Anda di halaman 1dari 19

Dimensi Etik dalam Peran Bidan

TOPIK : DIMENSI ETIK DALAM PERAN BIDAN


MATA KULIAH : ETIKA KEBIDANAN
WAKTU : 80 MENIT
DOSEN : ASYIFA

Objektif Perilaku Siswa

1. Dengan dibantu oleh bagan, mahasiswa dapat mengulang kembali


mengenai dimensi etika dalam peran bidan dengan bahasa sendiri.
2. Tanpa melihat handout, mahasiswa dapat menyebutkan kembali cakupan
dimensi etik dalam peran bidan sesuai dengan Shirley Jones.
3. Tanpa melihat handout, mahasiswa dapat menyebutkan kembali minimal 1
contoh cakupan dimensi etik dalam peran bidan sesuai dengan Shirley
Jones.

REFERENSI

1. Soepardan, Suryani. Etika Kebidanan & Hukum Kesehatan. Jakarta :


EGC. 2008
2. Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta :
Fitramaya. 2006.

1 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat, khususnya


kebidanan telah mempengaruhi peran bidan dalam praktik kebidanan. Muncul
pendapat yang menyatakan bahwa peran bidan sedikit demi sedikit mulai terkikis.
Sebagian orang menyalahkan pemerintah karena dianggap bersikap berat sebelah
dan senderung merekomendasikan agar semua proses persalinan dilakukan di
rumah sakit. Tujuannya adalah mendapatkan pelayanan yang lebih baik dalam
pengawasan dokter kandungan disertai fasilitas kesehatan yang lengkap. Sebagian
lain menyalahkan kaum wanita yang cenderung terseret tren yang menganggap
persalinan di rumah sakit 100% aman dan bebas dari rasa sakit karena tersedia
analgesia dan dilakukan oleh tenaga profesional.
Menanggapi semua pendapat tersebut, bidan sebaiknya tidak menanggapi
hal itu sebagai suatu kemunduran, justru sebagai alat untuk mengevaluasi diri
kembali terhadap peran bidan yang dijalankan selama ini, sehingga bidan akan
mendapatkan kembali kepercayaan dari klien dan keluarganya. Setiap peran
mengemban tanggung jawab, dan cukup sulit bagi bidan memikul semua
tanggung jawab itu, terlebih lagi bila situasi dan orang yang dihadapi memiliki
karakter yang berbeda.

URAIAN MATERI

Pada dasarnya, tanggung jawab bidan adalah :


 Menjaga dan meningkatkan keselamatan ibu dan bayi,
 Menyediakan pelayanan berkualitas dan informasi atau saran yang tidak
bisa berdasarkan hasil penelitian ilmiah (evidence based)
 Mendidik dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan
yang mampu memberi pelayanan berkualitas.

2 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

Berdasarkan teori, memiliki tanggung jawab sama dengan memiliki tugas


moral. Tugas moral selalu diringi dengan tanggung jawab moral. Dalam dunia
profesi, istilah tanggung jawab moral disebut etika, dan selama menjalankan
perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan masalah etika. Menurut Jones
(2000), bidan secara menyeluruh memiliki peran sebagai praktisi, pendidik,
konselor, penasihat, teman, advokat, peneliti, dan pengelola.

BIDAN

TANGGUNG
PERAN
JAWAB
(Mustika Sofyan
[IBI],2002; Shirley
Kewajiban Moral
Jones, 2000)

Etika
(dalam dunia profesi)

Dimensi Etika dalam Peran Bidan

Praktisi
Penasihat
Konselor
Advokat
Teman
Pendidik
Peneliti
(Shirley Jones, 2000)

Bagan Dimensi Etik dalam Peran Bidan

3 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

Cakupan Dimensi Etik dalam Peran Bidan

A. PRAKTISI
Bidan memiliki peran sebagai praktisi atau pelaksana atau pemberi
layanan. Dewasa ini, bidan sudah mulai menyadari istilah ”duty of care”
(kewajiban dalam memberi perawatan), sehingga semakin banyak bidan yang
mulai mempelajari masalah hukum, selain masalah pelayanan kebidanan. Bidan
juga memperluas wawasannya dengan membaca buku serta jurnal. Sayangnya,
keinginan profesi bidan untuk mempelajari masalah hukum, lebih didorong oleh
rasa takut mendapat tuntutan hukum dari kliennya. Hanya sedikit bidan yang
terdorong mempelajari hukum dengan alasan ingin lebih memahami aspek etik
dalam layanan kebidanan yang sering kali terlewatkan dalam praktik kebidanan
sehari-hari.
Selama ini bidan mengidentikkan pelanggaran etika dalam pelayanan
kebidanan hanya terjadi pada kasus-kasus ”besar” seperti aborsi ilegal, padahal
sebenarnya sikap membiarkan pasien menunggu lama untuk mendapatkan
perawatan pun sudah bisa dianggap sebagai pelanggaran etika. Bidan harus
menyadari bahwa cakupan pelayanan yang diberikannya sangat rentan terkena
pelanggaran etika. Sikap yang dibutuhkan untuk menghadapi hal ini adalah sikap
selalu wasapada terhadap setiap tingkah laku, ucapan, dan perbuatan yang
dilakukannya. Sebenarnya, keberadaan kode etik atau standar profesi yang
melandasi praktik kebidanan sudah jelas menunjukkan keberadaan kerangka etika.
Jika bidan berpegang teguh pada kerangka etika ini, bidan akan melakukan
praktik atau asuhan atau memberi pelayanan yang sesuai dengan peraturan
profesional, sekaligus sejalan dengan hukum (dalam lingkup hukum). Akan tetapi,
jika bidan melanggar kode etik, berarti mereka telah melakukan tindakan yang
menyimpang dari peraturan dan gagal menjadi profesional karena tidak sesuai
dengan etika.
Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi atau pemberi layanan, selain
berpegangan pada kode etik dan standar profesi, ada beberapa hal yang dapat
menjadi pegangan bidan antara lain.

4 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

 Hati nurani. Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman.


Hati nurani paling mengetahui kapan perbuatan individu melanggar etika
atau sesuai etika. Pelanggaran etika oleh bidan dapat bersifat fisik ataupun
secara verbal, misalnya berbohong, berucap kasar, mencuri barang klien,
membocorkan rahasia klien. Hati nurani individu dibangun melalui
berbagai aspek asuhan atau didikan, sosialisasi, dan pengalaman. Tidak
ada standar baku untuk menilai hati nurani. Walaupun demikian, pada
beberapa kasus gawat darurat, hal itu biasanya memunculkan dilema.
 Teori etika. Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit,
bidan dapat berpegangan pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua,
namun masih relevan karena selalu disesuaikan dengan perkembangan saat
ini, seperti teori Immanuel Kant yang menyatakan bahwa sikap
menjunjung tinggi prinsip autonomi adalah penting dan teori ini sangat
relevan bila diterapkan dalam praktik kebidanan. Bidan harus senantiasa
berpegang pada nilai-nilai atau prinsip etika seperti menghargai auonomi,
melakukan tindakan yang benar, mencegah tindakan yang dapat
merugikan, memperlakukan manusia secara adil, menjelaskan dengan
benar, menepati janji yang telah disepakati serta menjaga kerahasiaan.

Dalam mengadaptasi teori etika, bidan harus mampu menyesuaikan


dengan keadaan dirinya. Bidan tidak boleh memaksa untuk mengadaptasi suatu
teori secara kaku karena hal ini akan merugikan bidan itu sendiri. The Code Of
Professional Conduct merupakan kode etik bidan di Inggris yang terdiri atas
campuran berbagai teori atau pendekatan. Bidan harus menilai kemampuan
dirinya dalam melakukan sesuatu, namun tidak menyimpang dari prinsip
pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan keselamatan ibu, bayi, dan keluarganya.
Contoh, ketika bidan harus melayani puluhan ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan antenatal, belasan ibu yang akan bersalin, selain ibu yang
memerlukan pelayanan KB dan asuhan bayi baru lahir dengan staf yang terbatas,
maka kemungkinan besar ia hanya dapat menerapkan teori utilitarian (mencoba
menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai kemampuannya, karena

5 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

golongan utilitarian meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang harus sama).
Sebenarnya bidan tersebut dapat menerpakan teori deontologi, namun pelayanan
yang ia berikan tidak akan mencakup semua klien.
Masalah etika yang biasanya terjadi dalam pelayanan kebidanan sering
kali berkaitan dengan pemberian autonomi kepada klien. Pemberian otonomi dan
kesempatan menentukan pilihan bagi ibu adalah suatu keharusan atau unsur
utama. Bukan lagi sekedar ”pelengkap” dalam pelayanan kebidanan. Sikap bidan
yang enggan memberi otonomi pada kliennya perlu mendapat perhatian serius.
Sikap ini biasanya ditunjukkan untuk menjaga kelangsungan nilai-nilai lama
(kolot atau pola paternalistik), bukan karena ingin menguasai pasien. Sebagian
bidan yang masih menerapkan sikap tersebut samapi saat ini meyakini bahwa
mereka memiliki pengetahuan yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan
kliennya. Akibatnya, bidan tersebut merasa paling tahu apa yang terbaik bagi
kliennya, sehingga ia merasa paling pantas mengambil keputusan dalam proses
perawatan. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang diajarkan kepada
mahasiswa bidan untuk senantiasa mendorong ibu untuk memiliki otonomi dan
menolak semua bentuk paternalisme.

B. PENDIDIK
Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, bidan bertanggung jawab
untuk memberikan pendidikan kepada :
 Orang tua. Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau mengajarkan
keterampilan perawatan bayi dan promosi kesehatan kepada ibu, suami
(pasangannya), dan anggota keluarga yang lain.
 Mahasiswa bidan. Bidan bertanggung jawab dalam memberi pendidikan
kepada mahasiswa bidan agar mereka terampil dan memiliki pengetahuan
terbaru.
Pada dasarnya tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah
memberdayakan (empowering) orang tua dan mahasiswa agar mereka memiliki
keterampilan dan dapat menerapkan keterampilan tersebut secara mandiri
sehungga mendorong terciptanya otonomi pribadi.

6 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

a. Bidan Sebagai Pendidik Bagi Orang Tua atau Keluarga


Pada praktiknya, peran bidan sebagai pendidik mengalami perkembangan dari
masa ke masa. Banyak masalah etika yang terjadi pada saat bidan
menjalankan perannya sebagai pendidik klien dan keluarganya. Bidan sering
diminta memberi pendidikan kesehatan mengenai tata cara pebuatan susu
formula dan cara bagaimana mensterilkan botol susu kepada ibu. Aka tetapi,
hal ini bukan berarti tidak terlepas dari permalsahana potensial yang muncul
dan perlu menjadi perhatian bidan.
b. Bidan Sebagai Pendidik Bagi Mahasiswa Bidan
Dalam menjalani perannya sebagai pendidik, bidan bertanggung jawab
memberi pendidikan agar mahasiswanya memiliki :
- Keterampilan yang memadai. Bidan harus memastikan bahwa mahasiswa
bidan melakukan praktik kebidanan sesuai dengan teori yang diajarkan.
- Pengetahuan terbaru.
- Perilaku. Bidan sering melalaikan masalah perilaku, padahal hal ini
merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan bidan yang
profesional.
Sebagai pendidik, bidan harus memberi pengajaran dan bimbingan kepada
mahasiswa bidan dalam menciptakan generasi bidan ynag tidak berkualitas.
Hal ini bisa dilihat dari perilaku bidan yang bergantung sepenuhnya pada alat
elektronik untuk memantau gawat janin, bidan yang tidak mampu menentukan
posisi janin atau tidak mampu melakukan pemeriksaan dalam selama proses
persalinan, atu bidan yang tidak mampu membuat keputusan yang efektif.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peran bidan yang lebih luas dalam
pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan,
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana dengan cara :

7 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

- Bersama klien, mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan


kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak
dan keluarga berencana.
- Bersama klien dan pihak terkait, menyusun rencana penyuluhan
kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
- Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan kesehatan
masyarakat sesuai dengan rencana yang telah disusun.
- Melaksanakan program atau rencana pendidikan dan penyuluhan
kesehatan masyarakat sesuai dengan rencanan jangka pendek dan
jangka panjang, melibatkan unsur-unsur terkait termasuk masyarakat.
- Bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan atau penyuluhan
kesehatan masyarakat dan menggunakannya untuk memperbaiki dan
meningkatkan program di masa yang akan datang.
- Mendokumentasi semua kegiatan dan hasil pendidikan atau
penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis.
b. Melatih dan membimbing kader termasuk mahasiswa kebidanan dan
keperawatan serta membina paraji di wilayah atau tempat kerjanya dengan
cara :
- Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun, dan
mahasiswa.
- Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil
pengkajian.
- Menyiapkan alat dan bahan untuk keperluan latihan dan bimbingan
peserta didik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
- Melaksanakan pelatihan paraji dan kader sesuai dengan rencana yang
telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
- Membimbing mahasiswa kebidanan dan keperawatan dalam lingkup
kerjanya.
- Menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan.
- Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.

8 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

- Mendokumentasi semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan dan


bimbingan secara sistematis dan lengkap.

C. KONSELOR
Peran bidan sebagai konselor mencakup pemberian informasi dan
penjelasan, termasuk mendengarkan dan membantu klien serta keluarganya
memahami berbagai masalah yang ingin mereka ketahui. Bidan bertanggung
jawab memberi informasi terkini dan menyampaikannya dalam bahasa yang
dapat dipahami oleh klien dan keluarganya. Jika klien meminta penjelasan
yang lengkap, bidan wajib memberi informasi yang akurat dan lengkap. Jika
bidan merasa tidak menguasai masalah tersebut, ia wajib merujuk ibu tersebut
pada ahlinya. Misalnya diterangkan sebelumnya, klien membutuhkan
informasi yang memadai untuk dapat membuat suatu keputusan.

D. PENASIHAT
Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan harus dapat membatasi
diri jika ingin tetap menghargai autonomi klien. Klien memnutuhkan
informasi yang memadai agar dapat membuat keputusan dan terus
mengendalikan dirinya sendiri. Akan tetapi sangat sulit bagi bidan untuk
menahan diri tidak memberi nasihat (sekalipun tidak diminta) berdasarkan
pengalamannya menghadapi berbagai klien dan rekan sejawat. Hal ini akan
menghambat klien dalam menentukan keinginannya sendiri. Bidan yang
memaksa memberi advice dengan tujuan mempertahankan kontrol mereka
terhadap klien dapat dianggap sebagai diktator.
Dalam berdiskusi dengan klien, sering muncul pertanyaan : ”Jika Anda
menjadi saya, apa yang akan Anda lakukan?” Sikap paling bijaksana adalah
tidak merespons pertanyaan tersebut kaena kita bukanlah mereka. Apa yang
mereka alami tidak kita alami, jadi sekalipun kita berupaya bersikap empati,
tetap akan berbeda dengan apa yang klien kita rasakan. Berhati-hatilah dalam
memilih untuk menjawab pertanyaan tersebut dan tegaskan dalam hati bahwa

9 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

jawaban yang diberikan merupakan pendapat profesional bukan refleksi nilai-


nilai pribadi.
Bidan diminta untuk tidak mencampuradukkan pendapat pribadi dengan
pendapat profesionalnya. Pendapat pribadi pun tidak boleh disampaikan saat
ia berhadapan dengan klien. Akan tetapi bidan juga diharapkan tidak bersikap
sebagai profesional yang berlaku seperti robot dan kaku, hal terpenting adalah
bidan harus menegaskan pendiriannya, menyadari posisinya dan siapa yang ia
hadapi. Mengutarakan opini tidak sama dengan menyampaikan pendapat,
sekalipun menurut klien hal itu sama saja. Oleh karena itu, bidan harus
mempertimbangkan secara mendalam opini yang diutarakannya, bukan asal
sekedar komentar, karena komentar bidan pasti akan didengar (dianggap
serius atau dijadikan bahan pertimbangan) oleh klien.

E. TEMAN
Selama menjalani pendidikan, penting bagi bidan untuk tidak terlalu
terlibat secara emosional dengan kliennya, karena sikap tersebut akan
menghambat profesionalisme bidan itu sendiri. Selain itu, bidan dapat
dihadapkan pada dilema khususnya saat memberi konseling, saran, atau saat
menyampaikan berita buruk kepada klien. Akan tetapi, ada pendapat yang
menyebutkan bahwa kedekatan hubungan bidan dan kliennya dapat
menciptakan kekuatan bagi klien, khususnya saat menghadapi situasi sulit.
Sikap bidan yang mampu menjaga jarak dengan klien merupakan salah satu
pendekatan profesional yang baik, sehingga klien dan keluarganya
memandang bidan memiliki kompeten, dapat dipercaya, mampu
mengendalikan diri sehingga mampu melindungi kliennya. Sayangnya, sikap
menjaga jarak tersebut sering diartikan sebagai tidak acuh, tidak peduli pada
kondisi klien, merasa berkuasa dan sombong. Untuk mengatasi kesenjangan
tersebut, muncul istilah teman profesional (profesional friend). Teman
profesional dapat diartikan sebagai sikap yang mampu mendukung prinsip
autonomi bagi klien sekaligus mudah didekati, khususnya dalam proses
perawatan berkelanjutan. Teman profesional akan membanti menciptakan

10 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

kemandirian klien. Bidan harus waspada bila hubungan tersebut mulei


menjurus pada sikap klien yang tergantung pada bidan, karena hal itu hanya
akan mempertahankan pola paternalistik yang seharusnya dihindari. Akan
tetapi, bila digunakan dengan tepat, hal itu akan mempermudahkan bidan
memberi advokasi dan dukungan pada klien.

F. ADVOKAT
Menurut Lucy Firth dalam bukunya Ethics and Midwifery, pengertian
advoaksi adalah sebagai berikut :
Seorang advokat merupakan individu yang mulia, berani dan jujur,
memiliki penilaian yang baik dan tulus serta ulet dalam mengerjakan
tugasnya. Seorang advokat, disertai dengan kepandaian bertutur bahasa,
mampu menempatkan permasalahan dengan tepat sekaligus mampu
mengontrol perasaan pribadinya. Untuk menjalankan peran advokasi dengan
baik, bidan harus benar-benar menyadari posisinya dan di mana ia berada.
Advokasi bukan tindakan mengambil alih, namun tindakan yang dilakukan
untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dan keinginan klien. Advokasi adalah
rantai penghubung antara menjadi profesional sekaligus menjaga autonomi
klien. Peran bidan dalam memberi advokasi sangat penting, khususnya ketika
klien menolak, mencabut persetujuan (consent) atas tindakan medis yang
sebenarnya dapat mencegah terjadinya kematian atau kesakitan klien itu
sendiri. Contohnya, seorang ibu menolak tindakan operasi sesar, dengan
alasan ingin merasakan proses persalinan normal dan menjadi wanita
seutuhnya. Padahal saat itu kondisi ibu tidak memungkinkan untuk menjalani
persalinan normal. Dalam kondisi ini bidan harus berperan sebagai advokat
dengan memberi penjelasan dan dorongan (bukan paksaan) kepada ibu
mengenai sisi positif dan negatif dari keputusan yang ia ambil.

G. PENELITI
Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, bidan dituntut untuk
senantiasa memperbarui ilmunya dengan mengikuti perkembangan ilmu

11 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

kebidanan sehingga dapat memberi perawatan berdasarkan fakta ilmiah


(evidence based). Pelayanan kesehatan tidak boleh berdasarkan pada ritual dan
sejarah sehingga tenaga kesehatan dituntut senantiasa bisa terus meng-up date
informasi keilmuannya. Cara yang dapat ditempuh antara lain :
 Membaca jurnal penelitian.
 Mengikuti berbagai seminar atau pelatihan.
 Berpartisipasi dalam penelitian ilmiah.

H. PENGELOLA
Bidan pengelola merupakan tipe khusus dari pemimpin moral. Sebagai
pengelola, bidan bertanggung jawab mengambil keputusan sosial dan etik,
memberi rumusan kebijakan dan praktik, membantu pengawasan dan alokasi
sumber pendapatan, memperhatikan aspek kejujuran dan perhatian terhadap
orang lain, dan mendukung serta berperan penting dalam pilihan etik.
Praktik bidan modern menuntut pemimpin yang dapat mengelola serta
memungkinkan pengambilan keputusan. Meskipun pilihan etik dalam praktik
bidan jarang terjadi, bidan memerlukan pengakuan dan pengertian secara baik
sehingga dapat mendiskusikan dan membahas prinsip etik. Dalam
menjalankan tugasnya di klinik, bidan pengelola dipengaruhi oleh perbedaan
sikap, anggapan dan keputusan yang dibuat, dan tidak kehilangan arah dalam
mempertanggungjawabkan manajemen. Sulit bagi bidan pengelola untuk
bertanggung jawab pada beberapa kelompok dalam waktu tertentu. Kelompok
tersebut meliputi ibu dan bayi, bidan dan staf yang mendukung pelayanan,
direktur klinik, teman sejawat kelompok profesi perawatan ibu, dan pengelola
senior.
Upaya yang dapat dilakukan bidan pengelola dan anggota tim adalah
sebagai berikut :
 Menciptakan sikap terbuka diantara staf dan merasa percaya diri
dalam menjalankan praktiknya.
 Mengetahui etik, prinsip dasar etik, dan masalah yang dapat
timbul, serta etik dalam perawatan ibu dan praktik bidan.

12 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

 Membuat pedoman dalam penyelesaian suatu masalah antara bidan


pengelola dan anggota tim.
 Menginformasikan masalah, bimbingan, dan mendiskusikan
dengan staf cara mengambil keputusan yang baik.
 Memberi dukungan secara terus menerus, termasuk fasilitas
dukungan kelompok staf.
 Melakukan pendidikan dan pelatihan tentang prinsip etik setiap
hari.
 Menentukan pilihan etik dalam praktik kebidanan.
 Merespons suatu masalah, mencari penyebabnya, dan bagaimana
hal itu dapat terjadi.
 Mendiskusikan etik dan masalah etik dengan pengelola senior atau
kepala klinik, kolega medis dan profesi lain, NHS (National Health
Service), Persatuan Kepala Keperawatan dan Kebidanan, bidan
lainnya melalui internet, organisasi profesi, seminar, dan lain-lain.
 Menggunakan nilai dasar manusia dalam membuat keputusan dan
ketika bertindak.
Bidan pengelola juga mempunyai tanggungjawab untuk menjaga biaya
pelayanan tetap minimal secara efisien dan efektif dengan tetap
mempertahankan kualitas pelayanan. Pelayanan di rumah bersalin
membutuhkan keseimbangan yang baik sehingga menuntut bidan
pengelola mampu membuat keputusan agar tidak terjadi
kesalahpahaman. Etik pengelolaan keuangan baik penerimaan,
pengeluaran ataupun alokasi lainnya harus jelas dan transparan
sehingga tidak terjadi misinterpretasi. Efisiensi etik yang benar adalah
memperhatikan prinsip mengambil manfaat secara maksimal.

Contoh-Contoh Cakupan Dimensi Etik Dalam Peran Bidan :


A. Praktisi
Seorang ibu dideteksi bahwa bayinya mengalami sindrom down,
bidan X ditugaskan untuk terlibat dalam proses terminasi

13 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

kehamilan tersebut, padahal secara pribadi ia tidak setuju dengan


tindakan aborsi. Pada kasus tersebut, bidan berhak menolak,
namun sebaiknya pada awal bekerja ia sudah mengatakan
keberatannya kepada supervisor agar bila terjadi situasi
kegawatdaruratan, bidan itu terhindar dari tindakan melalaikan
klien.

B. Pendidik
Seorang bidan diminta mengajari ibu cara membuat susu formula.
Bila setuju : bidan dianggap turut memasarkan susu formula,
bertentangan dengan program ASI eksklusif yang merupakan
makanan terbaik bagi bayi.
Bila menolak : Ibu bisa saja mempelajari sendiri bagaimana cara
membuat susu sesuai dengan petunjuk di kemasannya. Akan
berbahaya bila ibu salah mengartikan, peralatan tidak steril dan
bayi rentan sakit. Atau bisa saja bidan dianggap ”memaksa” ibu
untuk wajib memberikan ASI eksklusif.
Seharusnya : bidan memberikan pilihan yang bebas, klien memiliki
autonomi sendiri tanpa menghakimi. Bidan harus menanamkan
pada dirinya bahwa tujuan perawatan adalah memberikan sesuatu
yang terbaik bagi kesehatan ibu dan bayinya. Jika pemberian ASI
eksklusif minim akan ketulusan hati dari ibu bayi maka hasil yang
diperoleh tidak akan optimal. Bidan wajib memberikan informasi
sejelas-jelasnya mengenai proses menyusui, keunggulan ASI
eksklusif dibandingkan formula. Lalu biarkan ibu dan pasangannya
memutuskan metode apa yang mereka gunakan. Apapun yang
menjadi keputusan klien, maka bidan yang profesional akan
menghormati keputusan kliennya.

C. Konselor

14 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

Kasus : Ny. N sedang mengandung 7 bulan. Saat sedang


memeriksakan kandungannya kepada Bidan Y, ia mengutarakan
keinginannya untuk memberikan susu formula begitu bayinya
lahir. Ia tidak akan memberikan ASI karena takut bila menyusui
maka payudaranya akan menjadi jelek dan suaminya tidak akan
mencintainya lagi. Bidan Y menentang dan dengan gamblang ia
menjelaskan bahwa susu formula hanya akan membuat anaknya
sakit dan bidan Y mengatakan bahwa Ny. N mementingkan dirinya
dan tidak peduli dengan kesehatan anaknya. Ny.N pulang dan ia
merasa terpojok dengan reaksi bidan Y dan semakin bingung harus
memilih apa.
Masalah : bidan tidak memberikan informasi yang lengkap dan
bersikap otoriter terhadap kliennya. Bidan Y telah melalaikan hak
ibu untuk memperoleh informasi yang lengkap dan mengambil
keputusan sendiri.
Solusi : kekhawatiran yang dialami oleh Ny. N bersumber dari
kurangnya informasi yang ia miliki mengenai proses menyusui.
Setelah mendengar penjelasan Ny. N, bidan Y seharusnya bersikap
empati, berusaha berpikir dan memahami kondisi yang dialami Ny.
N, bukan malah bersikap menghakimi (sekalipun pilihan klien
tidak tepat). Berikan informasi yang lengkap, mencakup proses
menyusui, keuntungan dan kerugian ASI eksklusif dan susu
formula. Serta konseling tambahan mengenai senam nifas yang
difokuskan di bagian bahu dan dada untuk menjaga agar payudara
tetap kencang.

D. Penasihat
Bidan sedang menjelaskan berbagai posisi bersalin pada klien yang
sedang dalam fase persalian. Setelah memberikan serangkaian
informasi lalu klien bertanya : ”Kalau Ibu menjadi saya, Ibu akan
memilih posisi apa?” Pendapat bidan yang tepat adalah

15 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

mengembalikan pertanyaan tersebut kepada klien dan


mendorongnya untuk memilih sendiri posisi bersalin yang paling
membuatnya nyaman tanpa harus merasa bersalah kepada bidan.

E. Teman
Masalah : Ny. C memiliki seorang putri berusia 17 tahun, akibat
salah pergaulan, putrinya melakukan hubungan diluar nikah.
Karena takut putrinya hamil, Ny. C mendatangi Bidan B, sahabat
lamanya semasa SMA. Ny. C meminta Bidan B untuk memberikan
obat-obat pencegah kehamilan atau penggugur kandungan sejak
dini. Bidan B merasa tidak enak untuk menolak karena Ny.C
adalah sahabat terdekatnya dahulu.
Solusi : Bidan B harus memiliki sikap yang tegas dalam hal ini,
walaupun kepada sahabatnya, karena tindakan ini merupakan
pelanggaran etika bidan dan juga dosa besar. Bidan B harus
mengutarakan dengan perlahan dan bersikap memahami akan
kekhawatiran Ny.C sebagai seorang ibu, namun apapun yang telah
anaknya lakukan maka itulah yang harus ditangungnya, karena
memberikan tanggung jawab kepada anak terhadap semua yang
telah ia perbuat adalah merupakan salah satu wujud kasih sayang
orang tua kepada anak.

F. Advokat
Masalah : Di sebuah desa, terdapat seorang paraji yang terkenal
”berani” untuk melakukan aborsi dan penanganan pada penyulit
persalinan seperti saat plasenta tidak dapat lahir maka tangan mak
paraji tanpa handscoon steril itu masuk ke vagina dan melahirkan
plasenta seolah-olah secara manual. Angka kematian ibu karena
perdarahan cukup tinggi di desa itu. Penduduk khususnya ibu-ibu
muda mulai khawatir dengan keberadaan paraji dan juga kultur
turun temurun mereka yang harus bersalin dengan paraji.

16 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

Solusi : bidan harus melakukan advokasi dengan berbagai bidang,


seperti kepada kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat dan
petugas kesehatan yang berada dalam cakupan desa tersebut. Juga
kepada yang bersangkutan, yaitu mak paraji. Lakukan pendekatan
perlahan namun kontinyu sampai akhirnya paraji itu menyadari
kesalahannya atau sampai ada peraturan desa yang mengarahkan
masyarakat untuk bersalin di petugas kesehatan.

G. Peneliti
Munculnya informasi mengenai teknik hypnobirthing membuat
para ibu-ibu muda khususnya, untuk mencoba bersalin
menggunakan metoda hypnobirthing. Sebagai bidan yang
profesional, kita harus dapat memenuhi tuntutan klien. Kita harus
mengembangkan ilmu dan pengetahuan kita mengenai praktik-
praktik terbaru dalam kebidanan sehingga bila ada keinginan dari
pasien kita untuk mencoba teknik baru dalam persalinan dan hasil
penelitian yang mendasarinya.

H. Pengelola
Masalah : Dalam sebuah tempat praktek bidan, fasilitas yang
disediakan cukup memadai, namun sayang di tempat tersebut pola
higienitasnya kurang diperhatikan, dan sulit untuk mendapatkan air
mengalir.
Solusi : bidan sebagai pengelola harus memperhatikan kualitas
pelayanan dan juga fasilitas fisik yang ada. Supaya saat melakukan
praktik itu nyaman bagi tenaga kesehatan dan juga nyaman bagi
klien.

17 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

PENUTUP

Agar bidan dapat memberi informasi mutakhir dan menyediakan


pelayanan berdasarkan pada riset dan bukti, sangat penting bagi bidan untuk
membaca literatur profesional terbaru yang kini banyak beredar di pasaran. Selain
itu, terdapat juga bermacam-macam bahan yang tersedia pada jurnal terkait, atau
artikel yang dipublikasikan berkenaan dengan bidan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan. Tindakan yang bermanfaat jika bidan dan dokter dalam spesialisasi
yang relevan saling membaca jurnal dari kedua profesi tersebut.
Dimensi etik mencakup dalam seluruh peran bidan, oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa bidan yang profesional adalah bidan yang mampu melakukan
perannya dengan baik dan tetap menjalankan etik dalam perannya sebagai seorang
bidan.

LATIHAN

1. Berikut ini adalah dimensi etik menurut Shirley Jones …


a. Pengajar
b. Penanggung jawab
c. Advokat
d. Pengacara
Jawaban : C
2. Hal dibawah ini merupakan keinginan terbanyak yang diungkapkan bidan
sebagai alasan utama para bidan mempelajari hukum …
a. Rasa takut mendapat tuntutan hukum dari kliennya
b. Rasa ingin memahami aspek etik dalam layanan kebidanan
c. Rasa ingin tahun mengenai hukum kesehatan
d. Rasa keterpaksaan karena tuntutan akademik
Jawaban : A

18 Asyifa 130104090523
Dimensi Etik dalam Peran Bidan

3. Di bawah ini merupakan pengertian dari teori utilitarian...


a. Menjadikan pasien sebagai objek
b. Mencoba menghasilkan yang terbaik bagi klien sesuai
kemampuannya
c. Memberikan yang terbaik karena ada balas jasa
d. Memaksakan diri untuk menghasilkan yang terbaik bagi klien
Jawaban : B
4. Perkembangan peran bidan sebagai pendidik yang terjadi masa kini
adalah...
a. Bidan bekerja untuk klien
b. Wanita tidak dapat memutuskan apa-apa
c. Tidak menghargai autonomi klien
d. Wanita adalah mitra bidan
Jawaban : D
5. Untuk meng up-date informasi dan pengetahuan seorang bidan dapat
dilakukan hal berikut ...
a. Mengikuti berbagai seminar dan pelatihan
b. Mendekati pimpinan
c. Melakukan survey lahan praktik
d. Memantau kinerja rekan sejawatnya
Jawaban : A

19 Asyifa 130104090523

Anda mungkin juga menyukai