MIOMA UTERI
Di Susun Oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan inayah
kepada semua hambaNya. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan kerabat beliau hingga akhir jaman.
Alhamdulillah karena berkat Rahmat Allah-lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini yang berkaitan dengan “Makalah Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Mioma Uteri”
yang ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas.
Selama penyusunan makalah ini kami selaku penulis telah banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, terutama dari Putri Halimu H, S.Kep.Ns., M.Kes selaku dosen
pengampu mata kuliah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami persembahkan kepada semua
pihak yang telah ikut andil dan terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
membantu penulisan makalah ini, yang mana tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami hanya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi kita semua, khususnya di bidang Keperawatan Maternitas.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus mioma uteri sering terjadi di masyarakat. Penelitian Ran Oket-al (2007) di
Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-
kasus bedah ginekologi yang diteliti. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%- 11,70%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Joedosaputro, 2005). Menurut penelitian
yang dilakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian mioma uteri adalah
sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh
Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita ginekologi
yang dirawat (Yuad,2005).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada
semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin, 1999).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50%
yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini
penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon
esterogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).
1.2. RumusanMasalah
KONSEP MEDIS
2.1. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ rahim.
Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot rahim. Umumnya
mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat berkembang ke arah dalam atau ke arah
luar.
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat.
Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibromioma, Leimioma
ataupun Fibroid (Saifuddin, 1999).
2.2. Jenis – jenisMioma
1. Mioma Submukosum:
Mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau
multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3. Mioma Subserosum:
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah
dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada
jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkan
dapat menimbulkan torsi.
2.3. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui pasti, namun ada 2 teori yang
berpendapat bahwa:
a. Teori stimulasi berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi mengingat
bahwa:
1. Mioma uteri sering tumbuh lebih cepat pada waktu hamil.
b. Teori Cellnest atau genitoblast Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada cellnest yang selanjutnya dapat dirangsang terus-
menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo,1996)
2.4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat
satu mioma, akan tetapi biasanya mioma banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh
intamural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat bila
terletak pada dinding depan uterus, mioma uterus dapat menonjol ke depan sehingga
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi.
Tetapi, masalah akan timbul jika terjadi : kurangnya pemberian darah pada mioma
uteri yang menyebabkan tumor membesar , sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu, masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang
berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini dapat mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu,
dengan perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan.
Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul
rutin. Gejala yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya tumor, namun yang paling
sering ditemukan adalah:
Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid.
Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya infeksi
di dalam rahim.
Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum atau
organ rongga panggul lainnya, menimbulkan gangguan buang air besar dan buang
air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal karena
pembengkakan tangkai tumor.
Gangguan sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indungtelur.
Sering kali penderita merasa nyeri akibat miom mengalami degenerasi atau
kontraksiuterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke dalam rongga rahim. Pasangan
suami istri sering kali sulit untuk punya anak (infertilitas) disebabkan gangguan pada tuba,
gangguan implantasi pada endometrium, penyumbatan, dan sebagainya.
Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak
bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim,
pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa
menyebabkan keguguran.
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat hamil,
mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang
menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama
kehamilan, tangkai tumor bisa terputar.
2.6. PemeriksaanPenunjang
Lekosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
b. USG
c. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
d. Rontgen
Adanya rasa nyeri pada saat buang air besar dan buang air kecil, penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, uretra dapat menyebabkan retensi, urine pada
ureter dapat menyebabkan hidronereter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan renensimia.
c. Nutrisi
Faktor stress, cara dalam mengatasi stress, masalah dalam mengatasi penampilan tanda:
menarik diri, marah
e. Sirkulasi Tanda: takikardi,hipotensi.
f. Nyeri/ kenyamanan
g. Seksualitas
h. Masalah seksualitas atau kelemahan dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan disebabkan rasa sakit akibat penekanan uterus yang membesar.
i. Interaksi sosial
Ketidakadekuatan sistem pendukungi.
j. Neurosensori pusing,sinkope.
k. Penyuluhan/ pembelajaran.
l. Potensial terjadi penarikan din, pasca operasi.
Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyempitan saraf simpatikmioma.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anorexia.
Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyempitan saraf simpatik mioma.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamdi harapkan masalah
nyeri teratasi.
Intervensi :
Intervensi :
a. Ukur TTV, untuk menegtahui tanda dan keadaa numum
b. Kaji tanda-tanda infeksi (R,C,T,D,F), untuk mendeteksi tanda awal adanya infeksi.
c. Lakukan tindakan aseptik, untuk menghidari kontak kuman.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan klien dapat
melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dengan kriteria hasil tidak terjadi kelelahan.
Intervensi :
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri
terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2) Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah:
a. Lokasi nyeri,
b. Intensitas nyeri,
d. Kualitas nyeri
3) Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab miomauteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
b. Hamil dan Persalinan
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh ke belakang atau akibat terdapat
secret . Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas.
Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien yang memakai anaestesi
general.
6) Tingkat Kesadaran
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autputurine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
8) Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
Intervensi
Diagnosa I :Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf
2. Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satusisi.
Diagnosa II : Retensi urine berhubungan dengan kelemahan pada saraf sensorik dan
motorik.
1. Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine.
2. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa
nyeri.
3. Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat, mengatur
posisi, mengalirkan air keran.
4. Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalamkeadaan baik,
monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangan kateter satu kali dalam sehari,
periksa keadaan selang kateter(kekakuan,tertekuk).
5. Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.
4. Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang hangat dan
menyenangkan.
5. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan
pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien
6. Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya perawatan luka dan
mandi.
7. Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan
keluhan-keluhannya.
6. Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan tidak bisa hamil
dan menstruasi
Diagnosa V :Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
pervaginam berlebihan.
1. Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.
5. Observasi pendarahan
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%- 50%
yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dannyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini
penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon
esterogen dan siklus hormonal.
4.2. Saran
Jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan , kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penyusunan makalah yang
berikutnya dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat menjadi salah satu referensi untuk
perkuliahan Keperawatan Maternitas.
DAFTAR PUSTAKA