Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN MENTAL


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gerontik
Dosen Pembimbing Ibu Dwi Sulistyowati, S.Kep,Ns.M.Kes

Disusun Oleh :
Astri Kesuma Triyan
Nur Annisa Najiba Gumay
Via Indriawati

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahNya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik Adapun tujuan dari
makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Gerontik
pada semester VI tahun ajaran 2019/2020 dengan judul “Asuhan Keperawatan
Lansia dengan Gangguan Mental ”
Dalam menyelesaikan makalah ini tentunya penulis banyak mengalami
kesulitan terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat
menyelesaikan makalah yang telah ditentukan oleh dosen pembimbing dan
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat.
Penulis sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif yang nantinya dapat
memacu penulis untuk lebih baik lagi diwaktu yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat memberikan pemahaman dan kesadaran bagi pembaca.

Jum’at, 30 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia
B. Pengertian Gangguan Mental
C. Klasifikasi Gangguan Mental
1. Pengertia Depresi
2. Pengertian Dimensia
D. Etiologi Deprsi dan Dimensia
E. Manifestasi Klinik Depresi dan Dimensia
F. Faktor Resiko Depresi dan Dimensia
G. Konsep Asuhan keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh
semua orang yang dikarunia usia panjang. Menurut World Health Organisation
(WHO) Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Proses menua ini
ditandai dengan perubahan pada fisik maupun mental lansia.

Perubahan mental pada lansia ditandai dengan sikap yang semakin


egosentrik, mudah tersinggung, dan mudah depresi. Depresi adalah gangguan
afek yang sering terjadi pada lansia dan merupakan salah satu gangguan emosi.
Gejala depresi pada lansia ditunjukkan dengan lansia menjadi kurang
bersemangat dalam menjalani hidupnya, mudah putus asa, aktivitas menurun,
kurang nafsu makan, cepat lelah, dan susah tidur di malam hari. Lansia yang
mengalami depresi akan mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-harinya. Depresi merupakan gangguan mental yang paling
banyak menimbulkan beban disabilitas, meningkatkan morbiditas, mortalitas,
dan resiko bunuh diri (Palestin, 2006). (Partini, 2006). Di komunitas prevalensi
depresi pada lansia lebih bervariasi antara 1 -35 % (Frazer, Christensen &
Griffith, 2005).Rahardjo (2010) menyatakan bahwa diIndonesia sekitar 74 %
lansia menderit apenyakit kronis seperti hipertensi, diabetes,osteoporosis,
rematik, dan jantung yang harusmengkonsumsi obat terus selama hidupnya.
Angka ini dapat mengindikasikan bahwa adakemungkinan sebanyak 74%
lansia di Indonesia berpotensi untuk mengalami depresi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Lansia?
2. Apa Pengertian gangguan mental?
3. Apa saja Klasifikasi gangguan mental?
4. Apa saja Tanda dan gejala Depresi dan Dimensia pada lansia?
5. Apa Etiologi/ penyebab terjadinya Depresi dan Dimensia pada lansia?
6. Apa saja tindakan yang bisa digunakan untuk pasien Depresi dan
Dimensia?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian lansia.
2. Untuk mengetahui pengertian gangguan mental.
3. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan mental.
4. Untuk mengetahui etiologi depresi dan dimentia pada lansia.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala depresi dan dimensia pd lansia.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada pasien depresi dan
dimensia
BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur ( usia 60 thn
keatas) pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut aging proses.
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan
gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu
tetapi juga dengan masyarakat. Pada umumnya gangguan jiwa ditandai
dengan adanya penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari pikiran
dan persepsi, serta adanya afek yang tidak wajar atau tumpul (Maslim,
2002; Maramis, 2010)

B. Klasifikasi
1. Depresi
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan
komponen psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna,
gagal, putus asa dan penyesalan atau berbentuk penarikan diri,
kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto).
Menurut PPDGJ-III (Maslim,1997), tingkatan depresi ada 3
berdasarkan gejala-gejalanya yaitu:
a) Depresi Ringan
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
 Kosentrasi dan perhatian yang kurang
 Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
b) Depresi Sedang
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
 Kosentrasi dan perhatian yang kurang
 Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
c) Depresi Berat
 Mood depresif
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas.
 Konsentrasi dan perhatian yang kurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh
diri
 Tidur terganggu
 Disertai waham, halusinasi
 Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu
Karakteristik Depresi Pada Lanjut Usia
Meskipun depresi banyak terjadi dikalangan lansia,- depresi
ini sering di diagnosis salah atau diabaikan. Rata-rata 60-70%
lanjut usia yang mengunjungi praktik dokter umum adalah mereka
dengan depresi, tetapi ; acapkali tidak terdeteksi karena lansia lebih
banyak memfokuskan pada keluhan badaniah yang sebetulnya ;
adalah penyerta dari gangguan emosi (Mahajudin, 2007).
Menurut Stanley & Beare (2007), sejumlah faktor yang
menyebabkan keadaan ini, mencakup fakta bahwa depresi pada
lansia dapat disamarkan atau tersamarkan oleh gangguan fisik
lainnya (masked depression). Selain itu isolasi sosial, sikap orang
tua, penyangkalan pengabaian terhadap proses  penuaan normal
menyebabkan tidak terdeteksi dan tidak tertanganinya gangguan
ini. Depresi pada orang lanjut usia dimanifestasikan dengan adanya
keluhan tidak merasa berharga, sedih yang berlebihan, murung,
tidak bersemangat, merasa kosong, tidak ada harapan, menuduh
diri, ide-ide pikiran bunuh diri dan pemilihan diri yang kurang
bahkan penelantaran diri (Wash, 1997).
2. Demensia

Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirikan dengan


kerusakan berat pada proses kognitif dan disfungsi kepribadian serta
perilaku (Isaac, 2004).
Demensia ialah kemunduran fungi mental umum, terutama intelegensi,
disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi
(irreversible) (Maramis, 1995).
C. Etiolgi
Faktor penyebab depresi secara umum dibagi menjadi faktor genetik,
faktor biologi dan faktor psikososial.
a. Faktor genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko
di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang
menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali
dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar
11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot
(Davies, 1999). Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap
depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa
terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam
menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga
dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.
b. Faktor biologic, misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak,
faktor risiko vaskular, kelemahan fisik.
c. faktor psikologik yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal,
peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai,
kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan
penggunaan obat-obatan tertentu.
d. Faktor Budaya
Perubahan sosial ekonomi dan nilai sosial masyarakat,
mengakibatkan kecenderungan lansia tersisihkan dan terbengkalai
tidak mendapatkan perawatan dan banyak yang memilih menaruh
di Panti lansia (Darmojo & Martono, 2004). Pergeseran sistem
keluarga dari extended familly ke nuclear familly akibat
industrialisasi dan urbanisasi mengakibatkan lansia terpinggirkan.
Budaya industrialisasi dengan sifat mandiri dan individualis
menganggap lansia sebagai “trouble maker” dan menjadi beban
sehingga langkah penyelesaiannya dengan menitipkan di Panti.
Akibatnya bagi lansia memperburuk psikologisnya dan
mempengaruhi kesehatannya.
Penyebab Dimensia pada lansia
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit
alzheimer, yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti,
namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan
faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu. Pada penyakit
alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga
terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia
yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan
jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang
semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.
D. Manifestasi klinis

Adapun tanda dan gejala depresi pada lansia adalah :

a. Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan
yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak rnemberikan kesenangan.
b. Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:
c. Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat
sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika.
kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah
makan.
d. Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala)
e. Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang
mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak
mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, "saya menyia-nyiakan
hidup saya" atau “saya tidak bisa rncncapai banyak kemajuan",
seringkali terjadi.
f. Berat badan berubah drastis
g. Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor
penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain
pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.
h. Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan
jernih dan untuk mernecahkan masalah secara efektif. Orang yang
mengalami depresi merasa kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya
pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu. Keluhan umum yang
sering terjadi adalah, "saya tidak bisa berkonsentrasi".
i. Keluarnya keringat yang berlebihan
j. Sesak napas
k. Kejang usus atau kolik
l. Muntah
m. Diare
n. Berdebar-debar
a) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang
mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari
kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya.
Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi mungkin akan
gampang letih dan lemah.
b) Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk
mengatakan atau merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya capai".

Tanda dan gejala Dimensia pada lansia adalah :


a. Menurut Hurley (1998), tanda dan gejala demensia secara umum adalah
sebagai berikut:
b. Daya ingat yang terus terjadi pada penderita demensia, “lupa” menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
c. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
d. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mangulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
e. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis yang berlebihan saat
melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang
di lakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan
tersebut muncul. 
f. Adanya perubahan tingkah laku seperti: acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.

E. Penatalaksanaan
a. Medis
Dari berbagai jenis upaya untuk gangguan depresi ini, maka terapi
psikofarmaka (farmakoterapi) dengan obat anti depresan merupakan
pilihan alternative. Hasil terapi dengan obat anti depresan adalah baik
dengan dikombinasikan dengan upaya psikoterapi.
b. Keperawatan
Adapun tindakan perawatan yang dilakukan terhadap penderita
demensia, antara lain dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Buat kegiatan pada pagi hari sehingga klien tidak tidur terus.
2. Kurangi stimulasi lingkungan yang menyebabkan klien terburu-
buru. 
3. Beri penerangan yang cukup pada kamar. 
4. Temani dan beri perasaan nyaman pada saat matahari terbenam.
5. Nyalakan lampu sebelum matahari terbenam.
6. Yakini bahwa lingkungan nyaman bagi klien.
7. Perhatikan keselamatan klien pada saat klien jalan-jalan. 
8. Anjurkan klien memakai tanda pengenal seperti gelang yang
bertulis alamat. 
9. Buat jadwal aktivitas ringan klien.
F. Pohon Masalah
DEPRESI

Efek Resiko tinggi mencederai diri, orang lain ,


lingkungan

Core Gangguan alam perasaan : Depresi

Causa Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Koping individu inaktif

Penolakan/duka, disfungsional/kehilangan

Sumber : Doengoes, Marilyan E. (2016) Rencana Asuhan Keperawatan


Psikiatri 3thn ed.Jakarta : EGC
DIMENSIA

Resiko injuri

Gangguan sensori
persepsi halusinasi

Core problem Defisit


Gangguan proses pikir
perawatan diri

Kerusakan memori
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat,


dan sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus
dapat dipahami dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan
pemberi pelayanan interdisipliner. Tujuan melakukan pengkajian adalah
menentukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi
data dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi waktu
pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik,
psikis, sosial, dan spiritual dengn melakukan kegiatan pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan (CGA : Komprehesif
Geriatrik Assesment). Pengkajian pada lansia yang ada dikeluarga
dilakukan dengan melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang
mengetahui masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada
kelompok lansia dipanti ataupun di masyarakat dilakukan dengan
melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh
masyarakat, serta petugas kesehatan. Untuk itu format pengkajian yang
digunakan adalah format pengkajian pada lansia yang dikembangkan
minimal terdiri atas data dasar :

Identitas

Nama :

Alamat :

Usia :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Agama :
Suku Bangsa :

1. Kaji adanya depresi.


2. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat,
seperti geriatric depresion scale.
3. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.

Lakukan observasi langsung terhadap :  

1. Perilaku

a. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan


melakukan aktivitas hidup sehari-hari?
b. Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial?
c. Apakah klien sering mengluyur dan mondar - mandir?
d. Apakah klien menunjukkan sundown sindrom atau
perseveration phenomena? 

2. Afek

a. Apakah kilen menunjukkan ansietas


b. Labilitas emosi
c. Depresi atau apatis
d. Lritabilitas
e. Curiga
f. Tidak berdaya
g. Frustasi

3. Respon kognitif

a. Bagaimana tingakat orientasi klien?


b. Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal - hal yang
baru saja atau yang sudah lama terjadi?
c. Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?
d. Kurang mampu membuat penilaian?

Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga

1. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia


sudah menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
2. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan
anggota keluarga yang lain.
3. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber
daya komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
4. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
5. Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran
pemberi asuhan tentang dirinya sendiri.

Contoh Lembar Pengkajian :

a. Pengkajian Fungsional
Merupakan pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan
aktivitas sehari – hari secara mandiri. Penentuan kemandirian
fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien,
menimbulkan pemilihan intervensi yang tepat. Situasi klien
menentukan beberapa kali dalam sehari tes harus diberikan, serta
jumlah kali klien perlu untuk di tes untuk menjamin hasil yang
akurat.Indeks Kemandirian pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien
dalam mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen,
dan makan. Definisi khusus dari kemandirian fungsional dan
tergantung tampak pada indeks.

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar


kecil, berpakaian, dan mandi.
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikimya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain dikiasifikasikan sebagai C, D, E, atau F

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan


pribadi aktif, kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini.
Ini didasarkan pada status aktual dan bukan pada kemampuan.
Seorang klien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
1) Mandi (Spon, Pancuran, atau Bak)
a) Mandiri
Bantuan hanya pada satu bagian mandi seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak mampul atau mandi sendiri
sepenuhnya.
b) Tergantung
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, tidak mandi sendiri.
2) Berpakaian
a) Mandiri
Mengambii baju dari kloset dan laci; berpakaian, melepaskan
pakaian, mengikat; mengatur pengikat; melepas ikatan
sepatu.
b) Tergantung
Tidak memakai baju sendiri atau sebagian masih tidak
menggunakan pakaian.
3) Ke Kamar Kecil
a) Mandiri
Ke kamar kecil; masuk dan keluar dari kamar kecil;
merapikan baju; membersihkan organ-organ ekskresi; (dapat
mengatur bedpan sendiri yang digunakan hanya malam hari
dan dapat atau takdapat menggunakan dukungan mekanis).
b) Tergantung
Menggunakan bedpan atau pispot atau menerima bantuan
dalam masuk dan menggunakan toilet.
4) Berpindah
a) Mandiri
Berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri, berpindah
duduk dan bangkit dari kursi secara mandiri (dapat atau tidak
dapat menggunakan dukungan mekanis).
b) Tergantung
Bantuan dalam berpindah naik atau turun dari tempat tidur
dan/atau kursi; tidak melakukan satu atau lebih perpindahan.
5) Kontinen
a) Mandiri
Berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri.
b) Tergantung
Inkontinensia parsial atau total pada perkemihan atau
defekasi; konirol total atau parsial dengan enema, kateter,
atau penggunaan urinal dan/atau bedpan teratur.
6) Makan
a) Mandiri
Mengambil makanan dari piring atau keseksamaan
memasukannnya ke mulut, (memotong-motong daging dan
menyiapkan makanan, seperti mengolesi roti dengan
mentega, tidak dimasukan dalam evaluasi).
b) Tergantung
Bantuan dalam hal makan (lihat di atas); tidak makan
sama sekali, atau makan per parentral.
Pada kasus depresi kemandirian cenderung bermasalah karena
berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas.

b. Pengkajian Status Kognitif (Short Portable Mental Status )


Bagaimana dengan kondisi kognitif lansia: apa daya ingat lansia
mengalami penurunan, mudah lupa, apa masih ingat hal-hal yang
terjadi pada lansia dimasa lalu, dll.
Data yanng diperoleh:
Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri
sendiri, pikiran yang destruktif tentang diri sendiri, pesimis,
ketidakpastian.

Mekanisme pengkajian kognitif:


Questionnaire/SPMSQ)

Instruksi : Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini, dan


catat semua jawaban. Ajukan pertanyaan 4 A
hanya jika klien tidak mempunyai telepon. Catat
jumlah kesalahhan total berdasarkan sepuluh
pertanyaan
+ - PERTANYAAN
1. Tanggal berapa hari ini? (Tanggal, bulan, tahun)
2. Hari apa sekarang ini?
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telepon Anda?
4A.Dimana alamat Anda? (Tanyakan hanya bila klien
tidak memiliki telepon)
5. Berapa umur Anda?
6. Kapan Anda lahir?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya?
9. Siapa nama ibu Anda?
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total

Dilengkapi oleh Pewawancara


Nama Pasien:                      Tanggal pengkajian:
Jenis kelamin:                     Suku:         
Pendidikan:        
Nama pewawancara:
Penilaian
Kesalahan 0-2             Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4             Kerusakan intelektual Ringan
Kesalahann 5-7           Kerusakan intelektual Sedang
Kesalahan 8-10           Kerusakan intelektual Berat
Pada kasus depresi pada lansia cendrung mengalami dimensia dan
mengalami gangguan kognitif yang dipengaruhi faktor depresi dan proses
degeneratif.

c. Pengkajian Status Sosial/ Emosi


APGAR keluarga
No. Fungsi Uraian Skor
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-sama
Analisa hasil :
Skor : 8-10 : fungsi sosial normal
Skor : 5-7   : fungsi sosial cukup
Skor : 0-4   : fungsi sosial kurang/suka menyendiri
Bagaimana dengan kondisi status mental klien: apakah lansia mudah
tersinggung, bagaimana dengan emosi lansia labil/stabil.

d. Pengkajian Status Psikologis


Skala Depresi Yesavage
Skala Depresi geriatrik Yesavage, bentuk singkat
Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan
Anda?(ya/tidak)
Sudahkah Anda mengeluarkan aktifitas dan minat Anda? (ya/tidak)
Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong?(ya/tidak)
Apakah Anda sering bosan?(ya/tidak)
Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu?(ya/tidak)
Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda?(ya/tidak)
Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu?(tidak/tidak)
Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari,
daripada pergi dan melakukan sesuatu yang baru? (ya/tidak)
Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak
masalah dengan ingatan Anda daripada yang lainnya?(ya/tidak)
Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini?
(ya/tidak)
Apakah Anda merasa saya sangat tidak berguna dengan keadaan
Anda sekarang? (tidak)
Apakah Anda merasa penuh berenergi? (ya/tidak)
Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada
harapan?(ya/tidak)Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang
lebih baik daripada Anda? (ya)
Analisa hasil :
Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. (nilai poin 1 untuk setiap
respons yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan)
*Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi.

e. Pengkajian Keseimbangan
KRITERIA NILAI
Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata
terbuka
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan
tetapi mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak
ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat
berdiri pertama kali
Duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka
menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata
tertutup
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan
tetapi usila mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau
bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada
saat berdiri pertama kali
Duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup
menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket: kursi harus yang keras tanpa lengan
Menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata terbuka
menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya
Menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata tertutup
klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
Perputaran leher (klien sambil berdiri)
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki:
keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
Gerakan mengapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak
stabil memegang sesuatu untuk dukungan

Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil
(misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa
berdiri lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk
bangun
Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan ragu-ragu,
tersandung, memegang objek untuk dukungan
Ketinggian langkah kaki
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
Kontinuitas langkah kaki
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh
lantai
Kesimetrisan langkah
Langkah tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit
Penyimpangan jalur pada saat berjalan
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang objek untuk dukungan
Keterangan:
0 – 5 resiko jatuh rendah
6 – 10 resiko jatuh sedang
11 – 15 resiko jatuh tinggi

f. Pengkajian Spiritual
1) Berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki dan sejumlah
makna keyakinan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari lansia.
2) Hal-hal yang perlu dikaji:
 Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya.
 Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan.
Misalnya: pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
 Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah
dengan berdoa.
 Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

g. Pengkajian Fungsi Afektif


Data yang sering didapat pada pengkajian afektif pada lansia depresi :
Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan,
kemurungan, rasa bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan,
kesepian, harga diri rendah, kesedihan.
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji fungsi afektif pada
lansia yaitu :
1) Penting untuk mengkaji arti dari suatu kejadian bagi lansia dengan
mengkaji kedalaman dan lamanya afek yang ditampilkan
2) Ekspresi emosi dipengaruhi oleh budaya dan karakteristik personal
3) Pada lansia biasanya tidak mengekspresikan perasaannya secara
langsung/ verbal. Oleh karena iti penting untuk mengobservasi
adanya reaksi tidak langsung/ non verbal dari lansia.
4) Penting untuk menggunakan istilah – istilah yang dapat diterima
oleh lansia pada saat wawancara dengan berfokus pada perasaan
yang dirasakan oleh lansia. Dapat diawali dengan menggunakan
open ended question misalnya : bagaimana kabarnya hari ini ?

Temuan – temuan pada Fungsi afektif


AFEK KETERANGAN
Afek tidak Respon emosional yang tidak sesuai dengan pikiran,
serasi pembicaraan
Afek tumpul Respon emosional yang sangat kurang
Afek Dua jenis perasaan yang berlawanan terhadap suatu
ambivalen objek yang timbul pada saat yang bersamaan
Euforia Kegembiraan berlebihan tidak sesuai dengan realitas
Depresi Perasaan sedih, murung, susah. depresi sering disertai
dengan gejala somatik : pusing, konstipasi, nyeri perut,
nyeri otot, nafsu makan berkurang dan insomnia.
Anxietas Kecemasan, kekawatiran, was – was, takut. Sering
disertai dengan gejala somatik : ketegangan motorik
(gemetar, tegang, nyeri otot, mudah kaget, gelisah) dan
hiperaktivitas saraf otonomik (berkeringat , telapak
tangan lembab, jantung berdebar cepat, mulut kering,
pusing, kesemutan, rasa mual, sering kencing, dan rasa
tidak enak di ulu hati)

Observasi yang dapat dilakukan untuk mengkaji fungsi afektif :


1) Bagaimana perasaan klien saat ini ?
2) Apakah indikator yang menggambarkan mood/ rasa cemas /
depresi pada klien ?
3) Apakah ada faktor –faktor dibawah ini yang mengakibatkan
cemas pada klien seperti : kondisi patologik, pengobatan atau
intervensi yang berpengaruh pada sistem saraf pusat ?
4) Cara yang dilakukan oleh klien untuk mengatasi perasaannya
yang tidak seperti biasanya ?
5) Apakah ada hal yang ingin didiskusikan mengenai perasaaan
klien?

h. Pengkajian Depresi
Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan
gejala yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus
dilakukan pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan
dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang untuk diujikan
kepada lansia. Salah satu yang paling mudah digunakan untuk
diinterprestasikan di berbagai tempat, baik oleh peneliti maupun
praktisi klinis adalah Geriatric Depression Scale (GDS)

i. Pengkajian Fisik
Keterampilan pengkajian Fisik ada 4 diantaranya adalah:
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi
Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:
1) Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi
tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun
berbeda jika. kondisinya telah parah seseorang cenderung akan
kehilangan gairah makan.
2) Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala)
3) Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang
mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu
tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, "saya
menyia-nyiakan hidup saya" atau “saya tidak bisa rncncapai
banyak kemajuan", seringkali terjadi.
4) Berat badan berubah drastis
5) Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam
faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur.
Tetapi dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu
banyak tidur.
6) Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir
dengan jernih dan untuk mernecahkan masalah secara efektif.
Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan untuk
memfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka
waktu tertentu. Keluhan umum yang sering terjadi adalah, "saya
tidak bisa berkonsentrasi".
7) Keluarnya keringat yang berlebihan
8) Sesak napas
9) Kejang usus atau kolik
10) Muntah
11) Diare
12) Berdebar-debar
13) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang
mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari
kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan
idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi
mungkin akan gampang letih dan lemah.
14) Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk
mengatakan atau merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya
capai".

B. Diagnosa Keperawatan

Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk mennetukan


diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan pada lanjut usia dapat
ditinjau dari beberapa aspek, antara lain : aspek fisik atau biologis dan
aspek psikososial. Salah satu cara menetukan diagnosis keperawatan dan
intervensi sebagaimana dikemukakan Wilkinson (2000), yaitu dengan
menggunakan NIC (Nuesing Intervention Classification) dan NOC
(Nursing Outcome).

1. DEPRESI

a. Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan konsep diri, depresi,


ansietas berat.

Dx : Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Perubahan dan


ketergantungan fisik (ketidakseimbangan mobilitas) serta
psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam


pasien diharapkan meningkatkan citra tubuh dengan kriteria hasil :

1) Merasa puas dengan penampilan tubuhnya


2) Merasa puas dengan fungsi anggota tubuhnya
3) Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan

NIC : Peningkatan citra tubuh

1) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan karena


penyakit atau pembedahan
2) Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru diterima
dapat masuk dalam citra tubuh pasien
3) Memudahkan hubungan dengan individu yang mempunyai
penyakit yang sama
4) Aspek spiritual

a) Bicara secara langsung dengan klien; hargai individu dan


ruang pribadinya jika tepat
b) Beri kesempatan terstruktur bagi klien untuk membuat
pilihan perawatan
c) Susun sasaran aktivitas progresif dengan klien
d) Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa
dilakukan pasien saat ini

b. Gangguan pola tidur b.d ansietas

Dx : Cemas berhubungan dengan Perubahan dalam status peran,


status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status
ekonomi, yang ditandai dengan ekspresi yang mendalam dalam
perubahan hidup, mudah tersinggung dan gangguan tidur.

NOC : Anxiety Controll

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam


diharapkan pasien dapat

1) Memonitor intensitas cemas


2) Melaporkan tidur yang adekuat
3) Mengontrol respon cemas
4) Merencanakan strategi koping dalam situasi stress

NIC : Anxiety Controll

1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan


cemas
2) Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan
3) Identifikasi ketika perubahan level cemas
4) Instruksikan pasien dalam teknik relaksasi seperti musik
lembut sebelum tidur
5) Identifikasi gangguan dan variasi tidur yang dialami dari
pola yang biasanya
6) Kurangi asupan kafein pada sore dan malam hari
7) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang
tenang untuk memfasilitasi agar pasien dapat tidur.

c. Membahayakan diri, resiko b.d perasaan tidak berharga dan


putus asa.

Dx : Koping tidakefektif berhubungan dengan percaya diri tidak


adekuat dalam kemampuan koping, dukungan sosial tidak
adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.

NOC : Coping

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,


pasien secara konsisten diharaapkan mampu :

1) mengidentifikasi pola koping efektif


2) Mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif
3) Melaporkan penurunan stress
4) Memverbalkan Kontrol perasaan
5) Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan
6) Beradaptasi dengan perubahan perkembangan
7) Menggunakan dukungan sosial yang tersedia
8) Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis

NIC I : Peningkatan koping (coping Enhancement)

1) Identifikasi derajat resiko / potensi untuk bunuh diri


2) Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri
3) Dorong aktivitas sosial dan komunitas
4) Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan
5) Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki
tujuan dan ketertarikan yang sama
6) Dukung pasien untuk menggunakan mekanisme ketahanan
yang sesuai.
7) Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar
belakang pengalaman yang sama
8) Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah
dimiliki klien dalam menyelesaikan masalah

d. Dx : Distress Spiritual berhubungan dengan Perubahan hidup,


kematian atau sekarat diri atau orang lain, cemas,
mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan sosial,
kurang sosialisasi

NOC : Pengharapan (hope)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24


jam pasien diharapkan mampu :

1) Mengekpresikan orientasi masa depan yang positif


2) Mengekspresikan arti kehidupan
3) Mengekspresikan rasa optimis
4) Mengekpresikan perasaan untuk mengontrol diri sendiri
5) Mengekspresikan kepercayaan
6) Mengekpresikan rasa percaya pada diri sendiri dan orang
lain

NIC : Penanaman Harapan (Hope Instilation)

1) Mengkaji pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi are


pengharapan dalam hidup
2) Melibatkan pasien secara aktif dalam perwatan diri
3) Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan
4) Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat
dalam support grup
5) Mengembangkan mekanisme peran koping pasien.

2. DIMENSIA

a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan


memori, degenerasi neuron ireversible

1) Kaji derajat gangguan derajat kognitif, orientasi orang, tempat


dan waktu
2) Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang

b. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis


dan kognitif

Dx : Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Perubahan dan


ketergantungan fisik (ketidakseimbangan mobilitas) serta
psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam


pasien diharapkan meningkatkan citra tubuh dengan
kriteria hasil :

1) Merasa puas dengan penampilan tubuhnya


2) Merasa puas dengan fungsi anggota tubuhnya
3) Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan

NIC : Peningkatan citra tubuh

1) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan karena


penyakit atau pembedahan
2) Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru diterima
dapat masuk dalam citra tubuh pasien
3) Memudahkan hubungan dengan individu yang mempunyai
penyakit yang sama
4) Aspek spiritual
5) Pertahankan tindakan kewaspadaan
6) Hadir dekat pasien selama prosedur atau pengobatan
dilakukan

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan


persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori (defisit
neurologis)

1) Kaji derajat sensori/ gangguan persepsi


2) Mempertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan

d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting


berhubungan dengan ketergantungan fisiologis dan atau
psikologis

1) Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri


2) Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan
bantuan sesuai kebutuhan

e. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga


berhubungan dengan pengaruh penyimpngan jangka panjang
dari proses penyakit, perubahan penampilan fisik, perubahan
keadaan, sejahtera, perubahan status mental.

NOC I : Llingkungan keluarga internal (Familly Environtment


Internal)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam


pasien secara konsisten diharapkan mampu :

1) berpartisipasi dalam aktivitas bersama


2) Berpartisipasi dalam tradisi keluarga
3) Menerima kunjungan dari teman dan anggota keluarga besar
4) Memberikan dukungan satu sama lain
5) Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada orang lain
6) Memdorong anggota keluarga untuk tidak ketergantungan
7) Berpartisipasi dalam rekreasi dan acara aktivitas komunitas
8) Memecahkan masalah

NIC I : Keterlibatan keluarga (Familly Involviment)

1) Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk


terlibat dalam perawatan pasien
2) Menentukan sumber fisik, psikososial, dan pendidikan
pemberi pelayanan kesehatan yang utama
3) Mengidentifikasi defisit perawtan diri pasien
4) Menentukan tingkat ketergantungan pasien terhadap keluarga
yang sesuai dengan umur atau penyakitnya
5) Berikan dukungan emosional
6) Rujuk keluarga ke kelompok pendukung
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur ( usia 60 thn keatas)
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut aging proses.
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan
gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu
tetapi juga dengan masyarakat.

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai