Disusun oleh :
VIA INDRIAWATI
P27220021344
3. Primary Survey
D. Disability E. Exposure
1. Tingkat kesadaran: 1. Adanya trauma
Samnolen pada daerah :
2. Nilai GCS: Tidak terdapat trauma pada
bagian tubuh
E: 3 M : 3 V: 3 = 9
2. Adanya jejas/luka pada daerah
3. Pupil
Tidak terdapat jejas ataupun
Isokor luka
Anisokor 3. Ukuran luka
(panjang, kedalaman,
Respon Cahaya : + / -
lebar):
Diameter :
1 mm 2 mm -
3 mm 4 mm 4. Lain-lain : -
4. Ekstremitas
Sensorik √ Ya Tidak
Motorik √ Ya Tidak
5. Kekuatan otot : 3333
6. Lain-lain: -
4. Pengkajian sekunder (Secondary Survey)
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
5. Diagram Tubuh
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
DIABETES
GLUKOSA
SEWAKTU
50 <180 mg/dl GHOD-PAP
Glukosa Darah
Sewaktu
SEROIMUNOLOGI
Golongan &
Jenis Terapi Dosis Fungsi
Kandungan
Cairan IV:
Dextrose 10% 20 tpm Gol : Obat Keras - Cairan infus untuk mengatasi
Kandungan : hipoglikemia atau kondisi
- Dextrose kadar gula darah terlalu
Monohydrate 27.71 rendah. Obat ini juga
Gram; Dextrose digunakan sebagai alternatif
Monohydrate 5.5 untuk memenuhi kebutuhan
Gram; Dextrose gula dan cairan pada pasien
Monohydrate 25 dengan kondisi medis tertentu.
Gram; Dextrose
Monohydrate 5 g/ 100
ml; Dextrose
Monohydrate 10 g/100
ml
Dextrose 40 2 flash (50 ml)
Obat Parenteral:
obat golongan diuretik bermanfaat untuk mengeluarkan
2 ml (IV)
Furosemid kelebihan cairan dari dalam
tubuh melalui urine.
40 mg
Omeprazole Golongan Obat: Obat Fungsi Omeprazole digunakan
keras untuk mengobati tukak lambung,
tukak duodenum, tukak lambung,
dan duodenum akibat
penggunaan OAINS (obat anti-
inflamasi non-steroid).
B. ANALISA DATA
NO HARI/TGL DATA PROBLEM ETIOLOGI
(DS DAN
DO)
1. Sabtu,01 Januari DS : Ketidakstabilan Penggunaan insulin
2022 - Keluarga pasien kadar glukosa darah atau obat glikemik
mengatakan pasien oral
lemas setiap makan
terasa mual, muntah
±5x
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
pusing, gemeter kaki
dan tangan
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
tidak dapat beraktifitas,
hanya terbaring
ditempat tidur
DO :
- Akral dingin
- Pucat, konjungtiva
anemis
- Pasien tampak lemah
- TD : 100/70 mmHg
- RR : 26 x/menit
- Nadi : 89 x/menit
- S : 36,5
- GDS : 50 mg/dl
DO :
- SPO 2 : 97% dengan
nasal canul 3 lpm
- Kesadaran : somnolen
- GCS : E3V3M3 (9)
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut (SDKI.2017) antara lain :
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penggunaan
insulin atau obat glikemik oral (D.0027).
2. Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kadar glukosa darah (D.0017)
D. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan menurut (SDKI,2018) antara lain :
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penggunaan insulin atau obat glikemik oral (D.0027).
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakstabilan kadar Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (L.05022) Manajemen Hipoglikemia (I.03113)
glukosa darah Observasi
D.0027 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan kadar gula darah Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
meningkat Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Pengertian : Kriteria Hasil: Terapeutik
Variasi kadar glukosa darah Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
naik/turun dari rentang No. Meningkat Cukup Sedang Cukuo Menurun Batasi glucagon, jika perlu
normal Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai
meningkat menurun
diet
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Mengantuk
Pertahankan akses IV, jika perlu
1 2 3 4 5 Hubungi layanan medis, jika perlu
Edukasi
Pusing Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap
1 2 3 4 5 saat
Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
Gemeter Anjurkan monitor kadar glukosa darah
1 2 3 4 5 Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes
tentang penyesuaian program pengobatan
Kesulitan bicara Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral, dan
olahraga
1 2 3 4 5
Anjurkan pengelolaan hipoglikemia(tanda dan
Berkeringat gejala, faktor risiko dan pengobatan hipoglikemia)
Kolaborasi
1 2 3 4 5 Kolaborasi pemberian dextrosa, jika perlu
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat Kolaborasi pemberian glucagon, jika perlu
menurun meningkat
Koordinasi
1 2 3 4 5
Kesadaran
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik
Kadar glukosa dalam darah
1 2 3 4 5
Palpitasi
1 2 3 4 5
Perilaku
1 2 3 4 5
Jumlah urine
1 2 3 4 5
2. Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan kadar glukosa darah (D.0017)
N
HARI/TGL JAM IMPLEMENTAS RESPON PARAF
O
I
Dx
DS :
Sabtu, 15 11.30 Memonitor Tanda- Via
1,2 - Keluarga pasien
Januari 2022 WIB Tanda Vital
mengatakan pasien
tidak sadarkan diri
DO :
- Kesadaran samnlen
- GCS 9 (E3V3M3)
- TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 89 x/menit
S : 36,5 oC
RR :26x/menit
1 DS : -
Sabtu, 15 11.35 Melakukan Via
DO : GDS : 50 mg/dl
Januari 2022 WIB pengukuran GDS
2 DS : -
Sabtu, 15 11.40 Memposisikan semi Via
DO :
Januari 2022 WIB fowler
- Pasien dalam posisi 30º
2 DS : -
Sabtu, 15 11.42 Berkolaborasi dengan Via
DO :
Januari 2022 WIB dokter dalam
- Telah terpasang nasal
pemberian terapi
canul 3 lpm
Oksigen
1,2 DS : -
Sabtu, 15 11.43 Berkolaborasi dengan Via
DO :
Januari 2022 WIB dokter dalam
- Cairan Dextrosa 40%
pemberian terapi obat
25 ml sebanyak 2
( memasang IV cath
flash masuk via
nomor 22 di tangan
intravena
kiri lalu memberikan
DS :-
terapi cairan Dextrosa
DO :
40% 100 ml)
- Dextrosa 10 %masuk
Dilanjutkan dengan kecepatan 20
memberikan terapi tpm melalui intravena.
dextrose 10%
1,2 DS : -
Sabtu, 15 11.44 Berkolaborasi dengan Via
DO :
Januari 2022 WIB dokter dalam
- Telah masuk injeksi
pemberian terapi obat
furosemid 2 ml dan
injeksi omeprazole 40
mg melalui intravena
2 DS :-
Sabtu, 11.50 Melakukan Via
DO :
01Januari WIB pemeriksaan EKG
- EKG Normal Synus
2022
Rythme
1 DS : -
Sabtu, 15 12.35 Melakukan Via
DO : GDS : 145 mg/dl
Januari 2022 WIB pemeriksaan GDS
2 DS : -
Sabtu, 15 12.33 Melakukan Via
DO :
Januari 2022 WIB pemeriksaan Glasgow
- Kesadaran Apatis
Coma Scale (GCS)
- E4V5M3 (12)
1 DS :
Sabtu, 15 12..45 Menganjurkan Via
- Keluarga mengatakan
Januari 2022 WIB keluarga untuk
akan memberikan
memberikan makanan
makan sedikit tapi
dan minuman pada
sering
pasien
DO :
- Pasien tampak minum
teh
1,2 DS :
Sabtu, 15 12.50 Memonitor Tanda- Via
- Pasien mengatakan
Januari 2022 WIB Tanda Vital
“ya”
DO :
- Kesadaran apatis
- GCS 12 (E4V5M3)
- TTV
TD : 127/98 mmHg
N : 100 x/menit
S : 36,5 oC
RR :24x/menit
- SPO 2 : 98%
F. Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tgl/Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Dx
1. Sabtu, 15 Januari S: Via
2022 - Pasien mengatakan badan terasa lemas
12.50 wib - Pasien mengatakan sedikit pusing
O:
- Pasien masih tampak lemas
- Akral dingin
- TTV :
TD : 127/98 mmHg
N : 100 x/menit
S : 36,5 oC
RR :24x/menit
- SPO 2 : 98%
- GDS : 145 mg/dl
- Terpasang infus D10% 20 tpm
-
A:
- Masalah ketidakstabilan kadar gula darah
teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Pertahankan intervensi,
- Monitor GDS dan TTV berkala,
- Pertahankan cairan parenteral, pasien
pindah bangsal Alamanda
IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal Indonesian Journal of Clinical Pharmacy,
Volume Vol. 8 Iss. 2,
Nomor pg 99–106
Tahun 2019
Judul artikel Comparison of Effects of the Hypoglycemia Management
Protocol with 40% Dextrose Concentrated Solution to the Post-
correction Blood Sugar Response through Intravenous Infusion
and Intravenous Bolus
Penulis Yuriani1 , Retnosari Andarajati1 , Laurentius A. Pramono2
TELAAH JURNAL
P (Population) Penelitian analitik komparatif. dilakukan di Rumah Sakit St.
Carolus (D40% iv kelompok infus) dan Rumah Sakit Bella
(D40% iv kelompok bolus). Studi ini telah etis disetujui oleh
Komite Etik Penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (10343/UN2.F1/ETIK/2018). Populasi dalam penelitian
ini adalah Pasien dewasa di IGD atau bangsal rawat inap dengan
hipoglikemia menerima terapi D40%. Pengucualian responden
jika dirawat karena ketoasidosis diabetik, keadaan hiperglikemik
hiperosmolar, sdalam masa kehamilan. Responden yang
digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 70 pasien yang
menerima infus iv D40% dan 70 pasien yang menerima bolus iv
D40% memenuhi syarat untuk studi inklusi
I (Intervention) Cara pemberian D40% diberikan dengan dua cara yang berbeda
yaitu melalui intravena infus (iv infus) dan intravena bolus (iv
bolus), Untuk kelompok infus iv, D40% harus diencerkan dengan
NaCl 0,9% untuk memastikan hal yang sama jumlah dekstrosa
yang diberikan antar kelompok. Pengenceran dengan NaCl 0,9%
menghasilkan lebih sedikit larutan dekstrosa pekat. Oleh karena
itu, itu mengakui bahwa solusinya tidak lagi 40% dalam
konsentrasi, tetapi jumlah total dekstrosa yang diberikan 20 gram,
masih sama antara kelompok yang dibandingkan. Untuk analisis
statistik, data yang tidak memiliki distribusi parametrik dianalisis
menggunakan uji Chi-Square, uji eksak Fisher, atau
Uji Mann-Whitney U sesuai indikasi
C (Comparation) Kelompok pembanding dalam penelitain ini adalah kelompok
pemberian intravena bolus
O (Outcome) Median kenaikan gula darah pada kelompok iv infus D40% 69,5
(3–195) mg/dL (n=60 pasien) dan kelompok iv bolus D40% 77
(15–249) mg/dL (n=62 pasien) (p=0,259). Koefisien variasi
dengan iv infus adalah 47,18% dan iv bolus 52,75%. Median
derajat overkoreksi iv infus D40% lebih rendah dibandingkan iv
bolus D40%, dengan masing-masing 10% (0–138%) dan 23% (0–
195%). Kebutuhan laju infus dekstrosa untuk mempertimbangkan
tingkat oksidasi glukosa. Oksidasi dekstrosa dapat dikurangi pada
pasien dengan kondisi hipermetabolik, pasien dengan diabetes,
pasien lanjut usia, dan interaksi dengan obat bersamaan. Studi ini
memberikan gambaran umum dari respon glukosa darah oleh
pemberian D40% pada pasien yang sakit kritis menerima infus
insulin. Sebanyak 49% dari pasien mengalami peningkatan darah
glukosa di atas 100 mg/dL pasca-koreksi menunjukkan
variabilitas glikemik yang tinggi. Sebanyak 70 pasien yang
menerima infus iv D40% dan 70 pasien yang menerima bolus iv
D40% memenuhi syarat untuk studi inklusi. D40% iv infus dan
pemberian bolus berpengaruh pada darah pasca-koreksi respon
gula. Kedua cara pemberian D40% memiliki hubungan yang bermakna
dengan derajat overkoreksi (uji Mann-Whitney; p=0,000).
T (Time) Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA