Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL READING

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KOLABORASI PADA IBU


NIFAS DENGAN MASALAH MIOMA UTERI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Kolaborasi

Oleh :
BELLA ROSITA
NIM. P01740522024

Pembimbing Akademik:
LUSI ANDRIANI, SST., M.Kes
NIP. 198008192002122002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

ii
HALAMAN PENGESAHAN
Journal Reading
1
PEMBERIAN KOMPRES KENTANG TERHADAP MASTITIS
NON INFEKSI PADA IBU MENYUSUI
2
PENGARUH KOMPRES DAUN KOL TERHADAP
PEMBENGKAKAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM

Oleh :
BELLA ROSITA
NIM. P01740522024

Menyetujui,

Pembimbing Akademik

LUSI ANDRIANI, SST., M.Kes


NIP. 198008192002122002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Diah Eka Nugraheni, M.Keb


NIP.1980121020021220002

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan journal reading
ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik
Asuhan Kebidanan Holistik Kolaborasi. Laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bunda Yuniarti, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu,
2. Bunda Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan
3. Ibu Lusi Andriani, SST., M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik.
4. Ibu Linda Romauli, SST selaku Pembimbing Lahan Praktik.

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari


bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan journal reading ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Bengkulu, April 2023

Penyusun

iv
BAB I
PENDAHULUAN ISI JURNAL

A. Judul, Penulis, Tahun Terbit Jurnal


1. Judul Pertama :
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Mioma Uteri Menggunakan
Teknik Relaksasi dan Distraksi
Penulis : Fitriyanti, Machmudah
Tahun : 2020
2. Judul Kedua :
Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Mioma Uteri Di Rsud Raja
Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau Dan Rs-Blud Kota Tanjungpinang
Tahun 2018
Penulis : Nining Sulistyowati, Agus Lina
Tahun : 2018
B. Abstrak Jurnal
1. Jurnal Pertama
Mioma uterus adalah tumor miometrium jinak. Karakteristik mioma
uterus yaitu bulat, keras, putih ke merah muda pucat, dan sebagian besar
terdiri dari otot polos dengan jaringan ikat di mana 95% berasal dari korpus
uterus dan 5% dari serviks. Kadang-kadang juga berasal dari tuba falopii
atau ligamentum rotundum. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif
untuk menggambarkan proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosis mioma uteri.
Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan pemberian
asuhan keperawatan. Kondisi klinis kedua pasien mengalami nyeri akut.
Intervensi dan implementasi disesuaikan dengan kondisi pasien dan
merujuk NOC dan NIC. Diagnosis keperawatan kedua kasus adalah nyeri
akut. Teknik relaksasi pernapasan dilakukan sebagai tehnik distraksi.
Hasilnya menunjukkan dapat menyembuhkan rasa sakit sebagian. Durasi
perawatan yaitu 3 x 24 jam untuk kedua kasus.

1
2. Jurnal Kedua
Salah satu masalah pada kesehatan reproduksi wanita adalah
ditemukannya mioma uteri yang insidensinya terus mengalami
peningkatan. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya
adalah otot polos rahim. Kejadian mioma uteri di Indonesia sebesar 2,39%-
11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Faktor-faktor risiko
seperti umur, paritas, obesitas dan kehamilan dapat menyebabkan
terjadinya mioma uteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara faktor risiko dengan kejadian mioma uteri di RS-BLUD
dan RSUD Raja Ahmad Tabib Kota Tanjungpinang.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik
dengan pendekatan retrospective. Waktu penelitian 11 Juli 2018.
Berdasarkan perhitungan, besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah
40 orang yang diambil menggunakan teknik pengambilan sampling
accidental. Analisis yang digunakan adalah uji statistik Chi Square/
Fisher’s Exact Test .
Hasil: Terdapat hubungan bermakna antara umur dengan kejadian
mioma uteri (p = 0,013), terdapat hubungan bermakna antara paritas
dengan kejadian mioma uteri (p = 0,026), tidak terdapat hubungan
bermakna antara obesitas dengan kejadian mioma uteri (p = 0,652) dan
terdapat hubungan bermakna antara kehamilan dengan kejadian mioma
uteri (p = 0,074). Kesimpulan: Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor-
faktor risiko seperti umur 25-45 tahun, paritas (multipara dan
grandemultipara) dan juga wanita yang sedang hamil merupakan faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya mioma uteri.

2
BAB II
TELAAH ISI JURNAL
A. Latar Belakang Jurnal
1. Jurnal Pertama
Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling
sering ditemukan adalah mioma uteri. Mioma uteri disebut juga leiomioma,
fibromioma, atau fibroid merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot
uterus dan jaringan ikat (Arif Mansjoer, dkk. 2015). Sebagian besar kasus
mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita tidak
menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50%
dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan
menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat
penekanan massa tumor. Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan
waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi
beberapa kasus ternyata tumbuh cepat.
Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg.
Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling
banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Mioma uteri ini lebih sering didapati
pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Menurut penelitian di
Amerika Serikat yang dilakukan oleh Schwartz, angka kejadian mioma
uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Schwartz
menunjukan angka kejadian mioma uteri 2- 3 kali lebih tinggi pada wanita
kulit hitam dibanding kulit putih .diperkirakan setiap 4-5 1 wanita
mengidap kelainan ini dan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan pada
dekade usia ke-3 dan ke-4 dalam kurun kronologi kehidupan wanita. Usia
termuda yang pernah dijumpai adalah 13 tahun dan tumor jinak ini
mempunyai kecenderungan untuk regenerasi pada masa post menopause.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan
lebih banyak.

3
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche.
Setelah menopause hanya kirakira 10% mioma yang masih bertumbuh.
Menurut World Health Organization (WHO) melaporkan penyebab angka
kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2013 sebanyak 22 (1,95%)
kasus dan tahun 2014 sebanyak 21 (2,04%) kasus, biasanya penyakit ini di
temukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan rutin atau saat sedang
melakukan medical check up tahunan (Ulfah, 2017). Data yang ada di
Indonesia menunjukkan mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat.
Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35
tahun terdapat mioma uteri. Meskipun umumnya mioma tidak
menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari laparotomi pelvis pada wanita
dikerjakan dengan alasan Mioma Uteri. Lesi ini sering ditemukan pada
dekade 4 atau 5. Menurut Smelzer & Bare (2015), prinsip yang mendasari
penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi system syaraf
otonom yang merupakan bagian dari system syaraf perifer yang
mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Adanya
perbedaan intensitas nyeri responden disebabkan oleh karena pemberian
teknik relaksasi nafas dalam itu sendiri, jika teknik relaksasi nafas dalam
dilakukan secara benar maka akan menimbulkan penurunan nyeri yang
dirasakan sangat berkurang atau optimal dan pasien sudah merasa nyaman
dibanding sebelumnya, sebaliknya jika teknik relaksasi nafas dalam
dilakukan dengan tidak benar, maka nyeri yang dirasakan sedikit berkurang
namun masih terasa nyeri dan pasien merasa tidak nyaman dengan
keadaannya.
Hal ini dapat mempengaruhi intensitas nyeri, karena jika teknik
relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan dapat
menimbulkan rasa nyaman yang pada akhirnya akan meningkatkan
toleransi persepsi dalam menurunkan rasa nyeri yang dialami. Jika
seseorang mampu meningkatkan toleransinya terhadap nyeri maka
seseorang akan mampu beradaptasi dengan nyeri, dan juga akan memiliki

4
pertahanan diri yang baik pula (Lukman 2013). Distraksi yang mencakup
memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri, dapat
menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme
yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya.
Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima
dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Distraksi dapat mengatasi
nyeri berdasarkan teori Gate Control, bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat. Teori
ini mengatakan bahawa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup.
Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan
merangsang sekresi endorfin yang akan menghambat pelepasan substansi
P. Teknik distraksi khususnya distraksi pendengaran dapat merangsang
peningkatan hormon endorfin yang merupakan substansi sejenis morfin
yang disuplai oleh tubuh. Individu dengan endorfin banyak lebih sedikit
merasakan nyeri dan individu dengan endorfin sedikit merasakan nyeri
lebih besar. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan perubahan
intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik distraksi (Smletzer
dan Bare , 2012).
2. Jurnal Kedua
Salah satu masalah pada kesehatan reproduksi wanita adalah
ditemukannya mioma uteri yang insidensinya terus mengalami
peningkatan. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya
adalah otot polos rahim. Mioma uteri terjadi 20 % - 25 % perempuan di
usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti.
Insidennya 3 – 9 kali lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan
dengan ras kulit putih. Selama dekade terakhir, ditemukan 50 % kasus
mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna (Prawirohardjo, 2011). Jarang
sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak
pada umur 35- 45 tahun (kurang lebih 25%).

5
Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar
dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata
tumbuh cepat. Setelah menoupause banyak mioma menjadi lisut, hanya
10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut (Sarwono, 2009). Kira-kira
95% berasal dari korpus uteri dan 5% dari serviks. Hanya kadang-kadang
saja berasal dari tuba fallopi atau ligamentum rotundum. Mioma
menyebabkan sekitar 10% masalah ginekologi dan mencapai puncak
insiden pada dekade kelima (Benson, Ralph C, 2008). Penyebab pasti
mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan
sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi, dan
hanya bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya mioma terjadi
dibeberapa tempat.
Pertumbuhan mikroskopik menjadi masalah utama dalam penanganan
mioma karena hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik yang
memungkinkan untuk ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata
tumor ini adalah 15 cm, tetapi cukup banyak yang melaporkan kasus
mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg (Prawirohardjo, 2011). Mioma
uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche dan setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh, Diperkirakan
insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita (Baziad A,
2008). Studi prevalensi yang dilakukan di delapan negara pada tahun 2009
melaporkan kejadian mioma uteri sebanyak 4,5% pada wanita Inggris,
4,6% Perancis, 5,5% Kanada, 6,9% Amerika Serikat, 7%
Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik di Indonesia pada
umumnya adalah tindakan operasi yaitu histerektomi (pengangkatan rahim)
atau pada wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi
(pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan (Prawirohardjo, 2007).
Dalam Environmental Health Perspektives, terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh sebagai faktor risiko terjadinya mioma uteri, yaitu umur, ras
dan genetik, paritas, diet/makanan, indeks masa tubuh (IMT), menarche
dini serta status haid (Cahyaningtyas, W. K, 2010). Risiko mioma

6
uterimeningkat seiring dengan peningkatan umur. Penelitian di Italia
(2004) melaporkan 73 kasus mioma uteri dari 341 wanita pada usia 30-60
tahun dengan prevalensi 21,4%. Di India (2006) terdapat 150 kasus mioma
uteri, 77 kasus (51%) terjadi pada wanita usia 40-49 tahun dan 45 kasus
(30%) terjadi pada wanita umur lebih dari 50 tahun (Pratiwi, Lilis, 2012).
Di Nigeria (2014) melaporkan prevalensi mioma uteri sebanyak 44,41%
pada wanita dengan usia 31-40 tahun dengan usia rata-rata terjadi pada
wanita usia 30,5 tahun (Odokuma EI, 2014). Jumlah kejadian penyakit ini
di Indonesia menempati urutan kedua Setelah kanker serviks. Mioma uteri
ditemukan pada 2,39%-11,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat, sering ditemukan pada wanita nulipara atau kurang subur dari pada
wanita yang sering melahirkan (Baziad A, 2015). Prevalensi mioma uteri di
Surabaya dan Riau masing-masing sebanyak 10,03% dan 8,03% dari semua
pasien ginekologi yang dirawat (Lilyani, D.I, 2012, Ginting LYB, 2012).
B. Metodologi Penelitian
1. Jurnal Pertama
Metode yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah metode kuantitatif,
dengan desain studi deskriptif dan pendekatan studi asuhan keperawatan.
Subjek dalam penelitian ini menggunakan 2 pasien dengan diagnosa medis
mioma uteri. Teknik pengumpulan data menggunakan rekam medik,
wawancara, observasi dan pendekatan asuhan keperawatan dengan kriteri
inklusi pasien post operasi mioma uteri, pasien post operasi hari pertama,
selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dalam bentuk asuhan
keperawatan sehingga terdapat masalah keperawatan prioritas yang akan
diatasi dengan menggunakan teknik relaksasi distraksi dilakukan setelah
pemberian analgetik dengan durasi 15 menit setiap hari selama tiga hari,
sebelum dan sesudah diberikan teknik distraksi dilakukan pengukuran skala
nyeri dengan menggunakan numeric rsting scale (NRS). Studi kasus ini
dilakukan pada tanggal 19 Juli 2019 diruang parikesit RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang.

7
2. Jurnal kedua
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan
pendekatan retrospektif yaitu mengikuti perjalanan penyakit kearah
belakang untuk menganalisa adanya hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Penelitian ini dilakukan dibagian dibagian Obstetri
dan Ginekologi RSUD Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepri dan RS-BLUD
Kota Tanjungpinang pada tanggal 11 Juli- 21 Agustus 2018. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di bagian penyakit
kandungan RSUD Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepri dan RS-BLUD Kota
Tanjungpinang periode 2016-2017 yang pernah melakukan USG trans-
abdominal dan transvaginal.
Berdasarkan perhitungan, besar sampel minimal dalam penelitian ini
adalah 43 dari jumlah populasi 77.Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan memanfaatkan data primer dan data sekunder dari catatan direkam
medis dan buku register instalasi rawat inap obstetri dan ginekologi RSUD
Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepri dan RS-BLUD Kota Tanjungpinang.
Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini adalah kuesioner dan leaflet
tentang mioma.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor risiko meliputi umur,
paritas, obesitas dan kehamilan. Variabel terikat penelitian ini adalah
kejadian mioma uteri. Data yang didapat kemudian dianalisis secara
univariat dengan menggunakan tabel silang untuk mengetahui distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk
melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
C. Hasil Penelitian
1. Jurnal Pertama
Hasil evaluasi kedua pasien setelah dilakukan implementasi
keperawatan diperoleh hasil bahwa nyeri akut tertasi sebagian selama
perawatan di ruang parikesit. Evaluasi pasien Ny. S dilakukan pada tanggal
18 juli 2019 jam 19.00 WIB. Pasien Ny.S sudah tidak merasakan nyeri

8
perut bagian bawah, hasil kondisi pasien baik ,TD : 110/80,Nadi :
80x/menit, Suhu : 36.5, RR : 20x/menit, Perencanaan selanjutnya pada
pasien Ny. S diantaranya anjurkan pasien untuk cukup istirahat dan
Lakukan pengkajian lanjutan nyeri jika nyeri muncul.
Kasus kedua Pada kasus kedua evaluasi dilakukan tanggal 19 juli 2019
jam 10.50 WIB setelah 3 hari perawatan Kondisi umum pasien baik, TD :
90/60 mmHg, N:88 x/m, S: 36,4o C, : 20 x/m, pasien sudah tidak mengeluh
nyeri, perencanaan selanjutnya pada pasien Ny.M batasi pengunjung,
anjurkan pasien untuk berisirahat cukup dan lakukan pengkajian lanjutan
nyeri bila muncul masalah nyeri berulang Penurunan skala nyeri yang
terjadi pada pasien selaras dengan teori yang menyebutkan bahwa teknik
relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan dapat
menimbulkan rasa nyaman yang pada akhirnya akan meningkatkan
toleransi persepsi dalam menurunkan rasa nyeri yang dialami.
Jika seseorang mampu meningkatkan toleransinya terhadap nyeri maka
seseorang akan mampu beradaptasi dengan nyeri, dan juga akan memiliki
pertahanan diri yang baik pula (Lukman 2013). Pasien diberikan teknik
relaksasi dan teknik distraksi, mekanisme teknik distraksi dalam
menurunkan nyeri yaitu merangsang peningkatan hormon endorfin yang
merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. Individu
dengan endorfin banyak lebih sedikit merasakan nyeri dan individu dengan
endorfin sedikit merasakan nyeri lebih besar.
2. Jurnal Kedu
Terdapat hubungan bermakna antara umur dengan kejadian mioma uteri
(p = 0,013), terdapat hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian
mioma uteri (p = 0,026), tidak terdapat hubungan bermakna antara obesitas
dengan kejadian mioma uteri (p = 0,652) dan terdapat hubungan bermakna
antara kehamilan dengan kejadian mioma uteri (p = 0,074).

9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jurnal pertama
Pasien dengan diagnosa medis Mioma Uteri memiliki keluhan nyeri.
Diagnosa keperawatan utama yang diangkat pada kedua kasus ini adalah
nyeri akut. Nyeri akut pada kasus mioma uteri ini disebabkan adanya agen
pencedera fisiologis. Implementasi keperawatan pada diagnosa nyeri akut
berfokus pada manajemen nyeri. Penalaksanaan nyeri bisa dilakukan secara
kolaboratif farmakologi dan nonfarmakalogi yaitu teknik relaksasi dan
distraksi dan Peran perawat dalam melakukan implementasi keperawatan
tidak hanya berfokus pada implementasi fisik tapi juga dukungan
psikososial kepada pasien dengan tidak melupakan kewajiban pasien untuk
tetap menjalankan ibadah meskipun dalam keadaan sakit. Evaluasi yang
diperoleh pada kedua pasien selama perawatan akhirnya masalah
keperawatan nyeri akut berhasil teratasi.
2. Jurnal kedua
Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor risiko seperti umur
25-45 tahun, paritas (multipara dan grandemultipara) dan juga wanita yang
sedang hamil merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mioma
uteri.
B. Saran
Semoga jurnal ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi bahan acuan
untuk penelitian berikutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyanti, Machmudah. 2020. Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Mioma


Uteri Menggunakan Teknik Relaksasi dan Distraksi

Nining Sulistyowati, Agus Lina. 2018. Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian
Mioma Uteri Di Rsud Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau Dan Rs-
Blud Kota Tanjungpinang Tahun 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai