R DENGAN GANGGUAN
SYSTEM REPRODUKSI MIOMA UTERI YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN
MIOMECTOMI TOTALIS DI INSTALASI KAMAR BEDAH
RSU HERMINA ARCAMANIK BANDUNG
Disusun Oleh
UTAN SUTANA
132009120213
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas berkat dan Rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan studi kasus ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Perioperatif
Pada Ny. R Dengan Gangguan System Reproduksi Mioma Uteri Dengan Tindakan Miomektomi
Totalis Di Instalasi Kamar Bedah RSU Hermina Arcamanik Bandung” dimana studi kasus ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian asesmen kompetensi perawat level 2A.
Dalam proses pembuatan studi kasus ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, perkenankan
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat.
Penulis menyadari dalam pembuatan studi kasus ini , masih banyak kekurangannya, oleh
sebab itu dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat konstruktif dan edukatif guna meningkatkan kwalitas pembuatan studi kasus berikutnya.
Ahirkata sekali lagi penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang sudah
terlibat dalam pembuatan studi kasus ini. Semoga dapat bermanfaat baik diri saya pribadi, teman
sejawat, dan masyarakat.
Penulis
Utan Sutana
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………………………………………..
B. TUJUAN…………………………………………………………………………………………………………..
BAB II : KONSEP DASAR TEORI…………………………………………………………………………………………
A. MEDIS
1. Definisi Mioma ………………………………………..……………………………………………….
2. Klasifikasi Mioma Uteri.……………………….……………………………………………………
3. Etiologi ……………………………………………………………………………………….
4. Perubahan sekunder ……………….………………………..……………………………………..
5. Komplikasi ………………………….…………………………………………………………………….
6. Tanda Dan Gejala ……. ..……………………………………….……………………………………
7. Patofisiologi, Patyhway ……..……………………………………………………………………..
8. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………………………….
9. Penatalaksanaan Medis…………………………………………………………………………….
B. KEPERAWATAN
1. Pengkajian………………………………………………………………………………………………..
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………………………..
3. Intervensi ………………….……….…………………………………………………………………….
4. Implementasi …………………………………………………………………………………………..
5. Evaluasi ……………………………………………………………………………………………………
BAB III : LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan Data……………………………………………………………………………………
2. Assesmen Keperawatan ……………..……………………………………………………………
B. Assesmen Pra Anestesi……………………………………………………………………………………
C. Perioperatif Nursing Care Plan………………………………………………………………………..
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian……………………………………………………………………………………………………….
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………………………………
C. Intervensi keperawatan…………………………………………………………………………………..
D. Implementasi Keperawatan…………………………………………………………………………….
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………………………………………………………..
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mioma uteri atau kanker jinak yang terdapat di uterus adalah tumor jinak yang
tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau
uterine fibroid. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi antara 20% – 25 % terjadi pada wanita diatas umur
35 tahun, tepatnya pada usia produktif seorang wanita, menunjukkan adanya hubungan
mioma uteri dengan estrogen (Sjamsuhidajat, 2010).
Berdasarkan penelitian World Health Organisation (WHO) penyebab dari angka
kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 kasus (1,95%) dan tahun 2011
sebanyak 21 kasus (2,04%). Di Indonesia kasus mioma uteri ditemukan sebesar 2,39% -11,7%
pada semua pasien kebidanan yang di rawat. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita
kulit hitam dibandingkan wanita kulit putih. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri
terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali (Handayani, 2013).
Berdasarkan otopsi novak didalam buku Winkjosastro, 2009 menemukan 27 % wanita
berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan
lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah
menopause hanya kira –2 kira 10 % mioma yang masih bertumbuh. Bahaya mioma uteri ini
apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi
karena terjadinya perdarahan yang abnormal pada uterus dan selama usia reproduksi dapat
menyebabkan infertilitas (Anwar, 2011). Berdasarkan data statistic kamar operasi RS Hermina
arcamanik selama 6 bulan, yaitu periode bulan mei – oktober 2020 didapatkan jumlah pasien
yang didiagnosa mioma uteri sebanhyak 11 pasien. Dan kasus ginekologi yang terbanyak
adalah kista ovarium.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai
masalah mioma uteri ini dengan menggunakan metode pendekatan manajemen “asuhan
keperawatan perioperatip dengan gangguan sistem reproduksi mioma uteri yang akan
dilakukan tindakan miomectomi totalis“
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penyusunan laporan kasus asuhan keperawatan ini untuk mengetahui gambaran dan
mendapatkan pengalaman nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
dengan gangguan sistem reproduksi Mioma uteri dengan menggunakan pendekatan
manajemen keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan standart keperawatan
secara professional
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan asuhan keperawatan ini adalah agar perawat dapat :
a. Mengetahui metode dan cara pengkajian secara langsung pada pasien dengan mioma
uteri.
b. Mengetahui metode dan mampu menegakan diagnosa keperawatan pada pasien
mioma uteri
c. Mengetahui cara membuat intervensi keperawatan atau rencana keperawatan yang
sesuai dengan diagnosa pada pasien mioma uteri.
d. Mengetahui cara melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan
secara langsung pada pasien mioma uteri.
e. Mengetahui evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada pasien mioma uteri.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. MEDIS
1. DEFINISI
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan
ikat. Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba, 2001).
Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibromioma,
Leimioma ataupun Fibroid (Saifuddin, 1999). Mioma ini berbentuk padat karena jaringan
ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling
umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis
berdasarkan besar dan letak mioma.
a. Anatomi Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit
gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan
kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di
atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57 gram. Pada masa
kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh
estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabutserabut kolagen
yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus
dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara
maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen.
b. Pembagian Uterus
1) Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak antara
kedua pangkal saluran telur.
2) Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uteri
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu bagian serviks
yang ada di atas vagina.
c. Pembagian Dinding Uterus
1) Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium
terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak pembuluh-
pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid endometrium untuk
sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh menebal dalam masa
reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah bertambah banyak yang
diperlukan untuk memberi makanan pada janin.
2) Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan
disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan
otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting pada
persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan menjepit
pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.
3) Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang menfiksasi
dan menguatkan uterus yaitu:
a) Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang terpenting,
mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan
berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis.
Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteria
uterine.
b) Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan
uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang
kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
c) Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan
uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uteri
kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus
berkontraksi kuat.
d) Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba,
berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
e) Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba
fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.
Gambar anatomi uterus
MYOMA UTERI
Resiko infeksi
Penekanan
Kandung
kencing Uretrha Ureter Rectum
Gangguan Gangguan
Eleminasi BAK eleminasi BAB
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat,
Eritrosit : turun
b. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
c. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
b. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
c. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
d. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi. (Mitayani, S. 2009)
e. PENATALKSANAAN MEDIS
a. Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis selama 16
minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga
uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut itu
akan tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih
mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi.
b. Operasi
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala
yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif yang
dilakukan antara lain :
1) Myomectomy
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara
akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50%.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah dilaksanakan
apabila tumor bertangkai.
Tindakan ini seharusnya hanya dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas
yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil dari
uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat
berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan.
2) Hysterectomy
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan
terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun dan tidak
menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12 minggu
disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar.
Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginum. Adanya
prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks
uteri. Histeroktomi supra vaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran
teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan.
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 44 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Golongan Darah :A/+
Tanggal Masuk RS : 27 Oktober 2020 jam 19.37
Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2020
Nomor Medrek : M.217128
Diagnosa Medis : Mioma Uteri
Alamat : Kp. Cijambe RT001/007, kab. Bandung
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 46 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : SDA
Hubungan dengan klien : Suami
2. Assesmen Keperawatan
Asesmen dimulai : Tanggal 27 / 10 / 2020 pkl WIB
Diperoleh dari : Pasien
Cara masuk : Dengan kursi roda
Asal pasien : Ruang perawatan
a. Status Sosial, Ekonomi, Agama, Suku/Budaya, Nilai Kepercayaan Dan Kebutuhan
Privasi
1) Pekerjaan Pasien : IRT
Pekerjaan Penanggung Jawab : Buruh
Pendidikan Pasien : SD
Pendidikan Penangguung Jawab : SD
Cara Pembayaran : BPJS
Tinggal Bersama : Suami dan anak-anak
2) Spiritual : Islam
Pasien mengatakan walau dalam keadaan sakit masih bisa melaksanakan
ibadahnya, dan menganggap bahwa sakit yang dialaminya adalah bagian dari
ujian hidup.
3) Suku / Budaya : Sunda
4) Nilai – Nilai Kepercayaan Pasien / Keluarga : tidak ada
5) Kebutuhan Privasi Pasien : tidak ada
b. Anamnesa
1) Diagnose Medis saat masuk : Myoma Uteri
2) Keluhan utama : Pasien mengatakan perdarahan suka
banyak saat menstruasi, dan saat ini pasien merasa takut menghadapi operasi
yang akan dijalaninya
3) Riwayat penyakit sekarang : Setiap menstruasi mengalami perdarahan
yang cukup banyak, kadang sampai keluar gumpalan darah. Saat ini pasien sedang
menstruasi sudah 4 hari. Nyeri kadang kadang dirasakan hilang timbul.
4) Riwayat Penyakit dahulu termasuk Riwayat pembedahan :
a) Pernah dirawat : Belum Pernah
b) Pernah operasi/Tindakan : Belum pernah
c) Masalah operasi/pembiusan : Belum pernah
5) Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
6) Obat dari rumah : Tidak ada
7) Apakah pernah mendapat obat pengencer darah : Tidak Pernah
8) Riwayat alergi : Tidak ada
9) Nyeri : tidak ada, dengan skala nyeri VAS 0
10) Riwayat tranfusi darah : Tidak pernah
11) Golongan darah : A positif
12) Riwayat kemotherapi dan radioterapi : tidak pernah
13) Riwayat merokok : Tidak
14) Riwayat minum minuman keras : Tidak Pernah
15) Riwayat penggunaan obat penenang : Tidak
16) Riwayat pernikahan : Menikah
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) GCS : E4 M6 V5
4) Tanda Vital : TD 133/81, Nadi 88x/mnt, RR 14x/mnt, suhu 36.6
5) Antropometri : BB 55 kg, TB 156cm,
6) Pengkajian persistem dan pengkajian fungsi
Pengkajian
Hasil Pemeriksaan
Persistem/ Fungsi
Kepala : TAK
Wajah : TAK
System Susunan
Leher : TAK
Syaraf Pusat Kejang : Tidak
Sensorik : TAK
Motorik : TAK
Gangguan Penglihatan : TAK
Posisi Mata : Simetris
System Pupil : Isokor
Kelopak Mata : TAK
Penglihatan
Konjunctiva : TAK
Sklera : TAK
Alat Bantu Penglihatan : Tidak
System Tidak Ada Kelainan
Menggunakan Alat Bantu Pendengaran : Tidak
Pendengaran
Skor
No Kriteria 0 1 2 3
Penurunan BB sebesar > 5% : ■Tidak □ Ya , jika ya dalam
0
1 kurun waktu : 3 bulan terakhir( skor 1) , 2 bulan ( skor 2 ) ,
1 bln( skor 3 )
2 ATAU ada penurunan asupan makan dari kebutuhan 0
dalam seminggu terakhir : ■ Tidak □ Ya, jika ya sebesar :
penurunan 25% ( skor 1) , 50% ( skor 2 ), 75% ( skor 3)
Bila ada indikasi keduanya pilih skor tertinggi
3 Ada penyakit penyerta/ kebutuhan khusus : ■ Tidak □ Ya , 0
4 Usia pasien < 70 tahun ( skor 0 ) ≥ 70 tahun ( skor 1 ) 0
Total skor 0
Risiko Nutrisi : ■ Tidak (Total skor 0)
3. Daftar Masalah keperawatan
a) Ansietas
4. Rencana Keperawatan
a) Ansietas
Identifikasi tingkat kecemasan pasien
Identifikasi factor penyebab ansietas
Monitor tanda-tandan vital
Ciptakan lingkungan yang tenang dan kurangi kebisingan
Berikan penjelasan tentang prosedur tindakan, terapi, atau pengobatan dan
perawatan
5. Rencana Perawatan Interdisiplin/Referal
a) Diet dan nutrisi : ■ Tidak
b) Rehabilitasi medik : ■ Tidak
c) Farmasi : ■Tidak
d) Perawatan luka : ■Tidak
e) Manajemen nyeri : ■Tidak
f) Lain-lain : ■Tidak
6. Perencanaan Pulang ( Discharge Planning )
Pasien dan keluarga dijelaskan tentang perencanaan pulang : ■ Ya
Lama perawatan rata- rata : 2-3 hari, tanggal rencana pulang : 30 /10/2020
Jika tidak masuk dalam kondisi khusus edukasi yang diberikan sebagai berikut :
■ Perawatan diri/ personal hygiene
■ Perawatan luka
Bila salah satu jawaban “ Ya “ dari kriteria perencanaan pulang dibawah ini, maka akan
dilanjutkan dengan asesmen awal pasien pulang dalam kondisi khusus .
1. Geriatri ■ Tidak
2. Umur > 65 tahun ■Tidak
3. Keterbatasan mobilitas ■Tidak
4. Perawatan lanjutan ( menggunakan alat, perawatan luka dll) ■ Ya
5. Pengobatan lanjutan ( DM, TBC,Jantung, kemoterapi dll ) ■Tidak
6. Bantuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari ■Tidak
Asesmen transportasi
1. Transportasi pulang : ■ Dibantu Sebagian
2. Transportasi yang digunakan : ■ Mobil
b. Foto thorax
Kesan : pulmo tidak tampak kelainan, Cor tidak tampak cardiomegali
c. EKG : normal
8. Pemeriksaan Fisik
TD 121/73mmHg, Nadi 76x/menit, RR 14x/menit, BB 55Kg, TB 156cm
9. Rencana Operasi : Myomectomy totalis
10. Rencana Keperawatan : Edukasi
PERIOPERATIF NURSING CARE PLAN
PRE OPERASI
DIAGNOSA
PENGKAJIAN RENCANA TINDAKAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Jam : WIB 07.00 Jam 07.10 DX1 DX1 Jam 15.45
1. Pernafasan : DX 1 Observasi Observasi DX1
Alat bantu nafas: ■ Tdk □ Ya □ Ansietas berhubungan 1. Identifikasi tingkat 1. Mengidentifikasi tingkat S
Ventilator □ Baging ansietas pasien ansietas Klien
dengan krisis situasional
Oksigen : □ Ya ■ Tidak mengatakan
Ds ; sudah siap
RR : 14x/mnt SPO2 :99% 2. Pasang monitor untuk 2. Memasang monitor untuk
2. Darah : Pasien mengatakan untuk tindakan
Observasi TTV, saturasi Observasi TTV, saturasi oksigen
Capilary refill Kulit dirinya takut operasi.
oksigen keadaan keadaan umum pasien
■ ˂ 2 detik ■ hangat (akral) menghadapi operasi Klien
umum pasien
Perdarahan : □ Tidak ■ ya Pasien mengatakan mengatakan
3. TD : 133/81 mmHg, Sh: 36,6 ͦ C, HR ingin ditemani suami sudah tidak
3. Monitor tanda-tanda 3. Melakukan monitoring tanda-
88x/mnt spo2 99% sebelum masuk takut lagi
vital tanda vital Pasien sudah
4. Otak/ syaraf pusat kamar operasi
mengetahui
Kesadaran GCS : E4 M6 V 5 4. Identifikasi 4. Mengidentifikasi kemampuan prosedur
■ Composmentis Do ; kemampuan pasien pasien mengatasi ansietas, operasi,
5. Skala nyeri sesuai usia/ kasus 0 TD : 133/81 mengatasi ansietas pengobatan
6. Kandung kemih mmHg, Sh: 36,61 ͦ C, yang akan
Pasang kateter: □Ya ■Tidak HR 88x/mnt spo2 Edukasi Edukasi dijalaninya
7. Pencernaan 99% 5. Mendampingi dokter saat
5. Beri penjelasan
BB :55 Kg TB : 156 Cm
tentang prosedur menjelaskan tentang penyakit O
■ Puasa TTV; TD :
8. Ektremitas tindakan, terapi, klien, rencana tindakan dan
125/74 mmHg,
Elastisistas Kulit: ■elastis pengobatan dan prosedur pengobatan
Sh: 36,5 ͦ C, HR
Patah tulang : ■ tidak perawatan selanjutnya. 78x/mnt spo2
9. Lain-lain: Pasien mengatakan dirinya 99%,RR
merasa takut menghadapi operasi 14x/mnt, akral
yang akan dijalaninya. Ingin ditemani hangat
suami sebelum masuk ke kamar 6. Ajarkan tehnik 6. Mengajarkan tehnik relaksasi A
operasi. relaksasi dan distraksi nafas dalam dan distraksi Ansietas teratasi
P
7. Jelaskan hal-hal yang 7. Menjelaskan hal-hal yang
Intervensi
dapat meningkatkan dapat meningkatkan ansietas dihentikan
ansietas dan yang dan yang dapat mengurangi
dapat mengurangi ansietas.
ansietas
Kolaborasi Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan 8. Berkolaborasi dengan DPJP
DPJP untuk pemberian untuk pemberian obat
obat premedikasi premedikasi
Terapeutik Terapeutik
9. Ciptakan lingkungan 9. Menciptakan lingkungan yang
yang tenang dan tenang
kurangi kebisingan
Kolaborasi Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan 8. Melakukan kolaborasi dengan
dokter anestesi dalam dokter anestesi dalam
pelaksanaan prosedur pelaksanaan prosedur
anestesi umum Anestesi.
9. Kolaborasi dengan
doker anestesi dan tim 9. Meminta persetujuan dokter
operasi saat akan anestesi saat akan
memindahkan pasien memindahkan pasien dari
dari kamar operasi ke kamar operasi ke ruang pulih
ruang pulih sadar. sadar.
POST OPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN TINDAKAN EVALUASI
Jam masuk RR : 09.12 WIB Jam 09.15 DX 5 Jam 09.45
DX 5
1. Pernafasan DX 5 Observas DX 5
Observasi
Alat bantu nafas ■ Tidak Resiko jatuh berhubungan 1. Identifikasi ulang resiko S:
1. Mengdentifikasi ulang resiko jatuh
Oksigen : ■ Ya dengan kondisi pasca jatuh bila ada perubahan -
pada saat ada perubahan kondisi
■ Nasal.2 ltr/ mnt operasi, dtandai dengan; kondisi pasien O:
pasien
RR : 14 x/mnt, SPO2 : 99 % Ds : Kesadaran pasien
2. Darah - 2. Identifikasi factor CM.
2. Mengidentifikasi factor lingkungan
Capilary refill : ■ < 2 detik lingkungan yang Roda Tempat
Do : yang meningkatkan resiko jatuh.
Kulit : ■ dingin meningkatkan resiko tidur pasien
Pasien post anestesi
Perdarahan : ■ Tidak jatuh selalu terkunci
umum
3. TTV 3. Monitor resiko jatuh Terpasang infus di
Kesadaran somnolen lanjutan sesuai kondisi 3. Memonitor dan mengkaji resiko
TD : 122/70mmHg RR : 14x/mnt, Sh : 36 tangan kiri
Terpasang infus di pasien lanjutan sesuai dengan kondisi
C, HR 80 x/mnt TTV : TD 136/83
tangan kiri pasien.
4. Kesadaran mmHg RR : 16x/
Skor resiko jatuh pasca mnt, Sh : 36,4 ͦ C
■somnolen
tindakan 12 (tinggi) HR 90 x/mnt
GCS: 9 Edukasi Edukasi Skor resiko jatuh
■ Eye2 ■ Verbal 2 ■ Motorik 5 4. Anjurkan memanggil 4. Menganjurkan memanggil :12
5. Skala nyeri : 0 perawat jika perawat jika membutuhkan
6. Kandung kemih membutuhkan bantuan bantuan. A:
□ Pasang kateter: ■ Ya untuk berpindah ( bila Resiko jatuh belum
7. Pencernaan pasien sdh sadar) teratasi
■ Puasa □ Kembung □ Mual □ Muntah 5. Berikan penjelasan 5. Memberikan penjelasan kepada P:
□ Terpasang NGT kepada keluarga untuk keluarga bahwa pasien perlu Intervensi
8. Ektremitas ikut mendampingi pasien didampingi selama masa dilanjutkan
Kulit: ■ Terdapat luka operasi di perut selama perawatan. perawatan.
tertutup verband.
Luka bakar ■ tidak ada 6. Berikan informasi kepada 6. Memberikan informasi kepada
Patah tulang : □ Ya ■ Tidak pasien dan keluarga pasien dan keluarga mengenai
9. Skore resiko jatuh pasca tindakan : 12 mengenai pemasangan pemasangan gelang kuning resiko
10. Lain-lain : gelang kuning resiko jatuh jatuh.
Pasien mengeluh nyeri pada daerah
luka operasi ( setelah keadaan
pasien sadar penuh ), skala nyeri 4 Therapetik Therapetik
7. Pastikan roda tempat 7. Memastikan roda tempat tidur
tidur dan dalam keadaan dalam keadaan terkunci selama
terkunci selama pasien di pasien di RR dan pada saat pasien
RR dan pada saat memindahkan pasien
memindahkan pasien
Kolaborasi Kolaborasi
- -
Kolaborasi Kolaborasi
13. Kolaborasi untuk 13. Berkolaborasi dengan Dokter
pemberian analgetik anestesi dan DPJP untuk
pemberian analgetik
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan yang dilakukan
dilapangan terhadap pasien secara langsung dengan membandingkan asuhan keperawatan secara
teoritis. Adapun yang akan dibahas meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan mengenai kasus yang penulis
angkat.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses perawatan. Fungsi
dari pengakajian yaitu untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam melakukan asuhan
keperawatan. Data didapatkan dari hasil anamnesa terhadap pasien, keluarga , hasil pemeriksaan
fisik dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Data yang didapat secara langsung dari pasien
dengan kasus myoma uteri diantaranya adanya perdarahan yang berlebihan saat menstruasi, ,
nyeri perut yang dirasakan hilang timbul, adanya gangguan psikologis berupa rasa cemas,takut
akibat krisis situasional yang dialaminya. Sedangkan data yang muncul secara teori dengan kasus
myoma uteri diantaranya adanya nyeri, perdarahan, kecemasan,resiko infeksi dan adanya
gangguan eliminasi BAB dan BAK
Tidak semua gejala ataupun keluhan pasien muncul sesuai dengan teori, hal ini dipengaruhi
oleh besar kecil nya ukuran myoma uteri, banyak atau tidaknya jumlah mioma uteri, serta jumlah
perdarahan yg ditimbulkan dari myoma uteri tersebut.
B. Diagnosa keperawatan
Setelah data yang didapatkan dari hasil pengkajian, kemudian penulis menganalisa semua
data yang terkumpul, lalu mengelompokan data-data tersebut kedalam dua kelompok, yaitu data
subjektif dan data objektif . dari sinilah muncul dan disimpulkan diagnose keperawatan.
Diagnosa keperawatan secara teori pada myoma uteri diantaranya yaitu :
1. Nyeri akut
2. Resiko syock hovopolemik
3. Resiko infeksi
4. Ancietas
5. Gangguan pola eliminiasi BAB
6. Gangguan pola eliminasi BAK
Diagnose keperawatan yang muncul pada Ny. R terbagi dlam tiga bagian, yaitu:
Pre operatif :
1. Ancietas
Intra operatif :
3. Resiko cedera
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Post operatif :
5. Nyeri akut
6. Resiko jatuh
Jika dilihat dari diagnose keparawatan pada Ny. R ditemukan ada 4 diagnosa keperawatan yang
tidak muncul sesuai teori, yaitu resiko infeksi, resiko syock hivopolemik, gangguan pola eliminasi
BAB dan BAK. Hal ini terjadi karena pada saat pengkajian penulis tidak menemukan data-data yang
menunjang ke arah diagnose tersebut.
C. Intervensi Keperawatan
Setelah mengetahui diagnose keperawatan, selanjutnya ke tahapan proses keperawatan yang
ke tiga, yaitu intervensi keperawatan. Dalam menyusun intervensi keperawatan, penulis
membuatnya berdasarkan panduan yang ada dalam teori. Dari semua poin-poin intervensi
tersebut, penulis tidak semua nya menerapkan kepada pasien, penulis hanya mengambil poin-
poin intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan pengkajian dan diagnose
keperawatan.
Intervensi keperawatan tujuannya untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan. Ada beberapa tipe intervensi keperawatan, yaitu :
2. Observasi
Disini perawat akan mengobservasi terhadap kemajuan pasien dengan memantau prubahan
pasien setelah diberikan intervensi.
3. Terpeutik
Merupakan tindakan yang dilakukan perawat untuk mengurangi, mencegah masalah. Perawat
harus bisa memilih Tindakan yang paling sesuai dengan keadan pasien.
4. Edukasi
Tindakan ini berupa Pendidikan Kesehatan yang berguna untuk partisifasi pasien terhadap
masalah Kesehatan yang dialami pasien. Dalam memberikan edukasi, penulis menyesuaikan
materi yang akan disampaikan dengan kondisi pasien.
5. Kolaborasi
Masalah yang berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh maupun patologis, memerlukan
kolabiratif dengan tenaga Kesehatan lainnya. Perawat melindungi pasien dari hal yang dapat
merugikan dan memberikan saran yang bersifat konstruktif yang dapat menunjang
kesembuhan pasien.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intevensi keperawatan yang telah dibuat.
Poin demi point intervensi keperawatan penulis aplikasikan terhadap pasien sesuai dengan
maksud untuk tercapainya tujuan dari diagnose keperawatan.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana Tindakan, dan pelaksanaan nya
sudah berhasil dicapai ( Ignatavicius, 1994). Evaluasi keperawatan merupakan tahap ahir dari
proses keperawatan.
Dari setiap diagnose keperawatan yang muncul, semuanya dilakukan evaluasi. Kriteria
evaluasi yang penulis gunakan yaitu menggunakan kriteria keberhasilan ( evaluasi hasil) , dimana
menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku pasien.
Evaluasi ini dilaksanakan pada ahir tindakan keperawatan. Dalam kasus yang penulis buat, tidak
semua hasil evaluasi menunjukan tercapainya dari tujuan diagnose keperawatan. Oleh karena itu,
untuk evaluasi yang belum tercapai, maka penulis menyarankan untuk terus melanjutkan
intervensi Kembali untuk dilanjutkkan di ruang perawatan berikut nya.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat. Nama
lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba, 2001). Berdasarkan letak nya, myoma uteri
dibagi 3, yaitu myioma uteri subserosum, myoma uteri intra mural, dan myoma uteri
submucosum. adapun penyebab pastinya myoma uteri belum ditemukan, adanya kemungkinan
dari pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang mempengaruhi timbulnya myoma uteri.
Adapun komplikasi yang ditimbulkan oleh myoma ini diantaranya menjadi degenerasi ganas, serta
terjadi torsi dari tangkai myoma. Gejala yang tersering yang ditimbulkan berupa pedarahan yang
abnormal, nyeri akibat penekanan oleh pembesaran muoma. Penangan medis pada myoma
dengan tanpa gejala biasanya dilakukan pengobatan konservatif, tapi bila sampai menimbulkan
keluahan terhadap pasien dan mengganggu, maka disarankan untuk dilakukan operasi, bisa
dengan myomectomy atau histerektomi tergantung dari besar kecil nya mioma serta efek
gangguan yang ditimbulkannya.
Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan dengan
mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
6. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan metoda wawancara/anamnesa terhadap pasien dan keluarga
serta hasil observasi. Adapun data yang didapat yaitu pada tahap pre operatif, intra operatif
dan post operatif. Selama pengakajian, baik pasien maupun keluarga cukup kooperatif dalam
memberikan informasi. Pada saat pengkajian pre op tidak ditemukan adanya nyeri yang
intermiten, ini dikarenakan pasien sudah mendapatkan pain program saat pertamakali masuk
IGD sampai menjelang mau operasi. Nyeri muncul hanya bila pasien banyak menggerakan
tangan yang fraktur nya.
7. Diagnose keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan hasil data yang didapat yaitu
a) Ansietas
b) Resiko cedera
c) Gangguan bersihan jalan nafas
d) Resiko jatuh
e) Nyeri akut
Sedangkan diagnose keperawatan secara teori yang bisa muncul pada kasus fraktur seperti
resiko syock hivopolemi, resiko infeksi, gangguan pola eliminasi BAB dan BAK tidak terjadi,
hal ini dikarenakan tidak ada data-data yang menunjang dari pasien yang mengarah ke arah
diagnosa keperawatan tersebut.
8. Intervensi keperawatan
Intervensi yang dibuat oleh penulis ini disesuaikan dengan masing-masing diagnosa
keperawatan. Isi dari intervensi ini disusun berdasarkan dari Panduan Asuhan Keperawatan
Hermina Arcamanik.
9. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan Tindakan keperawatan pada Ny. R sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan, dengan melibatkan keluarga pasien dan teman sejawat lainnya. Pasien dan
keluaga cukup kooperatif dalam menerima pelaksanaan Tindakan keperawatan yang penulis
kerjakan.
10. Evaluasi keperawatan
Setelah melaksanakan Tindakan keperawatan, kemudian penulis mengevaluasi hasil dari
Tindakan tersebut. Tidak semua evaluasi tercapai pada saat itu. Oleh karena itu untuk evaluasi
yang belum tercapai, penulis mendelegasikan ke perawat ruangan untuk melanjutkan
intervensi yang telah disusun, supaya terjadi Tindakan keperawatan yang berkelanjutan, tidak
hanya sebatas saat pasien berada di ruang pemulihan saja.
B. SARAN
1. Teman sejawat ( perawat )
Untuk para perawat yang bekerja di pelayanan, dimana secara langsung kontak
dengan pasien dan keluarga pasien agar bisa lebih meningkatkan pelayanan asuhan
keprawatan secara komprehensif. Sehingga diharapkan akan tercapainya tujuan dari asuhan
keperawatan ini secara maksimal.
2. Rumah sakit
Untuk pihak rumah sakit, diharapkan bisa menciptakan SDM yang berkwalitas agar
mampu memberikan pelayanan keperawatan yang optimal. Serta bisa melengkapi sarana dan
prasarana rumah sakit untuk menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana.
Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi ke 1. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sjamsuhidajat, dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah : system organ dan Tindakan Bedah nya. Jakarta : EGC
PPNI .2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI
PPNI .2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPN