REFERENSI
1 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
PENDAHULUAN
URAIAN MATERI
2 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
BIDAN
TANGGUNG
PERAN
JAWAB
(Mustika Sofyan
[IBI],2002; Shirley
Kewajiban Moral
Jones, 2000)
Etika
(dalam dunia profesi)
Praktisi
Penasihat
Konselor
Advokat
Teman
Pendidik
Peneliti
(Shirley Jones, 2000)
3 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
A. PRAKTISI
Bidan memiliki peran sebagai praktisi atau pelaksana atau pemberi
layanan. Dewasa ini, bidan sudah mulai menyadari istilah ”duty of care”
(kewajiban dalam memberi perawatan), sehingga semakin banyak bidan yang
mulai mempelajari masalah hukum, selain masalah pelayanan kebidanan. Bidan
juga memperluas wawasannya dengan membaca buku serta jurnal. Sayangnya,
keinginan profesi bidan untuk mempelajari masalah hukum, lebih didorong oleh
rasa takut mendapat tuntutan hukum dari kliennya. Hanya sedikit bidan yang
terdorong mempelajari hukum dengan alasan ingin lebih memahami aspek etik
dalam layanan kebidanan yang sering kali terlewatkan dalam praktik kebidanan
sehari-hari.
Selama ini bidan mengidentikkan pelanggaran etika dalam pelayanan
kebidanan hanya terjadi pada kasus-kasus ”besar” seperti aborsi ilegal, padahal
sebenarnya sikap membiarkan pasien menunggu lama untuk mendapatkan
perawatan pun sudah bisa dianggap sebagai pelanggaran etika. Bidan harus
menyadari bahwa cakupan pelayanan yang diberikannya sangat rentan terkena
pelanggaran etika. Sikap yang dibutuhkan untuk menghadapi hal ini adalah sikap
selalu wasapada terhadap setiap tingkah laku, ucapan, dan perbuatan yang
dilakukannya. Sebenarnya, keberadaan kode etik atau standar profesi yang
melandasi praktik kebidanan sudah jelas menunjukkan keberadaan kerangka etika.
Jika bidan berpegang teguh pada kerangka etika ini, bidan akan melakukan
praktik atau asuhan atau memberi pelayanan yang sesuai dengan peraturan
profesional, sekaligus sejalan dengan hukum (dalam lingkup hukum). Akan tetapi,
jika bidan melanggar kode etik, berarti mereka telah melakukan tindakan yang
menyimpang dari peraturan dan gagal menjadi profesional karena tidak sesuai
dengan etika.
Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi atau pemberi layanan, selain
berpegangan pada kode etik dan standar profesi, ada beberapa hal yang dapat
menjadi pegangan bidan antara lain.
4 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
5 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
golongan utilitarian meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang harus sama).
Sebenarnya bidan tersebut dapat menerpakan teori deontologi, namun pelayanan
yang ia berikan tidak akan mencakup semua klien.
Masalah etika yang biasanya terjadi dalam pelayanan kebidanan sering
kali berkaitan dengan pemberian autonomi kepada klien. Pemberian otonomi dan
kesempatan menentukan pilihan bagi ibu adalah suatu keharusan atau unsur
utama. Bukan lagi sekedar ”pelengkap” dalam pelayanan kebidanan. Sikap bidan
yang enggan memberi otonomi pada kliennya perlu mendapat perhatian serius.
Sikap ini biasanya ditunjukkan untuk menjaga kelangsungan nilai-nilai lama
(kolot atau pola paternalistik), bukan karena ingin menguasai pasien. Sebagian
bidan yang masih menerapkan sikap tersebut samapi saat ini meyakini bahwa
mereka memiliki pengetahuan yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan
kliennya. Akibatnya, bidan tersebut merasa paling tahu apa yang terbaik bagi
kliennya, sehingga ia merasa paling pantas mengambil keputusan dalam proses
perawatan. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang diajarkan kepada
mahasiswa bidan untuk senantiasa mendorong ibu untuk memiliki otonomi dan
menolak semua bentuk paternalisme.
B. PENDIDIK
Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, bidan bertanggung jawab
untuk memberikan pendidikan kepada :
Orang tua. Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau mengajarkan
keterampilan perawatan bayi dan promosi kesehatan kepada ibu, suami
(pasangannya), dan anggota keluarga yang lain.
Mahasiswa bidan. Bidan bertanggung jawab dalam memberi pendidikan
kepada mahasiswa bidan agar mereka terampil dan memiliki pengetahuan
terbaru.
Pada dasarnya tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah
memberdayakan (empowering) orang tua dan mahasiswa agar mereka memiliki
keterampilan dan dapat menerapkan keterampilan tersebut secara mandiri
sehungga mendorong terciptanya otonomi pribadi.
6 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
7 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
8 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
C. KONSELOR
Peran bidan sebagai konselor mencakup pemberian informasi dan
penjelasan, termasuk mendengarkan dan membantu klien serta keluarganya
memahami berbagai masalah yang ingin mereka ketahui. Bidan bertanggung
jawab memberi informasi terkini dan menyampaikannya dalam bahasa yang
dapat dipahami oleh klien dan keluarganya. Jika klien meminta penjelasan
yang lengkap, bidan wajib memberi informasi yang akurat dan lengkap. Jika
bidan merasa tidak menguasai masalah tersebut, ia wajib merujuk ibu tersebut
pada ahlinya. Misalnya diterangkan sebelumnya, klien membutuhkan
informasi yang memadai untuk dapat membuat suatu keputusan.
D. PENASIHAT
Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan harus dapat membatasi
diri jika ingin tetap menghargai autonomi klien. Klien memnutuhkan
informasi yang memadai agar dapat membuat keputusan dan terus
mengendalikan dirinya sendiri. Akan tetapi sangat sulit bagi bidan untuk
menahan diri tidak memberi nasihat (sekalipun tidak diminta) berdasarkan
pengalamannya menghadapi berbagai klien dan rekan sejawat. Hal ini akan
menghambat klien dalam menentukan keinginannya sendiri. Bidan yang
memaksa memberi advice dengan tujuan mempertahankan kontrol mereka
terhadap klien dapat dianggap sebagai diktator.
Dalam berdiskusi dengan klien, sering muncul pertanyaan : ”Jika Anda
menjadi saya, apa yang akan Anda lakukan?” Sikap paling bijaksana adalah
tidak merespons pertanyaan tersebut kaena kita bukanlah mereka. Apa yang
mereka alami tidak kita alami, jadi sekalipun kita berupaya bersikap empati,
tetap akan berbeda dengan apa yang klien kita rasakan. Berhati-hatilah dalam
memilih untuk menjawab pertanyaan tersebut dan tegaskan dalam hati bahwa
9 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
E. TEMAN
Selama menjalani pendidikan, penting bagi bidan untuk tidak terlalu
terlibat secara emosional dengan kliennya, karena sikap tersebut akan
menghambat profesionalisme bidan itu sendiri. Selain itu, bidan dapat
dihadapkan pada dilema khususnya saat memberi konseling, saran, atau saat
menyampaikan berita buruk kepada klien. Akan tetapi, ada pendapat yang
menyebutkan bahwa kedekatan hubungan bidan dan kliennya dapat
menciptakan kekuatan bagi klien, khususnya saat menghadapi situasi sulit.
Sikap bidan yang mampu menjaga jarak dengan klien merupakan salah satu
pendekatan profesional yang baik, sehingga klien dan keluarganya
memandang bidan memiliki kompeten, dapat dipercaya, mampu
mengendalikan diri sehingga mampu melindungi kliennya. Sayangnya, sikap
menjaga jarak tersebut sering diartikan sebagai tidak acuh, tidak peduli pada
kondisi klien, merasa berkuasa dan sombong. Untuk mengatasi kesenjangan
tersebut, muncul istilah teman profesional (profesional friend). Teman
profesional dapat diartikan sebagai sikap yang mampu mendukung prinsip
autonomi bagi klien sekaligus mudah didekati, khususnya dalam proses
perawatan berkelanjutan. Teman profesional akan membanti menciptakan
10 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
F. ADVOKAT
Menurut Lucy Firth dalam bukunya Ethics and Midwifery, pengertian
advoaksi adalah sebagai berikut :
Seorang advokat merupakan individu yang mulia, berani dan jujur,
memiliki penilaian yang baik dan tulus serta ulet dalam mengerjakan
tugasnya. Seorang advokat, disertai dengan kepandaian bertutur bahasa,
mampu menempatkan permasalahan dengan tepat sekaligus mampu
mengontrol perasaan pribadinya. Untuk menjalankan peran advokasi dengan
baik, bidan harus benar-benar menyadari posisinya dan di mana ia berada.
Advokasi bukan tindakan mengambil alih, namun tindakan yang dilakukan
untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dan keinginan klien. Advokasi adalah
rantai penghubung antara menjadi profesional sekaligus menjaga autonomi
klien. Peran bidan dalam memberi advokasi sangat penting, khususnya ketika
klien menolak, mencabut persetujuan (consent) atas tindakan medis yang
sebenarnya dapat mencegah terjadinya kematian atau kesakitan klien itu
sendiri. Contohnya, seorang ibu menolak tindakan operasi sesar, dengan
alasan ingin merasakan proses persalinan normal dan menjadi wanita
seutuhnya. Padahal saat itu kondisi ibu tidak memungkinkan untuk menjalani
persalinan normal. Dalam kondisi ini bidan harus berperan sebagai advokat
dengan memberi penjelasan dan dorongan (bukan paksaan) kepada ibu
mengenai sisi positif dan negatif dari keputusan yang ia ambil.
G. PENELITI
Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, bidan dituntut untuk
senantiasa memperbarui ilmunya dengan mengikuti perkembangan ilmu
11 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
H. PENGELOLA
Bidan pengelola merupakan tipe khusus dari pemimpin moral. Sebagai
pengelola, bidan bertanggung jawab mengambil keputusan sosial dan etik,
memberi rumusan kebijakan dan praktik, membantu pengawasan dan alokasi
sumber pendapatan, memperhatikan aspek kejujuran dan perhatian terhadap
orang lain, dan mendukung serta berperan penting dalam pilihan etik.
Praktik bidan modern menuntut pemimpin yang dapat mengelola serta
memungkinkan pengambilan keputusan. Meskipun pilihan etik dalam praktik
bidan jarang terjadi, bidan memerlukan pengakuan dan pengertian secara baik
sehingga dapat mendiskusikan dan membahas prinsip etik. Dalam
menjalankan tugasnya di klinik, bidan pengelola dipengaruhi oleh perbedaan
sikap, anggapan dan keputusan yang dibuat, dan tidak kehilangan arah dalam
mempertanggungjawabkan manajemen. Sulit bagi bidan pengelola untuk
bertanggung jawab pada beberapa kelompok dalam waktu tertentu. Kelompok
tersebut meliputi ibu dan bayi, bidan dan staf yang mendukung pelayanan,
direktur klinik, teman sejawat kelompok profesi perawatan ibu, dan pengelola
senior.
Upaya yang dapat dilakukan bidan pengelola dan anggota tim adalah
sebagai berikut :
Menciptakan sikap terbuka diantara staf dan merasa percaya diri
dalam menjalankan praktiknya.
Mengetahui etik, prinsip dasar etik, dan masalah yang dapat
timbul, serta etik dalam perawatan ibu dan praktik bidan.
12 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
13 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
B. Pendidik
Seorang bidan diminta mengajari ibu cara membuat susu formula.
Bila setuju : bidan dianggap turut memasarkan susu formula,
bertentangan dengan program ASI eksklusif yang merupakan
makanan terbaik bagi bayi.
Bila menolak : Ibu bisa saja mempelajari sendiri bagaimana cara
membuat susu sesuai dengan petunjuk di kemasannya. Akan
berbahaya bila ibu salah mengartikan, peralatan tidak steril dan
bayi rentan sakit. Atau bisa saja bidan dianggap ”memaksa” ibu
untuk wajib memberikan ASI eksklusif.
Seharusnya : bidan memberikan pilihan yang bebas, klien memiliki
autonomi sendiri tanpa menghakimi. Bidan harus menanamkan
pada dirinya bahwa tujuan perawatan adalah memberikan sesuatu
yang terbaik bagi kesehatan ibu dan bayinya. Jika pemberian ASI
eksklusif minim akan ketulusan hati dari ibu bayi maka hasil yang
diperoleh tidak akan optimal. Bidan wajib memberikan informasi
sejelas-jelasnya mengenai proses menyusui, keunggulan ASI
eksklusif dibandingkan formula. Lalu biarkan ibu dan pasangannya
memutuskan metode apa yang mereka gunakan. Apapun yang
menjadi keputusan klien, maka bidan yang profesional akan
menghormati keputusan kliennya.
C. Konselor
14 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
D. Penasihat
Bidan sedang menjelaskan berbagai posisi bersalin pada klien yang
sedang dalam fase persalian. Setelah memberikan serangkaian
informasi lalu klien bertanya : ”Kalau Ibu menjadi saya, Ibu akan
memilih posisi apa?” Pendapat bidan yang tepat adalah
15 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
E. Teman
Masalah : Ny. C memiliki seorang putri berusia 17 tahun, akibat
salah pergaulan, putrinya melakukan hubungan diluar nikah.
Karena takut putrinya hamil, Ny. C mendatangi Bidan B, sahabat
lamanya semasa SMA. Ny. C meminta Bidan B untuk memberikan
obat-obat pencegah kehamilan atau penggugur kandungan sejak
dini. Bidan B merasa tidak enak untuk menolak karena Ny.C
adalah sahabat terdekatnya dahulu.
Solusi : Bidan B harus memiliki sikap yang tegas dalam hal ini,
walaupun kepada sahabatnya, karena tindakan ini merupakan
pelanggaran etika bidan dan juga dosa besar. Bidan B harus
mengutarakan dengan perlahan dan bersikap memahami akan
kekhawatiran Ny.C sebagai seorang ibu, namun apapun yang telah
anaknya lakukan maka itulah yang harus ditangungnya, karena
memberikan tanggung jawab kepada anak terhadap semua yang
telah ia perbuat adalah merupakan salah satu wujud kasih sayang
orang tua kepada anak.
F. Advokat
Masalah : Di sebuah desa, terdapat seorang paraji yang terkenal
”berani” untuk melakukan aborsi dan penanganan pada penyulit
persalinan seperti saat plasenta tidak dapat lahir maka tangan mak
paraji tanpa handscoon steril itu masuk ke vagina dan melahirkan
plasenta seolah-olah secara manual. Angka kematian ibu karena
perdarahan cukup tinggi di desa itu. Penduduk khususnya ibu-ibu
muda mulai khawatir dengan keberadaan paraji dan juga kultur
turun temurun mereka yang harus bersalin dengan paraji.
16 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
G. Peneliti
Munculnya informasi mengenai teknik hypnobirthing membuat
para ibu-ibu muda khususnya, untuk mencoba bersalin
menggunakan metoda hypnobirthing. Sebagai bidan yang
profesional, kita harus dapat memenuhi tuntutan klien. Kita harus
mengembangkan ilmu dan pengetahuan kita mengenai praktik-
praktik terbaru dalam kebidanan sehingga bila ada keinginan dari
pasien kita untuk mencoba teknik baru dalam persalinan dan hasil
penelitian yang mendasarinya.
H. Pengelola
Masalah : Dalam sebuah tempat praktek bidan, fasilitas yang
disediakan cukup memadai, namun sayang di tempat tersebut pola
higienitasnya kurang diperhatikan, dan sulit untuk mendapatkan air
mengalir.
Solusi : bidan sebagai pengelola harus memperhatikan kualitas
pelayanan dan juga fasilitas fisik yang ada. Supaya saat melakukan
praktik itu nyaman bagi tenaga kesehatan dan juga nyaman bagi
klien.
17 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
PENUTUP
LATIHAN
18 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan
19 Asyifa 130104090523