Pengkaji : Khania Wahyu Maulidah
3.1 Pengkajian Data
2.3.8 Subjektif
a. Identitas

Nama ibu : Ny.H Nama suami : Tn.R


Umur : 35 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Anjasmoro 3/5
b. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya.
c. Keluhan
Ibu mengatakan ada benjolan payudara di payudara sebelah kanan
sebesar kelereng. Benjolan terasa sakit sejak 4 bulan yang lalu.
d. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti jantung, hipertensi,
asma, diabetes militus, ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular
seperti : Tubercuolosis (TBC), malaria, hepatitis, dan penyakit menular
seksual (PMS). Ibu mengatakan tidak ada alergi pada obat dan ibu tidak
mempunyai riwayat operasi. Ibu mengatakan ada alergi terhadap
makanan.

24
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di keluargannya tidak ada riwayat penyakit seperti
jantung, hipertensi, asma, diabetes militus, ibu tidak memiliki riwayat
penyakit menular seperti : Tubercuolosis (TBC), malaria, hepatitis, dan
penyakit menular seksual (PMS). Ibu mengatakan tidak ada alergi pada
obat dan ibu tidak mempunyai riwayat operasi. Ibu mengatakan ada
alergi terhadap makanan
f. Riwayat Menstruasi

Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 5-7 hari
Disminore : Tidak ada
a
g. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi pil kb selama 5 tahun.
h. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi

Pola makan : Porsi sedang (Nasi, sayur, ikan, buah)


Frekuensi : 2-3 kali sehari
Minum : 6-8 gelas per hari
2) Eliminasi

BAK : 5-6 kali sehari


BAB : 1-2 kali sehari
3) Pola istirahat
Tidur siang : ± 1 jam
Tidur malam : ± 7 jam
4) Pola aktivitas
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri kadang dibantu oleh
anaknya.
5) Personal hygiene
a) Mandi 2 kali sehari

25
b) Ganti pakaian 2 kali sehari
6) Kebiasaan hidup
a) Merokok : Tidak ada
b) Minuman keras : Tidak ada
c) Obat terlarang : Tidak ada

2.3.9 Objektif
a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Tanda tanda
vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 24 x/ menit
Antopometri
Berat badan : 56 Kg
Tinggi badan : 152 cm
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inpeksi

Kepala : Tidak ada lesi, bersih, tidak ada benjolan.


Wajah : Tidak pucat
Mata : Tidak oedema pada kelopak mata, sklera berwarna
putih, conjungtiva tidak anemis.
Mulut : Simetris, lembab, bersih, tidak stomatitis, lidah
bersih.
Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis maupun
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
Payudara : Tidak simetris, ada benjolan pada payudara kanan.
Putting susu tenggelam
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi

26
Genetalia : tidak ada kelainan
Ektremitas : Simetris, tidak varises, tidak ada oedema (-/-).
2) Palpasi

Leher : Tidak teraba pembengkakan vena jugularis


maupun kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
Payudara : Payudara kanan terdapat benjoaln dibagian atas
sebesar kelereng
Ektremitas : Refleks patella (+/+)
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
3.2 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Aktual
3.2.1 Diagnosa kebidanan (Dx)
Ny. H usia 35 tahun dengan Fibroadenoma Mammae
3.2.2 Data dasar subjektif (Ds)
1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya.
2. Ibu mengatakan ada benjolan pada payudaranya sejak 4 bulan lalu.
3. Ibu mengatakan pada payudaranya terasa sakit
3.2.3 Data dasar objektif

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis

Tanda tanda
vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 24 x/ menit
Antopometri
Berat badan : 56 Kg
Tinggi badan : 152 cm
Konjungtiva : Merah muda
3.3 Identitikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Kanker payudara

27
3.4 Identifikasi Kebutuhan segera
Memberikan rujukan ke dokter bedah untuk dilakukan tindakan lebih lanjut
dan pemberian terapi.
3.5 Rencana Intervensi

Dx : Ny. H usia 35 tahun dengan Fibroadenoma Mammae.


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan
mendapat terapi lebih cepat
Kriteria hasil : Keluhan ibu berkurang; tekanan darah dalam batas
normal yaitu sistol 90-130 dan diastole 90- 110; dan
tidak ada tanda bahaya payudara seperti perdarahan.
Intervensi :

1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang telah


dilakukan
R/ Memberitahu keadaan pasien merupakan salah satu tujuan
komunikasi efektif.
2. Beritahu ibu dan keluarga kemungkinan penyebab Fibroadenoma
Mammae
R/ kemungkinan penyebab dari Fibroadenoma Mammae adalah infeksi
(mastitis, abses payudara, infeksi kulit), peradangan, kelainan hormon
(bisa dari kontrasepsi hormonal), dan genetik.
3. Beri dukungan pada klien dan hadirkan keluarga terdekat untuk
mendampingi klien
R/ Menghadirkan keluarga atau orang terdekat akan mempengaruhi rasa
kecemasan pada klien.
4. Anjurkan klien untuk menjaga pola nutrisinya
R/ Dengan menjaga pola nutrisi yang baik klien dapat juga mencegah
terjadi nya benjolan pada payuudara,dengan tidak memakan makanan
yang siap saji (junkfood).
5. Anjurkan ibu untuk olahraga ringan
R/ Berolahraga akan menurunkan kadar esterogen yang diproduksi
tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya benjolan
6. Berikan rujukan kepada ibu ke dokter bedah

28
R/ untuk dilakukan tindakan lebih lanjut dan pemberian terapi.
3.6 Implementasi
Tanggal : 27 Februari 2024
Waktu : 10.15 WIB
1. Memberitahu pasien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan

Tekanan darah : 120/70 mmHg


Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 24 x/ menit
Berat badan : 56 Kg
Payudara : Terdapat benjolan pada payudara kanan sebelah
kanan atas sebesar kelereng.
2. Memberitahu ibu dan keluarga penyebab Fibroadenoma Mammae.
3. Memberi dukungan pada klien dan hadirkan keluarga terdekat untuk
mendampingi klien
4. Menganjurkan klien untuk menjaga pola nutrisinya seperti menghindari
makanan cepat saji (junkfood)
5. Mengajurkan ibu untuk olahraga ringan
6. Memberikan rujukan kepada ibu ke dokter bedah.
3.7 Evaluasi
Tanggal : 27 Februari 2024
Waktu : 10.20 WIB
1. Ibu mengerti dan paham akan penjelasan tentang keadaannya saat ini.
2. Ibu dan keluarga mengetahui penyebab Fibroadenoma
Mammae
3. Keluarga memberikan dukungan kepada ibu agar tidak cemas
4. Ibu bersedia untuk tidak mengkonsumsi makan makanan
cepat saji
5. Ibu bersedia untuk melakukan olahraga ringan.
6. Ibu bersedia di rujuk ke dokter bedah untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan terapi.

29
BAB IV

PEMBAHASAN
Pada pembahasan penulis menjelaskan bahwa dalam asuhan kebidanan
ginekologi komprehensif ini penulis mendapatkan diagnosa kebidanan Ny. H usia
35 tahun dengan Fibroadenoma Mammae. Dalam menentukan diagnosa
kebidanan tersebut didasari dengan adanya data subjektif dan data objektif.
Sedangkan masalah dari kasus ini adalah Ny.H terdapat benjolan sebesar kelereng.

Fibroadenoma adalah gumpalan yang terdapat pada payudara yang bukan


kista ataupun kanker, tumor jinak ini selalu berkembang pada tahun-tahun
pertengahan usia reprodukif. Ciri-ciri fibroadenoma yakni seperti massa yang
padat, licin, kuat dan elastis dengan bentuk yang jelas. Fibroadenoma paling
sering terjadi pada wanita berusia antara 15 dan 35 tahun, tetapi dapat terjadi pada
usia berapa pun (Maleeha Ajmal et al., 2022). Sampai saat ini penyebab benjolan
payudara belum diketahui. Namun, ada berbagai faktor resiko yang berhubungan
dengan benjolan payudara beberapa diantaranya adalah faktor hormon. Faktor
hormon yang diduga memegang peranan dalam proses kejadian tumor ini adalah
faktor hormon estrogen. Namun, bagaimana mekanisme kejadiannya belum jelas
diketahui (Dzikrullah & Iskandar, 2022).

Akan tetapi pemberian hormon estrogen dan progesteron pada pengguna


alat kontrasepsi belum terbukti berpengaruh meningkatkan angka kejadian
benjolan payudara, kecuali pemakaian pil kontrasepsi pada usia muda. Pada saat
wanita usia dini (remaja) yang memakai alat kontrasepsi oral (pil) sangat beresiko

30
tinggi terserang benjolan atau pun kanker payudara. Selain dari faktor hormon
penyebab benjolan payudara yaitu faktor usia.Wanita berusia di atas 30 tahun,
wanita yang mendapatkan haid pertama pada umur kurang dari 10 tahun, dan
wanita yang mengalami menopause (mati haid) setelah usia 50 tahun, mempunyai
kemungkinan lebih besar mendapatkan benjolan atau kanker payudara
(Siti hanifah, 2019)
.

Hasil pengkajian data subjektif diketahui umur ibu 35 tahun, ibu dan
keluarga tidak sedang menderita penyakit apapun.,berdasarkan hasil penilaian
tanda-tanda vital didapatkan : TD : 120/70 mmHg, N : 80 kali/menit, R : 24
kali/menit, S : 36,5 ℃, TB: 152 cm, BB : 56 Kg yang menunjukkan hasil normal.
Pada pemeriksaan payudara diperoleh benjolan sebesar kelereng pada sisi
payudara sebelah kanan.

Dari hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan diagnosa yang dapat
diambil adalah Ny. H usia 35 tahun dengan Fibroadenoma Mammae. Terdapat
diagnosa potensial kanker payudara dan kebutuhan segera agar mendapat tindakan
medis lanjutan. Hasil evaluasi didapatkan melalui pemahaman ibu dengan
menjelaskan kembali atau respon ibu terhadap informasi yang telah diberikan oleh
bidan. Selain itu, dan sikap tubuh ibu tampak mengangguk sebagai respon.
Berdasarkan perbandingan teori yang telah dikaji penulis dengan tinjauan kasus
yang diperoleh tidak terjadi perbedaan, akan tetapi ibu masih perlu pengawasan.
Sehingga, tindakan lebih lanjut yang dirujuk ke dokter bedah dapat berjalan
dengan baik serta keadaan ibu baik.

31
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mahasiswa telah melaksanakan dan menuliskan asuhan kebidanan
ginekologi pada Ny. H usia 35 tahun dengan Fibroadenoma Mammae dan
sesuai dengan manajemen kebidanan yang meliputi: pengkajian data pada ibu
dengan Fibroadenoma Mammae, mengidentifikasi diagnosa dan masalah
pada ibu dengan Fibroadenoma Mammae , mengidentifikasi diagnosa dan
masalah potensial pada ibu dengan Fibroadenoma Mammae, mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera pada dengan Fibroadenoma Mammae, membuat
rencana asuhan atau intervensi pada ibu dengan Fibroadenoma Mammae,
melaksanakan rencana asuhan/implementasi pada ibu dengan Fibroadenoma
Mammae, membuat evaluasi asuhan yang telah diberikan, dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan pada Fibroadenoma Mammae dengan
menggunakan metode Varney.
5.2 Saran
1. Untuk klien agar memenuhi kebutuhan gizi seimbang dan olahraga ringan
secara teratur.
2. Untuk keluarga, perlu mendukung ibu dalam menjalani ginekologi seperti
mengingatkan ibu untuk makan dengan teratur, makan makanan bergizi,
kontol kesehatan ke poli bedah dan olahraga ringan secara teratur .
3. Untuk tenaga kesehatan, perlu lebih proaktif dalam melakukan
pemantauan, misalnya dengan menanyakan keadaan ibu serta melakukan
KIE melalui media whatsapp.

32
4. Untuk mahasiswa, agar selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam melakukan asuhan kebidanan ginekologi kepada
klien

DAFTAR PUSTAKA

Dzikrullah, F. A., & Iskandar, H. (2022). A 23 Years Old Woman With Fibroadenoma
Mammae. Countinuing Medical Education .
Kartika, N., & Wardani, R. (2022). Self Breast Check Up as an Effort to Improve
Disease Early Detection Behavior Mammae Fibroadenoma (FAM) in
Adolescent Women in SMKN 2 Kediri. Journal for Quality in Public
Health, 6(1), 229–235. https://doi.org/10.30994/jqph.v6i1.391
Maleeha Ajmal, Myra Khan, & Kelly Van Fossen. (2022). Fibroadenoma
Payudara. In StatPearls.
Siti hanifah. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Mahasiswi
Keperawatan Tentang Fibroadenoma Mammae Terhadap Perilaku Sadari
Di Fkik Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai