Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MIOMI UTERI

DISUSUN OLEH

1. NABILLA SYAHYUDIN
2. NADIATULLUMAH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA

2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas
segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semega selalu tercurah
limpahkan, pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi
umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang kami susun dalam bentuk “MAKALAH TENTANG MIOMI UTERI” dengan
selesainya penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetauannya sehingga kami dapat
menyelesaikannya makalh ini.

Penyusanan menyadari akan kemampuan yang akan sangat terbatas


sehingga penyusunan makalah ini banyak pengurangannya. Oleh karena itu
saya harapkan kepada kalian semua untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk makalah ini.

Tangerang, 11 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
1.1Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.3Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................4
2.1 Definisi Mioma Uteri.............................................................................................................4
2.2 Etiologi..................................................................................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis..................................................................................................................7
2.4 Patofisiologi..........................................................................................................................8
2.5 Pemeriksaan Penunjang........................................................................................................9
2.6 Komplikasi...........................................................................................................................10
2.7 Penatalaksaaan..................................................................................................................11
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Miomi Uteri........................................................................15
BAB III...........................................................................................................................................22
PENUTUP......................................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................22
3.2 Saran..................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................26

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat

yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma

atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009). Salah satu masalah kesehatan pada kaum

wanita yang insidensinya terus meningkat adalah mioma uteri. Mioma uteri

menempati urutan kedua setelah kanker serviks berdasarkan jumlah angka kejadian

penyakit.

Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus mioma uteri dari 341

wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%. Penelitian Boynton

(2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari 827.348 wanita usia 25-

42 tahun dengan prevalensi 0,9%. Penelitian Pradhan (2006) di Nepal melaporkan

137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian

Okizei O (2006) di Nigeria (Departement of Gynecology, University of Nigeria

Teaching Hospital Enugu) melaporkan mioma uteri 190 diantara 1.938 kasus

ginekologi dengan prevalensi 9.8%. Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di India

(Departement of Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical College and Hospital)

terdapat 150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun

dengan prevalensi 51%, dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari 50 tahun

dengan prevalensi 30%.

1
Derajat kesehatan salah satunya didukung dengan kaum wanita yang

memperhatikan kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak pada

berbagai aspek kehidupan. Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara

pasti, diduga merupakan penyakit multifaktor karena memiliki banyak faktor dan

resikonya meningkat seiiring dengan bertambahnya usia.

Berdasarkan multifaktor tersebut, kewaspadaan wanita terhadap resiko

mioma uteri sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peran perawat berpengaruh dalam

menjawab kebutuhan klien dengan mioma uteri. Yaitu memberikan asuhan

keperawatan yang tepat pada klien dengan mioma uteri serta menjalankan fungsi

perannya sebagai health educator.

1.2Rumusan Masalah

1. Apa definisi Miomi Uteri ?

2. Apa etiologi Miomi Uteri ?

3. Apa Manifestasi klinik pada Miomi Uteri ?

4. Apa patofisiologi Miomi Uteri ?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada Miomi Uteri ?

6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada miomi uteri ?

7. Bagaimana penatalaksanaan pada Miomi Uteri ?

8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Miomi Uteri ?

1.3Tujuan

A. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami tentang miomi uteri dan konsep asuhan

keperawatan pada miomi uteri.

B. Tujuan Khusus

2
1. Memahami definisi dari Mioma Uteri

2. Memahami Etiologi dari Mioma Uteri

3. Memahami manifestasi klinik dari Miomi Uteri

4. Memahami patofisiologi pada Miomi Uteri

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada Miomi Uteri

6. Memahami komplikasi yang ada pada Miomi Uteri

7. Mengetahui penatalaksanaan pada Miomi Uteri

8. Memahami konsep asuhan keperawatan pada Miomi Uteri

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Mioma Uteri

Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat

yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma

atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009).

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan

ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah

Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).

Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau

jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007)

2.2 Etiologi

Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti,

namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri

terjadi terjadi tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat pada “cell Nest” yang

selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. Namun

demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya

mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat

4
karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri

adalah adanya sel yang imatur.

Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “sell nest” oleh estrogen, faktor:

1) Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi

2) Atropi setelah menopause

3) Cepat membesar saat hamil

4) Sebagian besar masa reproduktif (Bagus, 2002).

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang

berpendapat :

1. Teori stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa:

1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil

2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche

3) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri.

Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa

penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel

neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium

(otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga adanya faktor

keturunan sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan dari leiomioma

berkaitan dengan adanya hormone estrogen. Tumor ini menunjukkan

pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen

maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika

hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon

estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause


5
maka pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan

mioma tidak membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena

preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen pada

pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah

perubahan ke arah keganasan.

yang berkisar sebesar 0,04%.

2. Teori Cellnest atau genitoblas

Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat

pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.

(Prawirohardjo, 2002).

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga

kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

1. Umur :

Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan

sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering

memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.

2. Paritas :

Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil,

tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma

uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah

kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik :

Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian

mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada

wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

6
2.3 Manifestasi Klinis

Gejala klinik mioma uteri adalah:


1) Perdarahan tidak normal

Merupakan gejala yang paling umum dijumpai. Gangguan perdarahan

yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor

yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium

sehingga terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan endometrium yang

lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot

rahim karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga

tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat

perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,

pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi

a. Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi

b. Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi

c. Gangguan kontraksi otot rahim

d. Perdarahan berkepanjangan

Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena

kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi

infeksi.

2) Penekanan rahim yang membesar

Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi:

a. Terasa berat di abdomen bagian bawah

b. Sukar miksi atau defekasi

c. Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan

pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra dapat

menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan

7
hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada

pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema

tungkai dan nyeri panggul.

3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan

Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling

mempengaruhi:

a. Kehamilan dapat mengalami keguguran

b. Persalinan prematurus

c. Gangguan saat proses persalinan

d. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas

e. Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan

perdarahan

2.4 Patofisiologi

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyakdibanding

miometrium normal. Teori “Cell Nest” atau teori “Genitoblat” membuktikan

dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang

berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang

tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan

pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma

uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke

mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum,

intramuskular dan subserosum.

Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal

tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat

bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat
8
juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah

endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar

tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan

perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang

menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat

menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat

ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau

menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus

dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya

pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri
adalah :

1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit

turun/meningkat, Eritrosit turun.

2. USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah uterus.

3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,

konsistensi dan ukurannya.

4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat

menghambat tindakan operasi.

6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat

mempengaruhi tindakan operasi.

7. Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam

9
menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama

bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling

baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma Uteri secara

khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan

irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya klasifikasi ditandai

oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik

ditandai adanya daerah yang hipoekoik.

8. Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa, jika

tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.

9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma,

tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap

terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat

mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk

mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -

kasus yang tidak dapat disimpulkan.

10. Papsmear

Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya kanker

/ kista.

2.6 Komplikasi

1. Perdarahan sampai terjadi anemia

2. Torsi ( putaran tungkai mioma ) dari :

1) Mioma uteri, subsemsa

2) Mioma uteri subumatosa


10
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguans

irkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah syndrome

abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal

ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang

mioma dalam rongga peritoneum.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang

menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-

gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri

3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi

4. Pengaruh timbale balik mioms dan kehamilan

1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan

2) Infeksi

3) Abortus

4) Persalinan premature dan kelaianan letak

5) Infeksia uteria

6) Gangguan jalan persalinan

7) Retensi plasenta

5.Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai

2.7 Penatalaksaaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu :

1. Penatalaksanaan koservatif sebagai berikut :

a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6

bulan

11
b. anemia, Hb < 89 % tranfusi PRC

c. Pemberian zat besi

d. Penggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari

1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali. Obat ini

mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat

ini menekan sekresi genedropin dan menciptakan keadaan

hipohistrogonik yang serupa yang ditekankan pada periode

postmenopause efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor

diobservasi dalam 12 minggu. Terapi GnRH . Ini dapat pula

diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa

keuntungan , mengurangi kehilangan darah selama pembedahan,

dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfuse darah, namun obat

ini menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan

osteoporosis pada waktu tersebut.

2. Penatalaksanaan operatif bila

a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu

b. Pertumbuhan tumor ceppat

c. Mioma subserosa, bertangkai, dan torsi

d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya

e. Hipermenoria pada mioma submukosa

f. Penekanan pada organ sekitarnya

3. Radioterapi.

a. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk

patient).

b. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan.

c. Bukan mioma jenis submukosa

12
d. Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum.

e. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan

menopause.

4. Operasi

a. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa

pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering

di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Miomektomi

dilakukan pada wanita yang masih menginginkan keturunan.

Syaratnya harus dilakukan kuretase dulu, untuk menghilangkan

kemungkinan keganasan.

KERUGIAN:

a) Melemahkan dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan rupture

uteri pada waktu hamil.

b) Menyebabkan perlekatan.

c) Residif.

b. Histerektomi/ Pengangkatan Rahim

Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk

mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun

seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).

Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak

lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau

yang sudah bergejala. Histrektomi dilakukan pada mioma yang

ukurannya besar dan multipel. Pada wanita muda sebaiknya

ditinggalkan satu atau kedua ovarium, maksudnya adalah untuk

menjaga agar tidak terjadi menopause sebelum waktunya dan menjaga


13
gangguan coronair atau arteriosklerosis umum. Sebaiknya dilakukan

histerektomi total, kecuali bila keadaan tidak mengijinkan bisa

dilakukan histerektomi supravaginal. Untuk menjaga kemungkinan

keganasan pada cervix, sebaiknya dilakukan pap smear pada waktu

tertentu.

Ada dua cara histerektomi, yaitu :

1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama

mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi

2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran <

uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di

vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan,

2005).

Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists

(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :

1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang

dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.

2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang

banyak dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama

lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau

kronis.

3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi

nyeri hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut

bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria

mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).

5. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

14
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,

analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih

disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran

apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi

mekanik.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Miomi Uteri

1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif
lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
15
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah

16
17

a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar.

c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai
seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau
jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme
pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan
orang lain.

d. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan
yang terjadi.

e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau.

17
18

f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain


Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi

g. Pola Istirahat dan Tidur


Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan
malam hari, masalah yang ada waktu tidur.

h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus

18
19

i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan


pada ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.

19
20

2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan
dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor
b. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
e. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
(prolaps rectum)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran,
ancaman pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber
informasi terkait penyakit

20
21

21
22

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami menyusun Asuhan

Keperawatan Mioma Uteri meliputi :

1. Definisi dari Mioma Uteri :

Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan

ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma,

fibriomioma atau fibroid (Prawirohardjo Sarwono,2009).

2. Klasifikasi dari Mioma Uteri :

1) Mioma sub mukosum

2) Mioma intramural

3) Mioma subserosum

3. Etiologi dari Mioma Uteri :

Beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma

adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat

karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri

adalah adanya sel yang imatur.

Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “sell nest” oleh estrogen, faktor:

1) Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi

2) Atropi setelah menopause

22
23

3) Cepat membesar saat hamil

4) Sebagian besar masa reproduktif (Bagus, 2002)

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori

yang berpendapat :

1. Teori stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat

bahwa:

1. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil

2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche

3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma

uteri.

2. Teori Cellnest atau genitoblas

Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang

terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus

menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, 2002)

4. Patofisiologi dari Mioma Uteri :

Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal

tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. Tumor subcutan

23
24

dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan

perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat

menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan

rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang

menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat

menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi.

5. Pemeriksaan Penunjang dari Mioma Uteri :

Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus

Mioma Uteri adalah :

1. Pemeriksaan Darah Lengkap

2. USG (Ultrasonografi) : terlihat massa pada daerah uterus.

3. Vaginal Toucher

4. Sitologi

5. Rontgen

6. ECG

7. Ultrasonografi

8. Histeroskopi

9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

6. Komplikasi dari Mioma Uteri :

1. Perdarahan sampai terjadi anemia

2. Torsi ( putaran tungkai mioma ) dari :

1. Mioma uteri, subsemsa

24
25

2. Mioma uteri subumatosa

3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi

4. Pengaruh timbal balik mioms dan kehamilan

5.Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri bertangkai

7. Penatalaksanaan dari Mioma Uteri :

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu :

1. Penatalaksanaan koservatif

2. Penatalaksanaan operatif

3. Radioterapi.

4. Operasi

8. Pencegahan dari Mioma Uteri :

1. Pencegahan Primordial

2. Pencegahan Primer

3. Pencegahan Sekunder

4. Pencegahan Tertier

3.2 Saran

Kritik dan masukan yang membangun sangat kami harapkan pada makalah kami ini
agar dapat lebih baik lagi untuk terbitan makalah selanjutnya.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arief, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Medikal Aesculapius,FKAUI :


Jakarta

Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi.


Edisi 2. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, sarwono. 2002. Edisi Ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

26

Anda mungkin juga menyukai