DISUSUN OLEH :
PENGANTAR
OBSTETRI &
GINEKOLOGI
c. Pelajarilah referensi lain yang berhubungan dengan materi modul sehingga Anda
mendapatkan tambahan pengetahuan.
KEGIATAN BELAJAR
KEGIATAN BELAJAR I
1. Menganalisis lingkup komplikasi kebidanan
Lingkup komplikasi kebidanan yaitu kehamilan dan pelaksanaanya,
persalinan dan pelaksanaanya, nifad dan pelaksanaanya, kedaruratan kebidanan
dan pelaksanaanya, tindakan operatif kebidanan.
Menurut Dep Kes RI (1997), jika tidak melaksanakan ANC sesuai aturan dikhawatirkan
akan terjadi komplikasi-komplikasi yang terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut :
A. Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :
Perdarahan
Pre-eklampsia/eklampsia
Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)
Hidramnion 3
Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia
kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan. Komplikasi
persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan penanganan persalinan, dan dianggap
sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibu bersalin. Faktor-faktor yang diduga
ikut berhubungan dengan kejadian komplikasi tersebut antara lain usia, pendidikan, status
gizi dan status ekonomi ibu bersalin.
Pada penelitian yang dilakukan tahun 1990 yang diadakan oleh Assesment Safe
Motherhood, ditemukan beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab
terjadinyakomplikasi pada persalinan. Hal tersebut antara lain:
1. Derajat kesehatan ibu rendah dan kurangnya kesiapan untuk hamil
2. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh kurang
3. Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa setelah persalinan dini
masih kurang
4. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum sepenuhnya
mampu melaksanakan deteksi resiko tinggi sedini mungkin
4
Menurut Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpAK, dokter spesialis anak dan ahli
neonatologi dari Brawijaya Women and Children Hospital, setiap proses kehamilan dan
persalinan memiliki faktor risiko. “Sekitar 90 persen kehamilan dan persalinan adalah
normal, dan 10 persennya berisiko mengalami gangguan,”.
Komplikasi Nifas Adalah infeksi luka jalan lahir pascapersalinan, biasanya dari
endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifassebagian besar di sebabkan oleh
infeksi nifas maka demam dalamnifas merupakan gejala penting dari penyakit ini.
5
Macam-macam komplikasi nifas adalah:
a. Abortus
1. Abortus Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari
20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan,
perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian
janin.Pada abortus septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam
(menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok.
Etiologi Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak
bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin
seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
Klasifikasi Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
a. Abortus Komplet Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan
kurang dari 20 minggu.
b. Abortus Inkomplet Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada
yang tertinggal.
c. Abortus Insipiens
d. Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah
mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
e. Abortus Iminens Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam,
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam
rahim.
f. Missed Abortion Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih dalam kandungan.
g. Abortus Habitualis Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
h. Abortus Infeksius Abortus yang disertai infeksi organ genitalia
i. Abortus Septik Abortus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan
produknya kedalam sirkulasi sistemik ibu. Untuk menangani pasien abortus.
Ada beberapa langkah yang dibedakan menurut jenis abortus yang dialami, antara lain :
8
b. Molahidatidosa
Mola Hidatidosa atau dalam bahasa umumnya Hamil Anggur adalah pertumbuhan
massa jaringan dalam rahim Anda (uterus) yang tidak akan berkembang menjadi janin
atau bayi dan merupakan hasil konsepsi yang abnormal. Jenis masalah kehamilan ini
9
adalah jenis penyakit trofoblas gestasional, dan bentuk kanker dari penyakit trofoblas
Sel telur yang secara patologi sudah mati, tetapi terlambat untuk dikeluarkan.
Adanya Imunoseletif dari trofoblas.
Status sosial ekonomi yang rendah.
Paritas yang tinggi.
Defisiensi Protein.
Adanya infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
Seorang wanita yang mengalami hamil mola akan tampak seperti kehamilan
normal pada awalnya, tetapi kemudian kehamilan ini menimbulkan tanda dan gejala tidak
seperti kehamilan biasa, seperti:
Perdarahan pervaginam dengan warna coklat gelap sampai merah terang pada
trimester pertama. Ini merupakan tanda yang paling sering.
Mual dan muntah, hyperemesis gravidarum.
10
Adanya cairan kista seperti anggur, kista ovarian theca luteal.
Jika Anda mengalami tanda-tanda atau gejala kehamilan molar, konsultasikan dengan
dokter Anda atau layanan kesehatan untuk kehamilan. Mereka mungkin mendeteksi tanda-
tanda lain dari kehamilan mola ini seperti:
Pertumbuhan rahim yang pesat – rahim terlalu besar untuk tahap kehamilan.
Tekanan darah tinggi.
Preeklamsia – suatu kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan protein
dalam urin setelah 20 minggu kehamilan.
Kista ovarium.
Anemia.
Tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme).
Mola Hidatidosa.
Komplit.
Parsial.
Mola Invasif.
Choriocarcinoma.
Placental-site trophoblastic tumor.
Trophoblastic lesions, miscellaneous.
11
Dari sudut pandang klinis, penyakit trofoblas diakui sebagai keganasan ginekologi
yang paling dapat disembuhkan, karena dua alasan utama :
Human chorionic gonadotropin ( hCG ) yang diproduksi oleh berbagai proliferasi trofoblas,
dan konsentrasi hCG dalam urin atau serum secara langsung berkaitan dengan jumlah sel
trofoblas yang layak. Untuk alasan ini, hCG adalah penanda sensitif yang unik dalam
pengelolaan pasien dengan masalah kehamilan ini.
Perkembangan trofoblas sangat sensitif terhadap agen kemoterapi tertentu, seperti
methotrexate dan actinomycin D.
Pada Mola hidatidosa komplit terjadi ketika sel telur yang kurang kromosom
pelengkap dan dibuahi oleh sperma haploid, biasanya mengandung kromosom X.
Duplikasi kromosom ini biasanya menghasilkan kariotipe 46, XX yang berasal dari ayah.
Tidak ada janin berkembang, tetapi ada plasenta yang abnormal terdiri dari massa jaringan
seperti anggur, villi chorionic menggembung atau bengkak.
Secara klinis, mola hydatidosa lengkap dicurigai pada pasien dengan uterus lebih
besar dari yang diharapkan untuk usia kehamilan normal, terdapat pendarahan vagina,
level hCG berulang-ulang dan meningkat nyata, preeklamsia trimester pertama (kehamilan
terkait hipertensi) dan, kadang-kadang, sebuah pembesaran ovarium bilateral, kista lutein
sekunder. Pada tes ultrasonografi memberikan gambaran badai salju.
Mola hidatidosa parsial vili tersebar seperti anggur, ovum dibuahi oleh dua set
kromosom haploid paternal. Hal ini dapat terjadi dengan dispermy ketika dua sperma
membuahi ovum tunggal, atau ketika sperma diploid membuahi ovum, atau jika sperma
haploid membuahi ovum diploid. Hasilnya adalah triploidi dengan 69 kromosom. Karena
set kromosom ibu ada, janin berkembang, tetapi cacat, dan kehamilan jarang terjadi untuk
jangka panjang. Hanya beberapa vili yang tampak seperti anggur. Koriokarsinoma adalah
bentuk yang langka dari mola parsial.
Sebuah metode cepat untuk penilaian ploidi pada jaringan molar adalah analisis
cytometric DNA. Teknik ini dapat berfungsi sebagai pelengkap untuk interpretasi patologis.
d. BO (Blighted ovum)
1.Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum mual muntah yang berlebihan atau tidak terkendali selama
masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi
nutrisi, dan kehilangan berat badan.
Penyebab
Dampak terhadap Kehamilan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan
manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus
dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
Tanda dan Gejala Batas jelas antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita
15
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Rawat inap •
Stop makan dan minum dalam 24 jam pertama
Obat-obatan diberikan secara parenteral
Infus D10% (2000 ml) dan RL 5%(2000 ml) per hari.
Diazepam 10 mg IM (jika perlu)
Lakukan evaluasi dalam 24 jam pertama
Bila keadaan membaik, boleh diberikan makan dan minum secara bertahap
Bila keadaan tidak berubah: stop makan/ minum, ulangi penatalaksanaan seperti
sebelumnya untuk 24 jam kedua.
Bila dalam 24 jam tidak membaik pertimbangankan untuk rujukan
Infus dilepas setelah 24 jam bebas mual dan muntah
Jika dehidrasi diatasi, anjurkan makan makanan lunak porsi kecil tapi sering,
hindari makanan yang berminyak dan berlemak, kurangi karbohidrat, banyak
makan makanan yang mengandung gula.
f. Anemia
Anemia adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat
proses persalinan (BKKBN, 2003 : 24). Kondisi ibu hamil dengan kadarHemoglobin kurang
dari 11 gr % pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 gr % pada trimester 2. Anemia dapat
menimbulkan dampak buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus,
abortus, kematian janin, cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008 : 281).
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 sampai 15 gr %. Angka
tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan
selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan 16
Dokter ataupun bidan Anda akan menangkap gejala terjadinya pre eklampsia pada
saat melakukan pemeriksaan rutin pra kelahiran dan memeriksa:
Pre eklampsia dapat datang secara tiba-tiba sehingga Anda harus memerhatikan
gejala-gejala yang ditimbulkan dan segera lapor pada dokter apabila Anda mengalami hal
yang ganjil semasa kelahiran.
o Apabila kondisi Anda tidak terlalu parah, biasanya Anda akan diminta untuk
beristirahat.
o Biasanya Anda akan diberi beberapa obat untuk mengatasi hal ini.
o Banyak penderita kasus ini akan menjalani rawat inap.
o Ada kemungkinan dokter Anda akan mengusulkan untuk melahirakan anak
Anda lebih cepat melalui operasi caesar.
d. Eklampsia
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia. Eklamsia
merupakan kelanjutan dari “pre eklamsia berat” ditambah dengan kejang atau koma yang
dapat berlangsung mendadak.
Penanganan
Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan
perawatan inap dan pada plasenta tingkat sedang dan berat penanganannya dilakukan di
rumah sakit (Saifuddin, 2002 : 92).
Ada beberapa tingkat keparahan pada plasenta previa ini, dan tingkat keparahan ini
19
akan menentukan upaya yang akan dilakukan oleh dokter:
Apabila plasenta Anda menutupi seluruh atau sebagian leher rahim maka Anda tidak
mungkin menjalankan proses kelahiran secara normal. Anda harus berhati-hati apabila
mengalami beberapa kondisi berikut:
Beberapa hal yang dapat dilakukan tergantung pada tingkat keparahan yang Anda
alami. Namun biasanya dokter akan menyrakankan beberapa hal berikut ini:
Kehamilan ganda mempunyai arti yang cukup penting dalam bidang obstetri karena
disamping merupakan fenomena yang menarik, keadaan ini termasuk dalam kategori
resiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan. Angka kejadian kehamilan ganda menurut
rumus Hellin adalah gemelli 1:80 kehamilan, triplet 1:802 kehamilan, kuadruplet 1:803
kehamilan dan seterusnya.
Pengertian
• Kehamilan Ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
• Kehamilan Ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau
apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua
embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal.
• Faktor keturunan
• Faktor umur
• Faktor paritas
• Kehamilan Dizigotik
Hamil Ganda ini mempunyai ciri sebagai berikut: Jenis kelamin sama, rupanya
sama, sebagian hamil ganda dalam bentuk : 2 amnion, 2 korion, 2 plasenta.
Sebagian hamil ganda dalam bentuk : 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion.
Kehamilan dizigotik
Merupakan kehamilan Ganda yang berasal dari 2 atau lebih ovum yang telah
dibuahi sebagian besar kehamilan ganda adalah dizigotik dengan ciri:
» Anamnesis.
» Pemeriksaan USG.
Anamnesis
22
• Riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga
• Adanya uterus yang cepat membesar : fundus uteri > 4 cm dari amenorea
Pemeriksaan klinis
• Besarnya uterus melebihi lamanya amenorea.
• Pemeriksaan berat badan bertambah dengan cepat tanpa adanya odema atau
obesitas
Pemeriksaan USG
• Kelihatan dua bayangan janin dengan satu atau dua kantong amnion. Diagnosis
dengan USG sudah dapat ditegakkan pada kehamilan 10 minggu.\
Pemeriksaan X-ray
• Pemeriksaan dengan roentgen sudah jarang dilakukan untuk mendiagnosis
kehamilan ganda karena bahaya penyinaran
Diagnosis pasti
• Secara klinis :
23
Diagnosis diferensial
• Hidramnion
• Mola hidatidosa
Penilaian his.
Seorang wanita dengan kehamilan ganda mempunyai volume darah yang lebih
besar dan mendapatkan beban ekstra pada sistem kardiovaskular, peregangan
otot rahim yang menyebabkan iskemia uteri yang dapat meningkatkan
kemungkinan Preeklamsi dan eklamsi. Biasanya dokter menganjurkan ibu
dengan kehamilan ganda beristirahat lebih banyak.
24
◦ Kemajuan pertumbuhan janin (fetometri)
Pematangan paru janin: bila ada tanda-tanda partus prematurus yang mengancam
dengan pemberian betametason 24 mg/hari.
Adanya hipertensi
Siapkan instrument dan bahan untuk kondisi gawat darurat, termasuk persediaan
darah yang sesuai.
Prolapsus foenikulli
Plasenta Previa
Komplikasi
• Pada ibu: anemia, abortus, dan preeklamsi, hidramnion, kontraksi hipotonik,
retensio plasenta, perdarahan pasca persalinan.
Menegakkan diagnosis secara klinis, jika ada keraguan dirujuk ke rumah sakit
untuk pemeriksaan USG atau radiologist
Puskesmas
• Melakukan asuhan antenatal
26
• Merujuk ke rumah sakit bila presentasi anak kedua bukan presentasi kepala
Rumah Sakit
• Melakukan perawatan antenatal
Air ketuban yang volumenya cukup; tidak berwarna keruh, berfungsi menjamin
kecukupan nutrisi dan oksigen untuk si janin. Namun sebaliknya, kelebihan atau
kekurangan cairan ketuban akan mengganggu fungsi yang dapat menimbulkan komplikasi
pada ibu ataupun janin.
1. Belum diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan pada kehamilan preterm dapat
disebabkan :
2. Serviks inkompeten
3. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda , Hidramnion.
4. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
5. Belum diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan pada kehamilan preterm dapat
disebabkan :
6. Serviks inkompeten
7. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda , Hidramnion.
8. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda
infeksi intrauterin
Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan
melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban
untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin
Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian
antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis,
pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih
kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri
kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam
Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah
langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia
kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan
tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu
dan kemampuan finansial keluarga.
28
29
2. POLIHIDRAMION
A. Definisi
Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal
atau lebih dari dua liter.
B. Perjalanan penyakit
1. Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah secara perlahan-lahan
dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang
lanjut
2. Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu
beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke- 30
4. Oligohidramion
A. Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu
kurang dari 500 cc.
B. Etiologi
35
Janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri, dan bokong menempati bagian
37
bawah kavum uteri.
Cara louvset :
1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada
dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke
bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi
bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah
42
Ialah janin terletak melintang dalam uterus, sumbu memanjang tubuh bayi kira-kira tegak
lurus dgn sumbu memanjang tubuh ibu.
Etiologi
1. Multiparitas (uterus kendor).
2. Gamelli, hidramnion.
3. Keadaan yang menghalangi turunnya kepala dan tumor jalan lahir, panggul sempit,
43
dan PP.
Penyulit :
a. Perkembangan organ vital belum sempurna
b. Daya tahan tubuh rendah infeksi
c. Mental – intelektual rendah beban keluarga
Penyebab prematuritas
1. Kondisi umum
45
Pertolongan bidan:
a. Konservatif istirahat, isolasi & pengobatan penyakit
b. Konsul dokter
c. Rujukan ke rumah sakit
POSTEREM / SEROTIMUS
Disebut juga Kehamilan lewat waktu
Persalinan > 42 minggu
Kesalahan HPM ?
Kejadian 4-15%
Konfirmasi dengan USG
Permasalahan postmaturitas 46
B. DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu ibu yang sedang hamil
Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada
penyakit diabetes yang lain yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus
49
B. TES HIV
Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang
sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibody HIV
di dalam sample darahnya. Hal ini perlu dilakukan setidaknya agar seseorang bisa
mengetahui secara pasti status kesehatan dirinya, terutama menyangkut resiko dari
perilakunya selama ini
52
Penyakit ini mempunyai insidens yang tinggi dibanding penyakit menular seksual
lainnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah “kencing nanah”
EPIDEMIOLOGI
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin pada
saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit
ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi wanita
pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000)
sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7
per 100.000). Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap – tiap negara berkembang.
Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada
tahun 1970. Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita,
pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar
31/100.000 orang yang menderita. Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore
mengalami penurunan. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap
tahunnya.
Definisi
57
DIAGNOSIS :
Infeksi fetal :
1. Tidak berdampak terhadap bayi dan janin dilahirkan dalam keadaan normal
2. Abortus spontan
3. Sindroma Rubella kongenital
b. Retinopati
c. Mikroptalmia
Hepatosplenomegali
Gangguan sistem saraf pusat :
1. Mikrosepalus
66
Sifilis laten
gejala dan tanda menghilang. Satu-satunya manisfetasi infeksi adalah pemeriksaan
serologis yang positif. Infeksi SSP asimtomatik pada silifis laten ini umum terjadi.
Sifilis tersier 69
Etiologi
Faktor Resiko IUGR
a. Factor resiko dari Ibu : Alkohol, merokok, Obat obatan (Corticosteroid, propanolol,
Dilantin, Coumadin, Heroin), Anemia, malnutrisi, Berat badan Ibu Kurang dari 50
Kg, penyakit Jantung Cyanotic, Hipertensi kronis, Pregnancy Induced Hipertensi,
Diabetus Mellitus dengan gangguan Vasculopaty, Connective Tissue Disease
b. Factor Resiko dari bayi : kelainan genetic (misalnya : dwarf sindrom), kelainan
kromosom (trisomi 12, 18 dan 21), congenital anomaly (misalnya : gastroschisis),
infeksi fetus (misalnya : virus, protozoa)
c. Faktor Resiko dari Uterus dan Plasenta : Kelainan Muller (septum uterus) dan
isufisiensi plasenta yang dapat berupa : Infark, Infeksi pada plasenta,
chorioangioma, multifetal Pregnancy, circumvalata plasenta, plasenta previa, Focal
Abruption, marginal Insersi of the cord)
Hipoksemia pada janin terjadi bila :
Penurunan kadar oksigen pada darah yang menuju uterus
Penurunan fungsi plasenta
Penurunan kadar oksigen dalam darah janin.
Pada plasenta, gangguan pasokan darah ke uterus atau permukaan plasenta yang
tidak luas dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang serius pada janin. Pelepasan
plasenta pada pinggir-pinggirnya dalam kehamilan muda disertai perdarahan dan
pembentukan parut disana (placenta circumvallata) bisa membatasi pertumbuhan janin
dan menyebabkan hambatan pertumbuhan interuterin.
Penanganan
1. Pemeriksaan darah (ABO dan Rhesus)
2. Hndari pemberian informasi yang tidak tepat
3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien
4. Rencana persalinan pervagina dengan cara induksi maupun ekspektatif--- 76
77
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau
ketuban pecah prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum
proses persalinan.
ETIOLOGI
9. Belum diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan pada kehamilan preterm dapat
disebabkan :
10. Serviks inkompeten
11. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda , Hidramnion.
12. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
13. Belum diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan pada kehamilan preterm dapat
disebabkan :
14. Serviks inkompeten
15. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda , Hidramnion.
16. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
GAMBARAN KLINIS
1. Keluar cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 mg tanpa
disertai rasa mules.
2. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum ada tanda-tanda persalinan.
81
3. Cairan dapat keluar sedikit-sedikit atau sekalian banyak.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda
infeksi intrauterin
Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan
melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban
untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin
Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian
antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis,
pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih
kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri
kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam
Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah
langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia 82
PRETEREM
Penyebab postmaturitas
Otot rahim tidak sensitif terhadap oksitosin
Psikologis
Kelainan rahim
Sikap bidan
• Anamnesis
– HPM > 42 minggu
– Gerak janin berkurang / berhenti
• Pemeriksaan
– BB ibu, air ketuban, DJJ, gerak janin, TBJ
• Penatalaksanaan
– Anjurkan/rujuk persalinan di RS
• Penatalaksanaan di RS (oleh dokter)
– Induksi (misoprostol/oksitosin)
– SC
1. Mangkok (cup)
Mangkok ini dibuat untuk membuat caput succedaneum buatan sehingga mangkuk dapat
mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang
terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk
plastik kurang traumatis dibanding dengan mangkuk logam. mangkuk umumnya
berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm. pada punggung mangkuk terdapat:
o Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
o Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung
o Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction )
Pada vakum bagian depan terdapat logam/ plastik yang berlubang untuk menghisap cairan
atau udara.
2. Rantai Penghubung
Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk dengan
pemegang.
3. Pipa Penghubung
Terbuat dari pipa karet atau plastik lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan negatif.
Pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan negatif mangkuk dengan botol.
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan
yang mungkin ikut tersedot (air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah,
dll). Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran:
o Saluran manometer
o Saluran menuju ke mangkuk
o Saluran menuju ke pompa penghisap
5. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik
87
1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet ).
Sekitar vulva ditutup dengan kain steril
2. Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk
dengan tonjolan petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada
umumnya dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.
3. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan -
0,2 kg /cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari pembuatan
tekanan negatif yang bertahap ini supaya caput succedaneum buatan dapat
terbentuk dengan baik.
4. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir
atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
5. Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun blok
pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.
6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan
dengan cara menarik pemegang sesuai dengan sumbu panggul. Ibu jari dan jari
telunjuk serta jari tanan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap melekat
pada kepala janin. Selama ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri operator tersebut,
memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-
ubun sudah berada di bawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur dinaikan (
keatas ) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan negatif dihilangkan
dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk kemudian dilepas. Janin
dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta umumnya dilahirkan
secara aktif.
Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum
H. Kontraindikasi
1. Letak muka (kerusakan pada mata)
2. Kepala menyusul
3. Bayi premature (tarikan tidak boleh keras)
4. Gawat janin
KURETASE
1. PENGERTIAN KURETASE
2. TUJUAN KURETASE
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua
yaitu:
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk
membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak
diharapkan. 89
Ada kalanya kehamilan dapat mengancam jiwa ibu, karena ibu mempunyai kelainan.
Seperti kelainan jantung atau paru-paru. Wanita dengan kelainan organ penting berisiko
tinggi bila hamil. Misalnya, mengalami kelainan pada paru-paru, untuk berbaring saja
sesak apalagi kalau hamil, dimana ada tekanan pada paru-paru risikonya akan makin
besar.
2. Perdarahan pascapersalinan
Kehamilan dan kelahiran bisa saja lancar. Namun, ada kalanya terjadi perdarahan hebat
pascapersalinan akibat sisa-sisa jaringan yang belum keluar atau terlepas. Pada kondisi
ini, tindakan kuretase harus dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa jaringan yang masih
tertinggal agar perdarahan tidak terus terjadi. Perdarahan pascapersalinan ini bisa
langsung terjadi setelah melahirkan, tapi bisa juga satu minggu atau satu bulan kemudian.
Kuretase bisa saja dilakukan pada wanita yang tidak hamil, yang mengalami perdarahan
akibat gangguan haid. Gangguan haid seperti itu, seringkali tidak dapat diatasi dengan
obat-obatan. Begitupun dengan perdarahan yang terjadi pada wanita usia di atas 40 tahun,
yang juga terjadi akibat gangguan haid. Pada kondisi seperti itu, harus dilakukan kuretase,
dengan dua tujuan. Pertama, untuk menghentikan perdarahan akibat adanya sisa-sisa
jaringan yang masih tertinggal dan kedua untuk mencari kepastian apakah jaringan
tersebut ganas atau tidak. Bila mengandung keganasan, akan ditentukan pengobatan
selanjutnya sehingga keganasan tersebut segera dapat dihentikan atau diminimalkan.
4. Kehamilan bermasalah
Indikasi Kuretase :
1. Abortus incomplete ( keguguran saat usia kehamilan < 20 mg dengan didapatkan sisa-
sisa kehamilan, biasanya masih tersisa adanya plasenta). Kuretase dalam hal ini dilakukan
untuk menghentikan perdarahan yang terjadi oleh karena keguguran. Mekanisme
perdarahan pada kasus keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan menyebabkan
rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga pebuluh darah pada lapisan dalam
rahim tidak dapat tertutup dan menyebabkan perdarahan.
2. Blighted ova ( janin tidak ditemukan, yang berkembang hanya plasenta ). Dalam kasus
ini kuretase harus dilakukan oleh karena plasenta yang tumbuh akan berkembang menjadi
suatu keganasan, seperti chorio Ca, penyakit trophoblas ganas pada kehamilan.
3. Dead conseptus ( janin mati pada usia kehamilan < 20 mg ). Biasanya parameter yang
jelas adalah pemeriksaan USG, dimana ditemukan janin tetapi jantung janin tidak
berdenyut. Apabila ditemukan pada usia kehamilan 16-20mg, diperlukan obat perangsang
persalinan untuk proses pengeluaran janin kemudian baru dilakukan kuretase. Akan tetapi
bila ditemukan saat usia kehamilan < 16 mg dapat langsung dilakukan kuretase.
4. Abortus MOLA ( tidak ditemukannya janin, yang tumbuh hanya plasenta dengan
gambaran bergelembung2 seperti buah anggur, yang disebut HAMIL ANGGUR ). Tanda2
hamil anggur adalah tinggi rahim tidak sesuai dengan umur kehamilannya. Rahim lebih
cepat membesar dan apabila ada perdarahan ditemukan adanya gelembung2 udara pada
darah. Hal ini juga dapat menjadi suatu penyakit keganasan trophoblas pada kehamilan.
SEKSIO SESARIA
1 Insisi Melintang
1. Luka insisi bisa diperlebar ke atas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya
besar, pembentukan segmen bawah jelek, ada malposisi janin seperti letak lintang
atau kalau ada anomaly janin seperti kehamilan kembar yang menyatu (conjoined
twins).
2. Sebagian ahli kebidanan menyukai jenis insisi ini untuk placenta previa.
Dan terdapat juga kerugian utama pada insisi membujur yang dapat terjadi
pendarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya otot, juga sering luka
insisi tanpa di kehendaki meluas kesegmen atas sehingga nilai penutupan retroperitoneal
yang lengkap akan hilang. Pada jenis operasi seksio sesarea insisi membujur terdapat 3
teknik yaitu :
Teknik pada prosuder ini relative sulit, sering tanpa sengaja masuk ke dalam
92
cavum peritonei, dan insidensi cedera vesira urinaria meningkat.Perawatan prenatal yang
Oleh sebab itu perlu memperhatikan komplikasi dan tingginya angka kematian ibu dan
bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia perlu
diketahui bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit. .
Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan di rumah
sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a. Menghindari terjadinya :
· Kejang berulang
· Mengurangi koma
· Meningkatkan jumlah dieresis
b. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
· Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
· Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan valium 10 sampai 20 mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
· Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
· Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan O2
· Hindari terjadinya trauma tambahan
Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :
1. Kamar isolasi
- Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan 94
Istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep dan partus
terlantar. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila
persalinan berlangsung lama, dapat mmenimbulkan kompilikasi-komplikasi baik terhadap
ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Partus 95
Partus kasep menurut Harjono merupakan fase terakhir dari suatu partus yang
macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksi dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK). Partus
lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam untuk nulipara dan
multipara. (Sarwono, 2008)
Sebagian besar partus lama menunjukan pemanjangan kala I. Adapun yang menjadi
penyebabnya yaitu, serviks gagal membuka penuh dalam jangaka waktu yang layak.
Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu persalinan dengan his yang
adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan
putaran paksi selama 2 jam terakhir.
Persalinan pada primi tua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang
mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan keyataan
bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi permulaan dan
berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus lama menurut penelitian adalah
2,8-4,9%.
Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikomplek dan tentu saja bergantung pada
pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.
Dapat disebabkan oleh : gangguan pertumbuhan, penyakit tulang dan sendi, penyakit
kolumna vertebralis, kelainan ektremitas inferior. Kelainan panggul dapat menyebabkan
kesempitan panggul.
3. Kelainan his
1.Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat, dan
meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran Bandle tinggi, edema vulva ,edema
serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
2. Pada bayi
Ibu:
Akibat untuk ibu adalah penurunan semangat, kelelahan, dehidrasi, asidosis, infeksi dan
resiko ruptura uteri. Perlunya intervensi bedah meningatkan mortalitas dan morbiditas.
Ketoasidosis dengan sendirinya dapat mengakibatkan aktivitas uterus yang buruk dan 97
memperlama persalinan.
Akibat untuk janin meliputi trauma, asidosis, kerusakan hipoksik, infeksi dan peningkatan
mortalitas serta morbiditas perinatal.
Tujuan
Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan darurat pada partus
lama/ macet
Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala partus macet. Bidan akan
mengambil tindakan yang tepat, memulai perawatan, merujuk ibu dan/melaksanakan
penanganan kegawatdaruratan yang tepat.
Hasil
1. Mengenali secara dini gejala dan tanda partus lama serta tindakan yang
tepat
2. Penggunaan partograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam
proses persalinan
3. Penurunan kematian/kesakitan ibu/bayi akibat partus lama
4. Ibu mendapat perawatan kegawatdaruratan obstetric yang cepat dan tepat
Prasyarat
Proses
Bidan harus :
1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan kemajuan
persalinan pada partograf dan catatan persalinan. Lengkapi semua komponen
pada partograf dengan cermat pada saat pengamatan dilakukan.
2. Jika terdapat penyimpangan dlam kemajuan persalinan (misalnya garis waspada
pada partograf tercapai, his terlalu kuat/cepat/lemah sekali, nadi melemah dan
cepat, atau DJJ menjadi cepat/tidak teratur/lambat), maka lakukan palpasi uterus
dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejala dan tanda lingkaran retraksi
patologis/lingkaran Bandl
3. Jaga ibu agar mendapat hidrasi yang baik salaam proses persalinan, anjurkan ibu
agar sering minum
4. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan, dan merubah posisi selama proses
persalinan dan kelahiran. Jangan biarkan ibu berbaring terlentang selama proses
persalinan dan kelahiran
5. Mintalah ibu sering buang air kecil selama proses persalinan (sedikitnya setiap 2
jam). Kandung kemih yang penuh akan memperlambat penurunan bayi dan
membuat ibu tidak nyaman. Pakailah kateter hanya bil aibu tidak bisa kencing
sendiri dan kandung kemih dapat dipalpasi. Hanya gunakan kateter dari karet.
(hati-hati bila memasang kateter, sebab uretra mudah terluka pada partus lama/
macet)
6. Amati tanda-tanda partus macet dan lama dengan melakukan palpasi abdomen,
menilai penurunan janin, dan periksa dalam, menilai penyusupan janin, dan
pembukaan serviks paling sedikit setiap 4 jam selama fase laten dan aktif
persalinan. Catat semua temuan pada partograf. Lihat standar 9 untuk melihat
semua pengamatan yang diperlukan untuk partograf
7. Selalu amati tanda-tanda gawat ibu atau gawat janin, rujuk dengan cepat dan
tepat jika hal ini terjadi
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan
hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah
melakukan kontak dengan pasien (kuku harus dipotong pendek dan bersih).
Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua periksa dalam. Selalu
menggunakan teknik aseptic pada saat melakukan periksa dalam
Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya (jika vagina panas/gejala infeksi dan
kering/gejala ketuban minimal, maka menunjukkan ibu dalam keadaan bahaya). Periksa
juga letak janin, pembukaan seviks serta apakah serviks tipis, tegang, atau mengalami
edema. Coba untuk menentukan posisi dan derajat penurunan kepala. Jika ada kelainan
atau bila garis waspada pada partograf dilewati persiapkan rujukan yang tepat.
1. Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang memanjang (0-4 cm): 99
berlangsung lebih dari 8 jam
Lakukan tarikan curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan. Hindarkan tarikan
berlebihan pada kepal akarena mungkin akan melukai bayi. Pada saat melakukan tarikan
pada kepala, minta seseorang untuk melakukan tekanan suprapubis ke bawah untuk
membantu kelahiran bahu. Jangan pernah melakukan dorongan pada fundus. Pemberian
dorongan pada fundus akan dapat mempengaruhi bahu lebih jauh dan menyebabkan
rupture uteri
RETENSIO PLASENTA
Defenisi
Faktor Etiologi
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh dan melekat
lebih dalam .
b. Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
2. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila
3. Apabila terjadi perdarahan post partum dan plasenta belum lahir, perlu di
usahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera . Jikalau plasenta sudah lahir,
perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena
101
perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan karena atonia uterus membesar dan
Patogenesis
memberikan efek negatif pada kualitas kontak ibu dengan bayi yang dilahirkan maupun
kesehatan post partumnya. Retensio plasenta, dapat juga mengurangi waktu yang
dihabiskan untuk berdekatan, menyusui dan berkenalan dengan bayi barunya serta dalam
jangka panjang bisa menyebabkan ibu anemis dan nyeri. Pada kasus berat dapat
dan bahkan kematian maternal. Retensio plasenta terjadi pada 3% kelahiran pervaginam
sedangkan 15% retensio plasenta adalah ibu yang pernah mengalami retensio plasenta
(Chapman, 2006).
Diagnosis
Tanda-tanda gejala yang selalu ada yaitu plasenta belum lahir setelah 30 menit,
3. Perdarahan lanjutan.
Dijumpai pada kala tiga atau post partum dengan gejala yang nyeri yang hebat perdarahan
yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada
yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis ( Geocities, 2006 ).
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam
waktu pendek, tetapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama. Tanpa disadari penderita 102
lebah cepat dan tekanan darah menurun, jika perdarahan berlangsung terus menerus
dapat menimbulkan syok. perdarahan yang banyak bisa juga meyebabkan syndrom
Sheehan sebagai akibat nekrosis. gejala gejalanya adalah asthenia, hipotensi, anemia,
turunnya berat badan sampai menimbulkan penurunan fungsi seksual, kehilangan rambut
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah anak lahir , harus diusahakan untuk
a. Plasenta Manual
plasenta, teknik operasi plasenta manual tidaklah sukartetapi harus dipikirkan jiwa
EPIDEMIOLOGI
1. Insiden
Angka kejadian perdarahan pasca salin setelah persalinan pervaginam yaitu 5-8
%. Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum perdarahan yang berlebihan
pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita hamil dilakukan untuk
menggantikan darah yang hilang setelah persalinan.(Alan H, Decherney,2003)
104
2. Peningkatan angka kematian di Negara berkembang
2. Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, 106
1. Robekan vulva
Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa timbul luka pada vulva
di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa
timbul perdarahan banyak, khususnya pada luka dekat klitoris.
2. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada
biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari
sirkumferensia suboksipitobregmatika atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.
Tingkatan robekan pada perineum:
§ Tingkat 1: hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek
§ Tingkat 2: dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan otot-otot
diafragma urogenitalis pada garis tengah terluka.
§ Tingkat 3: robekan total m. Spintcher ani externus dan kadang-kadang dinding
depan rektum.
Pada persalinan yang sulit, dapat pula terjadi kerusakan dan peregangan m.
puborectalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Kejadian ini melemahkan
diafragma pelvis dan menimbulkan predisposisi untuk terjadinya prolapsus uteri. 108
SEPSIS PUERPERALIS
A. PENGERTIAN
Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi setiap
saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah
persalinan atau abortus di mana terdapat dua atau lebih dan hal – hal berikut ini :
– Nyeri pelvik;
– Demam 38,5°C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja;
rabas – vagina yang abnormal; 111
2. Pemberian antibiotik
Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48 jam, dan
kombinasi antibiotik berikut ini dapat diberikan :
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam, dan
c. metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
Jika demam masih ada 72 jam setelah pemberian antibiotik di atas, dokter akan
mengevaluasi dan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat yang lebih tinggi mungkin
diperlukan. Antibiotik oral tidak diperlukan jika telah diberikan antibiotik IV.Jika ada
kemungkinan pasien terkena tetanus dan ada ketidakpastian tentang sejarah vaksinasi
dirinya, perlu diberikan tetanus toksoid.
3. Memberikan banyak cairan
Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi, membantu menurunkan
demam dan mengobati shock. Pada kasus yang parah, maka perlu diberikan cairan infus.
Jika pasien sadar bisa diberikan cairan oral. 112
Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai, yaitu :
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :
114
1. Memastikan saluran terbuka
2. Memulai pernafasan
3. Mempertahankan sirkulasi
C. Langkah-Langkah Resusitasi
Setiap melakukan tindakan atau langkah harus didahului dengan persetujuan tindakan
medic sebagai langkah klinik awal. Langkah klinik awal ini meliputi :
1. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi wewenang
untuk menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia neonatal.
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.
4. Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.
5. Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic.(Sarwono
prawirohardjo,2002)
Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah
awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur. Langkah
tersebut meliputi :
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara
kedalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkahnya :
1. Pasang sunkup
Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi.
2. Ventilasi 2 kali
116
SYOK OBSTETRIC
SYOK OBSTETRIK
117
Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan
mencoba salah satu metode persalinan bahu (Manuaba, 2001).
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetric oleh
karena dengan tarikan bisa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi (Prawirohardjo, 2009).
Distosia bahu merupakan kegawat daruratan obstetric karena terbatasnya waktu
persalinan, terjadi trauma janin,dan kompikasi pada ibunya, kejadiannya sulit diperkirakan
setelah kepala lahir, kepala seperti kura-kura dan persalinan bahu mengalami kesulitan
(Manuaba, 2001).
2. ETIOLOGI
Distosia bahu disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Obesitas ibu pertambahan berat badan yang berlebihan
b. Bayi berukuran besar
4. TANDA DAN GEJALA TERJADINYA DISTOSIA BAHU
a) Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia
bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar normal.
b) Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu
pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
c) Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak melahirkan
bahu.
5. KOMPLIKASI
a. Pada janin
1) Meninggal, Intrapartum atau neonatal
2) Paralisis plexus brachialis
3) Fraktur klavikula
4) Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
5) Fraktura humerus
120
b. Pada ibu:
123
Angka Kematian
Faktor Prodisposisi
a. Multifaritas / grandimultipara.
2. Ini disebabkan oleh karena, dinding perut yang lembek dengan kedudukan uters dalam
posisi antefleksi, sehingga dapat menimbulkan disproporsi sifalopelvik, terjadinya infeksi
126
jaringan fibrotik dalam otot rahim penderia, sehingga mudah terjadi ruptura uteri spontan.
Jenis
1. Ruptura uteri spontan. Ruptura uteri spontan dapat terjadi pada keadaan di mana
terdapat rintangan pada waktu persalinan, yaitu pada kelainan letak dan presentasi
janin, disproporsi sefalopelvik, vanggul sempit, kelainan panggul, tumor jalan lahir.
2. Ruptura uteri traumatik dalam hal ini reptura uteri terjadi oleh karena adanya lucus
minoris pada dinding uteus sebagai akibat bekas operasi sebelumnya pada uterus,
seperti parut bekas seksio sesarea, enukkasi mioma/meomektomi, histerotomi,
histerorafi, dan lain-lain. Reptura uteri pada jaringan parut ini dapat dijumpai dalam
bentuk tersembunyi (occult) yang dimaksud dengan bentuk nyata/jelas adalah apabila
jaringan perut terbuka seluruhnya dan disertai pula dengan robeknya ketuban, sedang
pada bentuk tersembunyi, hanya jaringan perut yang terbuka, sedang selaput ketuban
tetap utuh.
1. Reptura uteri komplit. Dalam hal ini selain dinding uterus robek, lapisan serosa
(pertoneum) juga robek sehingga janin dapat berada dalam rongga perut.
127
Gejala
1. Biasanya ruptura uteri didahului oelh gejala-gejala rupture untuk membakar, yaitu his
yang kuat dan terus menerus, rasa nyeri yang hebat di perut bagian bawah, nyeri waktu
ditekan, gelisah atau seperti ketakutan, nadi dan pernafasan cepar, cincin van bandi
meninggi.
2. Setelah terjadi ruptura uteri dijumpai gejala-gejala syok, perdarahan (bisa keluar
melalui vagina atau pun ke dalam rongga perut), pucat, nadi cepat dan halus,
pernafasan cepat dan dangkal, tekanan darah turun. Pada palpasi sering bagian-
bagian janin dapat diraba langsung dbawah dinding perut, ada nyeri tekan,dan di perut
bagian bawah teraba uterus kira-kira sebesar kepala bayi. Umamnya janin sudah
meninggal.
3. Jika kejadian ruptura uteri lebih lama terjadi, akan timbul gejala-gejala metwarisme
dan defenci musculare sehingga sulit untuk dapat meraba bagian janin.
Prognosis
Ruptura uteri merupakan malapetaka untuk ibu maupun janin oleh karena itu tindakan
pencegahan sangat penting dilakukan setiap ibu bersalin yang disangka akan
mengalami distosia, karena kelainan letak janin, atau pernah mengalami tindakan
operatif pada uterus seperti seksio sesarea, memektomi dan lain-lain, harus diawali
dengan cermat. Hal ini perlu dilakukan agar tindakan dapat segera dilakukan jika timbul
gejala-gejala ruptura uteri membakar, sehingga ruptura uteri dicegah terjadinya pada
waktu yang tepat.
Penanganan
128
2. Umumyna histerektomi dilakukan setelah janin yang berada dalam rongga perut
dikeluarkan. Penjahitan luka robekan hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus,
dimana pinggir robekan masih segar dan rata, serta tidak terlihat adanya tanda-tanda
infeksi dan tidak terdapat jaringan yang rapuh dan nekrosis. Histerorofi pada ibu-ibu
yang sudah mempunyai cukup anak dianjurkan untuk dilakkan pula tubektomi pada
kedua tuba (primary), sedang bagi ibu-ibu yang belum mempunyai anak atau belum
merasa lengkap keluarganya dianjurkan untuk orang pada persalinan berikutnya untuk
dilakukan seksio sesaria primer.
b. Rupture Uteri
Ruptur uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan karena
angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar rumah sakit
sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen.
Menurut Sarwono Prawirohardjo pengertian ruptura uteri adalah robekan atau
diskontinuitas dinding rahim akiat dilampauinya daya regang mio metrium. Penyebab
ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik. 134
PRINSIP DASAR
A. Prinsip Dasar
Kasus kegawatdarurat obstetri ialah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Dari sisi obstetri empat penyebab
utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir ialah (1) perdarahan; (2) infeksi dan sepsis;
(3) hipertensi dan preeklampsia/eklampsia, serta (4) persalinan macet (distosia).
Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga
penyakit yang lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan dalam masa nifas. Yang
dimaksudkan dengan kasus perdarahan disini termasuk kasus perdarahan yang
diakibatkan oleh perlukaan jalan lahir mencakup juga kasus ruptura uteri. Selain keempat
penyebab kematian utama tersebut, masih banyak jenis kasus gawatdarurat obstetri baik
yang terkait langsung dengan kehamian dan persalinan, misalnya emboli air ketuban,
maupun yang tidak terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya luka
bakar, syok anafilaktik karena obat, dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas.
Manifestasi klinik kasus gawatdarurat tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup
luas.
1. Kasus perdarahan, dapat bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak,
merembes, profus, sampai syok.
136
B. Penilaian Awal
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam keadaan
gawatdarurat atau tidak, secara prinsip harus dilakukan pemeriksaan secara sistematis
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan obstetrik. Dalam praktik,
oleh karena pemeriksaan sistematis yang lengkap membutuhkan waktu agak lama,
padahal penilaian harus dilakukan secara cepat, maka dilakukan penilaian awal. 137
Pada syok yang ringan gejala-gejala dan tanda tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan
dapat diketahui dengan “tilt test” yaitu bila pasien didudukkan terjadi hipotensi dan/atau
takikardia, sedangkan dalam keadaan berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masih
normal.
2. Fase Syok
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadap perdarahan 500-1000 ml pada
waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskular dan
hematologic selama kehamilan, jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase-fase syok
sebagai berikut: 141
3. Penanganan
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain sebagai berikut:
a. Cari dan hentikan segera penyebab perdarahan.
b. Bersihkan saluran napas dan beri oksigen atau pasang selang endotrakheal.
c. Naikkan kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkulasi sentral. 142
4. Komplikasi
143
5. Mortalitas
Perdarahan 500 ml pada partus spontan dan 1000 ml pada seksio sesarea pada umumnya
masih dapat ditoleransi. Perdarahan karena trauma dapat menyebabkan kematian ibu
dalam kehamilan sebanyak 6-7 % dan solusio plasenta 1-5 %. Di USA perdarahan
obstetric menyebabkan angka kematian ibu (AKI) sebanyak 13,4 %.
Penanganan Syok Hemoragik dalam Kebidanan
Bila terjadi syok hemoragik dalam kebidanan, segera lakukan resusitasi, berikan oksigen,
infus cairan, dan transfusi darah dengan “crossmatched”.
Diagnosis plasenta previa/solusio plasenta dapat dilakukan dengan bantuan USG.
Selanjutnya atasi koagulopati dan lakukan pengawasan janin dengan memonitor denyut
jantung janin. Bila terjadi tanda-tanda hipoksia, segera lahirkan anak.
Jika terjadi atonia uteri pasca persalinan segera lakukan masase uterus, berikan suntikan
metal-orgemtrin (0,2 mg) I.V. dan oksitosin I.V. atau per infus (20-40 U/l), dan bila gagal
menghentikan perdarahan lanjutkan dengan ligasi hipogastrika atau histerektomi bila anak
sudah cukup. Kalau ada pengalaman dan tersedia peralatan, dapat dilakukan embolisasi
a.iliaka interna dengan bantuan transkateter. Semua laserasi yang ada sebelumnya harus
dijahit.
146
148
156
158
3. Perdarahan Pascapersalinan
a. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir.
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
· Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin
karena hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri.
· Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 mg) segera setelah bayi lahir.
Faktor predisposisinya adalah sebagai berikut:
- Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak
terlalu besar.
- Kesalahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
- Kehamilan grande-multipara.
- Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun.
- Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
- Infeksi intrauterin (korioamnionitis)
- Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
183
188