Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

A G1P0A0 GRAVIDA 39 MINGGU


5 HARI DENGAN PREEKLAMSIA + CEPHALOPELVIC
DISPROPORTION + ANEMIA BERAT

DISUSUN OLEH :
Siti Fitriyanti

044220108

HERMINA HOSPITAL GROUP


2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organizatio (WHO) dalam 20 tahun, jumlah kematian


ibu telah menurun pada tahun 1990-2010 yaitu dari 543.000 pada tahun 1990 menjadi
287.000 pada tahun 2010. Angka kematian ibu (AKI) di dunia menjadi 210 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia pada tahun
2011 mencapai 51 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2012).
Di Indonesia, AKB memang telah menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). AKI
menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sementara target yang akan dicapai sesuai
kesepakatan MDGs tahun 2015, angka kematian ibu turun menjadi 102 kematian per
100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup
(Kementrian Kesehatan RI, 2012).
AKI dan AKB di Jawa Barat yang masih tergolong tinggi bila dibandingkan
dengan Provinsi yang lainnya di Indonesia walaupun sudah mengalami penurunan saat
ini yaitu AKI dari 850 kasus pada tahun 2011 menjadi 747 kasus tahun 2012,
sedangkan AKB dari 5077 kasus tahun 2011 menjadi 4431 kasus pada tahun 2012.
Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2012 menunjukkan AKI di Jawa Barat sebesar
109,2 per 100.000 KH, sedangkan AKB di Jawa Barat sebesar 6,4 per 1000 KH
(Dinkes Jawa Barat, 2012)
Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Pada tahun 2012 sekitar 358.000 ibu meninggal akibat
komplikasi kehamilan dan kelahiran anak, termasuk perdarahan, infeksi, hipertensi
dan aborsi tidak aman. Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup. Terlebih lagi, rendahnya penurunan
angka kematian ibu global tersebut merupakan cerminan belum adanya penurunan
angka kematian ibu secara bermakna di negara-negara yang angka kematian ibunya
rendah (WHO, 2012).
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah
besar bagi negara berkembang termasuk indonesia. Tingginya angka kematian ibu
menerangkan bahwa rendahnya status kesehatan nasional suatu Negara. Angka
kematian ibu merupakan salah satu barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu negara.
Bila Angka Kematian Ibu masih tinggi, pelayanan kesehatan ibu masih kurang dan
sebaliknya bila Angka Kematian Ibu masih rendah berarti pelayanan kesehatan ibu
sudah baik. Hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber
daya manusia secara umum (BKKBN, 2009).
Di negara berkembang, penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas adalah perdarahan, infeksi, pre-eklamsi/eklamsi. Selain
itu kematian maternal juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, sosioekonomi, usia
ibu hamil, dan paritas
Ibu hamil dengan peeklampsia atau mengalami hipertensi berat dalm kehamilan
beresiko muncul eclampsia yang ditandai dengan kejang dan kemudian diikuti
penurunan kesadaran atau koma.
Menurut data statistik Kamar Bersalin RS Hermina Soreang kejadian ibu hamil
dengan preeklamsia pada bulan april- juni sebanyak 15 kasus dan Anemia sebanyak
10 kasus di RS Hermina soreang.
Oleh sebab itu, asuhan kebidanan yang tepat sangat diperlukan agar penanganan
preeklamsia dan Anemia sesuai dengan keadaan yang ada dan memperkecil resiko
terjadinyakomplikasi pada ibu maupun janin.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah
yang berjudul “Asuhan kebidanan pada ny “A” dengan preeklamsia + CPD + Anemia
berat di ruangBersalin RS Hermina Soreang tahun 2022”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada Ny.A dengan preeklamsia +
CPD + anemia berat di ruang Bersalin. Menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan dan pendokumentasian SOAP dengan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data ibu bersalin pada Ny. A


dengan Preeklampsi + CPD + anemia berat
b. Mampu melakukan interpretasi data ibu bersalin pada Ny. A
dengan Preeklampsi + CPD + Anemia berat
c. Mampu melakukan antisipasi masalah atau menentukan diagnosa
potensial ibu bersalin pada Ny. A dengan Preeklampsi + CPD +
anemia berat

Mampu melakukan tindakan segera pada Ny. A dengan


Preeklamsia + CPD + anemia berat
d. Mampu melakukan perencanaan asuhan ibu bersalin Ny. A dengan
preeklamsia + CPD + anemia berat
e. Mampu melaksanakan asuhan ibu bersalin yang menyeluruh pada Ny.
A dengan preeklamsia + CPD + anemia berat
f. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah di lakukan pada Ny. A
dengan preeklamsia + CPD + anemia berat
g. Mampu melakukan pendokumentasian SOAP pada Ny.A dengan
preeklamsia + CPD + anemia berat
C. Manfaat
a. Untuk RS Hermina Dapat meningkatkan mutu pelayananyang berkualitas
berdasarkan standar pelayanan kebidanan dan sebagai bahan

untuk managerial dalam pengambilan keputusan dan regulasi kebijakan.


b. Untuk penulis dapat meningkatkan kompetensi dalam memberikan asuhan
yang komprehensif pada anemia berat dan preeklamsia.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis

I. KEHAMILAN
A. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi
dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm.
Masa kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga
terjadinya konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur
yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan
keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh.

B. Tanda dan Gejala Kehamilan


Menurut Widiyastuti (2008) tanda dan gejala kehamilan merupakan sekumpulan
tanda/gejala yang timbul pada wanita hamil yang terjadi akibat perubahan
fisiologis dan psikologis pada masa kehamilan.
1. Tanda/gejala kehamilan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu:
a. Tanda tidak pasti kehamilan
b. Tanda – tanda kemungkinan hamil
c. Tanda pasti kehamilan
1) Pada perabaan di bagian perut dirasakan adanya janin serta gerak
janin.
2) Bila didengarkan menggunakan alat Doppler maka akan
terdengar detak jantung janin.
3) Pada pemeriksaan USG dilihat gambaran janin.
4) Pada pemeriksaan rontgen terlihat gambaran rangka janin
II. PREEKLAMSI

A. Definisi

Preeklampsia adalah kondisi hipertensi dan proteinuria pada usia


kehamilan diatas 20 minggu yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan
respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan
koagulasi. (PPK HHG,2018)

Preeklampsia merupakan suatu sindroma spesifik pada kehamilan yang


ditandaidengan trias gejala klinis berupa peningkatan tekanan darah, edema pada
ekstremitas bawah, dan proteinuria. Edema tungkai tidak dipakai lagi sebagai
kriteria hipertensi dalam kehamilan, kecuali edema anasarka.

Pre Eklamsia Berat (PEB) adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg disertai protein urin 5 g/24
jam( Prawirohardjo, 2009).

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain.


Diagnosis hipertensi ditegakkan dari, adanya peningkatan tekanan darah dengan
sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg, diukur dua kali selang 4 jam
setelah penderita istirahat (Wiknjosastro, 2007). Kenaikan tekanan
sistolik/diastolik 30 mmHg/15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria
hipertensi, karena kadar proteinuria berkorelasi dengan tekanan darah
(POGI.2018)

B.Etiologi

Penyebab preeklampsia belum diketahui dengan pasti. Banyak teori yang


coba dikemukakan pada ahli untuk menerangkan penyebabnya, namun belum ada
jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori iskemik
plasenta (Wiknjosastro, 2007).

Factor Risiko

Menurut Sarwono,2014 terdapat banyak factor resiko untuk terjadinya


hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktir resiko
sebagai berikut:

 Primigravida, orimipaternitas

 Hiperplasentosis, misalnya: molahidatidosa, kehamilan multiple, DM,


hidropfetalis, bayi besar

 Umur yang ekstrim


 Riwayat keluarga preeklamsia/eklamsia

 Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

 Obesitas

C. Tanda dan Gejala/Gejala Klinis


Klasifikasi pre eklamsia
Pembagian preeklampsia sendiri dibagi dalam preeklamsia berat, eklampsia
dan HELLP sidroma. Berikut ini adalah penggolongannya (PPK HHG,
2018):

1. Pre Eklamsi

Dikatakan preeklamsi bila terdapat gejala seperti dibawah ini:

a) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah kehamilan 20minggu


b) Proteinuria >300 mg/24jam atau +1 dalam pemeriksaan kualitatif
atauratio proyein-kreatinin ≥0,3mg/dL atau pembacaan dipstick 1+

2. PreeklampsiaBerat

Dikatakan preeklampsia berat bila terdapat salah satu atau lebih gejala
dantandadibawah ini:

a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau tekanan darah diastolik


≥110mmHg
b. Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan
c. Trombositopenia berat: 100.000 sel/mm3
d. Gangguan fungsi hati, peningkatan kadar, transaminase 2x nilai normal
e. Tanda insufiensi renal, serum kreatinin 1,1mg/dL atau meningkat
duakalitetapi tidak ada penyakit ginjal sebelumnya
f. Edema paru-paru
g. Keluhan subyektif
1) Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsulaGlisson) yangtidak berespon dengan pengobatan dan
bukandisebabkan oleh penyakit lagi
2) Neurologis: sakit kepala persisten, scotoma, mual-mual
Eklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kejang dan/atau koma pada ibuhamil
≥ 20minggu yang disebabkan selain karena gangguan neurologik.
h. Sindrom Haemolysis, Elevated Liver Enzymes and LowPlatelet
(HELLP)

3. Preeklampsia berat dapat dibagi menjadi dalam beberapa kategori


a. Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia

b. Preeklampsia berat dengan impending eklampsia dengan


gejala-gejalaimpending:
1) Nyeri kepala

2) Mata kabur

3) Mual dan muntah

4) Nyeri epigastrium

5) Nyeri kuadran kanan atas abdomen

Perbedaan Pre Eklamsia dan PEB menurut PPK HHG (2018):

Kelainan Pre Eklamsia Pre Eklamsia Berat

Tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg ≥ 110 mmHg


Protein urin +1 Persisten
Nyeri kepala + +
Gangguan visus - +
Nyeri epigastrium - +
Oliguria - +
Kejang (Eklamsia) - +
Serum kreatinin - Meningkat
Trombositopenia - +
Kenaikan kadar enzim - Nyata
IUGR - Nyata
Edema paru - +
4. Eklampsia

Eklampsia di definisikan sebagai peristiwa terjadinya kejang pada


kehamilan ≥ 20 minggu disertai atau tanpa penurunan tingkat kesadaran
bukan karena epilepsy maupun gangguan neurologi lainnya.eklampsia sering
terjadi pada trimester ke 3 dan menjadi sering saat mendekati aterm.

Menurut Panduan Asuhan Kebidanan RS Hermina Pasteur, Preeklamsi


disertai kejang menyeluruh dan koma

Sindroma HELLP menurut PPK RSHS (2018) Kumpulan


gejalaHemolysis,Elevated, Enzim dan Low Platelets yang merupakan gejala
utama dari sindroma ini.

Diagnosis Laboratorium:

1) Hemolyisis
a. Adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular, dan selBurr pada

apusdarah perifer

b. Kadar bilirubin total >1,2mg%

2) Kenaikan kadar enzim hati


a. Kadar SGOT >70 IU/L

b. Kadar LDH >600 IU/L

3) Trombosit <100 x 103/mm3

D. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium: Darah lengkap, urinalis, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT, asam urat

b) Elektrokardiografi (EKG)

c) Kardiotokografi

d) USG (menilai amnion fluid index, Doppler velocymetri, biophycics)


E. Patofisiologi

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Teori-teori yang sekarang banyak dianut antara lain : (Sarwono P 2009)
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta
mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuarta memberi cabang
arteri radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri
basalis memberi cabang arteria spiralis.
Pada hamil normal dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam
lapisan otot arteria spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga
terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri
spiralis, sehinga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah pada daerah utero
plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.
Pada hipertensi kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri
spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku
dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya arteri sprilaris relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun,
dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan
menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan pathogenesis HDK
(Hipertensi dalam kehamilan) selanjutnya.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
- Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan
terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis” dengan akibat plasenta mengalami
iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasikan oksidan
(disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima
elektron atau atom/molekul yang mempunya elektron yang tidak berpasangan. Salah
satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang
sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya
produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang
dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah mungkin
dahulu dianggap sebagai bahan toksin yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi
dalam kehamilan disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membran sel
yang mengandung banyak asam lemak selain akan merusak membran sel, juga akan
merusak nukleus dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam
tubuh yang besifat toksis slelalu diimbangi dengan produksi antioksidan.
- Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya
peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan misal vitamin E pada hipertensi
dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis
ini akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel
endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida
lemak karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap
oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak
- Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel
yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membrane sel
endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh
struktur sel endotel.
Keadaan ini disebut disfungsi endotel (endothelial dysfunction). Pada waktu terjadi
kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi :
a) Ganguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel adalah
memproduksi prostaglandin yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) : suatu
vasodilator kuat
b) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.
Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu vasokonstriktor kuat.
Dalam keadaan normal perbandingan kadar prostasiklin/tromboksan lebih tinggi dari
kadar prostasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi dengan terjadi kenaikan tekanan
darah
c) Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus
d) Peningkatan permeabilitas kapilar
e) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor, yaitu endotelin. Kadar NO
(vasodilator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor) meningkat
f) Peningkatan faktor koagulasi
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Dugaan bahwa faktor imunolgik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam
kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut :
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya “hasil konsepsi”
yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocycte antigen protein G
(HLA-G), pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural
Killer (NK) ibu. Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas
ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya
invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel
Natural Kliier. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi
HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi
trofoblas ke dalam desidua. Invasi trovoblas sangat penting agar jaringan desidua
menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis.
HLA-G juga merangsang produksi sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi
inflamasi. Kemungkinan terjadi immune-maladaption pada preeklampsia. Pada awal
trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecenderungan terjadi
preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi Helper Sel yang lebih rendah dibanding
pada normotensif.
d. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hamil normal, pembuluh darah rafrakter terhadap bahanbahan vasopressor.
Refrakter, berarti pembuluh darah tidak peka terhadap ransangan bahan vasopresor
atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons
vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh darah
terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibutikkan bahwa daya
refrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin sintesa
inhibitor (bahan yang menghambat produksi prostaglandin).
Prostaglandin ini di kemudian hari ternyata adalah prostasiklin. Pada hipertensi
dalam kehamilan kehilangan daya refrakter tehadap bahan bahan-bahan
vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasoprosesor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasoprosesor
hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap vasoprosesor.
Banyak peneliti telah membuktikkan bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-
bahan vasoprosesor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I.
Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam
kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan 20 minggu. Fakta ini dapat
dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
e. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah
merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal
plasenta juga melepaskan debris trofoblas, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan
nekrotik trofoblas, akibat reaksi stress oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai bahan
asing yang kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi. Pada kehamilan
normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamsi
juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia,
dimana pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi
debris apoptosis dan nekrotik trofobas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas
placenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress
oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal.
Respons inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar pula,

sehingga terjadi reaksi sistemik iflamasi yang menimbulkan gejala-gejala


preeklampsi pada ibu. Disfungsi endotel pada preeklampsia akibat produksi debris
trofoblas plasenta berlebihan tersebut di atas, mengakibatkan “aktivitas leukosit
yang sangat tinggi” pada sirkulasi ibu. peristiwa ini oleh Redman disebut sebagai
sebagai “kekacauan adaptasi pada dari proses inflamasi intravaskular pada
kehamilan” yang biasanya berlangsung normal dan menyeluruh.
f. Teori defisiensi gizi (teori diet)
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan
dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah
dillakukan di Inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklampsia
beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia II. Suasana serba sulit mendapat
gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden hipertensi
dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikkan bahwa konsumsi minyak ikan
termasuk minyak hati halibut, dapat mengurangi resiko preeklampsia. Minyak ikan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi
tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah vasokonstriksi
pembuluh darah. Beberapa peneliti telah mencoba melakukan uji klinik untuk
memakai konsumsi minyak ikan atau bahan yang mengandung asam lemak tak
jenuh dalam mencegah preeklampsia. Hasil sementara menunjukkan bahwa
penelitian ini berhasil baik dan mungkin dapat dipakai sebagai alternatif pemberian
aspirin. Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet
perempuan hamil mengakibatkan risiko terjadinya preeklampsia/eklampsia.
Penelitian di Negara Equador Andes dengan metode uji klinik, ganda tersamar,
dengan membandingkan pemberian kalsium dan placebo. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium cukup, kasus yang
mengalami preeklampsia adalah 14% sedang yang diberi glukosa 17%.
g. Teori genetik
Ada faktor keturunan dan familial dnegan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan
dengan genotpe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia
26% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8%
anak menantu mengalami preeklampsia.
F. PENATALAKSANAAN PEB/EKLAMSIA

1. Harus rawat rumah sakit dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2. Pembatasan cairan masuk maksimal 2000 cc/24 jam karena resiko tinggi terjadi
oedema paru dan oligouria.
3. Tanda tanda oedema paru ( bila ada ) segera dikoreksi. Cairan yang dapat diberikan
berupa 5% Ringer – dextrose atau cairan faali dengan tetesan < 125 cc/jam atau infus
dextrose 5% yang tiap liternya diselingi infus RL 500 cc (60– 125 cc/jam ).

4. Pasang fholey catheter untuk mengukur pengeluaran urin ( urin output > 500 cc/24
jam atau 1 cc /kg BB/jam ).
5. Antasid untuk menetralisir asam lambung sehingga bila terjadi kejang mendadak
dapat dihindarkan terjadinya aspirasi asam lambung yang sangat asam.
6. Berikan obat anti kejang MgSO4
a. Syarat syarat pemberian MgSO4 :
1) Harus tersedia antidotum MgSO4 : Ca glukonas 10%

2) Refleks patella positif kuat


3) Frekuensi pernafasan > 16x/menit
4) Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya ( 0,5 cc/kgBB/jam )
b. Pemakaian MgSO4 dihentikan apabila :
1) Tekanan darah sudah stabil > 6 jam pasca persalinan

2) Penggunaan MgSO4 24 jam pasca pemberian pertama


Adanya tanda tanda intoksikasi MgSO4 ( frekuensi pernafasan < 16x/menit,
refleks patella negatif, produksi urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir ).

7. Lakukan observasi seluruh pasien yang terpasang therapy elektronik konsentrat dengan
ketentuan sebagai berikut, (SPO profesi No : 008/KPRWT-PERINA, 2019) :
a. Wajib dilakukan observasi tiap 30menit dengan melihat ketepatan tetesan dan
lokasi pemasangan infus apakah terdapat tanda-tanda phlebitis seperti timbul
kemerahan, bengkak, bercak putih dan bulat. Jika ditemukan tanda-tanda phlebitis
maka hentikan pemberian therapydengan mencabutjarum infus dan lokasi phlebitis
diberikan kompres dengan kasa yang sudah dibasahi Nacl 0,9% : heparin
(500cc:0,1cc).
b. Setelah kompres dengan kasa yang sudah dibasahi Nacl 0,9% : heparin(500cc:0,1cc)
maka observasi dilanjutkan untuk mengetahui perkembangan phlebitis dan pastikan
kassa tidak boleh kering ( selalu basah dengan Nacl 0,9% dan heparin ), laporkan
ke DPJP kondisi pasien.

c. Jika pemberian secara loading, damping pasien samoai obat habis, tidak
diperkenankan meninggalkan pasien selama pemberian therapy loading.
8. Monitor laboratorium : darah lengkap, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, setiap3 hari
9. Diuretik tidak diberikan rutin kecuali bila ada oedema paru, gagal jantung
kongestif atau oedema anasarca.
10. Pemberian antihipertensi : nifedipin slow release ( adalat oros ) per oral,maksimum
120 mg dalam 24 jam atau methyl dopa 3x250 mg.
11. Terminasi kehamilan jika :
1) Umur kehamilan >37 minggu / terdapat tanda tanda perburukan
2) Adanya gejala dan tanda impending eclamsia atau perburukan keadaan ibu/ janin
3) Kegagalan therapi pada perawatan konservatif : keadaan klinis dan laboratoris
memburuk
4) Terjadi solusio plasenta
5) Ketuban pecah dini atau prdarahan
6) Adanya tanda tanda fetal distress atau IUGR
7) NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal
8) Terjadi oligohidramnion
9) Adanya tanda syndroma HELLP khususnya menurunnya trombosit dengancepat
10) Jika trombosit 50.000 atau kurang, sebaiknya perbaiki keadaan umum dulu( tidak
boleh SC ), namun apabila syarat perioperatif terpenuhi boleh dilakukan SC

III. ANEMIA
1. Definisi
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah
sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman,
2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena kondisi
patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-
satunya penyebab anemia (Ani, 2016)
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang
sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah suatu
kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini
mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya,
jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono,
2018)
Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin dalam darah <11
g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5 g% pada trimester 1 (Aritonang, 2015)

2. Etiologi
Menurut Irianto (2014) etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu gangguan
pencernaan dan absorpsi, hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah,
kebutuhan zat besi meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan, dan pertambahan
darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
Menurut Mochtar (2013) pada umumnya, penyebab anemia pada kehamilan adalah:
a. Kurang zat besi
Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari mengkonsumsi
makanan saja, walaupun makanan yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik
ketersediaan zat besi yang tinggi. Peningkatan kebutuhan zat besi meningkat karena
kehamilan. Sebagian kebutuhan zat besi dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan
presentase zat besi yang diserap, namun apabila simpanan zat besi rendah atau zat besi
yang diserap sedikit maka diperlukan suplemen preparat zat besi agar ibu hamil tidak
mengalami anemia (Bakta, I.M., & Dkk, 2009)
b. Ibu yang mempunyai penyakit kronik
Ibu yang memiliki penyakit kronik mengalami inflamasi yang lama dan dapat
mempengaruhi produksi sel darah merah yang sehat. Ibu hamil dengan penyakit kronis
lebih berisiko mengalami anemia akibat inflamasi dan infeksi akut (Bothamley &
Maureen, 2013).
c. Kehilangan banyak darah saat persalinan sebelumnya
Perdarahan yang hebat dan tiba-tiba seperti perdarahan saat persalinan merupakan
penyebab tersering terjadinya anemia, jika kehilangan darah yang abnyak, tubuh segera
menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh darah agar darah dalam pembuluh darah
tetap tersedia. Banyak kehilangan darah saat persalinan akan mengakibatkan anemia
(Ananya, 2012). Dibutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu dan
memenuhi cadangan zat besi ibu hamil (Manuaba & Dkk, 2010)
d. Jarak Kehamilan
Hasil penelitian dari Amiruddin (2007) menyatakan kematian terbanyak terjadi pada ibu
dengan prioritas 1 sampai 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak
kurang dari 2 tahun menunjukkan kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang
terlalu dekat dapat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan
kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak
yang terlalu dekat dapat menyebabkan resiko terjadi anemia dalam kehamilan.
Dibutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun. Karena
cadangan zat besi ibu hamil belum pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin
yang dikandungnya (Manuaba & Dkk, 2010)
e. Paritas
Hasil penelitian Herlina (2013) menyatakan paritas merupakan salah satu faktor penting
dalam kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai
resiko lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan paritas rendah. Adanya
kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia
f. Ibu dengan hamil gemeli dan hidramnion
Derajat perubahan fisiologis maternal pada kehamilan gemeli lebih besar dari pada
dibandingkan kehamilan tunggal. Pada kehamilan gemeli yang dikomplikasikan
dengan hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang
serius dan besar. Peningkatan volume darah juga lebih besar pada kehamilan ini.
Rata-rata kehilangan darah melalui persalinan pervaginam juga lebih banyak
(Wiknjosastro, 2010)
3. Tanda dan Gejala
Menurut Manuaba (2010) kategori tingkat keparahan pada anemia adalah sebagai
berikut:
a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat

Klasifikasi Anemia (Proverawati A.2011)


a) Anemia Ringan/Sedang
Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya
pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh, anemia dapat menyebabkan
berbagai tanda dan gejala. Hal ini juga bisa membuat buruk hampir semua kondisi
medis lainnya yang mendasari. Jika anemia ringan, biasanya tidak menimbulkan
gejala apapun. Jika anemia secara perlahan terus menerus (kronis), tubuh dapat
beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak ada gejala
apapun sampai anemia menjadi lebih berat. Gejala anemia mungkin termasuk yang
berikut:
- Kelelahan
- Penurunan energi
- Kelemahan
- Sesak nafas ringan
- Palpitasi (rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur)

b) Anemia Berat
Beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat pada seseorang dapat
mencakup :
- Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan berbau busuk,
berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena kehilangan darah
melalui saluran pencernaan
- Denyut jantung cepat
- Tekanan darah rendah
- Frekuensi pernapasan cepat
- Pucat atau kulit dingin
- Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah
- Murmur jantung
- Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu
- Nyeri dada
- Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri atau dengan tenaga)
- Kelelahan atau kekurangan energi
- Sakit kepala
- Tidak bisa berkonsentrasi
- Sesak nafas (khususnya selama latihan)
- Nyeri dada, angina, atau serangan jantung
- Pingsan

Beberapa jenis anemia mungkin memiliki gejala yang lainnya, seperti :


- Sembelit
- Daya konsentrasi rendah
- Kesemutan
- Rambut rontok
- Malaise (rasa umum merasa tidak sehat)
- Memburuknya masalah jantung
4. Komplikasi
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian
bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus
mengetahui gejala anemia pada ibu hamil. Anemia yang terjadi saat ibu hamil
trimester I akan dapat mengakibatkan Abortus (keguguran) dan kelainan kongenital.

Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan premature,


perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin
sampai kematian, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena
infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartus, anemia
dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir
dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat
lelah (Manoe, M, 2010)
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk anemia adalah
sebagai berikut :
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12- 14 g/dL)
b. Kadar Ht menurun (normal 37 – 41%)Peningkatan bilirubin total (pada anemia
hemolitik)Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepiTerdapat
pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik

Patofisiologi
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan sum – sum atau

kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya. Kegagalan sum – sum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin
yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan
mengakibatkan interik pada sklera.
Pada kehamilan terjadi perubahan fisiologi yang akan dialami ibu hamil, salah satunya
perubahan sirkulasi darah. Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh :
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi darah retro-
plasenter
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat (Bakta, 2006).

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu :
a. Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi),
dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Zulhaca, 2009). Curah
jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak
sekitar usia kehamilan 16 minggu. Sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati
untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung, sehingga wanita
hamil dengan penyakit jantung dapat beresiko terkena dekompensasio kordis. Pada
postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima (Zulhaca,
2009)
b. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih
meningkat dengan pencapaian sebesar 10.000/ml. dengan hemodilusi dan anemia maka
laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal
(Abdulmuthalib, 2009).
Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada peningkatan
volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat zat gizi
dalam sirkulasi darah, termasuk penurunan zat gizi mikro. Peningkatan produksi sel darah
merah ini terjadi sesuai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan
susunan organ tubuh.
Adanya kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat
besi. Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan
produksi eritropoetin sedikit, karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua pertumbuhan janin sangat cepat dan janin
bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban sehingga lebih banyak
membutuhkan oksigen. Akibatnya, kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk
mengimbangi peningkatan produksi eritrosit dan karena itu rentan untuk terjadinya anemia
terutama anemia defisiensi besi (Murray, 2010).
Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda pada wanita yang tidak hamil.
Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi proses hemodilusi atau pengencerah darah,
yaitu terjadi peningkatan volume plasma dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit. Dalam hal ini, karena peningkatan oksigen dan perubahan
sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta dan janin, serta kebutuhan suplai darah untuk
pembesaran uterus, terjadi peningkatan volume darah yaitu peningkatan volume plasma dan
sel darah merah. Namun, peningkatan volume plasma ini terjadi dalam proporsi yang lebih
besar yaitu sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi. Hemodilusi berfungsi agar
suplai darah untuk pembesaran uterus terpenuhi, melindungi ibu dan janin dari efek negatif
penurunan venous retrun saat posisi terlentang, dan melindungi ibu dari efek negatif
kehilangan darah saat proses melahirkan (Bakta, 2006).
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri yang fisiologis dalam kehamilan dan
bermanfaat pada wanita untuk meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat
semasa kehamilan karena sebagai akibat hipervolemi sehingga cardiac output meningkat.
Kerja jantung akan lebih ringan apabila viskositas darah rendah dan resistensi perifer
berkurang sehingga tekanan darah tidak meningkat secara fisiologis, hemodilusi ini
membantu ibu mempertahankan sirkulasi normal dengan mengurangi beban jantung (Murray,
2010). Volume plasma yang bertambah banyak ini menurunkan hematokrit, konsentrasi
hemoglobin darah, dan jumlah eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut hemoglobin
atau eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan jumlah
eritrosit biasanya tampak pada usia kehamilan minggu ke 7 sampai ke 8 dan terus menurun
sampai minggu ke-16 hingga ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai. Eksplansi volume
plasma yang terus menerus tidak diimbangi dengan peningkatan produksi eritropoetin
sehingga akan menurunkan kadar hematokrit, konsentrasi hemoglobin atau jumlah eritrosit
dibawah batas normal dan timbulah anemia (Manuaba, 2010).
6. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat dilakukan pada
pasien Anemia adalah sebagai berikut :
a. Transfusi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)
f. Perbanyak konsumsi daging dan sayuran hijau

IV. Cephalopelvic disproportion (CPD)


A. Definisi

Panggul bagi perempuan merupakan organ khusus dan sangat memegang peranan penting pada
saat persalinan, karena janin yang akan lahir harus melewati panggul. Tulang panggul merupakan
sebuah corong, bagian atas yang lebar di sebut panggul besar yang mendukung isi perut, sedangkan
bagian bawah tulang panggul menjadi tempat alat kandungan dan menentukan bentuk jalan lahir
Pintu panggul dapat dikatakan sempit apabila diameternya lebih kecil 1-2 cm atau lebih. Kesempitan
panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah panggul atau pintu bawah panggul, ataupn
kombinasi dari ketiganya (Jones, 2011).

Gambar 2.1 panggul dalam

Cephalopelvic disproportion (CPD)adalah ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dan


kapasitas panggul (pelvis) ibu yang menyebabkan hambatan persalinan per vaginam (Garry,
2014)

B. Diagnosis CPD

Diagnosis CPD yang paling akurat adalah dengan melihat tanda klinis pada proses
persalinan dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti pelvimetri belum
dapat secara akurat memprediksi CPD dalam menentukan metode persalinan yang tepat.
CPD merupakan salah satu indikasi dilakukannya sectio caesarea (SC).
Anamnesis
Saat anamnesis dapat ditanyakan riwayat persalinan dengan makrosomia atau. kontraktur
pelvis pada pasien maupun keluarga pasien. Riwayat penyakit seperti diabetes gestasional
perlu ditanyakan karena dapat mengakibatkan makrosomia.
(Mochtar, 2012).
Riwayat penyakit lain yang dapat mempengaruhi kondisi panggul seperti skoliosis,
fraktur pelvis, dan rakitis juga harus ditanyakan karena akan menjadi pertimbangan
untuk dilakukan pelvimetri radiologi. Tanyakan juga pada pasien metode persalinan
sebelumnya (William, 2014).
Pada proses kehamilan, terutama saat usia kehamilan lanjut >36 minggu, PAP yang
sempit membuat janin tidak dapat turun, sehingga fundus uteri tetap tinggi dan ibu
mengeluhkan sesak, sulit bernapas, rasa penuh di ulu hati, dan perut yang besar
membentuk abdomen pendulum (perut gantung).
(William,2014).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik CPD dapat dilakukan saat antenatal atau melalui pemeriksaan
panggul saat inpartu. Pemeriksaan panggul dapat dilakukan dengan cara pelvimetri
linis baik eksternal maupun internal.
Pemeriksaan Antropometri Antenatal
Selain ukuran panggul yang sempit, kriteria lain yang perlu dinilai pada antropometri
adalah tinggi badan ≤145 cm, pertambahan berat badan ibu >15 kg (biasanya berhubungan
dengan ukuran janin yang besar), dan BMI ibu >30 (Nicholson ,2010) .
Pelvimetri Eksternal

Pemeriksaan pelvimetri eksternal dilakukan menggunakan instrumen yang disebut


Berisky pelvimeter. Pada pelvimetri eksternal dilakukan pengukuran jarak antara krista
iliaka, jarak antara spina iliaka anterior- superior, jarak intertrokanter, jarak diagonal
transversal area Michaelis-sakrum, dan intertuberositas. Di daerah terpencil, di mana
pelvimetri radiologi tidak tersedia, pelvimetri eksternal dapat menjadi alternatif yang
murah dan mudah digunakan untuk memprediksi risiko distosia akibat CPD. (Mochtar,
2014)
Pelvimetri Internal

Pemeriksaan fisik lain untuk memprediksi CPD adalah melalui pelvimetri internal.
Pelvimetri internal dilakukan dengan cara vaginal toucher (VT) / pemeriksaan dalam
menggunakan jari telunjuk dan tengah untuk mengevaluasi kapasitas panggul, yakni
bagian pintu atas panggul (PAP), ruang tengah panggul (RTP), dan pintu bawah
panggul (PBP). Pelvimetri internal berbeda dengan VT biasa yang rutindikerjakan pada
persalinan yang bertujuan mengevaluasi bukaan serviks, kantong amnion, penurunan,

dan posisi janin. Menurut WHO, pelvimetri internal tidak dianjurkan untuk dilakukan
secara rutin pada ibu hamil yang sehat dengan kemajuan persalinan yang normal.
Pelvimetri internal umumnya dilakukan saat pasien mengalami inpartu. Pemeriksaan
ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.(WHO,2013). Pada pelvimetri
internal dilakukan penilaian terhadap bentuk dan ukuran rongga dalam pelvis.
Walaupun akurasi diagnosis dengan cara ini tidak pasti (tergantung kemahiran
pemeriksa), beberapa penelitian melaporkan bahwa pelvimetri internal berguna untuk
memperkirakan CPD pada pasien nulipara saat tidak ada modalitas pemeriksaan lain
misalnya di daerah-daerah pedesaan (WHO, 2013).
Bagian tulang PBP dapat diukur menggunakan kepalan tangan, kemudian
membandingkan dengan jarak antara tuberositas ischium yang teraba. Ukuran lebih
besar dari 8 cm dianggap normal. Lakukan perabaan spina ischiadika apakah tajam
atau mendatar. Perabaan bagian tepi pelvis menilai bentuk lurus, divergen, atau
konvergen.
Hasil pemeriksaan pelvimetri internal yang normal adalah
• Bagian tepi atas tulang panggul bulat
• Konjugata diagonalis ≥12,5 cm
• Ketebalan simfisis pubis cukup, sejajar dengan sakrum
• Sakrum berongga, kelengkukngan cukup
• Dinding tepi panggul lurus
• Spina ischiadika tumpul
• Diameter interspinarum ≥10 cm
• Lebar tonjolan sakroskiatik 2,5-3 jari
• Sudut suprapubik >90 derajat (lebar 2 jari)
• Diameter antara tuberositas >8 cm (sekepalantangan)
• Coccyx mobile
• Diameter anteroposterior PBP ≥11 cm [3]
Pembagian tingkatan panggul sempit (Mochtar, 2010)
• Tingkat I : CV = 9 – 10 cm = borderline
• Tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif
• Tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim
• Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut )
Pembagian tingkatan kesempitan panggul menurut tindakan(Mochtar, 2010)
• CV = 8 – 10 cm = partus percobaan
• CV = 6 – 8 cm = SC primer
• CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)
• Inlet dianggap sempit bila CV <10>

C. Tindakan

 Partus Percobaan
Untuk menilai kemajuan persalinan dan memperoleh bukti ada atau tidaknya
disproporsi kepala panggul, dapat dilakukan dengan partus percobaan. Pada panggul sempit
berdasarkan pemeriksaaan pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-
ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan
setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung
pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk dilakukan persalinan percobaan.
Persalinan ini merupakan suatu tes terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk
molase kepala janin (Ashar, 2011).

Partus dikatakan maju apabila partus berjalan fisiologis,terjadi perubahan pada


pembukaan serviks, tingkat turunnya kepala, dan posisi kepala (rotasi). Jika tidak terjadi
perubahan tersebut maka disebut partus tidak maju. Apabila terjadi kegagalan, partus
dihentikan dengan indikasi dan harus dilakukan seksio sesarea (Mochtar, 2010).
 Seksio sesarea
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau seksio sesarea adalah suatu
histerotomia melahirkan janin dari dalam rahim (Cunningham, 2014). Seksio sesarea di
lakukan untuk mencegah hal – hal yang membahayakan nyawa ibu. Panggul sempit apabila
ukurannya 1-2 cm kurang dariukuran yang normal (Sumelung, 2014).
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dulu dan dilakukan pada kehamilan cukup
bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat/absolut atau karena terdapat disproporsi
kepala panggul yang cukup nyata. Seksio sesarea sekunder dilakukan karena partus
percobaan dianggap gagal atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin, sedang syarat- syarat untuk persalianan per vaginam tidak atau belum
terpenuhi (Ashar, 201)
 Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah sebuah operasi untuk memperbesar kapasitas pelvis dengan
memotong jaringan ikat tulang pubis di bagian depan pelvis (Hofmeyr, 201
B. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Preeklamsia + cpd + Anemia berat

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data ini termasuk
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan obyektif
serta data penunjang (Varney, 2004).

a. Data subyektif
1) Biodata
Biodata pasien meliputi nama, umur, agama, suku, pendidikan, alamat, dan
pekerjaan(Nursalam, 2003).
2) Keluhan utama
a. Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson) yang tidak
berespon dengan pengobatan dan bukan disebabkan oleh penyakit lain.
b. Neurologis : sakit kepala persisten, scotoma,mual-mual(PPK HHG, 2018)
c. Eklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kejang dan/atau koma pada ibu hamil ≥20minggu yang
disebabkan selain karena gangguan neurologik.

3) Riwayat haid
Riwayat haid untuk mengetahui umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darahyang
keluar, konsistensi, siklus haid, sifat darah, disminorea atau tidak (Manuaba, 2008).

4) Riwayat perkawinan
Adalah berapa kali menikah, status menikah sah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status jelas akan berkaitan dengan psikologisnya(Wulandari, 2009)
5) Riwayat obstetri
Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir, tempatbersalin, penyulit
anak, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir,riwayat nifas yanglalu, keadaan
anak sekarang (Wheeler, 2004).
6) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Nugroho (2010) riwayat kehamilan sekarang yang perlu dikaji diantaranya:
a) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amniosintesis, pemeriksaanpelvis dan
hubungan seksual

b) Kehamilan ganda, polihidramnion


c) Infeksi vagina/ serviks oleh kuman streptokokus
d) Selaput amnion yang lemah/ tipis
e) Posisi fetus tidak normal
f) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek
g) Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi
Menurut Wiknjosastro (2007) untuk mengetahui apakah ibu resti atau tidak meliputi:
a) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) untuk mengetahui usia kehamilan.
b) Hari Perkiraan Lahir (HPL) untuk mengetahui perkiraan lahir.
c) Keluhan-keluhan, untuk mengetahui apakah ada keluhan trimester I, II, III.
d) Ante Natal Care (ANC) mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sudah hamilberapa
minggu, tempat ANC dan untuk mengetahui riwayat kehamilan, imunisasi TT (Tetanus
Toxoid) sudah atau belum, kapan, berapa kali (Wiknjosastro, 2010).Hasil laboratorium, USG,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan,
tindakan dan pengobatan yang diperoleh (Varney, 2007).
7) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit yang lalu
Riwayat kesehatan yang lalu dikaji untuk mengetahui apakah ibu mempunyai
riwayat penyakit seperti jantung, asma, hipertensi, ginjal dan diabetes melitus(Manuaba, 2008)
b) Riwayat penyakit sekarang, untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini(Sujiyatini,
2009). Riwayat kesehatan sekarang berisi keluhan ibu saat pengkajiandilakukan, riwayat
kesehatan yang lalu dikaji untuk mengetahui apakah ibu mempunyai riwayat penyakit seperti
jantung, asma, hipertensi, ginjal dan diabetesmelitus (Manuaba, 2008).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular seperti TBC
dan Hepatitis, menurun seperti jantung dan Diabetes Melitus (Sujiyatini, 2009).

d) Riwayat operasi, untuk mengetahui riwayat operasi yang telah dijalani (Sujiyatini, 2009).
Riwayat penyakit operasi yang pernh diderita yang sekiranya dapat mengganggu dalam
proses persalinan ini (Nursalam, 2009).
8) Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi, pola eliminasi, pola aktifitas, istirahat, data psikososial, kebiasaan psikososial,
kebiasaan sosial budaya, serta penggunaan obat- obatandan jamu atau rokok (Saifuddin, 2007).
b. Data obyektif
Data obyektif adalah data sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat tenaga kesehatan
(Nursalam, 2003).
1. Keadaan umum, pada kasus pasien dengan PEB keadaan umum baik (Nugroho,2010).
2. Kesadaran, pada kasus ibu bersalin dengan PEB kesadaran composmetis(Varney,2009).
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah, untuk mengetahui fakor resiko hipertensi dan hipotensi. Batas normal110/60-
140/90 mmHg (Saifuddin, 2006).
b. Suhu, untuk mengetahui suhu tubuh pasien, memungkinkan terjadi febris/ infeksi.Ibu bersalin
dengan PEB≥ 38oC (Varney, 2009). Batas normal 37,5oC-38oC (Wulandari, 2009).
c. Nadi, untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam satu menit (Saifuddin, 2007).
Nilai normalnya 60-80 x/menit (Wulandari, 2009).
d. Respirasi, untuk mengetahui frekuensi pernafasan dalam satu menit (Saifuddin, 2007). Nilai
normalnya 12-22x/menit (Wulandari, 2009).
4. Berat badan, untuk mengetahui berat badan ibu (Nursalam, 2003). Kenaikan beratbadan
normal ibu hamil adalah 12 kg (Perry, 2005).
5. Tinggi badan, untuk mengetahui faktor resiko kesempitan panggul (Nursalam, 2003).Tinggi
badan wanita normal 150 cm (Wulandari, 2008).
6. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
a) Muka : keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakahoedema(Nursalam, 2009).

b) Mata : tidak ada kelainan, ikterik/tidak, konjungtiva anemis/tidak (Yulaikah,2009).


c) Telinga : untuk mengetahui apakah didalamnya ada serumen (Alimul, 2006).
d) Hidung : adakah pernafasan cuping hidung, adakah pengeluaran sekret (Yulaikah, 2009).
e) Mulut, gigi,lidah : untuk mengetahui mulutnya bersih atau tidak, ada caries dan karang atau
tidak, serta ada stomatitis atau tidak (Nursalam, 2009).
f) Leher : adakah pembesaran kelenjar gondok/tyroid, tumor dan pembesaran getah bening
(Nursalam, 2007).
g) Payudara : ada pembesaran atau tidak, ada tumor atau tidak,simetris atau tidak, areola
hiperpigmentasi atau tidak, putting susu menonjol atau tidak, kolostrum sudah keluar atau
belum (Nursalam, 2007).
h) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen, striae ada/tidak, luka bekas operasi ada atau tidak
(Saifuddin, 2007).
i) Ekstremitas : simetris, gerak normal, terdapat oedema/tidak
(Saifuddin, 2007).
j) Genetalia : terdapat pengeluaran pervaginam berupa air ketuban (Prawirohardjo, 2009).

k) Anus : terjadi hemoroid atau tidak. Palpasi

(1) Leopold I, untuk menentukan tinggi fundus uteri (TFU) sehingga dapatdiketahui taksiran
berat janin, serta menilai bagian apa yang terdapat di fundus(Manuaba, 2007).
(2) Leopold II, untuk menentukan punggung janin yang digunakan untuk mendengarkan
detak jantung janin (Manuaba, 2007).
(3) Leopold III, untuk menentukan bagian terendah janin kepala atau bokong (Manuaba,
2007).
(4) Leopold IV, mengetahui apa yang terdapat dibagian bawah dan seberapa masuknya
kedalam rongga paggul (Manuaba, 2007).
(5) Kontraksi, pada kasus ibu bersalin dengan KPD terjadi gangguan rasa nyaman yang
berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan rasa nyeri dibagianperut, ekspresi
wajah meringis, ibu menahan sakit (Elzahra, 2012).\
b) Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ), terdengarnya DJJ menunjukkan janin hidup.
Frekuensinormal 120-160 x/menit (Manuaba, 2007).
c) Perkusi
Ekstremitas, reflek patella +/+ (Saifuddin, 2007).
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut PPK HHG (2018) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk pasienhamil
dengan PEB adalah:
a. Laboratorium : Darah lengkap, urinalisa, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT, asam urat
b. Elektrokardiiografi (EKG)
c. Kardiotokografi (CTG)
d. USG ( menilai amnion fluid index, Doppler velocymetri, biophysics profile)

B. Interpretasi Data Dasar


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah kebidanan yang spesifik. Rumusan masalah dan diagnosa tujuannya
untuk digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan (Varney, 2007).

a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkuppraktikkebidanan
(Varney, 2007).
Ibu : G.....P......A.....Hamil........................................... mg dengan eklamsia.
Janin : tunggal/ganda, hidup/mati, intrauterin, presentasi kepala/bokong.Data dasar :
Menurut PPK, Pasteur (2018), data dasar meliputi sebagai berikut:
1) Data subyektif, Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat tereganggnya kapsul
Glisson) yang tidak berespon dengan pengobatandan bukan disebabkan oleh penyakit
lain. Neurologis : sakit kepala persisten, scotoma, mual-muntah .

2) Data obyektif, meliputi keadaan umun, kesadaran, tanda-anda vital, TFU, TBJ,his, DJJ,
dan odem ekstremitas.
3) Data penunjang, meliputi:
Menurut PPK, Pasteur (2018), pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukanuntukpasien
hamil dengan eklamsia adalah:
a) Laboratorium : Darah lengkap, urinalisa, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT,asam urat.
b) Elektrokardiografi (EKG)
c) Cardiotokografi (CTG)
d) USG (menilai amnion fluid index, doppler velocymetri, biophysis profile)
b. Masalah
Masalah menurut PAKeb, meliputi:
1. Rasa nyaman nyeri (nyeri kepala, nyeri ulu hati)
2. Cemas
3. Pandangan mata kabur
c. Kebutuhan
Kebutuhan menurut PAKeb Pasteur, meliputi:
1. Bedrest
2. Teknik relaksasi
3. Bantu ADL
4. Support mental
5. Libatkan keluarga untuk support mental

3. Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Potensial Kebidanan

Menurut PAKeb Hermina Pasteur, antisipasi masalah yang dapat terjadi pada
ibuhamil dengan PEB adalah sebagai berikut:
 Solutio placenta
 Eklampsia berulang
 HELLP sindrom
 Gawat janin
 Persalinan premature
 IUGR
 Kelainan mata
 Nekrosis hati
 Payah ginjal, payah jantung, payah paru

4. Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Menurut PAKeb Hermina Pasteur, tindakan segera pada pasien PEB dikategorikan
pada tindakan mandiri, kolaborasi, dan rujukan. Jika terdapat kondisi kegawat
daruratan pada pasien maka harus ditentukan langkah tindakan segera untuk mengatasi
kegawatan.
Menurut Varney (2007) setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan
untukmengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan segera yang mampu dilakukan secara :
a. Mandiri
Kondisi darurat, harus segera ditindak tanpa menunggu tenaga ahli
b. Kolaborasi
Kondisi darurat, tetapi membutuhkan intervensi ahli
c. Rujuk
5. Menyusun Rencana Asuhan

Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara


menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses
perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa
data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
(hidayat, 2008)

Menurut PAKeb Pasteur

1. Obsesvasi KU dan TTV


2. Observasi tanda-tanda impending eklamsi (nyeri ulu hati,nyeri daerah frontal,
kejang)
3. Observasi DJJ
4. Observasi tanda-tanda gawat janin
5. Observasi tanda-tanda kelebihan cairan (adanya sesak)
6. CTG tiap 6jam
7. Hitung balace cairan
8. Observasi tanda-tanda keracunan Mgso4
9. Manajemen nyeri: teknik relaksasi
10. Briksn support mental
11. Libatkan keluarga agar mendampingi pasien untuk memberikan support mental

6. Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secarakomprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam
bentuk upayapromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan (Kepmenkes RI, 2007).

7. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihatkeefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangankondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah


selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat
dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien. Menurut Kepmenkes RI (2007)
evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:

S : Data subyektif, mencatat hasil anamnesa.


O : Data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan
rujukan.

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik
terhadap masalah pasien ataupun masalah diagnosa yang ditegakan.
Pelaksanaan inidapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. (Hidayat, 2008)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN AWAL PASIEN RAWAT INAP


Tiba diruangan : Tanggal 28-06-2022 Pukul : 11:30 WIB

Pengkajian : Tanggal 28-06-2022 Pukul : 12:15 WIB

Diperoleh dari : Ny. A

Cara masuk : Kursi Roda


Asal pasien : Ponek
Nama primary nurse : Bd. S
A. PENGKAJIAN
1) Data Subyektif
Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Tanggal lahir/ Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Nama penanggung jawab : Tn. A
Dokter : dr. R Sp.OG
a. Status social, Ekonomi, Agama, Suku/Budaya, Nilai kepercayaan dan Kebutuhan Privasi
Pekerjaan pasien/penanggung jawab : Tidak bekerja/ Swasta
Pendidikan pasien/penanggung jawab : SMP/SMA
Cara pembayaran : SKTM
Agama : Islam
Suku/ budaya : Sunda
Nilai- nilai kepercayaan : tidak ada
Kebutuhan privasi pasien : tidak ada
b. Anamnesis
1) Diagnosa medis saat masuk : G1P0A0 Gravida 39 minggu + Preeklamsia + Cephalopelvic
disproportion
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan Mulas
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan hamil anak pertama, belum pernah keguguran. Keluhan saat ini mulas sejak
tanggal 27/06/2022 jam 23:00, lemas, pusing, pandangan kabur tidak ada
4) Riwayat penyakit dahulu termasuk riwayat pembedahan:

a) Riwayat penyakit yang pernah diderita : Hipertensi


b) Pernah dirawat : tidak
c) Pernah operasi : tidak
5) Riwayat penyakit keluarga : Tidak Ada
6) Riwayat penggunaan obat sebelum masuk rumah sakit: Tidak Ada
7) Riwayat Alergi : tidak ada
8) Nyeri : NRS
Deskripsi : proses persalinan
Quality : diremas
Region : abdomen
Severity : NRS score 4
Time/ durasi nyeri : 25”
9) Riwayat transfusi : tidak ada
10) Golongan darah :O
11) Riwayat merokok : tidak
12) Riwayat minum-minuman keras : tidak
13) Riwayat penggunaan obat penenang: tidak
14) Riwayat pernikahan : 1x menikah, lama 2 tahun
15) Assesment obstetri
a) Tanda persalinan : mules,keluar lendir darah
b) HPHT : 23-09-2021
c) HPL : 30-06-2022
d) Usia menarche : 13 tahun
e) Riwayat haid : teratur
f) Siklus haid : 28 hari
g) Pemeriksaan ANC : di bidan
h) Obat-obatan : vitamin hamil
i) Kegiatan/ kursus yang diikuti : tidak ada
j) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas: tidak ada
k) Riwayat KB : Ya (Pil)
2) Data obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
GCS 15
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,2o C
3) Antropometri
BB sekarang : 55 kg
BB sebelum hamil : 43 kg
TB : 143 cm
4) Pemeriksaan fisik
PENGKAJIAN PERSISTEM HASIL PEMERIKSAAN
Sistem susunan saraf pusat Kesadaran : Compos mentisKepala
Ubun-ubun : datarWajah
Leher : TAK
Kejang : Tidak ada
Sensorik : nyeri
Motorik : TAK

Sistem Penglihatan Gangguan penglihatan : TAK


Posisi mata : simetris
Pupil : isokor
Kelopak mata : TAK
Konjungtiva : TAK
Sklera : TAK
Alat bantu penglihatan : Tidak
Sistem Pendengaran Sistem pendengaran : TAK Menggunakan alat
pendengaran : Tidak
Sistem Penciuman TAK
Sistem Pernafasan Pola nafas : Normal
Retraksi : TAK
Jenis pernafasan : Pernafasan dada
Irama nafas : Teratur
Kesulitan bernafas : Tidak
Batuk dan sekresi : Tidak Warna
sputum : Tidak
Sistem Kardiovaskuler Warna kulit : Normal
Nyeri dada : Tidak
Denyut Nadi : Teratur
Sirkulasi : Akral hangat
Pulsasi : Kuat
CRT : < 2 detik
Sistem Pencernaan Mulut : TAK
Gigi : TAK
Lidah : TAK
Tenggorokan : TAK
Leher : TAK
Abdomen :TAK
Peristaltik usus : TAK
Anus :TAK
BAB : TAK
Sistem Genitourinaria Kebersihan : Bersih
Kelainan : TAK
BAK : TAK
BAB : TAK
Sistem Reproduksi Wanita
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
HPHT : 23-09-2021
Gangguan saat haid : TAK
Payudara : TAK, ASI belum keluar
puting susu : Menonjol
TFU : 42 cm
Sistem Integumen Turgor : Kembali cepat
Warna : TAK
Integritas : Utuh
Sistem Muskuloskeletal Pergerakan sendi : bebas
Kekuatan otot : baik
Nyeri sendi : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Parase : Tidak ada
Postur tubuh : Normal
5) Pemeriksaan kebidanan
TFU : 29 cm
TBJ : TBBJ : 2635 gram
Palpasi : letak memajang, presentasi kepala, penurunan 4/5
,His : 2x10’25-30”
BJJ : Bjj :140-145x/menit, teratur
Tanggal/jam PD : 28/06/2022 / jam 12:30
Pemeriksaan panggul: PD: v/v : tak
portio: tebal kaku
pembukaan : 3 cm
ketuban utuh Hodge I
6) Pemeriksaan penunjang
CTG : terlampir
USG : tidak dilakukan
Laboratorium : terlampir
d. Pengkajian Fungsi Kognitif dan Motorik
1. Kognitif : orientasi penuh
2. Motorik
a) Aktivitas sehari-hari : mandiri
b) Berjalan : tidak ada kesulitan
c) Riwayat patah tulang : tidak ada
d) Alat ambulasi : tidak menggunakan
e) Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada kelainan
f) Kemampuan menggenggam : tidak ada kelainan
g) Kemampuan koordinasi : tidak ada kelainan
h) Kesimpulan gangguan fungsi : tidak (tidak perlu konsul DPJP)
3. Resiko jatuh morse : rendah
4. Status psikologis : cemas
5. Kebutuhan informasi, komunikasi, dan edukasi :
a) Bicara : normal
b) Bahasa sehari-hari : Indonesia, Sunda
c) Perlu penterjemah : tidak
d) Hambatan belajar : tidak ada
e) Pasien menginginkan informasi tentang manajemen nyeri
6. Assesmen gizi ibu hamil
Penurunn BB sebesar >5% : tidak
Asupan makan berkurang : tidak
Ada penyakit penyerta : skor 3
Usia pasien : tidak
7. Pemeriksaan kebidanan
TFU : 29 cm
TBJ : 2635 gram
Letak : memanjang
Presentasi : kepala
Penurunan : 4/5
Kontraksi/ his : 2x10’25-30”
Gerak janin : > 10 x/30 menit
BJJ : Bjj :140-145x/menit, teratur
PD : PD: v/v: tak
portio: tebal kaku
pembukaan : 3 cm
ketuban utuh Hodge I
8. Pemeriksaan penunjang
a) CTG : dilakukan, hasil terlampir
b) USG : tidak
c) Laboratorium tanggal 28-06-2022 jam 11:15 WIB
Hematologi 1
(1) Hemoglobin : 6,4 g/dL
(2) Hematocrit : 21,0 %
(3) Leukosit : 16700 /µL
(4) Trombosit : 358.000/µL
Haemostasis
a) Masa perdarahan : 2,0 menit
b) Masa Pembekuan : 8 menit
c) GDS : 89 mg/dL
d) Protein urin : positif 2
9. Diagnosa kebidanan
Ibu : G1P0A0 hamil 39 minggu 5 hari dengan aniema berat + preeklamsia + CPD
Bayi : janin tunggal, hidup, intrauterine
Prognosa ibu dan bayi : baik
10. Masalah kebidanan antepartum: cemas,mulas
11. Tindakan kebidanan:
a) Melakukan observasi TTV, KU, HIS,DJJ
b) Memberikan support mental pada ibu
c) Kolaborasi DPJP untuk pemberian terapi.
d) Mengajarkan teknik relaksasi

B. INTERPRETASI DATA, ANTISIPASI MASALAH, TINDAKAN SEGERA, DAN


PERENCANAAN

ANTISIPASI TINDAKAN
TGL INTERPRETASI DATA PERENCANAAN BIDAN
MASALAH SEGERA
28/06/21 1. Diagnosa √ Eklamsia Mandiri : 1. Jelaskan pada pasien dan Bd. S
jam 13.00 √ Solusio a. Pemberian keluarga tentang kondisi
Ibu :
plasenta oksigen
kehamilan saat ini
√ HPP
2. Berikan support mental pada
G1P1A1 H 39 minggu 5 hari
b.Pemasangan pasien
Dengan PEB + CPD +
Anemia berat 3. Libatkan keluarga pasien agar
Janin : Infus
mendampingi pasien untuk
Tunggal, Hidup, Intra uterin memberikan support mental
Presentasi : Kepala Kolaborasi :
4. Berikan penkes tentang :
Dasar : a. Pemberian
a. Kehamilan dengan pre
HPHT : 23-09-2021 Antihipertensi
eklamsia
TP : 30-06-2022 b. Pemberian
b. Posisi nyaman dan pentingnya
KU : baik MgSO4
istirahat
Kes : CM 5. Ajarkan teknik relaksasi
TTV : TD 150/100 mmHg, Rujukan :
6. Observasi keadaan umum dan
N 82x/m, S 36,2 c, RR 0 Tidak ada
tanda-tanda vital
20x/m
7. Nilai tanda-tanda kemajuan
Palpasi: persalinan dan kesejahteraan
TFU 29 cm, janin
TBJ :2650 gram 8. CTG tiap 6 jam atau sesuai
Presentasi kepala, instruksi dokter
penurunan 4/5. His 2x10
menit sedang,
DJJ 1 : 140-145 x/menit 9. Observasi tanda-tanda gawat
teratur. Pengeluaran janin
pervaginam: Ada 10. Observasi tanda-tanda
CTG terlampir keracunan MgSO4
USG tidak 11. Observasi tanda-tanda solusio
Laboratorium HB 6,4 plasenta
gr/dl, Protein urine (+2) 12. Observasi tanda-tanda
Oedem (-) kelebihan cairan:
2. Masalah a. Sesak
a. Cemas b. Oedema kaki
b. Mulas c. Oedema palpebra
3. Kebutuhan d. Oedema anasarca
a. Istirahat 13. Hitung balance cairan
b. Support mental Kolaborasi dengan dokter
c.Penkes tentang 1. Pemeriksaan USG
kehamilan dengan pre 2. Terapi anti hipertensi
eklamsi 3. Konsul spesialis penyakit dalam
d. Teknik relaksasi 4. Siapkan pasien untuk dilakukan
tindakan sesuai instruksi dokter

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI

HASIL ASSEMENT DAN PENATALAKSANAAN PENERIMA VERIFIKASI


TGL/JAM PPA
PASIEN PERINTAH DPJP
28/06//2021 (dr. A ) Melakukan kolaborasi dengan DPJP, untuk melaporkan kondisi
pasien dan hasil laboratorium advice:
Jam 10:30
1. Loading Mgso4
2. Tranfusi PRC 3 labu
3. Rencana sc tunggu labu darah dahulu

Jam 14:54 (dr. M) Melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk melaporkan hasil
protein urine (+2), advice :
1. Lanjut maintanance Mgso4
2. Methildopa 500 mg extra
3. Jika labu darah sudah tersedia langsung diberikan
Jam 17:00 (bd. L) Melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk m,elaporkan kondisi
pasien
S : os mengatakan mules semakkin bertambah, pusing tidak ada
O: TD : 150/100 mmHg N: 82x/menit RR: 20x/menit S:36⁰C
Djj:145-150x/menit, His :3x10’25-30” sedang, PD: v/v tak,
portio: tebal lunak, pembukaan: 6-7cm, ketuban utuh kepala HII
A : G1P0A0 parturien atem kala 1 fase aktif dengan anemia berat +
PEB + CPD
P : Mgso4 di stop dahulu
Tranfusi PRC dilanjutkan
Jam 20:20 (bd. L) Melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk melaporkan hasil
kemajuan persalinan
S : os mengatakan mules semakkin bertambah, pusing tidak ada
O: TD : 150/100 mmHg
N: 82x/menit
RR: 20x/menit
S: 36⁰C
Djj:140-150x/menit,
His :4x10’30-35” sedang,
PD: v/v tak, portio: tebal lunak, pembukaan: 6-7cm, ketuban
utuh kepala HII
A : G1P0A0 parturien atem kala 1 fase aktif dengan anemia berat +
PEB + CPD
P : - SC jam 21:30
Antibiotik pre op ceftriaxone 1 gram

Jam 21:00 Bd. S Evaluasi Siang:


S : os mengatakan mules semakkin bertambah, pusing tidak ada
O: TD : 150/100 mmHg
N: 82x/menit
RR: 20x/menit
S: 36⁰C
Djj:140-150x/menit,
His :3x10’30-35” sedang,
PD: v/v tak, portio: tebal lunak, pembukaan: 6-7cm, ketuban
utuh kepala HII
A : G1P0A0 parturien atem kala 1 fase aktif dengan anemia berat +
PEB + CPD
P : - SC jam 21:30
Antibiotik pre op ceftriaxone 1 gram

Jam 22.30 Bd. A Mendapatkan advice dari dokter S


Berikan misoprostol 50 mcg besok pagi
14/06/2021 Bd. A Evaluasi Malam :
Jam 06.00 S: Ibu mengatakan mules,pusing,mual, nyeri ulu hati, pandangan
kabur tidak ada
O: Ku sedang, kesadaran CM
TD :150/100 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 21 x/menit
S: 36,2 oC
TFU : 29 cm, DJJ: 132-140x/menit , kontraksi : 3x10’30-35’.
PD : v/v tak, portio: tebal lunak, pembukaan: 6-7 cm, ketuban
utuh kepala hodge II
A: G1P1A1 parturien atem kala 1 fase aktif + anemia berat + PEB
+ CPD
Antisipasi masalah : Eklamsia + gawat janin
P: Rencana sc jam 21:30
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menganalisa kesenjangan yang muncul antara teori dan kasus dalam
asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. A G1P0A0 hamil 39 mg 5 hari dengan PEB + CPD +
Anemia berat. Asuhan kebidanan yang diberikan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
Varney yangterdiri dari pengkajian, interpretasi data, antisipasi masalah, tindakan segera, perencanaan,
tindakan dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN

Tinjauan Teori Tinjauan Kasus Kesenjangan


Keluhan utama yang dapat muncul pada ibu Ibu mengatakan pusing, Keluhan utama yang dirasakan pasien
hamil dengan PEB diantaranya: mual nyeri ulu hati tidak dengan teori yang ada terdapat kesejangan,
a) Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen ada. pada tinjauan teori muncul keluhan
(akibat teregangnya kapsulaglisson) yang pusing,nyeri ulu hati, mual-mual.
tidak berespon dengan pengobatan Pada kasus pusimg, mual- mual, nyeri ulu
dan bukan disebabkan oleh penyakitlain. hati tidak ada.

b) Neurologis : sakit kepala persisten, scotoma,


mual-
mual (PPK HHG, 2018).
Keluhan utama yang dapat muncul pada ibu Ibu mengatakan tidak ada Terdapat kesenjangan antara keluhan utama
hamil dengan Anemia diantaranya : keluhan pusing, lemas dan yang dirasakan pasien dengan teori yang
a. Pusing atau kepala terasa ringan (terutama sesak tidak ada. ada. Karena pada kasus pasien tidak
ketika berdiri atau dengan tenaga) merasakan keluhan yang menjadi tanda dan

b. Kelelahan atau kekurangan energi gejala anemia.

c. Sakit kepala
d. Tidak bisa berkonsentrasi
e. Sesak nafas (khususnya selama latihan)

Selain ukuran panggul yang sempit, kriteria lain Tinggi badan ibu 143 cm Kriteria penilaian cephalopelvic
pada pada antropometri adalah tinggi badan ≤145 berat badan ibu sebelum dispropotion antara teori dan kasus terdapat
cm, pertambahan berat badan ibu >15 kg. hamil 43 kg, berat badan kesenjangan karena berat badan ibu
saat hamil 55 kg. Jadi tidak >15 kg.
kenaikan berat badan ibu
<15 kg.
Riwayat kesehatan yang lalu dikaji untuk Ibu mengatakan tidak Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji
mengetahui apakah ibu mempunyai riwayat ada riwayat penyakit karena terdapat beberapa factor resiko yang
penyakit seperti jantung, asma, hipertensi, ginjal dahulu. dapat memicu timbulanya pre eklamsi
dan diabetes pada ibu hamil.
melitus (Manuaba, 2008). Menurut Prawirohardjo
(2009) terdapat banyak faktor resiko untuk
terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
sebagai berikut:
1) Primigravida,
primipaternitas
2) Hiperplasentosis, misalnya:
molahidatidosa, kehamilan multiple,
DM,hidropfetalis, bayi besar
3) Umur yang ekstrim
4) Riwayat keluarga
preeklamsia/ eklamsia
5) Penyakit-penyakit ginjaldan hipertensi
yang sudahada sebelum hamil
6) Obesitas
Kesenjangan yang muncul adalah dalam
kasus tidak ditemukan adanya riwayat
penyakit sebelumnya yang menjadi
pencetus terjadinya preeklamsi.
Tekanan darah, untuk mengetahui fakor resiko Pada kasus ditemukan Didapatkan kesenjangan antarakasus dengan
hipertensi dan hipotensi. Batas normal 110/60- Tekanan darah awal teori, yaitu pada teori syarat dikatakan PEB
140/90 mmHg(Saifuddin, 2006). pasien 150/100 mmHg. adalah TD ≥160/110 mmHg dan terdapat
Dikatakan PEB bila terdapat salah satu atau lebih satu atau lebih gejala yang lain, diantaranya
gejala dan tanda dibawah ini: keluhan subyektif. Pada kasus TD awal
a) Tekanan darah sistolik 150/100 mmHg dengan protein urine positif
≥160 mmHg atau tekanandarah diastolik 2. ≥110mmHg

Menurut PPK HHG (2018) pemeriksaan Pada kasus saat pasien Terdapat kesenjangan antara teori dengan
penunjang yang perlu dilakukan untuk pasien datang keIGD pemeriksaan kasus, dimana pada teori untuk kasus ibu
hamil dengan PEB adalah: penunjang yang dilakukan hamil dengan PEB pemeriksaan lab
a) Laboratorium: Darah lengkap, HR1, SGOT, SGPT, yang dilakukan meliputi darah lengkap, UL,
urinalisa, ureum, kreatinin, SGOT/SGPT, Protein urine, BT CT, GDS ureum, creatinin, SGOT/SGPT, dan asam
asam urat dan CTG. urat. Sedangkan pada kasus ini urine

b) Elektrokardiiografi (EKG) lengkap, EKG dan USG tidak diperiksakan.


Seharusnya
c) Kardiotokografi (CTG)
d) USG ( menilai amnion fluid index, Doppler
velocymetri,biophysics profile).
Menurut Manuaba (2010) kategori tingkat Pada kasus ditemukan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
keparahan pada anemia adalah sebagai berikut: kadar Hb 6,4 gr%. kasus. Pada teori anemia berat jika kadar Hb
a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia <7 gr%, pada kasus kadar Hb 6,4 gr%.
b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat
B. INTERPRETASI DATA

Tinjauan Teori Tinjauan Kasus Kesenjangan


1. Diagnosa kebidanan Ibu : G1P0A0 hamil 39 mg 5 1. Diagnosa kebidanan diperoleh
meliputi diagnosa ibu hari dengan PEB + CPD dari data dasar baik data
danjanin. + Anemia ringan subyektif maupun data obyektif
Data dasar meliputi: Janin: tunggal, hidup, sudah sesuai dengan teori.
Data subyektif intrauterine, preskep 2. Masalah sesuai dengan teori
(keluhanutama) Data dasar : 3. Kebutuhan sesuai dengan teori
Data obyektif (keadaan Ibu mengeluh mulas
umum, kesadaran, TTV,
KU baik
TFU, TBJ, his, DJJ dan
Kesadaran composmetis
perdarahan pervaginam),
TD : 150/100 mmHg
Data penunjang
N : 82 X/menit
(Laboratorium, EKG,
S : 36,2 oC
CTG,USG)
RR : 20 x/menit
2. Masalah, ditemukan saat
TFU : 29 cm
pengkajian atau yang
TBJ : 2650 gram
menyertai diagnosa
His : 2x10’25-30’’
sesuai dengan keadaan
BJJ: 138-145 x/menit, teratur
pasien.
Laboratorium :
3. Kebutuhan, hal yang
Hb: 6,4 g/dL
dibutuhkan pasien dan
Protein urin: positif 2
belum teridentifikasi dalam
2. Masalah
diagnosa dan masalah.
a. Cemas
b. Nyeri
3. Kebutuhan
a. Support mental
b. Penkes mengenai kondisi
kehamilan dengan pre
eklamsi dan anemia
c. Teknik relaksasi
A. ANTISIPASI MASALAH

Tinjauan Teori Tinjauan Kasus Kesenjangan


Antisipasi masalah meliputi: Antisipasi masalah meliputi : - Pada langkah mengidentifikasi
Pada persalinan ibu dengan
1. Eklamsia masalah potensial yang dilakukan
PEB :
2. Solusio plasenta oleh bidan telah sesuai dengan teori.
1. Gawat janin
3. HPP Menurut teori komplikasi atau
2. Solusio plasenta
masalah potensial yang terjadi jika
3. Persalinan prematur
diagnosa tidak teratasi bisa
4. IUGR
mengakibatkan, solusio placenta,
5. Eklamsia
eklampsia, HPP
6. Oedema Paru
- Berdasarkan hasil pemeriksaan
Pada persalinan ibu dengan laboratorium (Hb : 10.1 g/dl)
anemia dapat terjadi : masalah potensial dari anemia yang
1. gangguan his dapat muncul seperti pasien
2. kala satu dapat berlangsung kelelahan, kala 2 berlangsung lama.
lama
3. kala dua berlangsung lama
4. kelelahkan
5. retensio plasenta
6. perdarahan postpartum
7. atonia uteri.
8. sub involusio uteri
B. TINDAKAN SEGERA

Tinjauan Teori Tinjauan Kasus Kesenjangan


Menurut Varney, 2004 tindakan Mandiri : Pada tinjauan teori tindakan segera
segera yang dilakukan untuk a. Pemberian oksigen yang dapat dilakukan meliputi
mengantisipasi tindakan b.Pemasangan infus tindakan mandiri, kolaborasi, dan
mandiri (dilakukan apabila rujukan. Pada tinjauan kasus tidak
dalam kondisi darurat, harus Kolaborasi : dilakukan rujukan karena
segera ditindaktanpa menunggu a. Pemberian antihipertensi tatalaksana dapat dilakukan di RS
tenaga ahli), kolaborasi b. Pemberian MgSO4 Hermina.
(dilakukan dalam kondisi c. Tranfusi darah
darurat, tetapi membutuhkan
intervensi ahli) dan rujuk (tidak Rujukan :
darurat, tetapi membutuhkan Tidak ada
ahli dari tim kesehatan lain
seperti PER/PEB).

C. PERENCANAAN

Tinjauan Teori Tinjauan Kasus Kesenjangan


Menurut PAKeb HHG (2018) 1. Jelaskan pada pasien dan Pada dasarnya langkah
intervensi yang dapat dilakukan keluarga tentang kondisi perencanaan antara teori dengan
pada ibu hamil dengan PEB adalah: kehamilan saat ini kasus sudah sesuai. Untuk
1. Observasi KU dan TTV 2. Berikan support mental pemeriksaan CTG pada
2. Observasi tanda-tanda pada pasien perencanaan tiap 6 jam sekali,
impending eklamsi (nyeri ulu 3. Libatkan keluarga pasien namun pada kasus dikerjakan
hati,nyeri daerah frontal, agar mendampingi pasien setiap 12 jam sekai sesuai
kejang) untuk memberikan instruksi DPJP.
supportmental
3. Observasi DJJ
4. Berikan penkes tentang :
4. Observasi tanda-tanda gawat a. Kehamilan dengan pre
eklamsia
b. Posisi nyaman
dan
janin pentingnya istirahat
5. Ajarkan teknik relaksasi
5. Observasi tanda-tanda
6. Observasi keadaan umum
kelebihan cairan (adanya
dan tanda-tanda vital
sesak)
7. Nilai tanda-tanda kemajuan
6. CTG tiap 6 jam persalinan dan
kesejahteraan janin
7. Hitung balace cairan
8. CTG tiap 6 jam atau sesuai
8. Observasi tanda-tanda instruksi dokter
keracunan Mgso4 9. Observasi tanda-tanda
gawat janin
9. Manajemen nyeri: teknik
10. Observasi tanda-tanda
relaksasi
keracunan MgSO4
10. Berikan support mental 11. Observasi tanda-tanda
solusio plasenta
11. Libatkan keluarga agar
12. Observasi tanda-tanda
mendampingi pasien untuk
kelebihan cairan:
memberikan support mental.
a. Sesak
b. Oedema kaki
c. Oedema palpebra
d. Oedema anasarca
13. Hitung balance cairan
Kolaborasi dengan dokter
1. Pemeriksaan USG
2. Terapi anti hipertensi
3. Siapkan pasien untuk
dilakukan tindakan sesuai
instruksi dokter
D. TINDAKAN

Tinjauan Teori Tinjauan Kasus Kesenjangan


melaksanakan Pelaksanaan meliputi : Dalam langkah
rencana asuhan 1. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang implementasi antara
kebidanan secara kondisi kehamilan saat ini perencanaan dengan yang
komprehensif, 2. Membrikan support mental padapasien dilaksanakan sudah sesuai,
efektif, efisiendan 3. Melibatkan keluarga pasien agar mendampingi namun untuk
aman berdasarkan pasien untuk memberikan support mental pendokumentasian terpisah
evidence based 4. Memberikan penkes tentang : sesuai formulir yang ada di
kepada a. Kehamilan dengan pre eklamsia BRM.
klien/pasien b. Posisi nyaman dan pentingnya istirahat b. Untuk penkes terdapat
dalam bentuk 5. Mengajarkan teknik relaksasi diformulir KIE.
upaya promotif, 6. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda c. Untuk observasi tanda-
preventif, kuratif vital tanda vital terdapat di
dan rehabilitatif. 7. Menilai tanda-tanda kemajuan persalinan dan lembar catatanperawat.
Dilaksanakan kesejahteraanjanin d. Untuk observasi
secara mandiri, 8. Melakukan CTG sesuai instruksidokter (2x/hari) kebidanan
kolaborasi dan 9. Mengobservasi tanda - tandagawat janin terdokumentasi dalam
rujukan 10. Mengobservasi tanda-tanda keracunan lembarimplementasi.
(Kepmenkes RI, MgSO4 e. Untuk hasil kolaborasi
2007). 11. Mengobservasi tanda-tandasolusio plasenta terdokumentasi dalam
12. Mengobservasi tanda-tandakelebihan cairan: lembar catatan
a. Sesak terintegrasi.
b. Oedema kaki
c. Oedema palpebra
d. Oedema anasarca
13. Menghitung balance cairan
14. Melakukan kolaborasi dengandokter untuk :
a. Pemeriksaan USG
b. Terapi anti hipertensi
c.Siapkan pasien untuk dilakukan tindakan
sesuai instruksi dokter
E. EVALUASI

Tinjauan Teori Tinjauan Kasus Kesenjangan


Menurut Kepmenkes RI (2007) Pada kasus untuk evaluasi Bila dilihat dari segi penulisan
Bidan melakukan evaluasi dikerjakan menggunakan metode sudah sesuai dengan teori yaitu
secara sistematis dan SOAP didokumentasikan pada penulisan evaluasi dalam bentuk
berkesinambungan untuk catatan pencatatan pasien SOAP.
melihat keefektifan dari asuhan terintegrasi.
yang sudah diberikan, sesuai
dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
Evaluasi ditulis dalam bentuk
SOAP.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan menyeluruh pada “ Asuhan Kebidanan pada Ny. A


G1P0A0 hamil 39 minggu 5 hari dengan preeklamsia + CPD + anemia berat di
ruang Bersalin RS Hermina Sorenag pada tanggal 28 juni 2022 maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian telah di lakukan sesuai teori yaitu melakukan assessment awal pada
pasien untuk mendapatkan data subyektif dan melakukan pemeriksaan untuk
mendapatkan data obyektif.
2. Interpretasi data adalah data dasar yang di kumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapatmerumuskan diagnose dan masalah yang spesifik.
3. Antisipasi masalah adalah mengidentifikasi adanya masalah yang mungkin timbul.
Pada kasusini antisipasi masalah yang di ambil yaitu eklamsia solusio plasenta.
Seharusnya bisa di tambahkan dengan IUGR, dan HELPP sindrom.
4. Tindakan segera merupakan masalah tindakan yang dilakukan untuk
mengantisipasi adanya masalah potensial yang muncul. Sehingga bila tidak
muncul berarti tidak ada tindakan segerayang dilakukan baik secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan. Pada kasus ini tindakan segera yang dilakukan. Jadi pada
kasus ini kebutuhan tindakan segera sudah sesuai dengan teori.
5. Perencanaan di susun berdasarkan diagnose kebidanan, maupun masalah yang
muncul saat pengkajian. Perencanaan yang disusun terdapat dua poin yang tidak
sesuai dengan teori yaitu: Ctg di lakukan 12 jam sekali sesuai intruksi dpjp yang
seharusnya ctg dilakukansetiap 6 jam.
6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.A G1P0A0 hamil 39 minggu 5
hari denganpreeklamsia sesuai dengan rencana
7. Evaluasi adalah tahapan penilaian terhadap asuhan kebidanan yang telah di berikan.
Pada kasusini tidak sesuai karena seharusnya evaluasi dibuat setiap ada
perubahan diagnose, untuk menetukan perencanaan dan implementasinya yang
akan dilakukan.
B. SARAN

1. Bagi Bidan

Bidan dapat lebih mengidentifikasi tanda-tanda preeklamsia dan anemia sehingga


dapat melakukan antisipasi atau tindakan segera, merencakan asuhan kebidanan
pada ibuhamil dengan preeklamsia

2. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklamsia dan anemia secara optimal melalui
penangananyang cepat dan tepat.

3. Bagi masyarakat

Perlu paham tentang tanda bahaya preeklamsia, di harapkan segera memeriksakan


diriketempat pelayanan kesehatan agar mendapat penanganan yang optimal
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai