Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. E DENGAN POST OPERASI MIOMEKTOMI

ATAS INDIKASI MIOMA UTERI DI RUANG KAMAR OPERASI

RUMAH SAKIT UMUM HERMINA KARAWANG

IRFANI JAHRO
037200311

RUMAH SAKIT UMUM HERMINA KARAWANG

KARAWANG

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN
POST OPERASI MIOMEKTOMI ATAS INDIKASI MIOMA UTERI DI
RUANG OK RUMAH SAKIT UMUM HERMINA KARAWANG”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,


oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pada profesi keperawatan serta
bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.
.

Karawang, 14 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...............................................................................................i

Kata Pengantar ............................................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 5


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 7
1. Tujuan Umum .................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus ................................................................................... 7
D. Ruang Lingkup ......................................................................................... 7
E. Metode Penulisan ..................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Medis ......................................................................................................... 9
B. Keperawatan............................................................................................. 20

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ............................................................................................... 29
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 35
C. Perencanaan ............................................................................................. 36
D. Pelaksanaan ............................................................................................. 38
E. Evaluasi .................................................................................................. ..40

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................................ 41
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 41

iii
C. Perencanaan.............................................................................................. 42
D. Pelaksanaan ............................................................................................. 43
E. Evaluasi ................................................................................................... 43

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 44
B. Saran ....................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 46

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan
tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segalah hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya (Nugroho, 2012).

Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan suatu tumor
jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous.
Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama
wanita sesudah produktif atau menopouse (Aspiani, 2017).

Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh wanita didunia
dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri ditemukan 30% sampai 50% pada perempuan
usia subur (Robbins, 2007). Menurut Wise penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-
2007 melaporkan 5.871 kasus mioma uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan
prevalensi Kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2.39% - 11.7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering ditemukan
pada wanita nullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada wanita kurang subur. Mioma
uteri diperkirakan antara 20% sampai 25% terjadi pada wanita berusia diatas 35 tahun
(Aspiani, 2017).

Mioma uteri diduga merupakan penyakit multifaktorial. Mioma mulai dari benih-benih
multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat
tetapi progresif dibawah pengaruh hormon estrogen terhadap sel-sel yang ada di otot rahim.
Mioma menimbulkan gejala berupa perdarahan abnormal, rasa nyeri dan rasa adanya tekanan
didaerah sekitar panggul yang dapat menciptakan rasa sakit hingga menjalar ke punggung
(Manuaba, 2009).

Perdarahan abnormal merupakan gejala yang paling sering di alami oleh wanita penderita
mioma uteri. Perdarahan bisa diakibatkan karena pembesaran mioma sehingga menekan
organ disekitarnya seperti tertekannya kandung kemih, usus besar, pelebaran pembuluh darah

5
dan gangguan ginjal karena akibat pembesaran dan penekanan mioma uteri terhadap saluran
kemih. Mioma uteri dapat mengakibatkan permukaan endometrium yang lebih luas dari pada
biasanya. Perdarahan mioma uteri dapat berdampak pada ibu hamil dan penderita mioma
uteri itu sendiri. Ibu hamil akan mengalami dampak berupa abortus spontan, persalinan
prematur, dan malpresentasi. Pada penderita mioma uteri akan mengalami perdarahan yang
banyak dan dapat mengakibatkan anemia. Pendarahan juga dapat terjadi pada pencernaan
karena perluasan dan pembesaran mioma uteri sehingga pasien mioma uteri tidak hanya
dilakukan operasi pada alat kelamin tetapi juga dapat dilakukan operasi pencernaan
(colostomy).

Pada kasus ini pasien mioma uteri mengalami komplikasi yang berat dan dapat memperburuk
kesehatan dan tidak jarang pasien tersebut mengalami penurunan kesehatan karena terjadi
gangguan pada nutrisi dan tubuh mengalami kelemahan hingga menjadi syok dan pada
akhirnya menimbulkan kematian (Aspiani, 2017).

Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik
rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apaapa dan tidak sadar bahwa pederita
mengalami penyakit mioma uteri. Pengobatan mioma uteri bervariasi tergantung pada umur
ibu atau penderita, jumlah anak yang dimiliki, lokasi mioma uteri di rahim, dan besar mioma
uteri. Prinsip pengobatannya adalah melakukan operasi pengangkatan total atau sebagian,
pemberian hormon dan radiasi untuk menghilangkan fungsinya sehingga diharapkan dapat
mengecilkan tumor (Manuaba, 2009).

Menurut American College of Obstetricians and Gineclogist (ACOG) dan American


Socienty of Reproductive Medicine (ASRM) ada delapan indikasi untuk melakukan operasi
pada mioma uteri diantaranya adalah nyeri penekanan yang sangat mengganggu, perdarahan
yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dan dugaan adanya keganasan pada organ
reproduksi. Pada mioma ini sering terjadi kekambuhan setelah pengangkatan, dan banyak
yang bermetastasi secara luas sehingga angka harapan hidup 5 tahun sekitar 40%. Wanita
subur diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ginekologi secara teratur agar terhindar dari
penyakit mioma uteri dan dapat menegakkan diagnosis serta penanganan dini dapat
dilakukan (Robbins, 2007).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Kamar Bedah Rumah Sakit Umum
Hermina Kemayoran. Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Pre Dan Post Operasi
Miomektomi Atas Indikasi Mioma Uteri ditemukan adanya pasien menjalani perawatan
sebanyak satu orang. Berdasarkan wawancara dengan pasien diruangan kamar operasi, pasien
mengatakan sudah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan seperti menajemen
(nonfarmakologi) nyeri yang dirasakan pasien saat diruangan keperawatan.

6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Post Operasi Miomektomi
Atas Indikasi Mioma Uteri di Kamar Bedah Rumah Sakit Umum Hermina Karawang pada
tahun 2023

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan ilmu yang telah didapat dan memperoleh pengalaman secara nyata
dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Post Operasi Miomektomi
Atas Indikasi Mioma Uteri di Kamar Bedah Rumah Sakit Umum Hermina Karawang
tahun 2023

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan post operasi miomektomi
atas indikasi mioma uteri.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan post operasi
miomektomi atas indikasi mioma uteri.
c. Mampu menentukan rencana keperawatan pada pasien dengan post operasi
miomektomi atas indikasi mioma uteri.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan post operasi
miomektomi atas indikasi mioma uteri.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan post operasi
miomektomi atas indikasi mioma uteri.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat dalam teori dan praktik.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi
atau alternatif pemecahan masalah.
h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
miomektomi atas indikasi mioma uteri.

D. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya membahas satu kasus yaitu Asuhan
Keperawatan Pada Ny. E Dengan Post Operasi Miomektomi Atas Indikasi Mioma Uteri di
Kamar Bedah Rumah Sakit Umum Hermina Karawang dengan menggunakan proses
keperawatan selama 1 x 6 jam pada tanggal 09 Januari 2023

7
E. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan metode studi
kepustakaan. Metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, dimana
penulis mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan, sedangkan teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu memberikan asuhan keperawatan secara langsung
kepada pasien dengan post operasi miomektomi atas indikasi mioma uteri, melalui masalah
yang ada untuk memberikan jalan keluar dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun
data pasien diperoleh melalui wawancara dengan pasien dan keluarga serta pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi secara langsung dan pengumpulan data dari
rekam medis serta catatan yang berkaitan dengan penyakit pasien. Dalam metode studi
kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan penyakit pasien.

F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari5 BAB yaitu:
BAB I : berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan,
ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : berisi tinjauan teori yang menguraikan konsep dasar yang meliputi anatomi
fisiologi, pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
BAB III : berisi tinjuan kasus meliputi asuhan keperawatan pada pasien Ny. E dengan post
operasi miomektomi atas indikasi mioma uteri yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
BAB IV : berisi pembahasan meliputi kesenjangan antara teori dan kasus termasuk faktor-
faktor pendukung dan penghambat serta pemecahan masalah dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB V : berisi penutup meliputi kesimpulan dan saran dari keseluruhan makalah ini.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. MEDIS
I. DEFINISI
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromyoma,
leiomyoma, ataupun fibroid. Nama lain mioma uteri antara lain leiomyoma yaitu tumor
jinak yang berasal dari otot polos, paling sering pada uterus. Fibromyoma merupakan
tumor yang terutama terdiri dari jaringan penunjang yang berkembang lengkap atau
fibrosa (Saifuddin, 2009).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat
(Manuaba, 2001).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari myometrium (Judi Juadi, 2007).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat (Arief
Mansjoer, 2002).
Jadi mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot polos myometrium pada
uterus.

II. ANATOMI FISIOLOGI


a. Anatomi

Gambar : lokasi mioma dalam uterus


Sumber : (Yatim, 2008)
9
Keterangan :
1) Miom bertangkai dangkal dibawah selaput lender rahim (submucosa miom).
2) Miom bertangkai di lapisan luar dinding rahim (pedunculated subserous miom)
3) Mioma diantara lapisan otot rahim (intramural miom)
4) Miom di bawah lapisan dinding rahim (subserous miom)

b. Fisiologi
Uterus merupakan organ yang tebal, berotot, terletak didalam pelvis. Ototnya disebut
miometrium dan selaput lender yang melapisi sebelah dalam disebut endometrium.
Uterus terbagi atas tiga bagian yaitu fundus, badan uterus, dan servik (Evelyn, 2008).

III. MEKANISME TERJADINYA MIOM


Faktor terbentuknya tumor :
a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat selsel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan
dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika
seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus
mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara
internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO,
10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal (Apiani, 2017).
b. Faktor eksternal Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditam,bahkan
pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak
juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.

Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel
kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering
menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat
radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping


faktor predisposisi genetik.
1) Estrogen Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma
uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma

10
uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari
pada miometrium normal.

2) Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat


pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

3) Hormon pertumbuhan (growth hormone) Level hormon pertumbuhan menurun


selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik
serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan
yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan estrogen.

IV. KLASIFIKASI
Klasifikasi Mioma Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana
mioma tumbuh.
Lapisan Uterus Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma Uteri Intramural Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah
(miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan terbentuk
sampai mengelilingi tumor sehingga akan membentuk tonjolan dengan konsistensi
padat. Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi.
b. Mioma Uteri Subserosa Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang
paling luar yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai
atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma
subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau
omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering
parasitis fibroid.

c. Mioma Uteri Submukosa Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan
lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran

11
seviks yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering mengalami
infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa
pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini
dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau
mioma yang dilahirkan.

V. GAMBARAN KLINIS
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
1. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum
menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma
uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
3. Riwayat keluarga Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (dua) kali.

12
Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis berikut beberapa perubahan yang dapat
terjadi pada tubuh karena mioma uteri.
1. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling umum ditemukan.
a. Jaringan ikat bertambah
b. Berwarna putih dan keras
c. Sering disebut “mioma durum”.
2. Degenerasi kistik
a. Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair
b. Menjadi poket kistik
3. Degenerasi membantu (calcareous degeneration)
a. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri
b. Padat dan keras
c. Berwarna putih
4. Degenerasi merah (carneus degeneration)
a. Paling sering terjadi pada masa kehamilan
b. Estrogen merangsang perkembangan mioma
c. Aliran darah tidak seimbang karena terjadi edema sekitar tungkai dan tekanan
hamil
d. Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan trombus,
bendungan darah dalam mioma, warna merah hemosiderosis atau hemofusin.
e. Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendirinya. Komplikasi
lain yang jarang ditemukan meliputi kelahiran prematur, ruptur tumor dengan
perdarahan peritoneal, dan shock.
5. Degenerasi mukoid Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut
dan biasa terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang tergangu.
6. Degenerasi lemak Lemak ditemukan dalam serat otot polos.
7. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna) Terjadi pada kurang dari 1% mioma.
Kontraversi yang ada saat ini adalah apakah hal ini mewakili sebuah perubahan
degeneratif ataukah sebuah neoplasma spontan. Leimiosarkoma merupakan sebuah
tumor ganas yang jarang terdiri dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot polos.

Gambaran Klinis Mioma hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan
apaapa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma uteri dalam
rahim.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal berikut.
a. Besarnya mioma uteri
b. Lokalisasi mioma uteri
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri
d. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena

13
2) Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%).
Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia, metroragia, dan
hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan
abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya areah permukaan dari
endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan
kongesti dari pembuluh darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine, obstruksi ureter,
dan hidronefrosis
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan

3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut
a. Penekanan saraf
b. Torsi bertangkai
c. Submukosa mioma terlahir
d. Infeksi pada mioma

4) Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat berakibat pada hal-
hal berikut
a. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Kongesti vena
terjadi karena kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstermitas bawah,
hemorrhoid, nyeri, dan dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan kelahiran
b. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi
c. Keguguran dapat terjadi
d. Persalinan prematuritas
e. Gangguan proses persalinan
f. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas
g. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan
h. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Ultrasonografi
b. Foto BNO/IVP

14
c. Untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter
d. Tes kehamilan
e. Darah lengkap dan urine lengkap
f. Histerografi dan histeroscopi untuk menilai pasien mioma sub mukosa disertai
infertilitas

VII. KOMPLIKASI
1. Nekrosis dan infeksi
2. Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat melalui kanalis
servikalis dan dialirkan ke vagina.
3. Dalam hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh
tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.
4. Torsi (putaran tungkai)
5. Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gannguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi, hal ini hendaknya
dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam
rongga peritoneum.
6. Pertumbuhan leioma sarcoma adalah tumor yang tumbuh dari miometrium,
kecurigaan terhadap sarcoma dan mioma uteri timbul bila suatu moma uteri yang
beberapa tahun tidak membesar tiba-tiba menjadi besar, apabila hal itu terjadi setelah
menopause.

VIII. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun
membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat
satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila
terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan
dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi
(Aspiani, 2017).

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas
tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas.
Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan
ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada
ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak
tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana

15
tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus
untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan
fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah
menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins,
2007).

PATHWAY

Faktor predisposisi :
a. Usia penderita
b. Hormon endogen
c. Riwayat keluarga
d. Makanan, kehamilan dan paritas

16
17
IX. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan Mioma Uteri Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur,
paritas, lokasi, dan ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi
atas kelompok-kelompok berikut.
1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra dan
postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah sebagai
berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid asetat
3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap minggu,
sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan
menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobsevasi
dalam 12 minggu.

2) Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut


a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
b. Pertumbuhan tumor cepat
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya
e. Hiperminorea pada mioma submukosa
f. Penekanan organ pada sekitarnya

3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa langkah-
langkah berikut
a. Enukleusi Mioma Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil
yang masih menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi
kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan
tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan
cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, maka
kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.

4) Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG), kriteria


preoperasi adalah sebagai berikut.
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang

18
b. Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas
c. Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang
berulang tidak ditemukan.

5) Histeroktomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada pasien
yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria
ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang selama lebih
dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah

6) Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal berikut
a. Nyeri hebat dan akut
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian bawah
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.

7) Penanganan radioterapi Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan


perdarahan. Langkah ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai
berikut.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu
c. Bukan jenis submukosa
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopause.

19
B. KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Pre-Op
1. Pengkajian
a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat.
a) Data Subyektif
1) Teraba benjolan pada perut
2) Bagian perut terasa penuh
3) Perdarahan
4) Sulit BAK Konstipasi Nyeri di pinggul dan perut
b) Data Obyektif
1) Teraba benjolan di bagian perut
2) Perdarahan
3) Infertilitas
4) Sulit BAK / BAK
5) Anemia

c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang
disertai gangguan haid.
2) Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma
saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada
rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas
nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah
diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat
kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah
dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota
keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat
penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri
yang perlu diketahui adalah

20
6) Keadaan haid Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma
uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
7) Riwayat kehamilan dan persalinan Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan
mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.

d. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-faktor budaya
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan
tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain
atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang
lain.

e. Pola Kebiasaan sehari-hari Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri
yang harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang
terjadi.

f. Pola eliminasi Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.

g. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya,
jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi g. Pola Istirahat dan Tidur Tanyakan
waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari, masalah yang
ada.
h. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka
nasal/tidak.
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.

21
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi,
ketiak dan abdomen.
8) Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol, Palpasi:
terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi: timpani, pekak Auskultasi:
bagaimana bising usus
9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan
bawah pasien mioma uteri
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus
menstruasi.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
Diagnosa Keperawatan 1
Gangguan Eliminasi BAB / BAK berhubungan dengan adanya dukungan pada organ
Data Subyektif:
Pasien mengatakan sulit BAB, BAK
Data objektif:
Kedaan umum ...
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan gangguan eliminasi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Tidak ada keluhan saat defekasi
Intervensi:
1. Kaji pola eliminasi
2. Libatkan keluarga untuk perawatan
3. Berikan penjelasan tentang penyebab gangguan eliminasi
Kolaborasi
4. Pemberian Obat Pencahar

Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke jaringan
perdarahan.
Data Subyektif:
• Pasien mengatakan perdarahan
• Badan terasa lemas
Data Obyektif :

22
• Adanya perdarahan
• Tampak anemia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan gangguan perfusi jaringan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
1. Perdarahan tidak terjadi
2. CRT <3 menit
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Kaji keluhan pasien
3. Beri penkes tentang perawatan pasien
4. Anjurkan pasien untuk bedrest Kolaborasi
5. Pemberian transfuse

Diagnosa Keperawatan 3
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan sekunder dari informasi tentang
prosedur dan rencana pembedahan
Data Subyektif:
• Pasien berani menghadapi prosedur pembedahan yang akan dilakukan
Data Objektif:
• Keadaan umum
• Tanda - tanda vital
• Ekspresi wajah
Skala cemas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan oleh ansietas berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil:
1. Tanda vital dalam batas normal
2. Pasien menunjukkan rileks
3. Melaporkan ansietas dapat ditangani
4. Pasien menyatakan siap untuk dioperasi
Intervensi
1. Kaji tingkat ansietas
2. Berikan lingkungan yang tenang, dan anjurkan tetap rileks
3. Berikan kesempatan untuk mengungkapkan pertanyaan, dan berikan umpan balik
4. Membantu pasien dalam menemukan koping yang efektif untuk menghadapi ansietas
Kolaborasi
5. Berikan sedative bila perlu

23
Intra Operasi
Diagnosa Keperawatan 4
Resiko tinggi terhadap cidera posisi operatif berhubungan dengan kebutuhan posisi
pembedahan terhadap pemasangan elektro medik, kehilangan sensori protektif sekunder
terhadap anestesi.
Data Subyektif:
Data Objektif :
 Pemasangan alat elektromedik pada anggota tubuh pasien
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan risiko tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1. Pasien bebas dari cedera selama operasi: seperti luka baker, cedera, dislokasi sendi
Intervensi
2. Kaji apakah pasien mempunyai faktor sebelumnya, mis: kedinginan, luka bakar,
cedera
3. Kaji kondisi pasin seperti kemampuan rentang gerak, abnormalitas fisik, status
sirkulasi.
4. Kurangi kerentaan terhadap cedera jaringan / anggota tubuh.
5. Observasi selama operasi berlangsung apakah ada pada anggota tubuh pasien dengan
alat-alat.
6. Kaji ulang kondisi dan keluhan pasien post operasi
Kolaborasi
7. Selalu minta ijin untuk ahli anestesi untuk memindahkan pasien / mengubah posisi
pasien yang sudah dianestesi

Post Operasi
Diagnosa keperawatan 1
Resiko terjadi aspirasi berhubungan dengan tingkat kesadaran sekunder yang terjadi
akibat anestesi, adanya batuk / reflek fagal
Data Subyektif:
Data objektif:
 Pasien belum sadar penuh
 Terpasang alat bantu pernapasan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan oleh aspirasi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1. Tidak terjadi aspirasi
2. Ventilasi adekuat, batuk / berlari dengan efektif
Intervensi:

24
1. Kaji respon kesadaran pasien
2. Auskultasi dada untuk mendengar suara pernafasan
3. Lakukan pengisapan jalan nafas
4. Anjurkan untuk batuk dengan/menelan efektif
5. Lakukan latihan pernafasan dengan efektif
Kolaborasi:
6. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan

Diagnosa keperawatan 2
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan / penurunan energi efek
sekunder anestesi.
Data subyektif:
Data objektif:
Pasien belum sadar penuh
 Adanya slem
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan risiko tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat meningkatkan ventilasi yang adekuat
2. Tidak ada sianosis, gelisah atau bingung
3. Tidak ada tanda-tanda hipoksia lainnya
Intervensi:
1. Kaji pola pernafasan
2. Berikan ganjalan bantalan pada bahu bila diindikasikan
3. Pertahankan jalan nafas / jalan udara dengan triple airway manuver
4. Ubah posisi secara periodic dan ambulasikan sedini mungkin sesuai dengan indikasi
5. Pantau tanda-tanda vital secara berkala / pasang pemantauan
Kolaborasi
6. Pemberian oksigen
7. Awasi oksigen saturasi
8. Pemeriksaan AGD

Diagnosa keperawatan 3
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan efek insisi pembedahan,
spasme otot
Data Subyektif:
 Pasien mengatakan sakit pada area luka operasi
Data Obyektif:
1. Kondisi umum
2. Ekspresi

25
3. Skala nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria hasil:
1. Pasien nyeri hilang / berkurang
2. Pasien rilek dapat istirahata dengan tenang
Intervensi
1. Kaji nyeri, catat lokasi, batu, beratnya
2. Pertahankan istrahat dengan posisi semi fowler
3. Dorong / bantu lakukan ambulasi dini sesuai kondisi / program
4. Berikan aktivitas hiburan bila mendukung
Kolaborasi
5. Berikan analgetik

Diagnosa keperawatan 4
Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik pasca operasi,
penurunan kekuatan otot, keterbatasan aktivitas
Data Subyektif:
 Pasien terasa terasa lemas
Data Obyektif:
 Terpasang alat invasive
 ADL di bantu
 Pasien bedrest
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan defisit perawatan diri dapat teratasi.
Kriteria hasil:
1. Pasien dapat memenuhi kebutuhan diri secara aman
2. Dapat melakukan aktivitas tanpa dibantu
Intervensi
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri, terutama ADL
2. Observasi tanda vital sebelum melakukan ADL
3. Jadwal kegiatan tertentu untuk ADL
4. Pengaturan privasi dan keamanan klien selama memberikan perawatan
5. Berikan pendidikan kesehatan pada klien tentang: perawatan diri
Kolaborasi
6. Berikan analgetik
7. Monitor bising usus

Diagnosa keperawatan 5

26
Resiko tinggi terjadi infeksi hubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder
akibat insisi pembedahan, terpasangnya alat invasive
Data Subyektif:
Data Obyektif:
 Luka operasi belum kering
 Terpasang alat invasive
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan tidak kriteria waktu yang telah
ditentukan infeksi yang terjadi
Kríteria hasil:
1. Luka insisi tetap kering
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan klien / orang terdekat tentang kemampuan
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Lakukan perawatan luka dengan tekhnik septik aseptic
4. Keterlibatan pasien untuk perawatan luka
Kolaborasi
5. Pemberian antibiotic

Diagnosa keperawatan 6
Pengetahuan tentang pengobatan perawatan pasca operasi berhubungan dengan yang
kurang terpajan, tidak mengenal sumber informasi
Data Subyektif:
 Pasien menngatakan tidak mengerti tentang perawatan luka operasi
Data objektif:
 Tidak mengerti tentang perawatan luka operasi
 Bertanya tentang perawatan luka operasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan pengetahuan klien yang bertambah bertanya tentang perawatan luka operasi .
Kriteria hasil:
1. Klien menyatakan pemahaman proses pengobatan
2. Klien dapat berpartisipasi dalam proses pengobatan
Intervensi
1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat tentang kemampuan
2. Beri penjelasan tentang perawatan paska operasi
3. Libatkan keluarga untuk perawatan paska operasi
4. Diskusikan tentang perawatan paska operasi
Kolaborasi
5. Jadwalkan untuk kontrol ulang

27
3. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan dan juga
diartikan dengan memberikan asuhan keperawatan secara nyata dan langsung. Tindakan
keperawatan yang di lakukan pada pasien dengan Miomektomy sesuai dengan
perencanaan yang di buat dan berdasarkan prioritas.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang telah di
lakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi dapat menunjukkan 4
kemungkinan yang akan menentukan langkah asuhan keperawatan selanjutnya:
1. Masalah dapat teratasi seluruhnya
2. Masalah dapat teratasi
3. Masalah tidak teratasi
4. Timbul masalah baru

Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif


1. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini di laksanakan secara terus menerus untuk menilai kemajuan dalam
mencapai tujuan. Dalam melakukan evaluasi formatif dapat di lihat pada catatan
perkembangan klien setalah perawat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien.
Selain itu evaluasi harus berpedoman pada tahap selanjutnya.
2. Evaluasi sumatif
3. Evaluasi ini di buat setelah beberapa tujuan dari yang diharapkan klien tercapai.
Evaluasi sumatif asuhan keperawatan perioperatif pada klien dengan miomektomy
sesuai dengan kriteria hasil yang di harapkan.

28
BAB III
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY E DENGAN POST OPERASI


MIOMEKTOMI ATAS INDIKASI MIOMA UTERI DI RUANG OK
RUMAH SAKIT UMUM HERMINA KARAWANG

A. Pengkajian
PRE OPERASI
Tanggal : 09 Januari 2023 Jam : 14.00
a. Data Subyektif
a. Identitas Pasien
No RM : 1020312294
Nama : Ny. E
Umur : 45 tahun
Agama : Protestan
Suku/Bangsa : WNI
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Pelepah Indah I Blok LA7 no 23
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. K
Umur : 46 tahun
Agama : Protestan
Suku/Bangsa : WNI
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT

Masuk Rumah Sakit : 09 Januari 2023 pukul 06.00

29
Asesmen mulai tgl : 09 Januari 2023 pukul 06.40
Cara masuk : Menggunakan Kursi Roda
c. Anamnesa
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan keluar darah haid banyak pada hari ke 2 dan 3.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Tidak ada
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah operasi kistektomi tahun 2010
Pernah dirawat bulan Maret 2021 karena anemia
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
5) Riwayat alergi
Tidak ada
6) Nyeri
Tidak ada
7) Riwayat transfuse darah
Pernah, tetapi lupa tahun
8) Golongan darah
O resus positif
9) Kemoterapi
Tidak pernah
10) Riwayat merokok
Tidak
11) Keadaan umum
Tampak tidak sakit
12) Kesadaran
Compos mentis
13) Gcs
15
14) Tanda-tanda vital

30
TD: 110/70mmhg, N: 78x/menit, suhu: 36,1C, RR: 20x/menit
BB : 50kg. TB: 160kg.
15) Skala Cemas : 0 = Tidak cemas
 1 = Mengungkapkan kerisauan
 2 = Tingkat perhatian tinggi
 3 = Kerisauan tidak berfokus
4 = Respon simpate-adrenal
5 = Panik

31
Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Tanggal : 06 Januari 2023 Pukul: 20.00 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Keterangan

Lab Result
Hemoglobin 9,9* 11,7-15,5 g/dl
Hematokrit 34,0* 35,0-47,0 %
Lekosit 7.500 4.500-11.000 /uL
Trombosit 388.000* 150.000-355.000 /uL
SARS Cov2 PCR NEGATIVE - -

Bilirubin Total
Bilirubin Direk 0,17 0,1-0,25 Mg/dl
Bilirubin Indirek 0,41 - Mg/dl
Bilirubin Total 0,58 0,1-1,0 Mg/dl

Protein Total Albumin


Albumin 3,5 3,0-5,2 g/dl
Globulin 3,3 - -
Protein Total 6,8 6,0-8,3 g/dl
Kreatinin 0,77 0,35-0,93 mg/dl
Ureum 15,6 15,0-39,0 mg/dl
GDP 104 70,0-105,0 mg/dl
GD2PP 88 70,0-140,0 mg/dl
Glukosa Urine Puasa NEGATIF - -
Glukosa Urine 2 jam NEGATIF - -
SGPT 15 0,0-35,0 U/L
SGOT 21 5,0-40,0 U/L
LED 20 0,0-20,0 Mm/jam
Masa Perdarahan 1 - -

32
APTT 28,8 25,0-35,0 sec
Kontrol 35,5 - -

Urine Lengkap
Warna Kuning - -
Kejernihan Agak keruh - -
Berat jenis 1.015 - -
pH 6.0 - -
protein Negative - -
Glukosa Negative - -
Keton Negative - -
Bilirubin Negative - -
Urobilinogen 0.2 - -
Leukosit esterase Negative - -
Nitrit Negative - -
Blood Negative - -
Leukosit 2-3 - -
Eritrosit 0-1 - -
Epitel sel Positif - -
Silinder Negative - -
Kristal Negative - -
Bakteri Positif - -
ragi Negative - -

Masa Protombin (PT)


Masa Protrombin 15,1* 11,0-15,0 Sec
Kontrol 14,7 - -
Covid Antigen Rapid NEGATIF - -

33
INTRA OPERASI

1. Anastesi dimulai jam 15:45 WIB


2. Pembedahan dimulai jam 15:55 WIB
3. Jenis anastesi :
 Spinal □ Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok
4. Posisi operasi :
 terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees □
lateral : □ kanan □kiri □ lain lain .........
5. Lokasi pemasangan patient plate :
 di bawah bokong Di bawah betis kanan □ …………
6. Integritas kulit sebelum pemasangan plate :
 Utuh □ Tidak utuh ……
7. Catatan Anestesi :
8. Pemasangan alat-alat :
Airway: □ Terpasang ETT no :… □ Terpasang LMA no: ............ □ OPA
 O2 Nasal □ 3 LPM
 TTV : Suhu: 36,4ͦ C, Nadi: 63 x/mnt, (Teraba kuat, RR: 15
x/mnt, TD: 105/60 mmHg, SaO2 : 100%
9. Cairan Masuk dan Cairan Keluar
Infus : Kristaloid : 600 cc
Urine: 300 cc
Koloid : 0 cc
Perdarahan : 100 cc
Tranfusi: 0 cc
Lain-lain: 0 cc
Balance Cairan : total cairan masuk (600) – total cairan keluar (400) : (+)
200 cc
10. Ditemukan miom dengan ukuran 2 cm pada uterus
pasien

34
POST OPERASI

Pasien pindah ke :

 RR, jam 17:00 Wib

 Keluhan saat di RR : □ Nyeri luka operasi

Kaki terasa baal

 Keadaan Umum : Sedang

 TTV : Suhu: 36,8ͦC, Nadi: 60 x/mnt,

Rr : 15 x/mnt, TD : 115/80

mmHg, Sat O2 : 100 %

 Kesadaran : CM

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op :
Ansietas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Intra Op :
Cidera posisi operatif berhubungan dengan Kebutuhan posisi pembedahandan
pemasangan elektro medic
Post Op :
Nyeri berhubungan dengan luka post op

35
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TANGGAL TUJUAN INTERVENSI KRITERIA


HASIL
1 Pre Operasi 09 Januari Setelah Tanda-tanda  Kaji tingkat
Aktual 2023 dilakukan vital dalam ansietas,
Ansietas tindakan batas normal. catat
berhubungan dengan keperawatan perilaku
prosedur tindakan selama 1 x 4 Klien kliien
pembedahan ditandai jam menunjukkan (gelisah,
dengan : diharapkan rileks tidak ada
ansietas atau kontak mata)
DS : kecemasan Klien  Berikan
Pasien pasien dapat menyatakan lingkungan
mengatakan berkurang siap untuk yang tenang
kurang mengerti atau hilang dioperasi dan nyaman
tentang tindakan  Berikan
pembedahan yang kesempatan
akan dilakukan untuk klien
dengan mengungkap
pertanyaan yang kan
sama pertanyaan

Skala cemas 2

TD: 120/70mmHg
Nadi: 89x/menit
Respirasi:
16x/menit
Suhu : 36.5 C
2 Intra Operasi 09 Januari Setelah Pasien bebas  Kaji apakah
Cidera posisi 2023 dilakukan dari cidera pasien
operatif tindakan selama mempunyai
berhubungan dengan keperawatan operasi factor resiko
Kebutuhan posisi selama 1 x 4 : seperti luka sebelumnya,
pembedahan dan jam pada fase bakar, injury, mis :
pemasangan elektro intra operatif, dislokasi kedinginan,
medik diharapkan sendi,dll luka bakar,
Ditandai dengan : resiko tidak injury.
terjad  Pindahkan
DS :
pasien
Pasien
dengan
mengatakan kaki
brankart
tidak bisa
sesuai
digerakkan
prosedur
 Pasang
DO :
alat

36
Kehilangan sensori elektrome
pada bagian dik;
extremitas bawah. eletrokoag
Terpasangnya ulasi
(patient plate) sesuai
Posisi klien saat dengan
operasi berlangsung protocol
 Selalu minta
ijin kepada
ahli anestesi,
untuk
merubah
posisi pasien
yang sudah
dianestesi
 Jelaskan
pada pasien
efek
pembaringan
yang lama
 Libatkan
keluarga saat
penjelasan
efek
anasthesi
3 Post operatif 09 Januari Setelah TTV dalam  Observasi
Aktual : Nyeri 2023 dilakukan batas normal, TTV dan KU
akut berhubungan tindakan skala nyeri  libatkan
dengan luka post op keperawatan berkurang, keluarga
selama 1 x klien tampak untuk
DS : 12 jam nyaman membantu ps
Klien mengatakan diharapkan meraih posisi
nyeri pada luka post nyeri akut aman nyaman
op teratasi dan berikan
sebagian Teknik
DO : relaksasi dan
Pasien tampak hipnoterapi
meringis kesakitan  Kolaborasi
Skala nyeri 5 dari 1 sd dengan tim
10 medis
pemberian
analgetic

37
D. IMPLEMENTASI/ PELAKSANAAN

NO DIAGNOSA TGL TUJUAN KRITERIA TINDAKAN TANGGAL


PELAKS HASIL TERATAS
ANAAN I
1 Pre Operasi 09 Setelah Tanda-tanda  Menganj 09
Aktual : JANUARI dilakukan vital dalam urkan JANUARI
Tindakan
Ansietas 2023 keperawatan batas normal. klien 2023
berhubungan Jam 15.00 selama untuk Jam 15.15
dengan 1 x 4 jam Klien berdoa
prosedur pada fase menunjukkan  Mengkaji
tindakan intra operatif, rileks tingkat
pembedahan diharapkan ansietas,
ditandai dengan resiko tidak Klien catat
: terjad menyatakan siap perilaku
DS : untuk dioperasi klien
Pasien (gelisah,
mengatakan tidak ada
sedikit mengerti kontak
tentang mata)
tindakan operasi  memberika
yang akan n
dilakukan lingkunga
n yang
DO : tenang dan
Pasien terlihat nyaman
lebih tenang  Melibatka
Skala cemas 1 n keluarga
TD: 123/78 untuk
mmHg menemani
Nadi: 75x/menit klien
Respirasi:
15x/menit
Suhu : 36.5 C
2 Intra Operasi 09 Setelah Klien bebas  Mengkaji 09
JANUARI dilakukan dari cidera apakah JANUARI
Resti Cidera Tindakan
posisi operatif 2023 keperawatan selama operasi pasien 2023
berhubungan Jam 15.20 selama : seperti mempun Jam 16.30
dengan 1 x 4 jam luka bakar, yai
pada fase intra injury, dislokasi factor
Kebutuhan posisi sendi,dll
pembedahan dan operatif, resiko
pemasangan diharapkan sebelum
elektro medik resiko tidak nya, mis
Ditandai dengan : terjadi : luka
bakar,
injury.
38
 mengkaji
DS :
kondisi
Pasien pasien
mengatakan kaki seperti
tidak bisa kemamp
digerakkan uan
DO : rentang
gerak,
Kehilangan abnormal
sensori pada itas fisik,
bagian extremitas status
bawah. Posisi sirkulasi.
klien saat operasi  meminda
posisi supine hkan
Tidak tampak pasien
adanya lesi atau dengan
luka pasca brankart
pemasangan sesuai
patient plate prosedur
 memasan
g alat
elektrome
dik;
eletrokoag
ulasi
sesuai
dengan
protocol
 Melibatka
n
keluarga
saat
penjelasa
n efek
anasthesi
3 Post operatif 09 Setelah TTV dalam  Mengobs 09
Aktual JANUARI dilakukan batas normal, ervasi JANUARI
Nyeri akut 2023 tindakan skala nyeri TTV dan 2023
berhubungan Jam 16.30 keperawata berkurang, KU Jam 18.00
dengan luka post n selama 1 klientampak  Melibatk
op x 6 jam merasa an
DS : Klien diharapkan nyaman dan keluarga
mengatakan nyeri akut aman untuk
nyeri pada luka teratasi membant
post op sebagian u pasien
dalam
memberi
39
DO : kan
KU sedang posisi
kesadaran CM nyaman
Akral hangat, aman dan
skala nyeri 5 dari melakuka
rentan 1 sd 10, n
pasien tampak  Teknik
meringis relaksasi
kesakitan nafas
dalam
berkolabo
rasi
dengan
tim medis
untuk
pemberia
n
analgetik

E. EVALUASI KEPERAWATAN
S : Pasien mengatakan sudah lebih tenang setelah operasi, luka operasi belum mulai terasa
nyeri, masih sulit untuk menggerakan kaki, tidak ada keluhan nyeri pada abdomen seperti saat
sebelum operasi

O : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran CM, pasien tampak lebih tenang, skala cemas 0,
tampak juga kadang-kadang meringis kesakitan, tidak tampak adanya luka atau cedera pasca
pemasangan patient plate di ruang operasi , pasien masih perlu dibantu untuk mobilisasi setelah
operasi, akral hangat, S: 36,5 º c, nadi teraba kuat teratur HR: 84x/mnt, TD: 115/65 mmHg,
RR: 15x/menit. terdapat balutan luka post Hysterectomy

A : Dx I Ansietas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan


Dx II Risiko cedera posisi operatif berhubungan dengan kebutuhan posisi pembedahan dan
pemasangan elektromedik tidak terjadi
Dx III Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

40
BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus saat penulis melakukan
asuhan keperawatan pada pasien Ny. E dengan pre dan post Miomektomi atas indikasi Mioma
Uteri Multiple di ruang kamar operasi Rumah Sakit Hermina Karawang yang dilaksanakan pada
tanggal 09 Januari 2023. Selain itu penulis juga membahas mengenai faktor pendukung dan
faktor penghambat yang ditemukan oleh penulis elama melakukan asuhan keperawatan serta
alternatif pemecahan masalah yang penulis berikan selama melakukan asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis menggunakan format pengkajian yang telah disediakan dan
diawali dengan pengumpulan informasi dan data dasar mengenai klien yang berupa data
subjektif dan data objektif. Pengkajian yang didapat dari kasus Ny.E (45 tahun) dengan
Miomektomi.
Menurut teori yang ada, pada umumnya pasien dengan miomektomi biasanya terdapat
benjolan/tumor didalam rahim, yang diikuti dengan perdarahan haid yang banyak. Hal ini
sesuai dengan data yang diperoleh saat melakukan pengkajian terhadap pasien dimana pasien
juga mempunyai riwayat operasi kistektomi tahun 2010. Dan pasien mengatakan keluar
darah haid banyak pada menstruasi hari ke dua dan ketiga.
Menurut teori yang ada, pada kasus pasien dengan miomektomi untuk hasil pemeriksaan
ultasonografi dan tes kehamilan diindikasikan untuk kasus mioma uteri multiple. Hal ini
sesuai dengan data penunjang yang diperoleh pada pasien, dimana Hasil pemeriksaan
ultrasonografi terdapat endometrium 2-9cm dan mioma uteri 7,1x7,2cm.

B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Patoflow Kasus


Pada bagian diagnosa keperawatan, penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus, dimana didalam teori terdapat 10 diagnosa keperawatan yaitu:
pre operasi :
1. Gangguan Eliminasi BAB / BAK berhubungan dengan adanya dukungan pada organ
2. Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke jaringan
perdarahan.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan sekunder dari informasi tentang
prosedur dan rencana pembedahan
Intra operasi :
1. Resiko tinggi terhadap cidera posisi operatif berhubungan dengan kebutuhan posisi
pembedahan terhadap pemasangan elektro medik, kehilangan sensori protektif sekunder
terhadap anestesi.
Post operasi

41
1. Resiko terjadi aspirasi berhubungan dengan tingkat kesadaran sekunder yang terjadi
akibat anestesi, adanya batuk / reflek fagal
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan / penurunan energi efek
sekunder anestesi.
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan efek insisi pembedahan,
spasme otot
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik pasca operasi,
penurunan kekuatan otot, keterbatasan aktivitas
5. Resiko tinggi terjadi infeksi hubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder
akibat insisi pembedahan, terpasangnya alat invasive
6. Pengetahuan tentang pengobatan perawatan pasca operasi berhubungan dengan yang
kurang terpajan, tidak mengenal sumber informasi

Sedangkan didalam kasus penulis menegakkan lima diagnosa keperawatan yaitu:


Pre operasi:
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang operasi
Intra operasi:
1. Resiko cidera berhubungan dengan posisi pembedahan, Resiko perdarahan berhubungan
dengan prosedur pembedahan.
Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan luka post op

Kesenjangan ini ditemukan dalam menegakkan diagnosa keperawatan dikarenakan penulis


mengacu pada data yang diperoleh secara langsung sesuai dengan keadaan pasien pada saat
melakukan pengkajian (anamnesa).

C. Perencanaan
Perencanaan adalah seluruh rangkaian tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah keperawatan yang ada pada pasien. Sesuai dengan kebutuhan pasien.
Tujuan keperawatan disesuaikan dengan keadaan pasien pada saat itu dan lama pasien di
ruang kamar operasi dari mulai persiapan operasi, intra operasi dan pemantauan di ruang
pemulihan pasca operasi. sedangkan kriteria hasil disusun secara spesifik, dapat diukur, dapat
dicapai, rasional (masuk akal), dan mempunyai batas waktu yang diinginkan. Tujuan
keperawatan berdasarkan teori harus memenuhi kriteria hasil SMART (spesifik, measurable,
achiable, realistic, time). Hal ini sesuai dengan perencanaan yang disusun oleh penulis.
Perencanaan yang terdapat pada kasus Ny. E dengan Miomektomi adalah berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan. Selain itu dalam menegakkan perencanaan
penulis menggunakan kriteria SMART (Specific, Measureable, Achievable, Reasonable dan
Time). Dalam melakukan perencanaan keperawatan terdapat faktor pendukung yaitu dengan

42
terciptanya kerjasama yang baik antara pasien dan penulis sehingga dapat dirumuskan
rencana keperawatan tanpa mengalami hambatan.

D. Pelaksanaan
Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai intervensi yang
telah dibuat penulis. Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim perawatan di
ruangan untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada rencana tindakan.
Pada tahap pelaksanaan, penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun sebelumnya pada setiap diagnosa yang ditegakkan dan
semua tindakan keperawatan sudah di dokumentasikan dalam catatan keperawatan. Penulis
melakukan tindakan mulai dari pukul 14.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Faktor yang
mendukung penulis dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu pasien dan keluarga yang
kooperatif sehingga asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan baik.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir yang dilakukan penulis dalam seluruh rangkaian proses
keperawatan. Evaluasi yang dilakukan penulis adalah evaluasi proses dan hasil, evaluasi
proses dilakukan pada saat setelah selesai melakukan tindakan, sedangkan evaluasi hasil
dilakukan dengan mengacu pada batas tujuan yang telah disusun. Dari lima diagnosa
keperawatan yang ditegakkan saat pre, intra dan post operasi, penulis mendapatkan hasil
masalah diagnosa keperawatan yang sudah teratasi yaitu cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang operasi. Intra operasi : Resiko cidera berhubungan dengan
posisi pembedahan. Post operasi : Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur
pembedahan dan anemia.

43
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tanda dan gejala yang dialami pasien sama halnya dengan tanda dan gejala di dalam
teori yaitu terdapat benjolan tumor didalam rahim dan siklus menstruasi keluar darah
lebih banyak. Kemudian pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien untuk
menegakkan diagnose Miomektomi salah satunya adalah pemeriksaan ultrasonografi.

2. Ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus pada bagian diagnosa keperawatan
dimana didalam teori terdapat 10 diagnosa keperawatan yaitu pre operasi : Gangguan
Eliminasi BAB / BAK berhubungan dengan adanya dukungan pada organ. Gangguan
perfusi jaringan yang berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke jaringan
perdarahan. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan sekunder dari
informasi tentang prosedur dan rencana pembedahan. Intra operasi : Resiko tinggi
terhadap cidera posisi operatif berhubungan dengan kebutuhan posisi pembedahan
terhadap pemasangan elektro medik, kehilangan sensori protektif sekunder terhadap
anestesi. Post operasi : Resiko terjadi aspirasi berhubungan dengan tingkat kesadaran
sekunder yang terjadi akibat anestesi, adanya batuk / reflek fagal. Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan kelemahan / penurunan energi efek sekunder anestesi.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan efek insisi pembedahan,
spasme otot. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
pasca operasi, penurunan kekuatan otot, keterbatasan aktivitas. Resiko tinggi terjadi
infeksi hubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder akibat insisi
pembedahan, terpasangnya alat invasive. Pengetahuan tentang pengobatan perawatan
pasca operasi berhubungan dengan yang kurang terpajan, tidak mengenal sumber
informasi. Sedangkan didalam kasus penulis menegakkan tiga diagnosa keperawatan
yaitu Pre operasi: Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
operasi. Intra operasi: Resiko cidera berhubungan dengan posisi pembedahan. Post
Operasi: Nyeri berhubungan dengan luka post op.

3. Tujuan keperawatan disesuaikan dengan keadaan pasien pada saat itu dan lama pasien
di ruang kamar operasi dari mulai persiapan operasi, intra operasi dan pemantauan di
ruang pemulihan pasca operasi. sedangkan kriteria hasil disusun secara spesifik, dapat
diukur, dapat dicapai, rasional (masuk akal), dan mempunyai batas waktu yang
diinginkan (SMART). Secara umum dalam menyusun rencana tindakan keperawatan

44
penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, karena pada teori rencana tindakan
sudah disusun pada masing-masing diagnosa.

4. Pada tahap pelaksanaan, penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan


rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya pada setiap diagnosa yang
ditegakkan dan semua tindakan keperawatan sudah di dokumentasikan dalam catatan
keperawatan. Penulis melakukan tindakan mulai dari pukul 14.00 WIB sampai pukul
20.00 WIB dan selanjutnya dilakukan oleh perawat ruangan yang bertanggung jawab
pada saat itu.

5. Dari tiga diagnosa keperawatan yang ditegakkan saat pre, intra dan post operasi,
penulis mendapatkan hasil masalah diagnosa keperawatan yang sudah teratasi yaitu
cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang operasi. Intra operasi :
Resiko cidera berhubungan dengan posisi pembedahan.

B. Saran
1. Bagi RSU Hermina Karawang
Diharapkan RSU Hermina Karawang dapat semakin meningkatkan jumlah fasilitas
alat-alat penunjang medis di ruang kamar operasi agar pelaksanaan tindakan dapat
semakin terlaksana dengan baik.
2. Bagi Perawat Ruangan kamar operasi
Diharapkan untuk kedepannya perawat ruangan kamar operasi dapat
mempertahankan prinsip-prinsip SPO didalam setiap melakukan tindakan, serta
meningkatkan pemberian asuhan keperawatan dengan mengembangkan ilmu
pengetahuan di bidang keperawatan dengan cara terus mempelajari teori mengenai
asuhan keperawatan pada kasus yang sering terjadi di ruang kamar operasi.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Arifuddin, D. 2005. Pengaruh Teknik “Double Cicle Stitching” atau Pemasangan


Torniquet Terhadap Jumlah Perdarahan Uterus Pada Tindakan Miomektomi Saat Seksio
Sesar. Journal Med Nus. Vol.24. No.2. Januari 2005 : 89-99.
2. Ciavattini, A., Giuseppe, J., Stortoni, P., Montik, N., Giannubilo, R.S., Litta,P., Islam,
S.M., Tranquilli, L.A., Reis, M.F and Ciarmela, P. 2013. Uterine Fibroids : Pathogenesis
and Interactions with Endometrium and Endomyometrial Juction. Hindrawi Publishing
Corporation. Vol.10. No. 11. Juni-Agustus 2013 : 1-12.
3. Desen, W. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
4. Djuwantono, T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol.3. No.12. Juli 2004 : 38-41.
5. Kurniawati, D. 2009. Obgynacea Obstetri & Ginekologi. Yogyakarta: TOSCA
Enterprise.
6. Pedadda, D.S., Laughlin, K., Miner, K., Guyon, P.J., Haneke, K., Vahdat, L.H., Semelka,
C.R., Kowalik, A., Armao, D., Davis, B dan Baird, D. 2008. Growth of Uterine
Leiomyoma Among Premenstrual Black and White Woman. The National Academy of
Sciences of USA. Vol.105. No.50. Desember 2008 : 87-92.
7. Pradan, P., Acharya, N., Kharel, B dan Manjin, M. 2006. Uterine Myomas : A Profil of
Nepalese Woman. Journal Obstetric Ginekology. Vol.1. No.2. November-Desember 2006
: 47-50.

46

Anda mungkin juga menyukai