Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Profesi Ners

Mata Kuliah Keperawatan Maternitas Profesi

Disusun oleh:

VIA INDRIAWATI

P27220021344

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA

A. PENGERTIAN
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan
melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan
utuh dan sehat (Mansjoer (2012 dalam Anjarsari 2018). Sectio caesarea adalah suatu
cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut (Martowirjo, 2018).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2012). Jadi, sectio
caesarea adalah suatu persalinan melalui pembedahan pada dinding depan perut
dengan membuat sayatan untuk mengeluarkan janin.

B. ETIOLOGI
Menurut Martowirjo (2018), etiologi dari pasien Sectio caesarea adalah sebagai
berikut:
1. Etiologi yang berasal dari ibu
a. Plasenta Previa Sentralis dan Lateralis (posterior) dan totalis.
b. Panggul sempit.
c. Disporsi sefalo-pelvik: ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan
panggul.
d. Partus lama (prognoled labor)
e. Ruptur uteri mengancam
f. Partus tak maju (obstructed labor)
g. Distosia serviks
h. Pre-eklamsia dan hipertensi
i. Disfungsi uterus
j. Distosia jaringan lunak
2. Etiologi yang berasal dari janin
a. Letak lintang.
b. Letak bokong.
c. Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain
tidak berhasil.
e. Gemeli menurut Eastma, sectiocaesarea di anjurkan :
f. Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (Shoulder Presentation).
g. Bila terjadi interlok (locking of the twins).
h. Distosia oleh karena tumor.
i. Gawat janin.
j. Kelainan uterus:
1) Uterus arkuatus
2) Uterus septus
3) Uterus duplekus
4) Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk kepala janin ke
pintu atas panggul
Sedangkan menurut Mochtar (2011 dalam Sagita 2019), indikasi ibu dilakukan
Sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi
4.000 gram> Dari beberapa faktor Sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab sectio sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalau oleh janin ketikaakan lahir secara normal. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternatal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
4. Bayi kembar, tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio caesarea.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
5. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a) Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya
kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi,
kira-kira 0,27-0,5 %. Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan
defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya akan berubah menjadi
letak muka atau letak belakang kepala.
b) Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan
presentasi kaki.

C. PATOFISIOLOGI
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar
dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik
dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari
aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI
yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman.
Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap
aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun
juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
Pathway (Manuaba, 2012)
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Martowirjo (2018), manifestasi klinis pada klien dengan post Sectio
caesarea antara lain:
1. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
2. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
3. Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.
4. Abdomen lunak dan tidakada distensi.
5. Bising usus tidak ada.
6. Ketidaknyamanan untukmenghadapi situasi baru
7. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
8. Aliran lokhia sedangdan bebas bekuan, berlebihan dan banyak

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu
Sectio caesarea adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.
3. Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.
4. Pelvimetri : menentukan CPD.
5. Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.
6. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan, dan
presentasi janin.
7. Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin.
8. Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin
9. Penentuan elektronik selanjutnya :memastikan status janin/aktivitas uterus.

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Saifuddin (2009 dalam Ramadanty 2019) penatalaksanaan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perawatan awal
a. Letakan pasien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika diperlukan
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Perawatan fungsi kandung kemih
a. Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam
b. Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
c. Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai
minimum 7 hari atau urin jernih.
5. Pembalutan dan perawatan luka
a. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti pembalut
b. Ganti pembalut dengan cara steril
c. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
6. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
a. Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadinya infeksi.
b. Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan
tekanan intra abdomen.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan
kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan
bimbingan kegiatan post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk
mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
d. Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi
nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan
jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan.

G. KOMPLIKASI
Menurut NANDA NIC-NOC (2015) Sectio caesarea komplikasi pada pasien Sectio
caesarea adalah:
1. Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti peritonitis, sepsis dan
sebagainya. Infeksi post operatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada
gejala-gejala yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama)
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Perdarahan, bisa
timbul pada waktu pembedahan jika cabang cabang arteri uterina ikut terbuka
atau karena atonia uteri. Komplikasi komplikasi lain seperti luka kandung
kencing dan embolisme paru. suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
ruptur uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio
caesarea.
2. Komplikasi lain
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme paru.
3. Komplikasi baru
Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio caesarea
klasik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps
tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register
dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri di bagian bekas luka post operasi.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
h. Pola penanggulangan stress
Klien merasa cemas karena tidak bisa mengurus bayinya sendiri
i. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien merasa dirinya tidak seindah sebelum hamil, semenjak melahirkan
klien menalami perubahan pada ideal diri
j. Pola Reproduksi dan Sosial
Terjadi perubahan seksual atau fungsi seksualitas akibat adanya proses
persalinan dan nyeri ekas jahitan luka Sectio Caesarea.
5. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda vital
Tanda - Tanda Vital Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana
darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun
b. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
1. Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut, dan
apakah ada benjolan
2. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sclera kuning.
3. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya,
adakah cairan yang keluar dari teling
4. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadangkadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
5. Mulut dan gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab
c. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
d. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
e. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
f. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
g. Dada
1. Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara, areola
hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air susu lancer dan banyak
keluar
2. Paru- paru
Inspeksi : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat
pembengkakan.
Palpasi : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa
Perkusi : Redup / sonor
Auskultasi : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
3. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis teraba / tidak
Palpasi : Ictus cordis teraba / tidak
Perkusi : Redup / tympani
Auskultasi : Bunyi jantung lup dup
4. Abdomen
Inspeksi : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya
striegravidarum Palpasi : Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus
lembek / keras Perkusi : Redup Auskultasi : Bising usus
5. Genitalia
Bagaimana lochea yang keluar (warna, jumlah)
6. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
7. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. agen pecedera fisik (prosedur tindakan invasif) (D. 0077).
2. Resiko Infeksi b.d efek prosedur invasif (D. 0142)
3. Gangguan Mobilitas fisik b.d efek agen farmakologis (D. 0054)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa
Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri (08066) Manajemen nyeri (I. 08238)
berhubungan Definisi: a. Observasi
dengan agen Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
cidera fisik jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
(prosedur berintensitas ringan. - Identiifikasi skala nyeri
tindakan invasif) Tujuan: - Identifikasi respons nyeri non verbal
(D.0077) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 5 jam diharapkan - Identifikasi faktor yang memperberat
tingkat nyeri pasien dapat tertoleransi dengan Kriteria hasil dan memperingan nyeri
1. Nyeri pasien dapat tertoleransi - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
2. Pasien dapat mengontrol nyeri tentang nyeri
3. Pasien mengatakan nyaman - Identifikasi pengaruh nyeri pada
4. Skala nyeri pasien menurun kualitas hidup
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
b. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Resiko infeksi Tingkat Infeksi (L. A. Pencegahan Infeksi(I.14539)
14137) Definisi: a. Observasi
b.d.efek
Derajat infeksi berdasarkan observasi atau sumber informasi - Identifikasi riwayat kesehatan dan
prosedur Tujuan: riwayatalergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 5 jam diharapkan tidak - Identifikasi
invasif (D.
terjadi infeksi kontraindikasipemberian
0142) Kriteria Hasil: imunisasi
1. TTV dalam batas normal - Identifikasi status imunisasi
setiap kunjungan ke
2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi. pelayanankesehatan
b. Terapeutik
- Berikan suntikan pada pada
bayi dibagian pahaanterolateral
- Dokumentasikan informasi vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi padainterval
waktu yang tepat
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, resiko
yang terjadi, jadwaldan efek
samping
- Informasikan
imunisasiyang
diwajibkan pemerintah
- Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadappenyakit
namun saat ini tidak diwajibkan
pemerintah
- Informasikan
vaksinasiuntuk kejadian
khusus
- Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidakberarti
mengulang jadwal imunisasi
kembali
3. Gangguan Definisi: Dukungan Mobilisasi (I. 05173)
Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan fisik. a. Observasi
mobilitas
Tujuan: - Monitor kondisi umum selama
fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 5 jam diharapkan tingkat mobilisasi
mobilisasi meningkat - Identifikasi toleransi fisik melakukan
b.d. efek agen
Kriteria Hasil: pergerakan
farmakologis
1. Pergerakan ekstremitas meningkat b. Terapeutik
(D.0054).
2. Kekuatan otot meningkat - Fasilitasi aktivitas mobilisasi
3. Kelemahan fisik pasien menurun dengan alat bantu
- Fasilitasi melakukan pergerakan
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan.
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana
(misalnya duduk do tempat tidur,
pindaj dari tempat tidur ke kursi)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteriahasil yang diharapkan
(Potter, P., & Perry, 2014).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi atau aktivitas yang
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi
rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson. M.J,
2012).

E. EVALUASI KEPERAWATAN

S: Data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien setelah dilakukan tindakan.


O: Data berdasarkan hasil pengukuran / observasi langsung kepada pasien setelah
dilakukan tindakan.
A: Masalah keperawatan yang terjadi akibat perubahan status klien dalam data
subyektif dan obyektif.
P: Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan atau dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anjarsari, Dian. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesarea Indikasi
Preeklamsi Berat Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik.
Lumajang: Universitas Jember

Mansjoer, A. 2012. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC

Mochtar. 2011. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC

Potter, P., & Perry, A. (2014). Fundamentals of Nursing (7th ed.). Philadelphia: Elsevier Ltd.
Saifuddin, AB. 2010. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo

Sarwono Prawiroharjo. 2012. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Wilkinson.M.J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan:


Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Jakarta: EGC.
Winkjosastro. 2018. Ilmu Kebidanan , Keluarga Berencana. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai