Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KOLABORASI PADA KASUS PATOLOGI DAN


KOMPLIKASI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN
MIOMA UTERI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik (Stase 9)
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh :
SINGGIT PUTRI SUWANDHI
NIM P20624821045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PROFESI KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan Laporan Pendahuluan Patologis Stase VIII untuk memenuhi
salah satu tugas Praktik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dalam
Program Profesi Bidan.
Laporan Pendahuluan ini bisa diselesaikan tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Hj. Ani Radiati R, S.Pd, M. Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2. Ibu Nunung Mulyani, APP, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Ibu Dr. Meti Widiya Lestari, SST, M. Keb selaku Ketua Program Studi
Profesi Bidanan
4. Ibu Dita Eka, SST, M.Keb selaku wali kelas Profesi Kebidanan tahun 2021
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan
dan pengalaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, Terimakasih
Wassalamualaikum Wr. Wb

Tasikmalaya, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Tujuan ..................................................................................................2
C. Manfaat ................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................4
A. Mioma Uteri .........................................................................................4
1. Pengertian Mioma Uteri …………………………………….…... 4
2. Etiologi Mioma uteri …………………………………….... ........ 4
3. Tanda dan Gejala Mioma Uteri …………………………….…… 5
4. Patofisiologi Mioma Uteri ……………………………… …........ 6
5. Diagnosa Mioma Uteri …………………….....................……… 6
6. Komplikasi mioma uter .................................................................. 7
7. Tatalaksanaan Mioma Uteri ……………………………………… 7
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan
reproduksi merupakan suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan
sosial secara utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta
prosesnya. Masalah kesehatan reproduksi wanita salah satunya yaitu
leimioma uteri dikenal juga dengan fibromioma, fibroid maupun mioma
Mioma uteri adalah tumor jinak sel otot polos miometrium yang
dikelilingi oleh pseudocapsule. Wanita pada usia reproduktif memiliki
risiko lebih tinggi menderita mioma dan akan perlahan menghilang saat
menopause. Mioma uteri merupakan masalah reproduksi terbanyak kedua
yang diderita oleh wanita di Indonesia setelah kanker serviks
(Fadillah,2021).
Mioma uteri diklasifikasikan menurut lapisan uterus berdasarkan
letak anatominya. Terdapat tiga jenis subtipe yang paling umum terjadi
yaitu tipe intramural, subserosa, dan submukosa. Tumor ini adalah tumor
tersering yang terjadi pada rongga pelvis. Terdapat sekitar 70% pasien
yang menderita mioma uteri tidak memiliki gejala (asimtomatik) sehingga
penderita tidak sadar dengan penyakit yang sedang dialami yang
menyebabkan penderita tidak memperoleh pengobatan. Terdapat sekitar
30% penderita mioma uteri dengan gejala atau simtomatik. Beberapa
gejala yang dialami berupa perdarahan massive pada uterus atau
menorrhagia, nyeri pada abdominopelvik, konstipasi, gangguan berkemih,
serta infertilitas (Agustian,dkk,2021).
Studi prevalensi yang dilakukan di delapan Negara pada tahun
2009 melaporkan kejadian mioma uteri sebanyak 4,5% pada wanita
Inggris, 4,6% Prancis, 5,5% Kanada, 6,9% Amerika Serikat, 7% Brazil,
8% Jerman, 9% Korea, dan 9,8% di Italia. Prevalensi mioma uteri
mengalami peningkatan pada usia 40 tahun ke atas. Rata-rata mioma uteri
didiagnosis pada rentang usia 33,5 hingga 36,1 tahun (Nufra,2018).

1
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25
tahun mempunyai sarang mioma. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan)
terjadi sebelum menarche, setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma
yang masih bertumbuh. Prevalensi terjadinya mioma uteri meningkat
apabila ditemukan riwayat keluarga. Di Indonesia jumlah kejadian
penyakit ini menempati urutan ke dua setelah kanker serviks. Mioma uteri
ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat
(Nufra,2018). Morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri cukup
tinggi karena dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal,
serta diperkirakan dapat menyebabkan kesuburan rendah. Jika terjadi
perdarahan abnormal yang berlebihan dapat menyebabkan anemia,
penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan sering berkemih dan
urgensi, potensial untuk terjadinya sistitis dan penekanan pada rectum.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik
membuat laporan pendahuluan mengenai Asuhan Kolaborasi Pada kasus
Patologi dan komplikasi pada kesehatan reproduksi dengan mioma uteri
di Puskesmas Palimanan Kabupaten Cirebon tahun 2022.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan ini adalah memberikan Asuhan Kolaborasi Pada
kasus Patologi dan komplikasi pada kesehatan reproduksi dengan mioma
uteri di Puskesmas Cilembang Tasikmalaya tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif secara terfokus
pada Asuhan Kolaborasi Pada kasus Patologi dan komplikasi pada
kesehatan reproduksi dengan mioma uteri di Puskesmas Cilembang
Tasikmalaya tahun 2022.
b. Melakukan analisis yang tepat pada Asuhan Kolaborasi Pada kasus
Patologi dan komplikasi pada kesehatan reproduksi dengan mioma
uteri di Puskesmas Cilembang Tasikmalaya tahun 2022.
c. Melakukan penatalaksanaan dan memberikan KIE yang tepat sesuai
kebutuhan pada Asuhan Kolaborasi Pada kasus Patologi dan

2
komplikasi pada kesehatan reproduksi dengan mioma uteri di
Puskesmas Cilembang Tasikmalaya tahun 2022.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi d
an menambah wawasan mengenai Asuhan Kolaborasi Pada kasus
Patologi dan komplikasi pada kesehatan reproduksi dengan mioma uteri
di Puskesmas Cilembang Tasikmalaya tahun 2022.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi bidan ataupun tenaga
kesehatan lainnya tentang Asuhan Kolaborasi Pada kasus Patologi
dan komplikasi pada kesehatan reproduksi dengan mioma uteri di
Puskesmas Cilembang Tasikmalaya tahun 2022
b. Dapat memberikan informasi bagi pembaca makalah sehingga menam
bah pengetahuan mengenai Asuhan Kolaborasi Pada kasus Patologi
dan komplikasi pada kesehatan reproduksi dengan mioma uteri
Puskesmas Cilembang Tasikmalaya tahun 2022 .
c. Dapat dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan ilmu mengen
ai Asuhan Kolaborasi Pada kasus Patologi dan komplikasi pada
kesehatan reproduksi dengan mioma uteri di Puskesmas Cilembang
Tasikmalaya tahun 2022

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Mioma Uteri
1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri atau sering disebut fibroid merupakan tumor jinak yang
berasal dari otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena mutasi
genetik, kemudian berkembang akibat induksi hormon estrogen dan
progesteron. Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi hormonal,
tumor ini jarang mengenai usia prapubertas serta progresivitasnya
akan menurun pada masa menopause. Leiomioma uteri merupakan
jenis tumor jinak yang dapat menyerang segala usia.
Menurut Aymara (2019) Klasifikasi Mioma Berdasarkan lokasinya,
mioma diklasifikasikan atas beberapa tipe antara lain:
a. Tipe 0 - merupakan pedunculated intracavitary myoma, tumor
berada submukosa dan sebagian dalam rongga rahim.
b. Tipe 1 - merupakan tipe submukosa dengan < 50% bagian tumor
berada di intramural
c. Tipe 2 - tumor menyerang ≥ 50% intramural
d. Tipe 3 - seluruh bagian tumor berada dalam dinding uterus yang
berdekatan dengan endometrium.
e. Tipe 4 - tipe tumor intramural yang lokasinya berada dalam
myometrium
f. Tipe 5 - tipe serosa dengan ≥ 50% bagian tumor berada pada
intramural
g. Tipe 6 - jenis subserosa yang mengenai < 50% intramural
h. Tipe 7 - tipe pedunculated subserous
i. Tipe 8 - kategori lain ditandai dengan pertumbuhan jaringan di
luar miometrium yang disebut cervicalparasitic lesion.
2. Etiologi Mioma Uteri
Etiologi mioma uteri adalah abrnomalitas gen karena mutasi genetik
HMG1, HMG1-C, HMG1 (Y) HMGA2, COL4A5, COL4A6, dan
MEDI2.2 Kelainan kromosom terjadi akibat gangguan translokasi

4
kromosom 10, 12, dan 14, delesi kromosom 3 dan 7 serta aberasi
kromosom 6. Selain itu Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum
diketahui, namun ada 2 teori yang berpendapat:
a. Teori Stimulasi Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor
etiologi, mengingat bahwa :
1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause.
4) Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan
mioma uteri
b. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur
yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh estrogen
3. Tanda dan Gejala Mioma Uteri
Tanda dan gejala kasus mioma uteri secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan
tidak sadar bahwa mereka mengandung satu tumor dalam uterus.
Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural,
submucous) digolongkan sebagai berikut :
a. Perdarahan tidak normal Perdarahan ini serng bersifat
hipermenore; mekanisme perdarahan ini tidak diketahui benar,
akan tetapi faktor-faktor yang kiranya memegang peranan dalam
hal ini adalah telah meluasnya permukaan endometrium dan
gangguan dalam kontraktibilitas miometrium.
b. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah Dapat terjadi
jika :
1) Mioma menyempitkan kanalis servikalis
2) Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim.
3) Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis,
ooforitis.
4) Terjadi degenerasi merah.

5
c. Tanda-tanda penekanan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi
mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada
usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan
terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi
dan terhadap uretes bisa menyebabkan hidro ureter.
d. Infertilitas dan abortus
Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau
menekan pors interstisialis tubae; mioma submukosum
memudahkan terjadinya abortus.
4. Patofisiologi Mioma Uteri
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai
semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma
yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat.
Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat
menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung
kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi Tetapi
masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada
mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul
lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan
sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan
fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak
dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.
5. Diagnosis
Diagnosis Banding
a. Kehamilan

6
b. Kehamilan ektopik
c. Adenomiosis
d. Polip endometrium
e. Endometriosis
f. Karsinoma endometrium
Membedakan mioma uteri dengan diagnosis lainnya adalah
dengan pemeriksaan penunjang, yakni pemeriksaan kehamilan
sederhana menggunakan strip test, laboratorium darah, USG, ataupun
histeroskop.
6. Komplikasi mioma uteri
Komplikasi mioma yang paling meresahkan adalah infertilitas.
Berdasarkan data di Amerika Serikat, infertilitas dapat terjadi pada 2-
3% kasus mioma uteri. Pada kehamilan, tumor akan memicu
keguguran, gangguan plasenta dan presentasi janin, prematuritas serta
perdarahan pascapersalinan. Komplikasi pembedahan meliputi
perdarahan, infeksi, dan trauma pada organ sekitar. Akibat embolisasi
dapat terjadi sindrom pasca-embolisasi yang ditandai dengan keluhan
nyeri, demam, dan ekspulsi tumor dari vagina. Setelah miolisis dapat
terjadi nyeri dan perdarahan.
7. Tatalaksana Mioma Uteri
Penatalaksaaan mioma uteri atau tumor jinak otot rahim mencakup
observasi, medikamentosa, atau pembedahan.
a. Observasi
Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala
apapun karena diharapkan saat menopause, volume tumor akan
mengecil.
b. Medikamentosa
Diberikan untuk mengurangi perdarahan, mengecilkan
volume tumor, dan sebagai prosedur pre-operatif.
1) Agonis Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH)
Mekanisme kerjanya adalah melalui down regulation
reseptor GnRH, sehingga terjadi penurunan produksi FSH dan

7
LH yang akan menurunkan produksi estrogen. Obat ini
direkomendasikan pada mioma jenis submukosa. Durasi
pemberian yang dianjurkan adalah selama 3-6 bulan;
pemberian jangka panjang >6 bulan harus dikombinasi dengan
progesteron dengan atau tanpa estrogen. Pada pemberian awal
bisa terjadi perburukan keluhan akibat efek samping obat.1
Analog GnRH juga dapat digunakan pre-operatif selama 3-4
bulan sebelum pembedahan (Allstair,2017).
2) Preparat Progesteron
Preparat progesteron antara lain antagonis progesteron
atau selective progesterone receptor modulator (SPRM). Suatu
studi prospektif acak menyimpulkan bahwa pemberian
mifepristone 25 mg sehari selama 3 bulan akan menurunkan
ukuran tumor sebesar 40%. Ukuran tumor menurun jauh lebih
besar, sebesar 50%, pada pemberian ulipristal 10 mg dengan
durasi pengobatan yang sama.10 Berdasarkan
farmakodinamikanya, golongan obat ini juga digunakan pre-
operatif. Kemudian, setelah 2-4 siklus pengobatan dianjurkan
menggunakan levonorgestrelintrauterine devices (LNG IUS)
untuk mencegah relaps.8 IUD jenis ini juga direkomendasikan
sebagai terapi mioma intramural (Allstair,2017).
3) Aromatase Inhibitor
Aromatase inhibitor terbagi dua jenis, yaitu aromatase
inhibitor kompetitif yakni anastrazole dan letrozole, dan
senyawa inaktivator yakni exemestane. Kerja keduanya
hampir sama yakni menghambat proses aromatisasi yang
merupakan dasar patogenesis mioma.1 Kelebihan obat ini
adalah tidak ada efek tromboemboli yang dapat menjadi kausa
mortalitas.1
4) Asam Traneksamat
Asam traneksamat berfungsi membantu mengatasi perdarahan.
Durasi pemberian adalah selama 3-4 hari dalam sebulan

8
(Maria,2017).
5) NSAID
Golongan NSAID digunakan untuk mengurangi nyeri
dan perdarahan.
c. Pembedahan
Jenis pembedahan mencakup histerektomi dan
miomektomi. Pilihan operasi disesuaikan dengan kondisi dan
keinginan pasien.
1) Histerektomi
Direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 40
tahun dan tidak berencana memiliki anak lagi. Histerektomi
dapat dilakukan dengan metode laparotomi, mini laparotomi,
dan laparoskopi. Histerektomi vagina lebih dipilih karena
komplikasi lebih rendah serta durasi hospitalisasi lebih singkat
(Hana,dkk,2019).
2) Miomektomi
Miomektomi direkomendasikan pada pasien yang
menginginkan fertility sparing. Miomektomi dapat dengan
teknik laparotomi, mini laparotomi, laparoskopi, dan
histeroskopi. Teknik laparotomi dan mini laparotomi adalah
tindakan yang paling sering dilakukan, sedangkan laparoskopi
paling jarang dilakukan karena lebih sulit. Histeroskopi
direkomendasikan pada mioma submukosa dengan ukuran
tumor (Aymara,dkk,2017).
Selain pembedahan, juga digunakan teknik non-invasif
radioterapi, yakni embolisasi dan miolisis. Embolisasi Arteri
Uterina Metode ini dilakukan dengan embolisasi melalui arteri
femoral komunis untuk menghambat aliran darah ke rahim. Efek
yang diharapkan adalah iskemia dan nekrosis yang secara
perlahan membuat sel mengecil. Teknik ini direkomendasikan
pada pasien yang menginginkan anak dan menolak transfusi,
memiliki penyakit komorbid, atau terdapat kontraindikasi operasi.

9
Di sisi lain, teknik ini dikontraindikasikan pada kehamilan, jika
terdapat infeksi arteri atau adneksa dan alergi terhadap bahan
kontras.
Miolisis/Ablasi Tumor Teknik ini bekerja langsung
menghancurkan sel tumor dengan media radiofrekuensi, laser,
atau Magnetic Resonance Guided Focused Ultrasound Surgery
(MRgFUS). Metode terakhir menggunakan gelombang ultasonik
intensitas tinggi yang diarahkan langsung ke sel tumor.
Gelombang ini akan menembus jaringan lunak dan menyebabkan
denaturasi protein, iskemia, dan nekrosis koagulatif. Teknik ini
tidak direkomendasikan pada mioma uteri saat kehamilan.
Edukasi
Selama tidak ada keluhan, pasien dianjurkan kontrol setiap 6
bulan. Jika telah menopause dan tidak ada pertumbuhan tumor dalam
satu tahun maka kontrol dianjurkan hanya jika muncul gejala.
Kehamilan dapat terjadi 4-6 bulan setelah penanganan. Kehamilan
dapat berjalan lancar namun 1/3 kasus mioma dapat menginduksi
abortus dan premature. Upaya pencegahan mioma uteri dilakukan
dengan pengaturan diet dan olahraga.6 Selain itu, merencanakan
kehamilan dan memberikan ASI eksklusif, merokok, dan produk
kecantikan ternyata dapat memberikan efek profilaksis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andrea C, Jacopo DG, Piergiorgio S, Nina M, Stefano RG, Petro L, et al. 2013.
Uterine fibroids: Pathogenesis and interactions with endometrium and
endomyometrial junction. Obstet Gynecol Int.;2013:173184.
Alistair RW. 2016. Uterine fibroids-what’s new? Pubmed Central. 2017; 6: 2109.
6. Radmilla S, Ljijiana M, Antonio M, Andrea T. Epidemiology of uterine
myomas: A review. Internat J Fertil Steril.;9(4):424-35
Aymara M, Marta T, Joana DC, Gloria E, Ignacio C, Javier M. 2017. Updated
approaches for management of uterine fibroids. Internat J Women’s
Health.;9: 607-17
Fadillah.2021. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Mioma Uteri
Di Rsup Dr. Mohammad Hoesin Palembang, Skripsi,Universitas Sriwijaya
Hana A, Freddy WW, Hermine MMT. Karakteristik penderita mioma uteri di
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal Medik dan Rehabilitasi.
2019;1(3):1-6.
Maria SD, Edward MB. 2017. Uterine fibroids: Diagnosis and treatment. Am Fam
Physician.;95(2):100-7
Nufra dan azimar. 2018. Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Leimioma
Uteri di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Journal of Healthcare
Technology and Medicine Vol. 4 No. 2 Oktober 2018 Universitas Ubudiyah
Indonesia
Radmilla S, Ljijiana M, Antonio M, Andrea T. 2016.Epidemiology of uterine
myomas: A review. Internat J Fertil Steril.9(4):424-35

11

Anda mungkin juga menyukai