Askeb Peb + Anemia Berat + CPD-2
Askeb Peb + Anemia Berat + CPD-2
DISUSUN OLEH :
Siti Fitriyanti
044220108
A. Latar Belakang
TINJAUAN TEORI
I. KEHAMILAN
A. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi
dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm.
Masa kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga
terjadinya konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur
yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan
keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh.
A. Definisi
Pre Eklamsia Berat (PEB) adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg disertai protein urin 5 g/24
jam( Prawirohardjo, 2009).
B.Etiologi
Factor Risiko
Primigravida, orimipaternitas
Obesitas
1. Pre Eklamsi
2. PreeklampsiaBerat
Dikatakan preeklampsia berat bila terdapat salah satu atau lebih gejala
dantandadibawah ini:
2) Mata kabur
4) Nyeri epigastrium
Diagnosis Laboratorium:
1) Hemolyisis
a. Adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular, dan selBurr pada
apusdarah perifer
D. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium: Darah lengkap, urinalis, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT, asam urat
b) Elektrokardiografi (EKG)
c) Kardiotokografi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Teori-teori yang sekarang banyak dianut antara lain : (Sarwono P 2009)
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta
mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuarta memberi cabang
arteri radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri
basalis memberi cabang arteria spiralis.
Pada hamil normal dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam
lapisan otot arteria spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga
terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri
spiralis, sehinga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah pada daerah utero
plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.
Pada hipertensi kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku
dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya arteri sprilaris relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun,
dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan
menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan pathogenesis HDK
(Hipertensi dalam kehamilan) selanjutnya.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
- Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan
terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis” dengan akibat plasenta mengalami
iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasikan oksidan
(disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima
elektron atau atom/molekul yang mempunya elektron yang tidak berpasangan. Salah
satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang
sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya
produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang
dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah mungkin
dahulu dianggap sebagai bahan toksin yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi
dalam kehamilan disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membran sel
yang mengandung banyak asam lemak selain akan merusak membran sel, juga akan
merusak nukleus dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam
tubuh yang besifat toksis slelalu diimbangi dengan produksi antioksidan.
- Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya
peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan misal vitamin E pada hipertensi
dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis
ini akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel
endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida
lemak karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap
oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak
- Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel
yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membrane sel
endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh
struktur sel endotel.
Keadaan ini disebut disfungsi endotel (endothelial dysfunction). Pada waktu terjadi
kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi :
a) Ganguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel adalah
memproduksi prostaglandin yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) : suatu
vasodilator kuat
b) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.
Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu vasokonstriktor kuat.
Dalam keadaan normal perbandingan kadar prostasiklin/tromboksan lebih tinggi dari
kadar prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi dengan terjadi kenaikan tekanan
darah
c) Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus
d) Peningkatan permeabilitas kapilar
e) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor, yaitu endotelin. Kadar NO
(vasodilator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor) meningkat
f) Peningkatan faktor koagulasi
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Dugaan bahwa faktor imunolgik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam
kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut :
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya “hasil konsepsi”
yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocycte antigen protein G
(HLA-G), pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural
Killer (NK) ibu. Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas
ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya
invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel
Natural Kliier. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi
HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi
trofoblas ke dalam desidua. Invasi trovoblas sangat penting agar jaringan desidua
menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis.
HLA-G juga merangsang produksi sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi
inflamasi. Kemungkinan terjadi immune-maladaption pada preeklampsia. Pada awal
trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecenderungan terjadi
preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi Helper Sel yang lebih rendah dibanding
pada normotensif.
d. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hamil normal, pembuluh darah rafrakter terhadap bahanbahan vasopressor.
Refrakter, berarti pembuluh darah tidak peka terhadap ransangan bahan vasopresor
atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons
vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh darah
terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibutikkan bahwa daya
refrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin sintesa
inhibitor (bahan yang menghambat produksi prostaglandin).
Prostaglandin ini di kemudian hari ternyata adalah prostasiklin. Pada hipertensi
dalam kehamilan kehilangan daya refrakter tehadap bahan bahan-bahan
vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasoprosesor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasoprosesor
hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap vasoprosesor.
Banyak peneliti telah membuktikkan bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-
bahan vasoprosesor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I.
Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam
kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan 20 minggu. Fakta ini dapat
dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
e. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah
merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal
plasenta juga melepaskan debris trofoblas, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan
nekrotik trofoblas, akibat reaksi stress oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai bahan
asing yang kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi. Pada kehamilan
normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamsi
juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia,
dimana pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi
debris apoptosis dan nekrotik trofobas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas
placenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress
oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal.
Respons inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar pula,
1. Harus rawat rumah sakit dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2. Pembatasan cairan masuk maksimal 2000 cc/24 jam karena resiko tinggi terjadi
oedema paru dan oligouria.
3. Tanda tanda oedema paru ( bila ada ) segera dikoreksi. Cairan yang dapat diberikan
berupa 5% Ringer – dextrose atau cairan faali dengan tetesan < 125 cc/jam atau infus
dextrose 5% yang tiap liternya diselingi infus RL 500 cc (60– 125 cc/jam ).
4. Pasang fholey catheter untuk mengukur pengeluaran urin ( urin output > 500 cc/24
jam atau 1 cc /kg BB/jam ).
5. Antasid untuk menetralisir asam lambung sehingga bila terjadi kejang mendadak
dapat dihindarkan terjadinya aspirasi asam lambung yang sangat asam.
6. Berikan obat anti kejang MgSO4
a. Syarat syarat pemberian MgSO4 :
1) Harus tersedia antidotum MgSO4 : Ca glukonas 10%
7. Lakukan observasi seluruh pasien yang terpasang therapy elektronik konsentrat dengan
ketentuan sebagai berikut, (SPO profesi No : 008/KPRWT-PERINA, 2019) :
a. Wajib dilakukan observasi tiap 30menit dengan melihat ketepatan tetesan dan
lokasi pemasangan infus apakah terdapat tanda-tanda phlebitis seperti timbul
kemerahan, bengkak, bercak putih dan bulat. Jika ditemukan tanda-tanda phlebitis
maka hentikan pemberian therapydengan mencabutjarum infus dan lokasi phlebitis
diberikan kompres dengan kasa yang sudah dibasahi Nacl 0,9% : heparin
(500cc:0,1cc).
b. Setelah kompres dengan kasa yang sudah dibasahi Nacl 0,9% : heparin(500cc:0,1cc)
maka observasi dilanjutkan untuk mengetahui perkembangan phlebitis dan pastikan
kassa tidak boleh kering ( selalu basah dengan Nacl 0,9% dan heparin ), laporkan
ke DPJP kondisi pasien.
c. Jika pemberian secara loading, damping pasien samoai obat habis, tidak
diperkenankan meninggalkan pasien selama pemberian therapy loading.
8. Monitor laboratorium : darah lengkap, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, setiap3 hari
9. Diuretik tidak diberikan rutin kecuali bila ada oedema paru, gagal jantung
kongestif atau oedema anasarca.
10. Pemberian antihipertensi : nifedipin slow release ( adalat oros ) per oral,maksimum
120 mg dalam 24 jam atau methyl dopa 3x250 mg.
11. Terminasi kehamilan jika :
1) Umur kehamilan >37 minggu / terdapat tanda tanda perburukan
2) Adanya gejala dan tanda impending eclamsia atau perburukan keadaan ibu/ janin
3) Kegagalan therapi pada perawatan konservatif : keadaan klinis dan laboratoris
memburuk
4) Terjadi solusio plasenta
5) Ketuban pecah dini atau prdarahan
6) Adanya tanda tanda fetal distress atau IUGR
7) NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal
8) Terjadi oligohidramnion
9) Adanya tanda syndroma HELLP khususnya menurunnya trombosit dengancepat
10) Jika trombosit 50.000 atau kurang, sebaiknya perbaiki keadaan umum dulu( tidak
boleh SC ), namun apabila syarat perioperatif terpenuhi boleh dilakukan SC
III. ANEMIA
1. Definisi
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah
sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman,
2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena kondisi
patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-
satunya penyebab anemia (Ani, 2016)
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang
sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah suatu
kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini
mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya,
jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono,
2018)
Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin dalam darah <11
g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5 g% pada trimester 1 (Aritonang, 2015)
2. Etiologi
Menurut Irianto (2014) etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu gangguan
pencernaan dan absorpsi, hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah,
kebutuhan zat besi meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan, dan pertambahan
darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
Menurut Mochtar (2013) pada umumnya, penyebab anemia pada kehamilan adalah:
a. Kurang zat besi
Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari mengkonsumsi
makanan saja, walaupun makanan yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik
ketersediaan zat besi yang tinggi. Peningkatan kebutuhan zat besi meningkat karena
kehamilan. Sebagian kebutuhan zat besi dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan
presentase zat besi yang diserap, namun apabila simpanan zat besi rendah atau zat besi
yang diserap sedikit maka diperlukan suplemen preparat zat besi agar ibu hamil tidak
mengalami anemia (Bakta, I.M., & Dkk, 2009)
b. Ibu yang mempunyai penyakit kronik
Ibu yang memiliki penyakit kronik mengalami inflamasi yang lama dan dapat
mempengaruhi produksi sel darah merah yang sehat. Ibu hamil dengan penyakit kronis
lebih berisiko mengalami anemia akibat inflamasi dan infeksi akut (Bothamley &
Maureen, 2013).
c. Kehilangan banyak darah saat persalinan sebelumnya
Perdarahan yang hebat dan tiba-tiba seperti perdarahan saat persalinan merupakan
penyebab tersering terjadinya anemia, jika kehilangan darah yang abnyak, tubuh segera
menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh darah agar darah dalam pembuluh darah
tetap tersedia. Banyak kehilangan darah saat persalinan akan mengakibatkan anemia
(Ananya, 2012). Dibutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu dan
memenuhi cadangan zat besi ibu hamil (Manuaba & Dkk, 2010)
d. Jarak Kehamilan
Hasil penelitian dari Amiruddin (2007) menyatakan kematian terbanyak terjadi pada ibu
dengan prioritas 1 sampai 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak
kurang dari 2 tahun menunjukkan kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang
terlalu dekat dapat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan
kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak
yang terlalu dekat dapat menyebabkan resiko terjadi anemia dalam kehamilan.
Dibutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun. Karena
cadangan zat besi ibu hamil belum pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin
yang dikandungnya (Manuaba & Dkk, 2010)
e. Paritas
Hasil penelitian Herlina (2013) menyatakan paritas merupakan salah satu faktor penting
dalam kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai
resiko lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan paritas rendah. Adanya
kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia
f. Ibu dengan hamil gemeli dan hidramnion
Derajat perubahan fisiologis maternal pada kehamilan gemeli lebih besar dari pada
dibandingkan kehamilan tunggal. Pada kehamilan gemeli yang dikomplikasikan
dengan hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang
serius dan besar. Peningkatan volume darah juga lebih besar pada kehamilan ini.
Rata-rata kehilangan darah melalui persalinan pervaginam juga lebih banyak
(Wiknjosastro, 2010)
3. Tanda dan Gejala
Menurut Manuaba (2010) kategori tingkat keparahan pada anemia adalah sebagai
berikut:
a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat
b) Anemia Berat
Beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat pada seseorang dapat
mencakup :
- Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan berbau busuk,
berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena kehilangan darah
melalui saluran pencernaan
- Denyut jantung cepat
- Tekanan darah rendah
- Frekuensi pernapasan cepat
- Pucat atau kulit dingin
- Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah
- Murmur jantung
- Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu
- Nyeri dada
- Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri atau dengan tenaga)
- Kelelahan atau kekurangan energi
- Sakit kepala
- Tidak bisa berkonsentrasi
- Sesak nafas (khususnya selama latihan)
- Nyeri dada, angina, atau serangan jantung
- Pingsan
Patofisiologi
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan sum – sum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya. Kegagalan sum – sum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin
yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan
mengakibatkan interik pada sklera.
Pada kehamilan terjadi perubahan fisiologi yang akan dialami ibu hamil, salah satunya
perubahan sirkulasi darah. Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh :
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi darah retro-
plasenter
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat (Bakta, 2006).
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu :
a. Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi),
dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Zulhaca, 2009). Curah
jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak
sekitar usia kehamilan 16 minggu. Sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati
untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung, sehingga wanita
hamil dengan penyakit jantung dapat beresiko terkena dekompensasio kordis. Pada
postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima (Zulhaca,
2009)
b. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih
meningkat dengan pencapaian sebesar 10.000/ml. dengan hemodilusi dan anemia maka
laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal
(Abdulmuthalib, 2009).
Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada peningkatan
volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat zat gizi
dalam sirkulasi darah, termasuk penurunan zat gizi mikro. Peningkatan produksi sel darah
merah ini terjadi sesuai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan
susunan organ tubuh.
Adanya kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat
besi. Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan
produksi eritropoetin sedikit, karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua pertumbuhan janin sangat cepat dan janin
bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban sehingga lebih banyak
membutuhkan oksigen. Akibatnya, kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk
mengimbangi peningkatan produksi eritrosit dan karena itu rentan untuk terjadinya anemia
terutama anemia defisiensi besi (Murray, 2010).
Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda pada wanita yang tidak hamil.
Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi proses hemodilusi atau pengencerah darah,
yaitu terjadi peningkatan volume plasma dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit. Dalam hal ini, karena peningkatan oksigen dan perubahan
sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta dan janin, serta kebutuhan suplai darah untuk
pembesaran uterus, terjadi peningkatan volume darah yaitu peningkatan volume plasma dan
sel darah merah. Namun, peningkatan volume plasma ini terjadi dalam proporsi yang lebih
besar yaitu sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi. Hemodilusi berfungsi agar
suplai darah untuk pembesaran uterus terpenuhi, melindungi ibu dan janin dari efek negatif
penurunan venous retrun saat posisi terlentang, dan melindungi ibu dari efek negatif
kehilangan darah saat proses melahirkan (Bakta, 2006).
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri yang fisiologis dalam kehamilan dan
bermanfaat pada wanita untuk meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat
semasa kehamilan karena sebagai akibat hipervolemi sehingga cardiac output meningkat.
Kerja jantung akan lebih ringan apabila viskositas darah rendah dan resistensi perifer
berkurang sehingga tekanan darah tidak meningkat secara fisiologis, hemodilusi ini
membantu ibu mempertahankan sirkulasi normal dengan mengurangi beban jantung (Murray,
2010). Volume plasma yang bertambah banyak ini menurunkan hematokrit, konsentrasi
hemoglobin darah, dan jumlah eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut hemoglobin
atau eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan jumlah
eritrosit biasanya tampak pada usia kehamilan minggu ke 7 sampai ke 8 dan terus menurun
sampai minggu ke-16 hingga ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai. Eksplansi volume
plasma yang terus menerus tidak diimbangi dengan peningkatan produksi eritropoetin
sehingga akan menurunkan kadar hematokrit, konsentrasi hemoglobin atau jumlah eritrosit
dibawah batas normal dan timbulah anemia (Manuaba, 2010).
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat dilakukan pada
pasien Anemia adalah sebagai berikut :
a. Transfusi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)
f. Perbanyak konsumsi daging dan sayuran hijau
Panggul bagi perempuan merupakan organ khusus dan sangat memegang peranan penting pada
saat persalinan, karena janin yang akan lahir harus melewati panggul. Tulang panggul merupakan
sebuah corong, bagian atas yang lebar di sebut panggul besar yang mendukung isi perut, sedangkan
bagian bawah tulang panggul menjadi tempat alat kandungan dan menentukan bentuk jalan lahir
Pintu panggul dapat dikatakan sempit apabila diameternya lebih kecil 1-2 cm atau lebih. Kesempitan
panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah panggul atau pintu bawah panggul, ataupn
kombinasi dari ketiganya (Jones, 2011).
B. Diagnosis CPD
Diagnosis CPD yang paling akurat adalah dengan melihat tanda klinis pada proses
persalinan dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti pelvimetri belum
dapat secara akurat memprediksi CPD dalam menentukan metode persalinan yang tepat.
CPD merupakan salah satu indikasi dilakukannya sectio caesarea (SC).
Anamnesis
Saat anamnesis dapat ditanyakan riwayat persalinan dengan makrosomia atau. kontraktur
pelvis pada pasien maupun keluarga pasien. Riwayat penyakit seperti diabetes gestasional
perlu ditanyakan karena dapat mengakibatkan makrosomia.
(Mochtar, 2012).
Riwayat penyakit lain yang dapat mempengaruhi kondisi panggul seperti skoliosis,
fraktur pelvis, dan rakitis juga harus ditanyakan karena akan menjadi pertimbangan
untuk dilakukan pelvimetri radiologi. Tanyakan juga pada pasien metode persalinan
sebelumnya (William, 2014).
Pada proses kehamilan, terutama saat usia kehamilan lanjut >36 minggu, PAP yang
sempit membuat janin tidak dapat turun, sehingga fundus uteri tetap tinggi dan ibu
mengeluhkan sesak, sulit bernapas, rasa penuh di ulu hati, dan perut yang besar
membentuk abdomen pendulum (perut gantung).
(William,2014).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik CPD dapat dilakukan saat antenatal atau melalui pemeriksaan
panggul saat inpartu. Pemeriksaan panggul dapat dilakukan dengan cara pelvimetri
linis baik eksternal maupun internal.
Pemeriksaan Antropometri Antenatal
Selain ukuran panggul yang sempit, kriteria lain yang perlu dinilai pada antropometri
adalah tinggi badan ≤145 cm, pertambahan berat badan ibu >15 kg (biasanya berhubungan
dengan ukuran janin yang besar), dan BMI ibu >30 (Nicholson ,2010) .
Pelvimetri Eksternal
Pemeriksaan fisik lain untuk memprediksi CPD adalah melalui pelvimetri internal.
Pelvimetri internal dilakukan dengan cara vaginal toucher (VT) / pemeriksaan dalam
menggunakan jari telunjuk dan tengah untuk mengevaluasi kapasitas panggul, yakni
bagian pintu atas panggul (PAP), ruang tengah panggul (RTP), dan pintu bawah
panggul (PBP). Pelvimetri internal berbeda dengan VT biasa yang rutindikerjakan pada
persalinan yang bertujuan mengevaluasi bukaan serviks, kantong amnion, penurunan,
dan posisi janin. Menurut WHO, pelvimetri internal tidak dianjurkan untuk dilakukan
secara rutin pada ibu hamil yang sehat dengan kemajuan persalinan yang normal.
Pelvimetri internal umumnya dilakukan saat pasien mengalami inpartu. Pemeriksaan
ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.(WHO,2013). Pada pelvimetri
internal dilakukan penilaian terhadap bentuk dan ukuran rongga dalam pelvis.
Walaupun akurasi diagnosis dengan cara ini tidak pasti (tergantung kemahiran
pemeriksa), beberapa penelitian melaporkan bahwa pelvimetri internal berguna untuk
memperkirakan CPD pada pasien nulipara saat tidak ada modalitas pemeriksaan lain
misalnya di daerah-daerah pedesaan (WHO, 2013).
Bagian tulang PBP dapat diukur menggunakan kepalan tangan, kemudian
membandingkan dengan jarak antara tuberositas ischium yang teraba. Ukuran lebih
besar dari 8 cm dianggap normal. Lakukan perabaan spina ischiadika apakah tajam
atau mendatar. Perabaan bagian tepi pelvis menilai bentuk lurus, divergen, atau
konvergen.
Hasil pemeriksaan pelvimetri internal yang normal adalah
• Bagian tepi atas tulang panggul bulat
• Konjugata diagonalis ≥12,5 cm
• Ketebalan simfisis pubis cukup, sejajar dengan sakrum
• Sakrum berongga, kelengkukngan cukup
• Dinding tepi panggul lurus
• Spina ischiadika tumpul
• Diameter interspinarum ≥10 cm
• Lebar tonjolan sakroskiatik 2,5-3 jari
• Sudut suprapubik >90 derajat (lebar 2 jari)
• Diameter antara tuberositas >8 cm (sekepalantangan)
• Coccyx mobile
• Diameter anteroposterior PBP ≥11 cm [3]
Pembagian tingkatan panggul sempit (Mochtar, 2010)
• Tingkat I : CV = 9 – 10 cm = borderline
• Tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif
• Tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim
• Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut )
Pembagian tingkatan kesempitan panggul menurut tindakan(Mochtar, 2010)
• CV = 8 – 10 cm = partus percobaan
• CV = 6 – 8 cm = SC primer
• CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)
• Inlet dianggap sempit bila CV <10>
C. Tindakan
Partus Percobaan
Untuk menilai kemajuan persalinan dan memperoleh bukti ada atau tidaknya
disproporsi kepala panggul, dapat dilakukan dengan partus percobaan. Pada panggul sempit
berdasarkan pemeriksaaan pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-
ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan
setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung
pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk dilakukan persalinan percobaan.
Persalinan ini merupakan suatu tes terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk
molase kepala janin (Ashar, 2011).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data ini termasuk
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan obyektif
serta data penunjang (Varney, 2004).
a. Data subyektif
1) Biodata
Biodata pasien meliputi nama, umur, agama, suku, pendidikan, alamat, dan
pekerjaan(Nursalam, 2003).
2) Keluhan utama
a. Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson) yang tidak
berespon dengan pengobatan dan bukan disebabkan oleh penyakit lain.
b. Neurologis : sakit kepala persisten, scotoma,mual-mual(PPK HHG, 2018)
c. Eklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kejang dan/atau koma pada ibu hamil ≥20minggu yang
disebabkan selain karena gangguan neurologik.
3) Riwayat haid
Riwayat haid untuk mengetahui umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darahyang
keluar, konsistensi, siklus haid, sifat darah, disminorea atau tidak (Manuaba, 2008).
4) Riwayat perkawinan
Adalah berapa kali menikah, status menikah sah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status jelas akan berkaitan dengan psikologisnya(Wulandari, 2009)
5) Riwayat obstetri
Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir, tempatbersalin, penyulit
anak, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir,riwayat nifas yanglalu, keadaan
anak sekarang (Wheeler, 2004).
6) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Nugroho (2010) riwayat kehamilan sekarang yang perlu dikaji diantaranya:
a) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amniosintesis, pemeriksaanpelvis dan
hubungan seksual
d) Riwayat operasi, untuk mengetahui riwayat operasi yang telah dijalani (Sujiyatini, 2009).
Riwayat penyakit operasi yang pernh diderita yang sekiranya dapat mengganggu dalam
proses persalinan ini (Nursalam, 2009).
8) Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi, pola eliminasi, pola aktifitas, istirahat, data psikososial, kebiasaan psikososial,
kebiasaan sosial budaya, serta penggunaan obat- obatandan jamu atau rokok (Saifuddin, 2007).
b. Data obyektif
Data obyektif adalah data sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat tenaga kesehatan
(Nursalam, 2003).
1. Keadaan umum, pada kasus pasien dengan PEB keadaan umum baik (Nugroho,2010).
2. Kesadaran, pada kasus ibu bersalin dengan PEB kesadaran composmetis(Varney,2009).
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah, untuk mengetahui fakor resiko hipertensi dan hipotensi. Batas normal110/60-
140/90 mmHg (Saifuddin, 2006).
b. Suhu, untuk mengetahui suhu tubuh pasien, memungkinkan terjadi febris/ infeksi.Ibu bersalin
dengan PEB≥ 38oC (Varney, 2009). Batas normal 37,5oC-38oC (Wulandari, 2009).
c. Nadi, untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam satu menit (Saifuddin, 2007).
Nilai normalnya 60-80 x/menit (Wulandari, 2009).
d. Respirasi, untuk mengetahui frekuensi pernafasan dalam satu menit (Saifuddin, 2007). Nilai
normalnya 12-22x/menit (Wulandari, 2009).
4. Berat badan, untuk mengetahui berat badan ibu (Nursalam, 2003). Kenaikan beratbadan
normal ibu hamil adalah 12 kg (Perry, 2005).
5. Tinggi badan, untuk mengetahui faktor resiko kesempitan panggul (Nursalam, 2003).Tinggi
badan wanita normal 150 cm (Wulandari, 2008).
6. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
a) Muka : keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakahoedema(Nursalam, 2009).
(1) Leopold I, untuk menentukan tinggi fundus uteri (TFU) sehingga dapatdiketahui taksiran
berat janin, serta menilai bagian apa yang terdapat di fundus(Manuaba, 2007).
(2) Leopold II, untuk menentukan punggung janin yang digunakan untuk mendengarkan
detak jantung janin (Manuaba, 2007).
(3) Leopold III, untuk menentukan bagian terendah janin kepala atau bokong (Manuaba,
2007).
(4) Leopold IV, mengetahui apa yang terdapat dibagian bawah dan seberapa masuknya
kedalam rongga paggul (Manuaba, 2007).
(5) Kontraksi, pada kasus ibu bersalin dengan KPD terjadi gangguan rasa nyaman yang
berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan rasa nyeri dibagianperut, ekspresi
wajah meringis, ibu menahan sakit (Elzahra, 2012).\
b) Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ), terdengarnya DJJ menunjukkan janin hidup.
Frekuensinormal 120-160 x/menit (Manuaba, 2007).
c) Perkusi
Ekstremitas, reflek patella +/+ (Saifuddin, 2007).
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut PPK HHG (2018) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk pasienhamil
dengan PEB adalah:
a. Laboratorium : Darah lengkap, urinalisa, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT, asam urat
b. Elektrokardiiografi (EKG)
c. Kardiotokografi (CTG)
d. USG ( menilai amnion fluid index, Doppler velocymetri, biophysics profile)
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkuppraktikkebidanan
(Varney, 2007).
Ibu : G.....P......A.....Hamil........................................... mg dengan eklamsia.
Janin : tunggal/ganda, hidup/mati, intrauterin, presentasi kepala/bokong.Data dasar :
Menurut PPK, Pasteur (2018), data dasar meliputi sebagai berikut:
1) Data subyektif, Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat tereganggnya kapsul
Glisson) yang tidak berespon dengan pengobatandan bukan disebabkan oleh penyakit
lain. Neurologis : sakit kepala persisten, scotoma, mual-muntah .
2) Data obyektif, meliputi keadaan umun, kesadaran, tanda-anda vital, TFU, TBJ,his, DJJ,
dan odem ekstremitas.
3) Data penunjang, meliputi:
Menurut PPK, Pasteur (2018), pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukanuntukpasien
hamil dengan eklamsia adalah:
a) Laboratorium : Darah lengkap, urinalisa, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT,asam urat.
b) Elektrokardiografi (EKG)
c) Cardiotokografi (CTG)
d) USG (menilai amnion fluid index, doppler velocymetri, biophysis profile)
b. Masalah
Masalah menurut PAKeb, meliputi:
1. Rasa nyaman nyeri (nyeri kepala, nyeri ulu hati)
2. Cemas
3. Pandangan mata kabur
c. Kebutuhan
Kebutuhan menurut PAKeb Pasteur, meliputi:
1. Bedrest
2. Teknik relaksasi
3. Bantu ADL
4. Support mental
5. Libatkan keluarga untuk support mental
Menurut PAKeb Hermina Pasteur, antisipasi masalah yang dapat terjadi pada
ibuhamil dengan PEB adalah sebagai berikut:
Solutio placenta
Eklampsia berulang
HELLP sindrom
Gawat janin
Persalinan premature
IUGR
Kelainan mata
Nekrosis hati
Payah ginjal, payah jantung, payah paru
Menurut PAKeb Hermina Pasteur, tindakan segera pada pasien PEB dikategorikan
pada tindakan mandiri, kolaborasi, dan rujukan. Jika terdapat kondisi kegawat
daruratan pada pasien maka harus ditentukan langkah tindakan segera untuk mengatasi
kegawatan.
Menurut Varney (2007) setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan
untukmengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan segera yang mampu dilakukan secara :
a. Mandiri
Kondisi darurat, harus segera ditindak tanpa menunggu tenaga ahli
b. Kolaborasi
Kondisi darurat, tetapi membutuhkan intervensi ahli
c. Rujuk
5. Menyusun Rencana Asuhan
6. Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secarakomprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam
bentuk upayapromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan (Kepmenkes RI, 2007).
7. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihatkeefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik
terhadap masalah pasien ataupun masalah diagnosa yang ditegakan.
Pelaksanaan inidapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. (Hidayat, 2008)
BAB III
TINJAUAN KASUS
ANTISIPASI TINDAKAN
TGL INTERPRETASI DATA PERENCANAAN BIDAN
MASALAH SEGERA
28/06/21 1. Diagnosa √ Eklamsia Mandiri : 1. Jelaskan pada pasien dan Bd. S
jam 13.00 √ Solusio a. Pemberian keluarga tentang kondisi
Ibu :
plasenta oksigen
kehamilan saat ini
√ HPP
2. Berikan support mental pada
G1P1A1 H 39 minggu 5 hari
b.Pemasangan pasien
Dengan PEB + CPD +
Anemia berat 3. Libatkan keluarga pasien agar
Janin : Infus
mendampingi pasien untuk
Tunggal, Hidup, Intra uterin memberikan support mental
Presentasi : Kepala Kolaborasi :
4. Berikan penkes tentang :
Dasar : a. Pemberian
a. Kehamilan dengan pre
HPHT : 23-09-2021 Antihipertensi
eklamsia
TP : 30-06-2022 b. Pemberian
b. Posisi nyaman dan pentingnya
KU : baik MgSO4
istirahat
Kes : CM 5. Ajarkan teknik relaksasi
TTV : TD 150/100 mmHg, Rujukan :
6. Observasi keadaan umum dan
N 82x/m, S 36,2 c, RR 0 Tidak ada
tanda-tanda vital
20x/m
7. Nilai tanda-tanda kemajuan
Palpasi: persalinan dan kesejahteraan
TFU 29 cm, janin
TBJ :2650 gram 8. CTG tiap 6 jam atau sesuai
Presentasi kepala, instruksi dokter
penurunan 4/5. His 2x10
menit sedang,
DJJ 1 : 140-145 x/menit 9. Observasi tanda-tanda gawat
teratur. Pengeluaran janin
pervaginam: Ada 10. Observasi tanda-tanda
CTG terlampir keracunan MgSO4
USG tidak 11. Observasi tanda-tanda solusio
Laboratorium HB 6,4 plasenta
gr/dl, Protein urine (+2) 12. Observasi tanda-tanda
Oedem (-) kelebihan cairan:
2. Masalah a. Sesak
a. Cemas b. Oedema kaki
b. Mulas c. Oedema palpebra
3. Kebutuhan d. Oedema anasarca
a. Istirahat 13. Hitung balance cairan
b. Support mental Kolaborasi dengan dokter
c.Penkes tentang 1. Pemeriksaan USG
kehamilan dengan pre 2. Terapi anti hipertensi
eklamsi 3. Konsul spesialis penyakit dalam
d. Teknik relaksasi 4. Siapkan pasien untuk dilakukan
tindakan sesuai instruksi dokter
Jam 14:54 (dr. M) Melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk melaporkan hasil
protein urine (+2), advice :
1. Lanjut maintanance Mgso4
2. Methildopa 500 mg extra
3. Jika labu darah sudah tersedia langsung diberikan
Jam 17:00 (bd. L) Melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk m,elaporkan kondisi
pasien
S : os mengatakan mules semakkin bertambah, pusing tidak ada
O: TD : 150/100 mmHg N: 82x/menit RR: 20x/menit S:36⁰C
Djj:145-150x/menit, His :3x10’25-30” sedang, PD: v/v tak,
portio: tebal lunak, pembukaan: 6-7cm, ketuban utuh kepala HII
A : G1P0A0 parturien atem kala 1 fase aktif dengan anemia berat +
PEB + CPD
P : Mgso4 di stop dahulu
Tranfusi PRC dilanjutkan
Jam 20:20 (bd. L) Melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk melaporkan hasil
kemajuan persalinan
S : os mengatakan mules semakkin bertambah, pusing tidak ada
O: TD : 150/100 mmHg
N: 82x/menit
RR: 20x/menit
S: 36⁰C
Djj:140-150x/menit,
His :4x10’30-35” sedang,
PD: v/v tak, portio: tebal lunak, pembukaan: 6-7cm, ketuban
utuh kepala HII
A : G1P0A0 parturien atem kala 1 fase aktif dengan anemia berat +
PEB + CPD
P : - SC jam 21:30
Antibiotik pre op ceftriaxone 1 gram
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menganalisa kesenjangan yang muncul antara teori dan kasus dalam
asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. A G1P0A0 hamil 39 mg 5 hari dengan PEB + CPD +
Anemia berat. Asuhan kebidanan yang diberikan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
Varney yangterdiri dari pengkajian, interpretasi data, antisipasi masalah, tindakan segera, perencanaan,
tindakan dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
c. Sakit kepala
d. Tidak bisa berkonsentrasi
e. Sesak nafas (khususnya selama latihan)
Selain ukuran panggul yang sempit, kriteria lain Tinggi badan ibu 143 cm Kriteria penilaian cephalopelvic
pada pada antropometri adalah tinggi badan ≤145 berat badan ibu sebelum dispropotion antara teori dan kasus terdapat
cm, pertambahan berat badan ibu >15 kg. hamil 43 kg, berat badan kesenjangan karena berat badan ibu
saat hamil 55 kg. Jadi tidak >15 kg.
kenaikan berat badan ibu
<15 kg.
Riwayat kesehatan yang lalu dikaji untuk Ibu mengatakan tidak Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji
mengetahui apakah ibu mempunyai riwayat ada riwayat penyakit karena terdapat beberapa factor resiko yang
penyakit seperti jantung, asma, hipertensi, ginjal dahulu. dapat memicu timbulanya pre eklamsi
dan diabetes pada ibu hamil.
melitus (Manuaba, 2008). Menurut Prawirohardjo
(2009) terdapat banyak faktor resiko untuk
terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
sebagai berikut:
1) Primigravida,
primipaternitas
2) Hiperplasentosis, misalnya:
molahidatidosa, kehamilan multiple,
DM,hidropfetalis, bayi besar
3) Umur yang ekstrim
4) Riwayat keluarga
preeklamsia/ eklamsia
5) Penyakit-penyakit ginjaldan hipertensi
yang sudahada sebelum hamil
6) Obesitas
Kesenjangan yang muncul adalah dalam
kasus tidak ditemukan adanya riwayat
penyakit sebelumnya yang menjadi
pencetus terjadinya preeklamsi.
Tekanan darah, untuk mengetahui fakor resiko Pada kasus ditemukan Didapatkan kesenjangan antarakasus dengan
hipertensi dan hipotensi. Batas normal 110/60- Tekanan darah awal teori, yaitu pada teori syarat dikatakan PEB
140/90 mmHg(Saifuddin, 2006). pasien 150/100 mmHg. adalah TD ≥160/110 mmHg dan terdapat
Dikatakan PEB bila terdapat salah satu atau lebih satu atau lebih gejala yang lain, diantaranya
gejala dan tanda dibawah ini: keluhan subyektif. Pada kasus TD awal
a) Tekanan darah sistolik 150/100 mmHg dengan protein urine positif
≥160 mmHg atau tekanandarah diastolik 2. ≥110mmHg
Menurut PPK HHG (2018) pemeriksaan Pada kasus saat pasien Terdapat kesenjangan antara teori dengan
penunjang yang perlu dilakukan untuk pasien datang keIGD pemeriksaan kasus, dimana pada teori untuk kasus ibu
hamil dengan PEB adalah: penunjang yang dilakukan hamil dengan PEB pemeriksaan lab
a) Laboratorium: Darah lengkap, HR1, SGOT, SGPT, yang dilakukan meliputi darah lengkap, UL,
urinalisa, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT, Protein urine, BT CT, GDS ureum, creatinin, SGOT/SGPT, dan asam
asam urat dan CTG. urat. Sedangkan pada kasus ini urine
C. PERENCANAAN
A. Kesimpulan
1. Pengkajian telah di lakukan sesuai teori yaitu melakukan assessment awal pada
pasien untuk mendapatkan data subyektif dan melakukan pemeriksaan untuk
mendapatkan data obyektif.
2. Interpretasi data adalah data dasar yang di kumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapatmerumuskan diagnose dan masalah yang spesifik.
3. Antisipasi masalah adalah mengidentifikasi adanya masalah yang mungkin timbul.
Pada kasusini antisipasi masalah yang di ambil yaitu eklamsia solusio plasenta.
Seharusnya bisa di tambahkan dengan IUGR, dan HELPP sindrom.
4. Tindakan segera merupakan masalah tindakan yang dilakukan untuk
mengantisipasi adanya masalah potensial yang muncul. Sehingga bila tidak
muncul berarti tidak ada tindakan segerayang dilakukan baik secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan. Pada kasus ini tindakan segera yang dilakukan. Jadi pada
kasus ini kebutuhan tindakan segera sudah sesuai dengan teori.
5. Perencanaan di susun berdasarkan diagnose kebidanan, maupun masalah yang
muncul saat pengkajian. Perencanaan yang disusun terdapat dua poin yang tidak
sesuai dengan teori yaitu: Ctg di lakukan 12 jam sekali sesuai intruksi dpjp yang
seharusnya ctg dilakukansetiap 6 jam.
6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.A G1P0A0 hamil 39 minggu 5
hari denganpreeklamsia sesuai dengan rencana
7. Evaluasi adalah tahapan penilaian terhadap asuhan kebidanan yang telah di berikan.
Pada kasusini tidak sesuai karena seharusnya evaluasi dibuat setiap ada
perubahan diagnose, untuk menetukan perencanaan dan implementasinya yang
akan dilakukan.
B. SARAN
1. Bagi Bidan
Rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklamsia dan anemia secara optimal melalui
penangananyang cepat dan tepat.
3. Bagi masyarakat