Anda di halaman 1dari 22

TUGAS GYNEKOLOGI

ANALISA KASUS MIOMA UTERI

Disusun Oleh :

1. Apip (P1337424519117)
2. Desy ikasari (P1337424519101)
3. Cita Vitis Vinifera (P1337424519103)
4. Yusti Nurwahaeni (P133742451912)
5. Ika Feriyanti (P1337424519113)
6. Ariani Dwiastuti (P1337424519115)
7. Elvana Nurulia (P1337424519170)
8. Lutfi Purwanti (P1337424519168)

PRODI D IV KEBIDANAN MAGELANG KELAS NON REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ginekologi yang berjudul ”

analisa kasus mioma uteri “

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen kami yang telah membimbing penulis

dalam Mata Kuliah ginekologi. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada

teman-teman yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat baik bagi pembaca maupun orang-orang yang mendapatkan manfaat secara tidak

langsung. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan secara

substantif dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan

saran dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Mohon maaf apabila ada kekurangan dan

kesalahan kata.

Magelang, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan penelitian World health organisation (WHO) penyebab angka

kematian ibu karna mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 (1,95 %) kasus dan

tahun 2011 sebanyak 21 (2,04 %) kasus. (Penelitian WHO, 2010 diakses tanggal 13

Juli 2012)

Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya,

sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena

otot rahimnya dominan. ( Marmi, 2011 )

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Tanda dan gejala dari

mioma uteri hanya terjadi pada 35 - 50% pasien dan sangat tergantung pada tempat

sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor,

perubahan dan komplikasi yang terjadi, serta jumlah mioma. Gejala yang sering

ditemui antara lain adalah perdarahan abnormal, nyeri panggul, gejala penekanan, dan

disfungsi reproduksi. Pendekatan diagnosis diawali dengan menanyakan keluhan

berupa gejala-gejala yang mengarah ke mioma uteri seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, yang kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik berupa adanya

massa kenyal berbatas tegas pada daerah suprapubis, dan dikonfirmasi lagi dengan

menggunakan pemeriksaan ultrasonografi yang menunjukkan adanya massa pada

uterus. (Winkyosastro, 2007).

Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin.Diagnosis

mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa

yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah
bagian dari uterus. Sedangkan untuk pemeriksaan untuk mengetahui adanya mioma

dapat dilakukan Ultrasonografi, Histeroskopi dan MRI (Magnetic Resonance

Imaging) yang Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma

tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat

menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas kesehatan reproduksi dan mengeahui serta memahami

tentang penyakit mioma uteri

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui dan memahami pengertian mioma uteri

b) Mengetahui dan memahami penyebab dari mioma uteri

c) Mengetahui dan memahami klasifikasi mioma uteri

d) Mengetahui dan memahami pencehagan dan deteksi dini terhadap mioma uteri

e) Mengetahui dan memahami bagaimana cara mengobati mioma uteri

f) Menganalisa kasus mioma uteri

.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan

ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah

fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. (Winkjosastro.H 2009, Hal 338)

Mioma Uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai jaringan ikat sehingga

dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikat dan otot rahimnya yang

dominan (Manuaba I.B.G 2010 Hal 556). Mioma Uteri adalah tumor jinak otot

rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena

jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot rahimnya dominan. ( Marmi,

2011 )

2. Patologi Pertumbuhan Mioma Uteri

Berdasarkan teori genitoblast ( sel nest ) Meyer dan de Snoo, dan rangsangan terus

menerus setiap bulan dari estrogen, maka pertumbuhan mioma uteri terjadi :

a. Berlapis seperti berambang

b. Lokalisasi bervariasi :

- Subserosa

- Dibawah lapisan peritonium

- Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum ( ruangan ) abdomen

c. Intramural

- Didalam otot rahim dapat besar, padat ( jaringa ikat dominan ) lunak (

jaringan otot rahim dominan )

d. Submukosa

- Di bawah lapisan dalam rahim


- Memperluas permukaan rahim

- Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis

e. Servikal Mioma

- Tumbuh di daerah servik uteri

3. Gejala Klinik Mioma Uteri

Gejala Klinik mioma uteri adalah :

a. Perdarahan tidak normal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia

dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor penyebab perdarahan ini,

antara lain :

1) Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai

adenokarsinoma endometrium

2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.

3) Atrofi endometrium di atas mioma sub mukosa

4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang

mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit

pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

5) Penekanan rahim yang membesar

b. Gangguan pertumbuha dan perkembanga kehamilan

Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling

mempengaruhi :

1) Kehamilan dapat mengalami keguguran

2) Persalinan prematuritas

3) Gangguan saat proses persalinan

4) Terutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas

5) Kala tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan

4. Klasifikasi
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka

tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :

a. Mioma Intramural

Merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh

diantara lapisan uterus yang paling tebaldan paling tengah,yaitu miometrium.

b. Mioma Subserosa

Merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar,

yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma ini

bertangkai ( pedunculated ) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari

induknya dan berjalan jalan atau dapat menempel dalam rongga peritonium

disebut wandering / parasitic fibroid. Ditemukan kedua terbanyak.

c. Mioma Submukosa

Merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam sehingga

menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan

lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui

saluran serviks, yang disebut mioma geburt ( Chelmow, 2005 )

5. Etiologi

a. Etiologi pasti mengenai mioma uteri belum diketahui

b. Peningkatan reseptor estrogen – progesteron pada jaringan mioma uteri

mempengruhi pertumbuhan tumor.

c. Faktor predisposisi yang bersifat herediter,telah diidentifikasi kromosom yang

membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid.

Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan darigen sisi paternal

d. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah

menopause jarang ditemukan sebelum menarke ( Crum, 2005 )


6. Patofisiologi

Mioma uteri terjadi karena adanya sel – sel yang belum matang dan pengaruh

hormon estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya

pembuluh darah dan intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang

menyebabkan terjadinya perdarahan pervagina yang lama dan banyak

Dengan adanya perdarahan pervagina lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi

kekurangan volume cairan dan gangguan perdarahan darah ditandai dengan

adanya nekrosa dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri. Penatalaksanaan

pada mioma uteri adalah operasi jika informasi tidak adekuat, kurang support dari

keluarga, dan kurangnya pengetahuan dapat mengakibatkan cemas.

Pada post oprasi akan terputusnya integritas jaringan kulit dan robekan pada

jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas jaringan

kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan pemabatasan akitivitas, maka terjadi

perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan juga mengakibatkan terpaparnya

agen infeksius yang mempengaruhi resiko tinggi infeksi. Pada pasien post oprasi

akan terpengaruh obat anastesi yang mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan

penurunan kesadaran sehingga pola napas tidak efektif. ( Prwiroharjo, S. 1999 )

7. Diagnosis

Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan

pada perut bagian bawah. Hampir kebanyakan mioma uteri dapat didiagnosa

melalui pemeriksaan bimanual rutin maupun dari palpasi abdomen bila ukuran

mioma yang besar. Diagnosa semakin jelas bila pada pemeriksaan bimanual

diraba permukaan uterus yang berbenjol akibat penonjolan massa maupun

adanya pembesaran uterus. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor

padat uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping,

seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai

tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma intramural akan menyebabkan


kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus

sonde. Mioma submukosum kadang-kala dapat teraba dengan jari yang masuk

ke dalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan kavum

uteri. (Wiknjosastro, 2007)

Diagnosis banding bila terdapat tumor abdomen di bagian bawah atau

panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang

dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural

harusdibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma

korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis

dengan menentukan lokasi, dimensi, dan konsistensi. Selain itu, pemeriksaan

magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat membantu dalam mendeteksi

adanya mioma uteri.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis

mioma uteri, sebagai berikut :

a. Ultra Sonografi ( USG ), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,

ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis.Mioma juga

dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning ( CT scan )

ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI ) tetapi kedua pemeriksaan itu

lebih mahal.

b. Foto Bulk Nier Oversidth ( BNO ), Intra Vena Pielografi ( IVP ) pemeriksaan

ini penting untuk menila massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan

perjalanan ureter.

c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai

dengan infertilitas.

d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.


e. Laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar

hemoglobin dan hematrokit serta jumlah leukosit.

f. Tes Kehamilan adalah untuk tes hormon chorionic gonadotropin, karena bisa

membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena

kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat

menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

9. Penatalaksanaan

Penanganan yang dapat dilakukan ada 2 macam yaitu

a. Penanganan secara konservatif

1.Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic 3 – 6 bulan

2. Monitor keadaan Hb

3. Bila anemia Hb < 8g% tranfuse PRC

4. Pemberian zat besi

5. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma

b. Penangana operatif bila :

1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.

2) Pertumbuhan tumor cepat.

3) Mioma subserosa bertangkai dan torsi.

4) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.

5) Hipermenorea pada mioma submukosa.

6) Penekanan pada organ sekitarnya.

7) Infertilitas

8) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001 )


Jenis operasi yang dapat dilakukan adalah :

1) Enukleasi mioma

Dilakukan pada penderita infertile atau yang masih menginginkan anak atau

mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.

2) Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat

rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)

berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila

pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki

mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara

histerektomi, yaitu :

a) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma

intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi.

b) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravida

12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel,

sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).

3) Miomektomi

Miomektomi adalah pengambila mioma saja tanpa pengangkatan uterus.

Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil

sekitar 30-50%. Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan

miomektomi harus dilanjutkan histerektomi.

4) Radioterapi

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga

penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya


dikerjakan jika terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-

akhir ini kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya

hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus. Terapi yang

terbaik untuk mioma uteri adalah melakukan histerektomi. Dari berbagai

pendekatan, prosedur histerektomi laparoskopi memiliki kelebihan dimana

resiko perdarahan yang lebih minimal, masa penyembuhan yang lebih

cepat dan angka morbiditas yang lebih rendah dibanding prosedur

histerektomi abdominal

10. Komplikasi

a. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-

0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma

uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi

uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma

uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause. (Wiknjosastro, 2007)

b. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul

gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis, dengan demikian

terjadilah sindrom abdomen akut.Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan

akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan di mana

terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. (Wiknjosastro,

2007)

c. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang

dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai


leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dan uterus

sendiri. (Wiknjosastro, 2007)

11. Prognosis
Histerektomi merupakan tindakan penatalaksanaan kuratif pada mioma.

Pada miomektomi, uterus dapat kembali ke bentuk dan kontur awal. Yang

perlu diperhatikan pada miomektomi adalah terjadinya kekambuhan. Hasil

penelitian menunjukkan kekambuhan sebesar 2-3% per tahun setelah dilakukan

miomektomi. (DeCherney AH et al, 2007)

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan

infertilitas, risiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus,

khususnya pada mioma submukosum, letak janin, menghalangi kemajuan

persalinan karena letaknya pada serviks uteri; menyebabkan inersia maupun

atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena

adanya gangguan mekanik dalam fungsi myometrium, menyebabkan plasenta

sukar lepas dari dasarnya, dan mengganggu proses involusi dalam nifas.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. LMH

Umur : 38 tahun

Agama : Katolik

Suku/Bangsa : B. karo / WNI

Alamat : Dsn. Cinta

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Rekam Medik : 212

Tgl MRS : 27 September 2018

B. Anamnesa Penyakit

1. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan banyak keluar darah dari kemaluan.

2. Telaah : Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan secara terus-

menerus kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu dan semakin memberat ± 3 hari ini.

Darah yang keluar seperti darah haid yang disertai rasa nyeri (+) pada perut bagian

bawah. Pasien menyatakan bahwa setiap bulan mendapatkan menstruasi (+) namun

lama menstruasi bisa mencapai ± 20 hari. Pasien tidak mengetahui dengan jelas

siklus menstruasinya. Pasien menyangkal adanya rasa penuh pada perut bagian

bawah, gangguan pada saluran kemih, ataupun adanya gangguan pada saluran cerna.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu :

Pasien mengaku tidak pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya, dan tidak

memiliki riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asthma (-), maupun penyakit berat

lainnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien menyangkal adanya keluarga pasien yang pernah mengalami gejala serupa.

riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asthma (-), maupun penyakit berat lainnya

di keluarganya.

5. Riwayat Obstetri:

Pasien lupa kapan pertama kali haid. Siklus haid tidak jelas, lama haid ± 20 hari

yang disertai nyeri selama haid. Pasien telah menikah 1 kali dan sudah memiliki 2

anak, dimana anak termudanya berusia 12 tahun. Pasien belum pernah menggunakan

alat atau metode kontrasepsi apapun sebelumnya.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

Keadaan Umum : Terlihat pucat

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4V5M6

Vital Sign : - Tekanan Darah : 130/70 mmHg

- Nadi : 100 x/menit

- Pernafasan : 24 x/menit

- Suhu :37ºC

Kepala : Normocephali

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik(-/-)

Jantung : DBN
Paru : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Inspeksi : Bekas SC (+)

Palpasi : DBD

Perkusi : DBN

Auskultasi : Peristaltik usus (+)

Ekstremitas : Edema (-/-)

2. Status Ginekologi:

Inspeksi : Terdapat perdarahan pervaginam

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, teraba massa, immobile

D. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tanggal 27/09/2018 :

Hitung Jenis Leukosit


Hemoglobin : 3,8 g/dl

Eritrosit : 2,42 juta/uL


Basofil : 1,23 %
Hematokrit : 13,6 %

Leukosit : 4,51 ribu/mm3


Neutrofil : 65,15 %
Trombosit : 239 ribu/mm3

Indeks Eritrosit
Limfosit : 16,86 %
MCV : 56,0 fL

MCH : 15,8 pg
Eosinofil : 11,23 %
MCHC : 28,3 %

RDW-CV : 18,9 %
Monosit : 5,53 %
MPV : 6,2 fL
Golongan darah :B
Hemostasis

Masa perdarahan/BT : 3 menit

Masa pembekuan/CT : 7 menit

Karbohidrat

Glukosa AD Random : 129 mg/dl

Urin Lengkap

Makroskopis Urine

Warna Urine : Kuning

Kejernihan Urine : Jernih

Kimia Urine

Glukosa Urine : Negatif

Bilirubin Urine : Negatif

Protein Urine : Negatif

Urobilinogen Urine : Negatif

Mikroskopis Urine

Eritrosit : 0-1 plp

Lekosit : 0-2 plp

Sel epitel : 0-1 plp

Cast : Negatif

Kristal : Negatif

Sel Ragi : Negatif


b. Pemeriksaan USG:

Uterus membesar dengan gambaran myomatosus, ukuran 7x7x6 cm,

adhesi (+), cairan bebas (-)

E. Diagnosis Banding

Mioma Uteri

Adenomiosis Polip

endometrium

F. Diagnosis Kerja

Mioma Uteri

G. Terapi

- IVFD RL 20 gtt/i

- Inj. Transamin 1 amp/8 jam

- Asam mefenamat tab 3 mg

- Transfusi PRC 2 bag

- Promed dexa 1 ampul


ANALISA KASUS
BAB IV

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro H. Ilmu kandungan, ed 2. Jakarta: YBPSP; 2007.

DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis


&treatment:obstetrics &gynecology, 10thed. New York: McGraw-Hill; 2007.

Marmi dkk.2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Yogyakarta :Pustaka pelajar

Manuaba, Ida Ayu. S dkk. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Jakarta : EGC

Prawirohardjo. (2007). Buku Acuan Dan Panduan Asuhan Persalinan Normal dan Insiasi
Menyusui Dini. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu kandungan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai