Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan
tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-
hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ”ethos” yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat,
yang dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan memiliki tugas moral.
Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung
jawab  moral  disebut etika dan selama menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan
dengan masalah etika.
Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat, khususnya bidang kebidanan telah
mempengaruhi peran bidan dalam praktik kebidanan. Setiap peran mengemban tanggung jawab
dan cukup sulit bagi bidan memikul semua tanggung jawab itu. Pada dasarnya tanggung jawab
bidan adalah :
a.         Menjaga dan meningkatkan keselamatan ibu dan bayi
b.         Menyediakan pelayanan berkualitas dan informasi atau sarana yang tidak bisa berdasarkan hasil
penelitian ilmiah ( evidence based )
c.         Mendidik dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan yang mampu memberi
pelayanan berkualitas .
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan memiliki tugas moral.
Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung
jawab  moral  disebut etika dan selama menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan
dengan masalah etika. Menurut jones ( 2000 ), bidan secara menyeluruh memiliki peran sebagai
praktisi, pendidik, konselor, penasihat, teman, advokat, peneliti dan pengelola.
1.         Sebagai Praktisi
Dewasa ini, bidan sudah menyadari istilah “duty of care “ (kewajiban dalam memberi
perawatan), sehingga semakin banyak bidan yang mempelajari masalah hukum selain masalah 
pelayanan kebidanan. Selama ini, bidan mengidentikkan pelanggaran kebidanan hanya terjadi
pada kasus-kasus “ besar” seperti aborsi illegal, padahal sebenarnya sikap membiarkan klien
menunggu lama untuk mendapatkan perawatan pun sudah bisa dianggap sebagai pelanggaran
etika. Bidan harus menyadari bahwa cakupan pelayanan  yang diberikannya sangat rentan 
terkena pelanggaran etika. Sikap yang dibutuhkan untuk menghadapi hal tersebut adalah sikap
selalu waspada terhadap setiap tingkah laku, ucapan dan perbuatan yang dilakukannya.
Sebenarnya, kebenaran kode etik atau standar profesi yang melandasi praktik kebidanan sudah
jelas menunjukkan keberadaan kerangka etika. Jika bidan berpegang teguh pada kerangka etika
ini, bidan akan melakukan praktik atau asuhan yang sesuai dengan peraturan profesional,
sekaligus sejalan dengan hukum. Akan tetapi, jika bidan melanggar kode etik, berarti bidan telah
melakukan tindakan yang menyimpang dari peraturan dan gagal menjadi professional karena
tidak sesuai dengan etika.
Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi selain berpegang teguh pada kode etik dan
standar profesi, ada beberapa hal yang menjadi pegangan bidan, antara lain :
a.         Hati nurani. Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman. Hati nurani mengetahui
perbuatan individu yang melanggar etika atau sesuai etika. Pelanggaran etika oleh bidan dapat
bersifat fisik ataupun secara verbal.
b.         Teori etika. Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit, bidan dapat berpegang
pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih relevan karena selalu disesuaikan
dengan perkembangan saat ini, seperti teori Immanuel Kant yang menyatakan bahwa sikap
menjunjung tinggi prinsip autonomi adalah penting dan teori ini sangat relevan bila diterapkan
dalam praktik kebidanan.
2.         Sebagai Pendidik
Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, bidan bertanggung jawab untuk memberi
pendidikan kepada :
a.         Orang tua. Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau mengajarkan keterampilan
perawatan bayi dan promosi kesehatan kepada ibu, suami ( pasangannya ) dan anggota keluarga
yang lain
b.         Mahasiswa bidan. Bidan bertanggung jawab  dalam memberi pendidikan kepada mahasiswa
bidan agar terampil dan memiliki pengetahuan baru
Pada dasarnya, tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah memberdayakan
orang tua dan mahasiswa agar mereka memiliki keterampilan dan dalat menerapkan
keterampilan tersebut secara mandiri sehingga terciptanya autonomi pribadi.
3.         Sebagai Konselor
Peran bidan sebagai konselor mencakup pemberian informasi dan penjelasan, termasuk
mendengarkan dan membantu klien  serta keluarganya memahami berbagai masalah yang ingin
mereka ketahui. Bidan bertanggung jawab memberi informasi  terkini dan menyampaikannya 
dalam bahasa yang dipahami oleh klien dan keluarganya.
Masalah etika yang biasanya muncul saat bidan menjalankan perannya sebagai konselor
adalah sebagai berikut :
a.         Memaksa klien membuka rahasia yang enggan ia ceritakan pada saat konseling.
b.         Memberi informasi yang secara tidak langsung ” menggiring ” klien mengambil keputusan yang
menurut bidan adalah keputusan terbaik.
4.         Sebagai Penasihat
Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan harus dapat membatasi diri jika ingin
tetap menghargai autonomi klien.. Klien membutuhkan informasi yang memadai agar dapat
membuat keputusan dan terus mengendalikan dirinya sendiri. Akan tetapi, sangat sulit bagi bidan
untuk menahan diri tidak memberi nasihat ( sekalipun tidak diminta ) berdasarkan
pengalamannya menghadapi berbagai klien dan teman sejawat. Hal ini akan menghambat klien
dalam menentukan pilihannya sendiri.
5.         Sebagai teman
Sikap bidan yang mampu menjaga jarak dengan klien merupakan  salah satu pendekatan
profesional yang baik. Sayangnya, sikap menjaga jarak tersebut sering diartikan sebagai tidak
acuh, tidak peduli pada kondisi klien. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, muncul istilah
teman profesional. Teman profesional dapat diartikan sebagai sikap yang mampu mendukung
prinsip autonomi bagi klien sekaligus mudah “didekati”, khususnya dalam proses pemberian
asuhan berkelanjutan. Hubungan pertemanan lainnya yang berpotensi menimbulkan masalah
adalah hubungan antara bidan dan mahasiswa bidan yang biasanya terjadi selama masa praktik
klinik dalam waktu yang cukup lama.
6.         Sebagai Advokat
Peran bidan dalam memberi advokasi sangat penting, khususnya ketika klien menolak 
persetujuan atas tindakan medis yang sebenarnya dapat mencegah terjadinya kematian atau
kesakiitan klien itu sendiri. Dalam hal ini bidan harus berperan sebagai advokat dengan memberi
penjelasan dan doronngan ( bukan paksaan ) kepada klien mengenai sisi positif dan negatif dari
keputusan yang diambil.
7.         Sebagai Peneliti
Peran bidan sebagai peneliti sejalan dengan salah satu pasal dalam kode etik bidan yang
menyatakan :
” Bidan harus berkembang dan memperluas pengetahuan kebidanannya melalui berbagai
proses seperti diskusi dengan rekan sejawat dan penelitian ”
Sudah jelas bahwa penelitian bukan lagi merupakan pilihan, namun tanggung jawab etik
bidan. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subyek maupun obyek
penelitian.
Menurut Helsinski, 1964 prinsip dasar penelitian yang mengambil objek manusia harus
memenuhi ketentuan :
a.         Bermanfaat bagi manusia
b.         Harus sesuai dengan prinsip ilmiah dan harus didasarkan pengetahuan yang cukup dari
dukungan kepustakaan ilmiah
c.          Tidak membahayakan obyek (manusia) penelitian itu (diatas kepentingan yang lain)
d.         Tidak merugikan atau menjadi beban baik waktu, materi maupun secara emosi dan psikologis
e.          Harus selalu dibandingkan rasio untung-rugi-risiko. Maka dari itu penelitian tidak boleh ada
faktor eksploitasi, atau merugikan nama baik objek penelitian.
8.         Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola, bidan bertanggung jawab mengambil keputusan sosial dan etik, memberi
rumusan kebijakan dan praktik, membantu pengawasan dan alokasi sumber pendapatan,
memperhatikan aspek kejujuran, perhatian terhadap orang lain dan mendukung serta berperan
penting dalam pilihan etik.
Bidan pengelola juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga biaya pelayanan tetap
minimal secara efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan kualitas pelayanan.
Dengan penjabaran diatas, maka dalam kesempetan kali ini akan dipaparkan mengenai
kajian kode etik dan  kode etik profesi bidan.
1.2    Tujuan
1.         Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan kebidanan yang komprehensif sesuai kewenangan dan tanggung
jawab seorang bidan.
2.         Tujuan Khusus
a.         Menjalankan tugas mengelola ibu hamil sesuai prosedur yang ditetapkan pemerintah.
b.        Menjalankan tugas mengelola ibu bersalin prosedur yang ditetapkan pemerintah.
c.         Menjalankan tugas mengelola ibu nifas sesuai prosedur yang ditetapkan pemerintah.
d.        Menjalankan tugas mengelola pelayanan KB sesuai prosedur yang ditetapkan pemerintah.
e.         Menjalankan tugas mengelola daur hidup wanita sesuai prosedur yang ditetapkan pemerintah.

BAB II
TEORI KODE ETIK KEBIDANAN
2.1    Defenisi Kode Etik
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut berisi petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka menjalankan profesinya dan larangan, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku
pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang menuntut
bidan melaksanakan praktik kebidanan baik yang berhubungan dengan kesejahteraan keluarga,
masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya. Penetapan kode etik kebidanan harus dilakukan
dalam Kongres Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Merupakn ciri profesi yang bersumer dari nilai – nilai internal dan external suatu disiplin
ilmu dan merupakan komperehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan agi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.
2.2    Tujuan Kode Etik
1.         Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
”Image’ pihak luar atau masyarakat terhadap suatu profesi perlu dijaga untuk mencegah
pandangan merendahkan profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan melarang
berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik
profesi di dunia luar sehingga kode etik disebut juga ”kode kehormatan”.
2.         Untuk memelihara dan menjaga kesejahtraan anggota
Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.
Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode etik umumnya menetapkan larangan-larangan
bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakan peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur
para anggota profesi ketika berinteraksi dengan sesama anggota profesi.

3.         Untuk meningakatkan pengabdian para anggota profesi


Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat
dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya.

4.         Untuk meningkatkan mutu profesi.


Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha
meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga
mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

2.3    Fungsi Kode Etik


Kode etik berfungsi sebagai berikut :
1.          Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik

2.          Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan  dan dipertimbangkan dalam memberi
pelayanan

3.          Merupakan cara untuk mengevaluasi diri

4.          Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan sejawat

5.          Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang nilai dan standar profesi

6.          Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.


2.4    Dimensi dan Prinsip Kode Etik
Menurut Mustika (20010, dimensi kode etik meliputi anggota profesi dan klien/pasien,
anggota profesi dan sistem kesehatan, anggota profesi dan profesi kesehatan serta sesama
anggota profesi. Prinsip kode etik antara lain menghargai otonomi, melakukan tindakan yang
benar, mencegah tindakan yang dapat merugikan, memperlakukan manusia secara adil,
menjelaskan dengan benar, menepati janji yang telah disepakati dan menjaga kerahasiaan.
2.5    Penerapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Kode etik suatu
organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi,
jika semua individu yang menjalankan profesi yang sama tergabung dalam suatu organisasi
profesi. Jika setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu
organisasi atau ikatan profesi, barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran terhadap kode
etik dan dikenai sanksi.
2.6    Dasar Pembentukan Kode Etik Bidan
Kode etik bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional 
IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional
(RAKERNAS) IBI tahun 1991. Kode etik bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun
berdasarkan pada penekanan keselamatan klien.
1.         Kode etik bidan
1986 Disusun pertama kali
1988 Disusun dalam KONAS IBI X Surabaya
1991 Disempurnakan dan disahkan dalam KONAS IBI XII di Denpasar Bali
Isi Kode Etik Bidan.
2.         Kode etik bidan indonesia
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.

2.7    Penjelasan Kode Etik Kebidanan


1.         Bab I. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
a.         Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan melindungi dan menghamalkan
sumpah  jabatannya dalam  melaksanakan tugas dan pengabdianya.
1.        Bahwa bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang telah 
ditetapkan sesuai dengan penuh kesungguhan  dan tanggung jawab.
2.        Bahwa bidan dalam melakukan tugasnya, harus member layanan  yang optimal kepada siapa
saja, dengan tidak membedakan, pangkat dan kedudukan golongan, bangsa dan agama.
3.        Bahwa tidak akan menceritakan  kepada orang lain dan merahasiakan segala yang berhubungan
dengan tugasnya.
4.        Bidan hanya boleh membuka rahasia pasien / klien apa bila diminta untuk keperluan kesaksian
pengadilan.
b.        Setiap bidan dalam menjalakna tugas profesinya, menjunjung tinggi harkat dan mertabat
kemanusiaaan yang utuh dan memelihara citra bidan
1.        Bahwa bidan pada hakikatnya  manusia ktermasuk klien  membutuhakan penghargaan  dan
pengakuan hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual, menegah maupun kelompok
masyarakat  kurang mampu. Oleh karena itu, bidan harus menunjukan sikap yang manusiawi
(sabar, lemah lembut dan iklas) dalam member pelayanan.
2.        Dilandasi siakap menghargai martabat setiap insane, maka buidab harus memberi pelayanan
professional yang memadai kepada setiap klienya.
3.        Professional, artinya member pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang di miliki dan manusiwi
secara penuh, tanpa mementingkan kepentingan diri sendiri tetapi mendahulukan kepentingan
klien seerta menghargai klien sebagai mana bidan menghargai dirinya sendiri.
4.        Bidann member pelayanan, harus menjaga  citra bidan, arti bidan sebagai profesi memiliki nilai
nilai pengabdian yang sangat esensial, yaitu bahwa jasa yang diberikan kepada kleinya adalah
sautu kebajikan social, karena masyarakat akan merasa dirugikan atas ketidak hadiran bidan.
Pengabdian dan pelayanan bidan adalah dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan bala
jasa.
c.         Setiap bidan dalam menjalakan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga.
1.        Bidan dalam melaksanakan pelayananya, harus sesuai dengan tuga dan kewajibanya yang telah
digariskan dalam peraturan mentri kesehatan no 900/Permenkes/IX/2010.
a.         Memberi penerangan dan penyuluhan baik di RS, Puskesmas,  RB, Posyandu, BPS dan
masyarakat
b.         Melaksanakan bimbingan kepada tanaga kesehatan yang blebih rendahtermasuk pembinaan
dukun dukun bersalin
c.         Melayani kasus ibu mulai dari pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan normal, termasuk
persalinan letak sungsang multipara, melakukan episiotomy, penjahitan luka perineum tingkat I
dan tingkat II.
d.        Perawatan nifas dan ibu menyusui termasuk pemberian uterotonika
e.         Member pelayanan kontrasepsi tertentu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah/program
pemerintah yang sedang dilaksanakan.
2.        Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan pertumbuhan dan perkembangan bayi
dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia, melaksanakan perawatan bayi dan member
petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi termasuk cara menyusui yang baik  dan benar serta
makanan tambahan sesuai dengan usia anak.
3.        Member obat obatan terentu dalam kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klien.
4.        Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainya dalam kasus kasus yang tidak diatasi
sendiri.
a.         Kehamilan resiko tinggi, termasuk versi luar dan digital pada kasus digital
b.         Pertolongan persalinan sungsang primigravida dan pertolongan vakum pada kepala dasar
panggul.
c.         Pertolongan masa nifas dengan pemberian  antibiotic  pada infeksi baik secara oral maupun
suntikan.
d.        Member pertolongan kegawatdaruratan  melalui pemberian infus guna mencegah syok dan
mengatasi perdarahan pasca persalinan termasuk pengeluaran uri dan manual
e.         Mengatasi kedaruratan eklampsia dan mengatasi infeksi bayi baru lahir.
5.        Bidan melaksanakan peranya di tengah kehidupan masyarakat
a.         Berperan sebagai penggerak peran serta masyarakat dengan mengali dan membengkitkan peran
aktif masyarakat
b.         Berperan sebagai motivator  yang dapat memotivasi masyarakat untuk berubah dan berkembang
kearah perakal, per asa dan perilaku  yang  lebih baik.
c.         Berperan sebagai pendidik, yang ma,pu mengubah masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu.
d.        Berperan sebagai innovator atau pemburu yang membawa hal hal baru yang dapat mengubah
keadaan kearah lebih baik, oleh karena itu, bidan harus selalu siap menerima pembaharuaan.
d.        Setiap bidan dalm menjankan tugasnty, mendahulukan kepentingan kilen, menghormati nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.
1.        Kepentingan klien berada diatas kepentingan sendiri maupun kelompok, artinya bidan harus
mampu menilai situasi saat ia menghadapi klienya . utamakan pelayanan yang dibutuhka klien
dan mereka tidak boleh di ttinggalkan begitu saja.
2.        Bidan harus mengfhormati hak klien antara lain :
a.         Klien berhak memperoleh kesehatan yang memadai
b.         Klien berkah memperoleh perawatan dan pengobatan
c.         Klien berhak untuk dirujuk pada institusi / bidang ilmu yang lain sesuai dengan permasalahanya
d.        Klien mempunyai hak untuk menghadapi kematian dengan tenang
3.        Bidan menghormati nilai nilai yang ada di masyarakat artinya :
a.         Bidan harus mampu menganalisis nilai nilai yang ada di mayarakat tempat ia tugas
b.         Bidan mampu menghargai nilai nilai masyarakat setampat
c.         Bidan mapu beradaptasi dengan nilai nilai budaya masyarakat tempat ia berada.
e.         Setiap bidan dalam menjalakan tugasnya senatiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga
dan mayarakat dengan identitas yang sama sesuia dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan
yang di milikinya.
1.        Ketika bidan sudah siap berangakat ke suatu pertemuan, mendadak dating klien untuk
berkonsultasi / partus, tentu saja kepentingan klien yang diutamakan sekalipun pertemuan
tersebut sangat penting, dengan catatan usahakan agar mengutus oarng lain kepertemuan tersebut
untuk meberi kabar.
2.        Ketika bidan sudah siap kekantor/ puskesmas/ kerja, mendadak ada seorang angota keluarga
datang meminta bantuan untuk menolong seorang bayi yang kejang, tentu saja, kiat
mengutamakan permintaan untuk meliha anak kejang tersebut terlebih dahulu.
3.        Bidan sudah merencanakan cutikkeluar kota, namun sebelum berangkat pamong meminta untuk
member ceramah mengenai ASI kepada masyarakat, tentu haln ini di dahulukan
f.         Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya,
dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
1.        Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat  untuk meberi penyuluhan serta
motivasi agar masyarakat atau membentuk posyandu kepada ibu yang mempunyai balita/ibu
hamil, untuk memeriksakan diri di posyandu.
2.        Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas, BPS, maupun berada ditengah tengah
masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu member motivasi untuk senantiasa hidup
sehat.
2.         Bab II. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
a.         Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan parirurna kepada klien, keluarga dan masyarakat
sesuai dengan kemempuan profesi yang di milikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
1.        Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuahan antenatal (ANC), member
imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan.
2.        Member pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan, contoh member
suntikan ergometrin, syntocinon, insfus dll
3.        Member pelayan yang bersifat promotif/peningkatan kesehatan, seprti member roboransia.
4.        Member pelayanan yang bersifat rehabilitative contoh senam nifas, penghayatan gizi, bimbingan
mental.
b.        Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dan mengambil
keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
1.        Menolong partus dirumah sendiri, di puskesmas, di rimah sakit dan partus luar.
2.        Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesujuk  dengan wewenangnya.
3.        Merujuk pasein yang tidak dapat di tolong ke RS yang di miliki fasilitas lebih lengkap.
c.         Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangann yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila di minta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
1.        Ketika bertugas, bidan tidak di benarkan menceritakan segala sesuatu yang di ketahuinya kepada
siapa pun termasuk keluarganya contoh bidan  menemukan pasien dengan penyakit sifilis atau
gonore. Kadang kadang pasien menceritakan keadan rumah tangganya kepada bidan dan bidan
tidak boleh menceritakan kepad suami, keluarga atau orang lain.
3.         Bab III. Kewajiban Bidan terhadap sajawat dan tenaga kesehatan lainnya
a.         Setiap bidan harus memiliki hubungan baik dengan teman sejawat untuk menciptaka suasana
kerja yang serasi.
1.        Daalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah jika ada sejawat yang
berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan, sehingga pelayanan tetap berjalan.
2.        Sesame sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan, piknik bersama,
mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan perkawanian keluarga, khitanan.
b.        Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya
maupun tenaga kesehatan lainya.
1.        Kilen A memeriksakan kehamilan pada bidan B, namun pada waktu mau bersalin,klien datang
ke bidan C. sikap bidan C harus menjelaskan kepada klien bahwa riwayat kehamilan berada pada
bidan B, sehingga sebaiknya persalinan di tolong bidan B, akan tetapi, jika klien tidak
mengingikanya, bidan C harus menolong persalinanya, dengan member tahu bidan B dan
sekaligus menayakan riwayat ANC nya. Kecuali jika pasein segera melahirkan dan ridak sempat
berkomunikasi lagi dengan bidan B, bidan C harus menolonganya dan setelah itu memberitahu
bidan B.
2.        Dalam menerapkan lokasi BPS, perlu diperhatika jarak dengan BPS yang sudah ada.
3.        Jika mengalami kesulitan, bidan dapat salling membantu dengan mengonsultasikan kesulitan
dengan sejawat
4.        Dalam kerjasama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongan mendadak hendaknya
melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakan bersama.

4.   Bab IV. Kewajiban bidan terhadap profesinya


a.         Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dan
menampilakan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepaa
masyarakat
1.        Jadi panutan dalam hidupnya
2.        Berpenampilan yang baik
3.        Tidak membeda bedakan pengkat, jabatan, golongan
4.        Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditemukan
5.        Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenakan mencari keuntungan pribadi dengan
menjadi agen promosi suatu produk.
6.        Mengunakan pakaina dinas dan kelengkapanya hanya dalam waktu dinas.
b.        Setiap bidan harus senantiasa mengembengkan diri dan meningkatkan kempuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.        Mengembengkan kemampuan dilahann praktek
2.        Mengikuti pendidikan formal
3.        Mengikiti pendidikan kelanjutan melalui penataran, seminar lokakarya, symposium, membaca
majalah, buku lain lain secara pribadi.
c.         Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejeninya yang
dapat meningkatkan mutu dan citra p[rofesinya.
1.        Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok
2.        Membentu pelaksanaan proses penlitian dalam kelompok
3.        Membentu pengelolaan hasil penelitian kelompok
4.        Membantu pembuatan laporan penelitiankelompok
5.        Membantu perencanaan penelitian mandiri
6.        Melaksanakan penelitian mandiri
7.        Mengelola hasil penelitian
8.        Membuat laporan penelitian.
5.    Bab V. Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri
a.         Setiap bidan harus memelihara kesehatan agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan
baik.
1.        Memerhatikan kesehatan perorangan
2.        Memperhatikan kesehatan lingkungan
3.        Memeriksa diri secara berkala setiap setahun sekali
4.        Jika mengalami sakit atau keseimbangann tubuh terganggu, segera memeriksakan diri ke dokter
b.        Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan sesuai dengan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknoligi.
1.        Membaca buku buku kesehatan, kebidanan, keperawatan pada umumnya bahkan pengetahuan
umum.
2.        Menyempatkan membaca Koran
3.        Berlangganan maslah profesi, majalah kesehatan.
4.        Mengikuti penataran berkala seperti simulasi, symposium, lokakarya tentang kesehatan
umumnya, kebidanan kesehatan.
5.        Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demontrasi untuk tindakan yang jarang terjadi,
pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan, cabang, dearah atau pusat.
6.        Mengundang pakar untuk member ceramah atau diskusi pada kesempatan pertemuan rutin,
misalnya bulanan.
7.        Mengisi ruprik bulletin
8.        Mengadakan kaunjungan atau studi perbandingan kerumah sakit rumah sakit yang lebih maju ke
daerah daerah terpencil.
9.        Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang di sajikan dalam kesempatan pertemuan
rutin.
6.    Bab VI. Kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa bangsa dan tanah air.
a.         Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan ketentuan
kesehatan khususnya dalam pelaksanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana dan
kesehatan keluarga.
1.        Bidan harus mempelajari perundangan  undangan kesehatan Indonesia dengan cara :
a.         Menyebarluaskan informasi atau perundangan undangan yang dipelajri kepada anggota
b.         Mengundang ahli atau penceramah yang di butuhkan
2.        Mempelajari program pemerintah, khususnya menangani pelayan kesehatan di Indonesia
3.        Mengidentifikasi perkembangan kurikulum  sekolah tenaga kesehatan umunya, keperawatan dan
kebidanan khususnya.
b.        Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana dan kesehatan keluagra.
1.        Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap \jajaran IBI tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan melaksanakan tugasa bidan di daerah, termasuk faktor penunjang maupun
penghambat pelaksanaan tugas itu.
2.        Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat yang
berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian mengenai :
a.         Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
b.         Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas KIA/KB yang telah di
sediakan oleh pemerintah.
2.8     Penutup
a.         Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari hari senantiasa menghayati dan
mengamalkann kode etik bidan Indonesia.
b.      Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat
sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat.

c.      Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana
kerja yang serasi.

d.      Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi citra profesinya dengan
menampilkan keperibadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.

e.      Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan
baik.

f.       Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan


pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga serta masyarakat.

g.      Setiap bidan harus melakukan kewajiban-kewajibannya, kewajiban bidan terhadap masyarakat,


kewajiban bidan terhadap tugasnya, kewajiban bidan terhadap sejawatnya, kewajiban bidan
terhadap profesinya, kewajiban bidan terhadap dirinya sendiri, serta kewajiban bidan terhadap
nusa bangsa dan negara.

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuaikan dengan keadaan
dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi. Bidan tidak dapat memaksakan
untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, karena hal ini akan merugikan bidan itu
sendiri.Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan  sesuatu namun tidak
menyimpang dari prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan keselamatan ibu, bayi dan
kelurga. Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong persalinan, disaat jadwal
pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan pelayanan KB dan asuhan
BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat menerapkan teori utilitarian (mencoba
menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai kemampuannya, karena golongan utilitarian
meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang harus sama. Sebenarnya bidan tersebut dapat
menerapkan teori deontologi, namun pelayanan yang ia berikan tidak akan mencakup semua
klien.
Sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias. Akan tetapi,
bidan harus menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan kaku (tidak mengikuti
informasi terkini dari literature yang jelas tentang perkembangan pelayanan kebidanan) sehingga
akan menimbulkan sikap “sok tau”. Contohnya pada saat menolong persalinan mahasiswa bidan
diajarkan untuk tidak melakukan episiotomi. Jika pola pengajaran tidak tepat mahasiswa akan
sepenuhny menyerap materi tersebut, akibatnya, ia tidak akan melakukan episiotomi tanpa
melihat ada tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan kepada
klien dengan jelas, contohnya seorang ibu datang ke bidan yang ingin menjadi akspetor KB IUD
namun timbul ketakutan akibat rumor negatif yang beredar dimayarakat tentang IUD. Masalah
etika yang timbul yaitu ketika bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga pandangan
klien tentang IUD tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman, sehingga klien merasa nyaman ketika menerima
pelayanan yang diberikan kepada kien, namun peran sebagai teman juga harus memiliki
batasannya. Sikap professional terhadap klien harus dijaga, sehingga klien dan keluarganya
memandang bidan sebagai orang yang berwibawa dan mampu mengendalikan diri sehingga
mampu melindungi kliennya. Peran dosen bidan sebagai teman juga diperlukan, sehingga siswa
tidak merasa sungkan dalam proses belajar mengajar. Namun -lagi-lagi- peran sebagai teman
tetap ada batasnya, jangan sampai penilaian terhadap mahasiswa menjadi subyektif, ketika
mahasiswa bidan melakukan suatu kesalahan dosen bidan menutupi kesalahan mahasiswanya
karena kedekatan yang berlebihan.
Etika berperan dalam penelitian kebidanan, contohnya dahulu praktik kebidanan masih
banyak berdasar kebiasaan atau dogma, dengan kemajuan zaman praktik yang seperti itu tidak
dapat dilaksanakan lagi, tetapi dituntut praktik yang professional berdasarkan pada hasil
penelitian. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subyek maupun subyek
penelitian. Sehingga bidan perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi kepentingan
melindungi klien, institusi tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib mendukung penelitian
yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap mengadakan
penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan pada hasil penelitian.

BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan
kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian filsafat dianggap jauh dari
kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami secara relevan bagi banyak persoalan yang
dihadapi. Etika sebagai filsafat moral mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan
secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk, yang
secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman bagi
tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan membutuhkan
suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan fungsinya. Dalam
menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika
secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan
berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.

DAFTAR PUSTAKA
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/definisi-dan-isi-kode-etik-kebidanan.html
http://bidanulinn

Anda mungkin juga menyukai