Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Ny.

R DENGAN GANGGUAN
SYSTEM REPRODUKSI MIOMA UTERI YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN
MIOMECTOMI TOTALIS DI INSTALASI KAMAR BEDAH
RSU HERMINA ARCAMANIK BANDUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Askom Level 2A

Disusun Oleh
UTAN SUTANA
132009120213

RUMAH SAKIT UMUM HERMINA ARCAMANIK BANDUNG


JL. A.H.NASUTION NO.50 BANDUNG JAWA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas berkat dan Rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan studi kasus ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Perioperatif
Pada Ny. R Dengan Gangguan System Reproduksi Mioma Uteri Dengan Tindakan Miomektomi
Totalis Di Instalasi Kamar Bedah RSU Hermina Arcamanik Bandung” dimana studi kasus ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian asesmen kompetensi perawat level 2A.

Dalam proses pembuatan studi kasus ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, perkenankan
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat.

Penulis menyadari dalam pembuatan studi kasus ini , masih banyak kekurangannya, oleh
sebab itu dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat konstruktif dan edukatif guna meningkatkan kwalitas pembuatan studi kasus berikutnya.

Ahirkata sekali lagi penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang sudah
terlibat dalam pembuatan studi kasus ini. Semoga dapat bermanfaat baik diri saya pribadi, teman
sejawat, dan masyarakat.

Bandung, Oktober 2020

Penulis
Utan Sutana
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………………………………………..
B. TUJUAN…………………………………………………………………………………………………………..
BAB II : KONSEP DASAR TEORI…………………………………………………………………………………………
A. MEDIS
1. Definisi Mioma ………………………………………..……………………………………………….
2. Klasifikasi Mioma Uteri.……………………….……………………………………………………
3. Etiologi ……………………………………………………………………………………….
4. Perubahan sekunder ……………….………………………..……………………………………..
5. Komplikasi ………………………….…………………………………………………………………….
6. Tanda Dan Gejala ……. ..……………………………………….……………………………………
7. Patofisiologi, Patyhway ……..……………………………………………………………………..
8. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………………………….
9. Penatalaksanaan Medis…………………………………………………………………………….

B. KEPERAWATAN
1. Pengkajian………………………………………………………………………………………………..
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………………………..
3. Intervensi ………………….……….…………………………………………………………………….
4. Implementasi …………………………………………………………………………………………..
5. Evaluasi ……………………………………………………………………………………………………
BAB III : LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan Data……………………………………………………………………………………
2. Assesmen Keperawatan ……………..……………………………………………………………
B. Assesmen Pra Anestesi……………………………………………………………………………………
C. Perioperatif Nursing Care Plan………………………………………………………………………..
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian……………………………………………………………………………………………………….
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………………………………
C. Intervensi keperawatan…………………………………………………………………………………..
D. Implementasi Keperawatan…………………………………………………………………………….
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………………………………………………………..
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mioma uteri atau kanker jinak yang terdapat di uterus adalah tumor jinak yang
tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau
uterine fibroid. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi antara 20% – 25 % terjadi pada wanita diatas umur
35 tahun, tepatnya pada usia produktif seorang wanita, menunjukkan adanya hubungan
mioma uteri dengan estrogen (Sjamsuhidajat, 2010).
Berdasarkan penelitian World Health Organisation (WHO) penyebab dari angka
kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 kasus (1,95%) dan tahun 2011
sebanyak 21 kasus (2,04%). Di Indonesia kasus mioma uteri ditemukan sebesar 2,39% -11,7%
pada semua pasien kebidanan yang di rawat. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita
kulit hitam dibandingkan wanita kulit putih. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri
terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali (Handayani, 2013).
Berdasarkan otopsi novak didalam buku Winkjosastro, 2009 menemukan 27 % wanita
berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan
lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah
menopause hanya kira –2 kira 10 % mioma yang masih bertumbuh. Bahaya mioma uteri ini
apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi
karena terjadinya perdarahan yang abnormal pada uterus dan selama usia reproduksi dapat
menyebabkan infertilitas (Anwar, 2011). Berdasarkan data statistic kamar operasi RS Hermina
arcamanik selama 6 bulan, yaitu periode bulan mei – oktober 2020 didapatkan jumlah pasien
yang didiagnosa mioma uteri sebanhyak 11 pasien. Dan kasus ginekologi yang terbanyak
adalah kista ovarium.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai
masalah mioma uteri ini dengan menggunakan metode pendekatan manajemen “asuhan
keperawatan perioperatip dengan gangguan sistem reproduksi mioma uteri yang akan
dilakukan tindakan miomectomi totalis“

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penyusunan laporan kasus asuhan keperawatan ini untuk mengetahui gambaran dan
mendapatkan pengalaman nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
dengan gangguan sistem reproduksi Mioma uteri dengan menggunakan pendekatan
manajemen keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan standart keperawatan
secara professional
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penyusunan asuhan keperawatan ini adalah agar perawat dapat :

a. Mengetahui metode dan cara pengkajian secara langsung pada pasien dengan mioma
uteri.
b. Mengetahui metode dan mampu menegakan diagnosa keperawatan pada pasien
mioma uteri
c. Mengetahui cara membuat intervensi keperawatan atau rencana keperawatan yang
sesuai dengan diagnosa pada pasien mioma uteri.
d. Mengetahui cara melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan
secara langsung pada pasien mioma uteri.
e. Mengetahui evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada pasien mioma uteri.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. MEDIS

1. DEFINISI
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan
ikat. Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba, 2001).
Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibromioma,
Leimioma ataupun Fibroid (Saifuddin, 1999). Mioma ini berbentuk padat karena jaringan
ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling
umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis
berdasarkan besar dan letak mioma.
a. Anatomi Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit
gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan
kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di
atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57 gram. Pada masa
kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh
estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabutserabut kolagen
yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus
dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara
maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen.
b. Pembagian Uterus
1) Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak antara
kedua pangkal saluran telur.
2) Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uteri
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu bagian serviks
yang ada di atas vagina.
c. Pembagian Dinding Uterus
1) Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium
terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak pembuluh-
pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid endometrium untuk
sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh menebal dalam masa
reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah bertambah banyak yang
diperlukan untuk memberi makanan pada janin.
2) Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan
disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan
otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting pada
persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan menjepit
pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.
3) Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang menfiksasi
dan menguatkan uterus yaitu:
a) Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang terpenting,
mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis.
Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteria
uterine.
b) Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan
uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang
kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
c) Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan
uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uteri
kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus
berkontraksi kuat.
d) Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba,
berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
e) Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba
fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.
Gambar anatomi uterus

Gambar mioma uteri

2. KLASIFIKASI MIOMA UTERI


Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
a. Mioma uteri subserosa
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan
kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma
intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai
suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sisten
peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin
mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor
yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis
parasitik.
b. Mioma uteri intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih kecil,
tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-
benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah.
c. Mioma uteri submukosa
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh
kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar
kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan
masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Universitas Sumatera
UtaraMioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi
3. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan
dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Tumbuh mulai dari benih multiple
yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium sangat lambat tetapi progresif.
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
 Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50%
pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche
(sebelum mendapatkan haid).
 Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
 Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
 Makanan
Di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi
meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
menurunkan mioma uteri.
 Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
 Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (dua) kali .
Factor yang mempengatruhi terbentuknya mioma uteri:
a. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell
nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri
harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda yang terangsang) dan
estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus). Percobaan Lipschutz yang
memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen.
Hormon estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat
hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB). Peranan estrogen didukung dengan
adanya kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah
menopause dan lebih sering terjadi pada pasien yang nullipara.
b. Progesterone
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari
pada miometrium normal.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone) Level hormon pertumbuhan menurun
selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik
serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan
yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan estrogen.
4. PERUBAHAN SEKUNDER
Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada mioma
karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini
terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder yang sering terjadi yaitu :
a. Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
b. Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat meliputi sebagian besar atau
hanya sebagian kecil daripada seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot
dari kelompok lainnya.
c. Degenerasi Kistik
dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair
sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,
dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga
menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan
dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi membatu
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma
menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto roentgen.
e. Degenerasi merah
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan
karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan
dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah yang disebabkan
oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila
terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam dan kesakitan.
Tumor uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
putaran tangkai tumor ovarium atau mioma yang bertangkai.
f. Degenerasi lemak
Jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi hialin
5. KOMPLIKASI
Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif yang terjadi
pada penderita akibat mioma uteri.
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6 % dari seluruh
mioma, serta merupakan 50 – 75 % dari seluruh sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah syndrome abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya
dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam
rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang menyebabkan
perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan
oleh infeksi dari uterus sendiri
Pencegahan mioma uteri :
a. Pencegahan primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum
terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
b. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita
mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai faktor-
faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa
reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon estrogen dan
progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen dan
progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil
sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar
estrogen.
c. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri,
tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang
dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
d. Pencegahan tersier.
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita melakukan
pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya komplikasi. Pada dasarnya
hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri,
namun merupakan gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya.
Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa
pemulihannya.
6. TANDA DAN GEJALA
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya gejala subjektif dipengaruhi
oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan pada mioma uteri dan komplikasi
yang terjadi. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena
a. Gejala Subjektif
1) Perdarahan abnormal
Merupakan gejala yang paling umum dijumpai. Gangguan perdarahan yang
terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium sehingga
terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas
dari pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena
adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan
penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah,
dan mudah terjadi infeksi.
2) Nyeri
Gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi gejala ini dapat timbul
karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan
dilahirkan dan pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore.
3) Tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah
dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul.
b. Gejala Objektif
Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli medis. Gejala
objektif mioma uteri ditegakkan melalui:
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan Abdomen dan pemeriksaan pelvik.
Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat dipalpasi pada abdomen.
Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan
adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya
normal, namun pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat
mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis. Uterus
cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada
derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan,
kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.
2) Pemeriksaan penunjang
Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka pemeriksaan dengan
ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu melalui pemeriksaan
laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat dilakukan.
7. PATOFISIOLOGI
Cell immature uterus ( otot polos dan jaringan ikat ) mulai tumbuh dan berproliferasi
sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun semakin membesar yang
diakibatkan oleh rangsangan hormone estrogen. karena pertumbuhan itu miometrium
mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus. Mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila
ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga
sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017). Turmor subcutan dapat tumbuh diatas
pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh sangat besar,
tumor ini akan dapat menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan
tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui cervix atau
vaginayang dapat menyebabkan terjadinya infeksiatau ulserasi. Infertile mungkin terjadi
akibat dari mioma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau
tuba falofi. Myoma bada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan dan hal
ini menyebabkan kecil nya pembukaan cervix yang membujat bayi sulit lahir.
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas
tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas.
Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan
ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada
ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak
tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana
tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus
untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan
fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah
menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins,
2007).
Pathway myoma uteri

MYOMA UTERI

Myoma Myoma Myoma subserosum


intramural submucosum

Tanda dan Gejala

Perdarahan pervagina yang Tekanan dalam


berlebihan uterus meningkat

Penurunan Gangguan Penekanan pada


komponen darah hematologi syaraf

Resiko Syhok Penurunan


Nyeri akut
Hivopolemik imun tubuh

Resiko infeksi

Penekanan

Kandung
kencing Uretrha Ureter Rectum

Poli uri Retensio urine Hidronefrosis Obstipasi

Gangguan Gangguan
Eleminasi BAK eleminasi BAB
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat,
Eritrosit : turun
b. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
c. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
b. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
c. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
d. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi. (Mitayani, S. 2009)
e. PENATALKSANAAN MEDIS
a. Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis selama 16
minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga
uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut itu
akan tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih
mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi.
b. Operasi
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala
yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif yang
dilakukan antara lain :
1) Myomectomy
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara
akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50%.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah dilaksanakan
apabila tumor bertangkai.
Tindakan ini seharusnya hanya dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas
yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil dari
uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat
berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan.
2) Hysterectomy
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan
terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun dan tidak
menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12 minggu
disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar.
Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginum. Adanya
prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks
uteri. Histeroktomi supra vaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran
teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOMA UTERI


1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab:
Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul
benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai
gangguan haid.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian,
seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasi
nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan
yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan,
tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat
persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi
sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah
dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
6) Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui
adalah.
a) Keadaan haid Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi
pada masa menopause.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan
mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktorfaktor budaya
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan
tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain
atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang
lain.
d. Pola Hidup Sehari hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah
frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
e. Pola Eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan dan Bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi
g. Pola Istirahat Dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari,
masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe a)
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan
konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi,
ketiak dan abdomen.
h) Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol, Palpasi:
terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi: timpani, pekak Auskultasi:
bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas
dan bawah pasien mioma uteri.
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar
siklus menstruasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul berdasarkan pathway mioma uteri adalah sebagai berikut
:
a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder akibat tumor.
b. Resiko syok hypovolemia berhubungan dengan perdarahan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat
gangguan hematologis (perdarahan).
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada
organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
e. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps rectum) f.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada status
kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder akibat tumor.
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dan memperingan nyeri
4) Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat/dingin
5) Jelaskan penyebab nyeri
6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
7) Anjurkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetic
b. Resiko syok hypovolemia berhubungan dengan perdarahan.
Intervensi :
1) Monitor KU dan tingkat kesadaran
2) Monitor status hidrasi, kelembaban mukosa, tirgor kulit.
3) Monitor intake output
4) Hitung kebutuhan cairan
5) Anjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang mengancam
jiwa
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat
gangguan hematologis (perdarahan).
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Monitor tanda-tanda infeksi dan peradangan
3) Observasi ada tidaknya cairan vagina yang tidak normal dan berbau
4) Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.
5) Cukur dan siapkan untuk daerah persiapan prosedur invasif atau opersai sesuai
indikasi
6) Jelaskan mengenai tanda dan gejala infeksi
7) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benarkolaborasi pemberian terapi
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada
organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
Intervensi :
1) Observasi tanda vital
2) Pantau eliminasi urin meliputi : frekuensi, konsistensi, volume dan warna urine
3) Observasi intake output
4) Pantau derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
5) Anjurkan pasien atau keluarga untuk melaporkan urin uotput sesuai kebutuhan.
6) Anjurkan pasien untuk memonitor tanda dan gejalah infeksi saluran kemih.
7) Pasang kateter urine sesuai kebutuhan
8)
e. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps rectum)
Intervensi :
1) Monitor bising usus
2) Lapor peningkatan frekuensi dan bising usus bernada tinggi.
3) Catat masalah BAB yang sudah ada sebelumnya, BAB rutin, dan penggunaan
laksatif.
4) Anjurkan pasien mengenai makanan tinggi serat, dengan cara yang tepat
5) Evaluasi profil medikasi terkait dengan efek samping gastrointestinal
6) Anjurkan peningkatan asupan cairan jika tidak ada kontra indikasi
7) Latih BAB secara teratur
8) Kolaborasi pemberian terapi laksatif
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada status
kesehatan, konsep diri.
Intervensi :
1) Identitas tingkat ansietas pasien
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Identifikasi factor penyebab dan yang mempengaruhi ansietas
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan kurangi kebisingan
5) Pahami situasi yang membuat ansietas
6) Libatkan keluarga untuk memberikan support
7) Berikan penjelasan tentang prosedur Tindakan, terapi atau pengobatan dan
perawatan
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapi ansietas
4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, kegiatan dalam pelaksanaan juga meliput pengumpulan data lanjutan,
mengobservası respon kilen. selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data
yang baru. Ada beberapa ketrampilan yang dibutuhkan dalam hal Int. Pertama ,
ketrampilan kognitif. Ketramplian Kognitif mencangkup pengetahuan keperawatan yang
menyeluruh perawat harus mengetahui alasan untuk setiap Intervensi terapeutik,
memahami respon fisiologıs dan psikologis normal dan abnormal, mampu
mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan pemulangan klien, dan mengenali askep-
askep promotif kesehatan klien dan kebutuhan penyakit. Kedua, ketrampilan
Interpersonal, Ketrampilan ini penting untuk tindakan keperawatan yang efektif.
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan
sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 44 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Golongan Darah :A/+
Tanggal Masuk RS : 27 Oktober 2020 jam 19.37
Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2020
Nomor Medrek : M.217128
Diagnosa Medis : Mioma Uteri
Alamat : Kp. Cijambe RT001/007, kab. Bandung
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 46 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : SDA
Hubungan dengan klien : Suami
2. Assesmen Keperawatan
Asesmen dimulai : Tanggal 27 / 10 / 2020 pkl WIB
Diperoleh dari : Pasien
Cara masuk : Dengan kursi roda
Asal pasien : Ruang perawatan
a. Status Sosial, Ekonomi, Agama, Suku/Budaya, Nilai Kepercayaan Dan Kebutuhan
Privasi
1) Pekerjaan Pasien : IRT
Pekerjaan Penanggung Jawab : Buruh
Pendidikan Pasien : SD
Pendidikan Penangguung Jawab : SD
Cara Pembayaran : BPJS
Tinggal Bersama : Suami dan anak-anak
2) Spiritual : Islam
Pasien mengatakan walau dalam keadaan sakit masih bisa melaksanakan
ibadahnya, dan menganggap bahwa sakit yang dialaminya adalah bagian dari
ujian hidup.
3) Suku / Budaya : Sunda
4) Nilai – Nilai Kepercayaan Pasien / Keluarga : tidak ada
5) Kebutuhan Privasi Pasien : tidak ada
b. Anamnesa
1) Diagnose Medis saat masuk : Myoma Uteri
2) Keluhan utama : Pasien mengatakan perdarahan suka
banyak saat menstruasi, dan saat ini pasien merasa takut menghadapi operasi
yang akan dijalaninya
3) Riwayat penyakit sekarang : Setiap menstruasi mengalami perdarahan
yang cukup banyak, kadang sampai keluar gumpalan darah. Saat ini pasien sedang
menstruasi sudah 4 hari. Nyeri kadang kadang dirasakan hilang timbul.
4) Riwayat Penyakit dahulu termasuk Riwayat pembedahan :
a) Pernah dirawat : Belum Pernah
b) Pernah operasi/Tindakan : Belum pernah
c) Masalah operasi/pembiusan : Belum pernah
5) Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
6) Obat dari rumah : Tidak ada
7) Apakah pernah mendapat obat pengencer darah : Tidak Pernah
8) Riwayat alergi : Tidak ada
9) Nyeri : tidak ada, dengan skala nyeri VAS 0
10) Riwayat tranfusi darah : Tidak pernah
11) Golongan darah : A positif
12) Riwayat kemotherapi dan radioterapi : tidak pernah
13) Riwayat merokok : Tidak
14) Riwayat minum minuman keras : Tidak Pernah
15) Riwayat penggunaan obat penenang : Tidak
16) Riwayat pernikahan : Menikah
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) GCS : E4 M6 V5
4) Tanda Vital : TD 133/81, Nadi 88x/mnt, RR 14x/mnt, suhu 36.6
5) Antropometri : BB 55 kg, TB 156cm,
6) Pengkajian persistem dan pengkajian fungsi
Pengkajian
Hasil Pemeriksaan
Persistem/ Fungsi
Kepala : TAK
Wajah : TAK
System Susunan
Leher : TAK
Syaraf Pusat Kejang : Tidak
Sensorik : TAK
Motorik : TAK
Gangguan Penglihatan : TAK
Posisi Mata : Simetris
System Pupil : Isokor
Kelopak Mata : TAK
Penglihatan
Konjunctiva : TAK
Sklera : TAK
Alat Bantu Penglihatan : Tidak
System Tidak Ada Kelainan
Menggunakan Alat Bantu Pendengaran : Tidak
Pendengaran

System Tidak Ada Kelainan


Penciuman
Pola Nafas : Normal
Retraksi : Tidak ada
NCH : Tidak ada
Jenis Pernafasan : Dada
System Irama nafas : Teratur
Kesulitan Bernafas : Tidak
Pernafasan
Batuk dan Sekresi : Tidak ada
Warna Sputum : Tidak ada
Suara Nafas : Vesikuler
Perkusi : Sonor

System Warna Kulit : Daerang lengan atas tampak


Memar
Kardiovaskuler Clubbing Finger : Tidak
Nyeri dada : Tidak
Sirkulasi : Baik
Pulsasi : Kuat
CRT : < 2 detik
Bunyi jantung : Normal
Mulut : TAK
Gigi : TAK
System Lidah : TAK
Tenggorokan : TAK
Pencernaan
Peristaltik usus : TAK
Anus : TAK
BAB : TAK
Kebersihan : Bersih
System Kelainan : TAK
BAK : TAK
Genitourinaria
Palpasi : TAK
Perkusi : TAK
Menarche : umur 13 th, Siklus haid 29-30 hari, Lama haid
: 6 hari, HPHT 24 Oktober 2020
Gangguan haid: ■perdarahan yang berlebihan, kadang
System reproduksi disertai nyeri
Penggunaan alat kontrasepsi: ■ Tidak
Payudara : ■TAK
Uterus : tidak teraba
Turgor : Baik, elastis
Warna : TAK
System Integumen Integritas : Utuh
Kriteria resiko decubitus : Tidak ada
Kelumpuhan : Tidak

Pergerakan sendi : Bebas


Kekuatan otot : Baik
System Nyeri sendi : Tidak
Oedema : Tidak
Muskuloskeletal
Fraktur : Tidak
Parese : Tidak
Postur tubuh : Normal
System Endokrin Mata : TAK
Leher : TAK
metabolik
Ekstremitas : TAK

d. Pengkajian Fungsi Kognitif dan Motorik


1) Kognitif : Orientasi baik
2) Motorik
a) Aktifitas sehari hari : Mandiri
b) Berjalan : Tidak ada kesulitan
c) Riwayat patah tulang : Tidak ada
d) Alat ambulan : Tidak menggunakan
e) Ekstremitas atas : Terpasang infus RL di tangan kiri
f) Ekstremitas bawah : Tidak ada kesulitan
g) Kemampuan menggenggam : BAik
h) Kemampuan koordinasi : Tidak ada kelainan
i) Kesimpulan gangguan fungsi : Tidak ada
3) Pengkajian resiko jatuh : Resiko jatuh Morse; Tidak beresiko ( 20 )
4) Proteksi
a) Status mental : Orientasi baik dan kooperatif
b) Penggunaan restrain : Tidak
c) Psikologis : Cemas
5) Kebutuhan Pendidikan / komunikasi dan pengajaran
a) Bicara : Normal
b) Bahasa sehari hari : Sunda
c) Penerjemah : Tidak
d) Hambatan belajar : Tidak ada
e) Cara belajar yang disukai : Diskusi
f) Pasien atau keluarga menginginkan informasi : Bersedia
g) Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang : Prosedur operasi, obat-
obat nyeri setelah operasi
h) Perencanaan edukasi :
 Penjelasan prosedur operasi
 Penkes pemberian therapi obat-obatan
 Resiko jatuh pasca operasi

SKRINING GIZI OLEH PERAWAT


Dewasa ( Berdasarkan Nutritional Risk Screening / NRS – 2002

Skor
No Kriteria 0 1 2 3
Penurunan BB sebesar > 5% : ■Tidak □ Ya , jika ya dalam
0
1 kurun waktu : 3 bulan terakhir( skor 1) , 2 bulan ( skor 2 ) ,
1 bln( skor 3 )
2 ATAU ada penurunan asupan makan dari kebutuhan 0
dalam seminggu terakhir : ■ Tidak □ Ya, jika ya sebesar :
penurunan 25% ( skor 1) , 50% ( skor 2 ), 75% ( skor 3)
Bila ada indikasi keduanya pilih skor tertinggi
3 Ada penyakit penyerta/ kebutuhan khusus : ■ Tidak □ Ya , 0
4 Usia pasien < 70 tahun ( skor 0 ) ≥ 70 tahun ( skor 1 ) 0
Total skor 0
Risiko Nutrisi : ■ Tidak (Total skor 0)
3. Daftar Masalah keperawatan
a) Ansietas
4. Rencana Keperawatan
a) Ansietas
 Identifikasi tingkat kecemasan pasien
 Identifikasi factor penyebab ansietas
 Monitor tanda-tandan vital
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan kurangi kebisingan
 Berikan penjelasan tentang prosedur tindakan, terapi, atau pengobatan dan
perawatan
5. Rencana Perawatan Interdisiplin/Referal
a) Diet dan nutrisi : ■ Tidak
b) Rehabilitasi medik : ■ Tidak
c) Farmasi : ■Tidak
d) Perawatan luka : ■Tidak
e) Manajemen nyeri : ■Tidak
f) Lain-lain : ■Tidak
6. Perencanaan Pulang ( Discharge Planning )
Pasien dan keluarga dijelaskan tentang perencanaan pulang : ■ Ya
Lama perawatan rata- rata : 2-3 hari, tanggal rencana pulang : 30 /10/2020
Jika tidak masuk dalam kondisi khusus edukasi yang diberikan sebagai berikut :
■ Perawatan diri/ personal hygiene
■ Perawatan luka
Bila salah satu jawaban “ Ya “ dari kriteria perencanaan pulang dibawah ini, maka akan
dilanjutkan dengan asesmen awal pasien pulang dalam kondisi khusus .
1. Geriatri ■ Tidak
2. Umur > 65 tahun ■Tidak
3. Keterbatasan mobilitas ■Tidak
4. Perawatan lanjutan ( menggunakan alat, perawatan luka dll) ■ Ya
5. Pengobatan lanjutan ( DM, TBC,Jantung, kemoterapi dll ) ■Tidak
6. Bantuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari ■Tidak
Asesmen transportasi
1. Transportasi pulang : ■ Dibantu Sebagian
2. Transportasi yang digunakan : ■ Mobil

B. ASESMEN PRA – ANESTESI / PRA – SEDASI


Asesmen Keperawatan
1. Tanggal pengkajian : 27 oktober 2020 09.00 , oleh : sr. Isti
2. Sosial
a. Menikah : Ya
b. Pekerjaan : IRT
3. Kebiasaan
a. Merokok : Tidak
b. Kopi/the/cola : Teh kadang-kadang tidak rutin
c. Alcohol : Tidak
d. Olahraga rutin : Tidak
4. Pengobatan
a. Obat resep : tidak
b. Obat bebas ( vitamin, Herbal ) : tidak
c. Penggunaan obat rutin
 Aspirin : tidak
 Obat anti sakit : tidak
 Injeksi steroid pada tahun tahun terahir : tidak
d. Alergi obat : tidak
e. Alergi lateks : tidak
f. Alergi plester : tidak
g. Alergi makanan : tidak
5. Riwayat keluarga
Perdarahan yang tidak normal Tidak Hipertensi Tidak
Pembekuan darah yang tidak Tidak Serangan jantung Tidak
normal
Permasalahan dalam anestesi Tidak Penyakit ginjal Tidak
Kanker Tidak TBC Tidak
Operasi jantung koroner Tidak Penyakit berat lainnya Tidak
DM Tidak

6. Riwayat penyakit pasien


a. Perdarahan yang tidak normal
b. Serangan jantung ■ Tidak
c. Pembekuan darah yang tidak normal ■ Tidak
d. Hepatitis/ sakit kuning ■ Tidak
e. Regurgitasi asam lambung/maag ■ Tidak
f. Hipertensi ■ Tidak
g. Anemia ■ Tidak
h. Sumbatan jalan nafas ■ Tidak
i. Angina/nyeri dada ■ Tidak
j. Tidur/sleep apneu ■ Tidak
k. Asma ■ Tidak
l. Stridor ■ Tidak
m. Diabetes ■ Tidak
n. BB berubah dlm 12 bulan ■ Tidak
o. Pingsan ■ Tidak
p. Penyakit berat lainnya ■ Tidak
q. ■ Tidak
r. Apakah pasien pernah diper ■ Tidak
s. Hasil pemeriksaan HIV ■ Negatif
t. Apakah pasien memakai:
u. Lensa kontak ■ Tidak
v. Kacamata ■ Tidak
w. Alat bantu dengar ■ Tidak
x. Gigi palsu: ■ Tidak
7. Hasil pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : 16 Oktober 2021 jam 00.30
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 11,4 11,7 – 15,5g/dl
Hematokrit 36,1 34.0 – 47.0%
Lekosit 8390 3600 – 11000/µ
Trombosit 430000 150000 – 440000/µ

Blooding time 2.0 1 – 6 menit


Cloting time 12 5.00 – 19.00menit

Glucosa sewaktu 91 70 115 mg/dl

b. Foto thorax
Kesan : pulmo tidak tampak kelainan, Cor tidak tampak cardiomegali
c. EKG : normal
8. Pemeriksaan Fisik
TD 121/73mmHg, Nadi 76x/menit, RR 14x/menit, BB 55Kg, TB 156cm
9. Rencana Operasi : Myomectomy totalis
10. Rencana Keperawatan : Edukasi
PERIOPERATIF NURSING CARE PLAN

PRE OPERASI
DIAGNOSA
PENGKAJIAN RENCANA TINDAKAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Jam : WIB 07.00 Jam 07.10 DX1 DX1 Jam 15.45
1. Pernafasan : DX 1 Observasi Observasi DX1
Alat bantu nafas: ■ Tdk □ Ya □ Ansietas berhubungan 1. Identifikasi tingkat 1. Mengidentifikasi tingkat S
Ventilator □ Baging ansietas pasien ansietas  Klien
dengan krisis situasional
Oksigen : □ Ya ■ Tidak mengatakan
Ds ; sudah siap
RR : 14x/mnt SPO2 :99% 2. Pasang monitor untuk 2. Memasang monitor untuk
2. Darah :  Pasien mengatakan untuk tindakan
Observasi TTV, saturasi Observasi TTV, saturasi oksigen
Capilary refill Kulit dirinya takut operasi.
oksigen keadaan keadaan umum pasien
■ ˂ 2 detik ■ hangat (akral) menghadapi operasi  Klien
umum pasien
Perdarahan : □ Tidak ■ ya  Pasien mengatakan mengatakan
3. TD : 133/81 mmHg, Sh: 36,6 ͦ C, HR ingin ditemani suami sudah tidak
3. Monitor tanda-tanda 3. Melakukan monitoring tanda-
88x/mnt spo2 99% sebelum masuk takut lagi
vital tanda vital  Pasien sudah
4. Otak/ syaraf pusat kamar operasi
mengetahui
Kesadaran GCS : E4 M6 V 5 4. Identifikasi 4. Mengidentifikasi kemampuan prosedur
■ Composmentis Do ; kemampuan pasien pasien mengatasi ansietas, operasi,
5. Skala nyeri sesuai usia/ kasus 0  TD : 133/81 mengatasi ansietas pengobatan
6. Kandung kemih mmHg, Sh: 36,61 ͦ C, yang akan
Pasang kateter: □Ya ■Tidak HR 88x/mnt spo2 Edukasi Edukasi dijalaninya
7. Pencernaan 99% 5. Mendampingi dokter saat
5. Beri penjelasan
BB :55 Kg TB : 156 Cm
tentang prosedur menjelaskan tentang penyakit O
■ Puasa  TTV; TD :
8. Ektremitas tindakan, terapi, klien, rencana tindakan dan
125/74 mmHg,
Elastisistas Kulit: ■elastis pengobatan dan prosedur pengobatan
Sh: 36,5 ͦ C, HR
Patah tulang : ■ tidak perawatan selanjutnya. 78x/mnt spo2
9. Lain-lain: Pasien mengatakan dirinya 99%,RR
merasa takut menghadapi operasi 14x/mnt, akral
yang akan dijalaninya. Ingin ditemani hangat
suami sebelum masuk ke kamar 6. Ajarkan tehnik 6. Mengajarkan tehnik relaksasi A
operasi. relaksasi dan distraksi nafas dalam dan distraksi Ansietas teratasi

P
7. Jelaskan hal-hal yang 7. Menjelaskan hal-hal yang
Intervensi
dapat meningkatkan dapat meningkatkan ansietas dihentikan
ansietas dan yang dan yang dapat mengurangi
dapat mengurangi ansietas.
ansietas

Kolaborasi Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan 8. Berkolaborasi dengan DPJP
DPJP untuk pemberian untuk pemberian obat
obat premedikasi premedikasi

Terapeutik Terapeutik
9. Ciptakan lingkungan 9. Menciptakan lingkungan yang
yang tenang dan tenang
kurangi kebisingan

10. Lakukan interaksi 10. Memperkenalkan diri dan tim


social dengan pasien operasi kepada pasien dan
dan keluarga keluarga

11. Melibatkan suami pasien


11. Libatkan keluarga
dalam memberikan support
dalam memberikan
mental dengan berdoa
support mental dengan
sebelum operasi.
berdoa
INTRA OPERASI
DIAGNOSA
PENGKAJIAN RENCANA TINDAKAN TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN
Jam masuk OK : 07.50 WIB, Jam keluar Jam 08.05 DX 3 DX 3 Jam 09.10
OK : 17.15 WIB DX 3 Observasi Observasi DX2
Jam mulai anstesi : 16.00 WIB Jam Resiko cidera intra 1. Observasi tanda – 1. Mengobservasi tanda – tanda S:
selesai anestesi : 17.10 WIB operatif berhubungan tanda Vital selama Vital pasien selama durante -
Jenis Anestesi; anestesi umum dengan perubahan prosedur pembedahan operasi O:
1. Pernafasan sensasi akibat prosedur  Tidak
Alat bantu nafas : ■ Ya ■ Ventilator anestesi umum ditandai 2. Identifikasi kebutuhan 2. Mengidentifikasi kebutuhan ditemukan
( LMA ) dengan: keamanan pasien keamanan pasien selama cedera/luka
RR : 12 x/mnt SPO2 :100 % Ds : selama prosedur prosedur operasi dibagian tubuh
Extubasi ; - operasi pasien selain
TD 135/84mmHg, SPO2 97%, RR 20- Do ; luka operasi
24x/mnt, Nadi 110x/mnt slym (+) ,  Kesadaran : DPO, 3. Kaji keadaan kondisi 3. Mengkaji dan mengobservasi sampai operasi
pergerakan dinding dada tidak GCS: 3 Eye1 Verbal pasien sebelum, kondisi pasien baik sebelum, selesai
adekuat. 1 Mototrik 1 selama dan setelah selama dan sesudah prosedur  TD 128/81, Nadi
 Adanya Penggunaan selesai pembedahan operasi selesai. 80x/mnt, RR
2. Darah alat cauter selama apakah ada 16x/mnt, SpO2
Perdarahan : ■ Ya, 100 ml pembedahan luka/cedera baru selain 99%, akral
3. TTV lokasi operasi (luka dingin, CRT <2
TD : 115/78 mmHg, Sh : 36,2 ͦ C bakar, luka lecet, detik.
Nadi : 72 , RR 12x/mn memar, patah ulang dll)
4. Otak/ syaraf pusat A
Kesadaran : Dibawah pengaruh obat Edukasi Edukasi Resiko cedera intra
anestesi - - operatif tidak
GCS: 3 Therapetik Therapetik terjadi
□ Eye1 □ Verbal 1 □ Mototrik 1 4. Siapkan lingkungan 4. Menyiapkan set monitor
Skala nyeri : 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dan peralatan operasi TTV,dan memastikan P
1. Kandung kemih yang aman dan nyaman kelengkapan peralatan yang Intervensi
□ Pasang kateter: ■ Ya dibutuhkan selama operasi dihentikan
2. Pencernaan :
■ Puasa 5. Atur posisi pasien 5. Mengatur posisi pasien
3. Ektremitas senyaman mungkin supine , memasangkan
Terpasang patient plate : ■ Paha sesuai dengan penyangga pada kedua
kanan kebutuhan jenis tangan, dan memastikan
4. Penggunaan alat cauter selama operasinya tidak ada anggota tubuh yang
pembedahan tertekan, terlipat dan
5. Posisi saat operasi : supine menggantung.

6. Pastikan pemasangan 6. Memastikan kembali patient


patient plate sudah plate terpasang dengan
sesuai benar; pada paha kanan
pasien, ,seluruh permukaan
patient plate menempel
dengan baik pada permukaan
kuli pasien.

7. Pindahkan pasien ke 7. Memindahkan pasien ke


ruang pulih sadar ruang pulih sadar dengan
dengan menggunakan menggunakan brancard
brancard sesuai sesuai prosedur
prosedur

Kolaborasi Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan 8. Melakukan kolaborasi dengan
dokter anestesi dalam dokter anestesi dalam
pelaksanaan prosedur pelaksanaan prosedur
anestesi umum Anestesi.

9. Kolaborasi dengan
doker anestesi dan tim 9. Meminta persetujuan dokter
operasi saat akan anestesi saat akan
memindahkan pasien memindahkan pasien dari
dari kamar operasi ke kamar operasi ke ruang pulih
ruang pulih sadar. sadar.

Jam 09.00 DX4


DX4 Observasi DX4 Jam 09.10
Bersihan jalan nafas 1. Monitor tanda – tanda Observasi DX3
tidak efektif (saat vital 1. Memonitor tanda – tanda vital S:
extubasi) berhubungan selama post ekstubasi -
dengan efek agen O:
farmakologis anestesi, 2. Monitor status 2. Memonitor kesadaran pasien ;  TD 128/81, Nadi
ditandai dengan: kesadaran pasien. kesaradaran masih dibawah 80x/mnt, RR
Ds : pengaruh obat anestesi 16x/mnt, SpO2
- 99%, akral
Do ; 3. Monitor status 3. Memonitor status pernafasan dingin, CRT <2
 TD 135/84mmHg, pernafasan seperti pasien selama post ekstubasi detik.
SPO2 97%, RR frekuensi, bunyi nafas,  Napas pasien
24x/mnt, Nadi kecepatan, irama dan sudah adekuat
110x/mnt kedalaman serta  Kesadaran
 Penumpukan secret penggunaan otot bantu pasien
di jalan nafas nafas somnolen,
 Nafas spontan belum  Terpasang
adekuat Terapeutik mayo ukuran
Terapeutik
no4
4. Cegah adanya resiko 4. Memasang mayo lalu
 aliran udara
lidah jatuh ke belakang Mengatur posisi kepala pasien
ekspirasi
dengan triple airway ekstensi
inspirasi lacar
manuver A:
Masalah teratasi
5. Lakukan suction P:
5. Melakukan pembersihan jalan Intervensi
nafas dengan suction dihentikan
Kolaborasi Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan 6. Berkolaborasi dengan dokter
dokter anestesi untuk anestesiologi untuk pemberian
pemberian therapi anti terapi anti relaksan
relaksan

POST OPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN TINDAKAN EVALUASI
Jam masuk RR : 09.12 WIB Jam 09.15 DX 5 Jam 09.45
DX 5
1. Pernafasan DX 5 Observas DX 5
Observasi
Alat bantu nafas ■ Tidak Resiko jatuh berhubungan 1. Identifikasi ulang resiko S:
1. Mengdentifikasi ulang resiko jatuh
Oksigen : ■ Ya dengan kondisi pasca jatuh bila ada perubahan -
pada saat ada perubahan kondisi
■ Nasal.2 ltr/ mnt operasi, dtandai dengan; kondisi pasien O:
pasien
RR : 14 x/mnt, SPO2 : 99 % Ds :  Kesadaran pasien
2. Darah  - 2. Identifikasi factor CM.
2. Mengidentifikasi factor lingkungan
Capilary refill : ■ < 2 detik lingkungan yang  Roda Tempat
Do : yang meningkatkan resiko jatuh.
Kulit : ■ dingin meningkatkan resiko tidur pasien
 Pasien post anestesi
Perdarahan : ■ Tidak jatuh selalu terkunci
umum
3. TTV 3. Monitor resiko jatuh  Terpasang infus di
 Kesadaran somnolen lanjutan sesuai kondisi 3. Memonitor dan mengkaji resiko
TD : 122/70mmHg RR : 14x/mnt, Sh : 36 tangan kiri
 Terpasang infus di pasien lanjutan sesuai dengan kondisi
C, HR 80 x/mnt  TTV : TD 136/83
tangan kiri pasien.
4. Kesadaran mmHg RR : 16x/
 Skor resiko jatuh pasca mnt, Sh : 36,4 ͦ C
■somnolen
tindakan 12 (tinggi) HR 90 x/mnt
GCS: 9 Edukasi Edukasi  Skor resiko jatuh
■ Eye2 ■ Verbal 2 ■ Motorik 5 4. Anjurkan memanggil 4. Menganjurkan memanggil :12
5. Skala nyeri : 0 perawat jika perawat jika membutuhkan
6. Kandung kemih membutuhkan bantuan bantuan. A:
□ Pasang kateter: ■ Ya untuk berpindah ( bila Resiko jatuh belum
7. Pencernaan pasien sdh sadar) teratasi
■ Puasa □ Kembung □ Mual □ Muntah 5. Berikan penjelasan 5. Memberikan penjelasan kepada P:
□ Terpasang NGT kepada keluarga untuk keluarga bahwa pasien perlu Intervensi
8. Ektremitas ikut mendampingi pasien didampingi selama masa dilanjutkan
Kulit: ■ Terdapat luka operasi di perut selama perawatan. perawatan.
tertutup verband.
Luka bakar ■ tidak ada 6. Berikan informasi kepada 6. Memberikan informasi kepada
Patah tulang : □ Ya ■ Tidak pasien dan keluarga pasien dan keluarga mengenai
9. Skore resiko jatuh pasca tindakan : 12 mengenai pemasangan pemasangan gelang kuning resiko
10. Lain-lain : gelang kuning resiko jatuh jatuh.
 Pasien mengeluh nyeri pada daerah
luka operasi ( setelah keadaan
pasien sadar penuh ), skala nyeri 4 Therapetik Therapetik
7. Pastikan roda tempat 7. Memastikan roda tempat tidur
tidur dan dalam keadaan dalam keadaan terkunci selama
terkunci selama pasien di pasien di RR dan pada saat pasien
RR dan pada saat memindahkan pasien
memindahkan pasien

8. Pasang handrail tempat 8. Memasang handrail tempat tidur


tidur

Kolaborasi Kolaborasi
- -

09.50 DX6 Jam 12.00


DX6
DX6 Observasi DX6
Observasi
Nyeri akut berhubungan S:
1. Monitor tanda – tanda 1. Melakukan Monitoring tanda –
dengan terputusnya tanda vital (terlampir pada form Pasien mengatakan
vital
continuitas jaringan, pemantauan ruang pulih) nyeri masih terasa,
ditandai dengan;
Ds: 2. Identifikasi lokasi, 2. Mengidentifikasi nyeri; nyeri hanya berkurang
 Pasien mengeluh nyeri karakteristik, durasi dirasakan pada area operasi, sedikit
pada daerah operasi frekuensi, kualitas dan frekuensi terus menerus, nyeri O :
Do: intensitas nyeri berdenyut,  Tampak wajah
 Ekspresi wajah pasien 3. Identifikasi skala nyeri 3. Mengidentifikasi skala nyeri ; skala pasien sesekali
kadang meringis nyeri 5 meringis
menahan nyeri 4. Identifikasi respon nyeri 4. Meingidentifikasi respon nyeri non  TTV : TD 132/80,
 Skala nyeri 5 non verbal verbal HR 83, RR
 TTV 5. Identifikasi faktor yang 5. Mengidentifikasi faktor yang 14x/mnt, suhu
TD : 136/83mmHg RR : memperberat rasa nyeri memperberat rasa nyeri 36,4 ͦ C
16x/mnt, Sh : 36,4 ͦ C 6. Identifikasi pengetahuan 6. Mengidentifikasi pengetahuan  Nilai assesmen
HR 90 x/mnt tentang nyeri tentang nyeri lanjutan nyeri : 4
 Terpasang infus
analgetik RL500cc
Terapeutik Terapeutik
+ Pethidin 100mg
7. Ciptakan lingkungan yang 7. Menciptakan lingkungan yang
+ketorolac 60 mg
tenang, kurangi tenang dan nyaman bagi pasien.
20 tpm
kebisingan, atur
A:
pencahayaan cukup
Nyeri akut belum
8. Atur posisi tidur yang
8. Mengatur posisi tidur yang teratasi
nyaman
nyaman P:
Intervensi
9. Libatkan keluarga saat 9. Melibatkan keluarga saat dilanjutkan
mengajarkan tehnik mengajarkan tehnik relaksasi dan
relaksasi dan distraksi distraksi.

10. Libatkan keluarga untuk 10. Melibatkan keluarga untuk


memberikan dukungan memberikan dukungan kepada
kepada pasien pasien.
Edukasi Edukasi
11. Jelaskan penyebab nyeri, 11. Menjelaskan penyebab nyeri, hal-
hal-hal yang dapat hal yang dapat memperberat dan
memperberat dan mengurangi rasa nyeri.
mengurangi rasa nyeri
12. Ajarkan pasien cara 12. Mengajarkan pasien mengenai
mengatasi / mengurangi teknik relaksasi nafas dalam dan
nyeri secara non tehnik distraksi .
farmakologi

Kolaborasi Kolaborasi
13. Kolaborasi untuk 13. Berkolaborasi dengan Dokter
pemberian analgetik anestesi dan DPJP untuk
pemberian analgetik
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan yang dilakukan
dilapangan terhadap pasien secara langsung dengan membandingkan asuhan keperawatan secara
teoritis. Adapun yang akan dibahas meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan mengenai kasus yang penulis
angkat.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses perawatan. Fungsi
dari pengakajian yaitu untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam melakukan asuhan
keperawatan. Data didapatkan dari hasil anamnesa terhadap pasien, keluarga , hasil pemeriksaan
fisik dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Data yang didapat secara langsung dari pasien
dengan kasus myoma uteri diantaranya adanya perdarahan yang berlebihan saat menstruasi, ,
nyeri perut yang dirasakan hilang timbul, adanya gangguan psikologis berupa rasa cemas,takut
akibat krisis situasional yang dialaminya. Sedangkan data yang muncul secara teori dengan kasus
myoma uteri diantaranya adanya nyeri, perdarahan, kecemasan,resiko infeksi dan adanya
gangguan eliminasi BAB dan BAK
Tidak semua gejala ataupun keluhan pasien muncul sesuai dengan teori, hal ini dipengaruhi
oleh besar kecil nya ukuran myoma uteri, banyak atau tidaknya jumlah mioma uteri, serta jumlah
perdarahan yg ditimbulkan dari myoma uteri tersebut.
B. Diagnosa keperawatan
Setelah data yang didapatkan dari hasil pengkajian, kemudian penulis menganalisa semua
data yang terkumpul, lalu mengelompokan data-data tersebut kedalam dua kelompok, yaitu data
subjektif dan data objektif . dari sinilah muncul dan disimpulkan diagnose keperawatan.
Diagnosa keperawatan secara teori pada myoma uteri diantaranya yaitu :
1. Nyeri akut
2. Resiko syock hovopolemik
3. Resiko infeksi
4. Ancietas
5. Gangguan pola eliminiasi BAB
6. Gangguan pola eliminasi BAK
Diagnose keperawatan yang muncul pada Ny. R terbagi dlam tiga bagian, yaitu:
Pre operatif :

1. Ancietas

Intra operatif :
3. Resiko cedera
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Post operatif :
5. Nyeri akut
6. Resiko jatuh
Jika dilihat dari diagnose keparawatan pada Ny. R ditemukan ada 4 diagnosa keperawatan yang
tidak muncul sesuai teori, yaitu resiko infeksi, resiko syock hivopolemik, gangguan pola eliminasi
BAB dan BAK. Hal ini terjadi karena pada saat pengkajian penulis tidak menemukan data-data yang
menunjang ke arah diagnose tersebut.
C. Intervensi Keperawatan
Setelah mengetahui diagnose keperawatan, selanjutnya ke tahapan proses keperawatan yang
ke tiga, yaitu intervensi keperawatan. Dalam menyusun intervensi keperawatan, penulis
membuatnya berdasarkan panduan yang ada dalam teori. Dari semua poin-poin intervensi
tersebut, penulis tidak semua nya menerapkan kepada pasien, penulis hanya mengambil poin-
poin intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan pengkajian dan diagnose
keperawatan.
Intervensi keperawatan tujuannya untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan. Ada beberapa tipe intervensi keperawatan, yaitu :
2. Observasi
Disini perawat akan mengobservasi terhadap kemajuan pasien dengan memantau prubahan
pasien setelah diberikan intervensi.
3. Terpeutik
Merupakan tindakan yang dilakukan perawat untuk mengurangi, mencegah masalah. Perawat
harus bisa memilih Tindakan yang paling sesuai dengan keadan pasien.
4. Edukasi
Tindakan ini berupa Pendidikan Kesehatan yang berguna untuk partisifasi pasien terhadap
masalah Kesehatan yang dialami pasien. Dalam memberikan edukasi, penulis menyesuaikan
materi yang akan disampaikan dengan kondisi pasien.
5. Kolaborasi
Masalah yang berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh maupun patologis, memerlukan
kolabiratif dengan tenaga Kesehatan lainnya. Perawat melindungi pasien dari hal yang dapat
merugikan dan memberikan saran yang bersifat konstruktif yang dapat menunjang
kesembuhan pasien.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intevensi keperawatan yang telah dibuat.
Poin demi point intervensi keperawatan penulis aplikasikan terhadap pasien sesuai dengan
maksud untuk tercapainya tujuan dari diagnose keperawatan.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana Tindakan, dan pelaksanaan nya
sudah berhasil dicapai ( Ignatavicius, 1994). Evaluasi keperawatan merupakan tahap ahir dari
proses keperawatan.
Dari setiap diagnose keperawatan yang muncul, semuanya dilakukan evaluasi. Kriteria
evaluasi yang penulis gunakan yaitu menggunakan kriteria keberhasilan ( evaluasi hasil) , dimana
menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku pasien.
Evaluasi ini dilaksanakan pada ahir tindakan keperawatan. Dalam kasus yang penulis buat, tidak
semua hasil evaluasi menunjukan tercapainya dari tujuan diagnose keperawatan. Oleh karena itu,
untuk evaluasi yang belum tercapai, maka penulis menyarankan untuk terus melanjutkan
intervensi Kembali untuk dilanjutkkan di ruang perawatan berikut nya.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat. Nama
lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba, 2001). Berdasarkan letak nya, myoma uteri
dibagi 3, yaitu myioma uteri subserosum, myoma uteri intra mural, dan myoma uteri
submucosum. adapun penyebab pastinya myoma uteri belum ditemukan, adanya kemungkinan
dari pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang mempengaruhi timbulnya myoma uteri.
Adapun komplikasi yang ditimbulkan oleh myoma ini diantaranya menjadi degenerasi ganas, serta
terjadi torsi dari tangkai myoma. Gejala yang tersering yang ditimbulkan berupa pedarahan yang
abnormal, nyeri akibat penekanan oleh pembesaran muoma. Penangan medis pada myoma
dengan tanpa gejala biasanya dilakukan pengobatan konservatif, tapi bila sampai menimbulkan
keluahan terhadap pasien dan mengganggu, maka disarankan untuk dilakukan operasi, bisa
dengan myomectomy atau histerektomi tergantung dari besar kecil nya mioma serta efek
gangguan yang ditimbulkannya.
Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan dengan
mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
6. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan metoda wawancara/anamnesa terhadap pasien dan keluarga
serta hasil observasi. Adapun data yang didapat yaitu pada tahap pre operatif, intra operatif
dan post operatif. Selama pengakajian, baik pasien maupun keluarga cukup kooperatif dalam
memberikan informasi. Pada saat pengkajian pre op tidak ditemukan adanya nyeri yang
intermiten, ini dikarenakan pasien sudah mendapatkan pain program saat pertamakali masuk
IGD sampai menjelang mau operasi. Nyeri muncul hanya bila pasien banyak menggerakan
tangan yang fraktur nya.
7. Diagnose keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan hasil data yang didapat yaitu
a) Ansietas
b) Resiko cedera
c) Gangguan bersihan jalan nafas
d) Resiko jatuh
e) Nyeri akut
Sedangkan diagnose keperawatan secara teori yang bisa muncul pada kasus fraktur seperti
resiko syock hivopolemi, resiko infeksi, gangguan pola eliminasi BAB dan BAK tidak terjadi,
hal ini dikarenakan tidak ada data-data yang menunjang dari pasien yang mengarah ke arah
diagnosa keperawatan tersebut.
8. Intervensi keperawatan
Intervensi yang dibuat oleh penulis ini disesuaikan dengan masing-masing diagnosa
keperawatan. Isi dari intervensi ini disusun berdasarkan dari Panduan Asuhan Keperawatan
Hermina Arcamanik.
9. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan Tindakan keperawatan pada Ny. R sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan, dengan melibatkan keluarga pasien dan teman sejawat lainnya. Pasien dan
keluaga cukup kooperatif dalam menerima pelaksanaan Tindakan keperawatan yang penulis
kerjakan.
10. Evaluasi keperawatan
Setelah melaksanakan Tindakan keperawatan, kemudian penulis mengevaluasi hasil dari
Tindakan tersebut. Tidak semua evaluasi tercapai pada saat itu. Oleh karena itu untuk evaluasi
yang belum tercapai, penulis mendelegasikan ke perawat ruangan untuk melanjutkan
intervensi yang telah disusun, supaya terjadi Tindakan keperawatan yang berkelanjutan, tidak
hanya sebatas saat pasien berada di ruang pemulihan saja.

B. SARAN
1. Teman sejawat ( perawat )
Untuk para perawat yang bekerja di pelayanan, dimana secara langsung kontak
dengan pasien dan keluarga pasien agar bisa lebih meningkatkan pelayanan asuhan
keprawatan secara komprehensif. Sehingga diharapkan akan tercapainya tujuan dari asuhan
keperawatan ini secara maksimal.
2. Rumah sakit
Untuk pihak rumah sakit, diharapkan bisa menciptakan SDM yang berkwalitas agar
mampu memberikan pelayanan keperawatan yang optimal. Serta bisa melengkapi sarana dan
prasarana rumah sakit untuk menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana.
Jakarta : EGC

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi ke 1. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Sjamsuhidajat, dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah : system organ dan Tindakan Bedah nya. Jakarta : EGC

PPNI .2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

PPNI .2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPN

Panduan Asuhan Keperawatan Rumah Sakit Hermina Arcamanik.

Anda mungkin juga menyukai