Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

MIOMA UTERI

Di buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Di Susun Oleh:

Achrinanda Pramuka M.H (19001)

Adam Al-Muathofa (19006)

Alfarizky Jatmika .S (19007)

Ayu Eka (19008)

Dias Eni Safitri (19011)

Dina Novita (19013)

Deni Ariyanto (19014)

Dicky F. Yahya (19016)

Nolanda Nur A (19026)

Sri Wulandari (19030)

AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI


2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan inayah
kepada semua hambaNya. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan kerabat beliau hingga akhir jaman.
Alhamdulillah karena berkat Rahmat Allah-lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini yang berkaitan dengan “Makalah Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Mioma Uteri”
yang ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas.

Selama penyusunan makalah ini kami selaku penulis telah banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, terutama dari Putri Halimu H, S.Kep.Ns., M.Kes selaku dosen
pengampu mata kuliah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami persembahkan kepada semua
pihak yang telah ikut andil dan terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
membantu penulisan makalah ini, yang mana tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami hanya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi kita semua, khususnya di bidang Keperawatan Maternitas.

Wonogiri, 26 April 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kasus mioma uteri sering terjadi di masyarakat. Penelitian Ran Oket-al (2007) di
Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-
kasus bedah ginekologi yang diteliti. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%- 11,70%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Joedosaputro, 2005). Menurut penelitian
yang dilakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian mioma uteri adalah
sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh
Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita ginekologi
yang dirawat (Yuad,2005).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada
semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin, 1999).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50%
yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini
penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon
esterogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).
1.2. RumusanMasalah

1. Apa pengertian dari mioma uteri?

2. Apa saja jenis mioma uretri?

3. Apa etiologi dari mioma uteri?

4. Bagaimana patofisiologi dari mioma uteri?

5. Apa tanda dan gejala dari mioma uteri?

6. Apa pemeriksaan penunjang untuk mioma uteri?


7. Bagaimana penatalaksaan dari mioma uteri?

8. Apa komplikasi dari mioma uteri?

9. Bagaimana asuhan keperawatan mioma uteri?


1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari mioma uteri.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis mioma uteri.

3. Untuk mengetahui etiologi dari mioma uteri.

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari mioma uteri.

5. Untuk mengetahui tanda dan gejala uteri.

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk mioma uteri.

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari mioma uteri.

8. Untuk mengetahui komplikasi dari mioma uteri.

9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari mioma uteri.


BAB II

KONSEP MEDIS

2.1. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ rahim.
Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot rahim. Umumnya
mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat berkembang ke arah dalam atau ke arah
luar.
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat.

Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba, 2001).

Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah Fibromioma, Leimioma
ataupun Fibroid (Saifuddin, 1999).
2.2. Jenis – jenisMioma

1. Mioma Submukosum:

Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam ± Angka kejadian rongga


uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan
histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai
suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarkoma
juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol
melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa bertungkai yang dapat
menimbulkan “Myomgeburt” sering mengalami nekrose atau ulserasi.
2. Mioma Intramural:

Mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau
multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3. Mioma Subserosum:

Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah
dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada
jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkan
dapat menimbulkan torsi.
2.3. Etiologi

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui pasti, namun ada 2 teori yang
berpendapat bahwa:
a. Teori stimulasi berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi mengingat
bahwa:
1. Mioma uteri sering tumbuh lebih cepat pada waktu hamil.

2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche.

3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi setelah menopause.

4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama mioma uteri

b. Teori Cellnest atau genitoblast Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada cellnest yang selanjutnya dapat dirangsang terus-
menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo,1996)
2.4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat
satu mioma, akan tetapi biasanya mioma banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh
intamural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat bila
terletak pada dinding depan uterus, mioma uterus dapat menonjol ke depan sehingga
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi.
Tetapi, masalah akan timbul jika terjadi : kurangnya pemberian darah pada mioma
uteri yang menyebabkan tumor membesar , sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu, masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang
berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini dapat mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu,
dengan perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan volume cairan.

2.5. Tanda dan Gejala

Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul
rutin. Gejala yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya tumor, namun yang paling
sering ditemukan adalah:
 Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid atau pun di luar masa haid.
 Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya infeksi
di dalam rahim.
 Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum atau
organ rongga panggul lainnya, menimbulkan gangguan buang air besar dan buang
air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal karena
pembengkakan tangkai tumor.
 Gangguan sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indungtelur.

 Pada bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.

Sering kali penderita merasa nyeri akibat miom mengalami degenerasi atau
kontraksiuterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke dalam rongga rahim. Pasangan
suami istri sering kali sulit untuk punya anak (infertilitas) disebabkan gangguan pada tuba,
gangguan implantasi pada endometrium, penyumbatan, dan sebagainya.
Mioma Uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak
bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim,
pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa
menyebabkan keguguran.
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat hamil,
mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang
menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama
kehamilan, tangkai tumor bisa terputar.
2.6. PemeriksaanPenunjang

a. Pemeriksaan Darah Lengkap


Haemoglobin : turun
Albumin : turun

Lekosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
b. USG

Terlihat massa pada daerah uterus.

c. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

d. Rontgen

Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat


tindakanoperasi.
e. ECG

Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan


operasi.
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai.. Pada
mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa menopause
tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga
bulan atau enam bulan.
Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat adalah dengan
pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan
histerektomi total abdominal.
Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal
Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO ). TAH – BSO adalah
suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii dan
ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease,
leymyoma dan chronic endrometriosis .
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu
tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat
uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic diseas, leymiomas
dan chronic endometriosis.
2.7. Penatalaksanaan
1. 55% dan semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun,
terutama bila:
a. Tanpa keluhan
b. Menjelang menopause

c. Besar mioma < 12 minggu kehamilan


Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 – 6 bulan. Apabila
terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat dan dapat
dilakukan tindakan segera.
2. Pengobatan Operatif
a. Miomektomi (Enukliasi Mioma) adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus.
b. Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan
terpilih.
2.8. Komplikasi
a. Pertumbuhan leimiosarkoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
b. Nekrosis danInfeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan
gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
2.9. Pathways
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Preoperatif Pengkajian


a. Aktivitas istirahat
Kelelahan dan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan janin biasanya tidur
pada malam hari, adanya faktor yang mempengaruhi tidur. Tanda: nyeri, ansietas
b. Eliminasi

Adanya rasa nyeri pada saat buang air besar dan buang air kecil, penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, uretra dapat menyebabkan retensi, urine pada
ureter dapat menyebabkan hidronereter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan renensimia.
c. Nutrisi

Membran mukosa yang kering (pembatasan) masukan/periode puasa pra operatif,


anorexia, mual, muntahtanda: perubahan kelembaban, turgor kulit.
d. Integritasego

Faktor stress, cara dalam mengatasi stress, masalah dalam mengatasi penampilan tanda:
menarik diri, marah
e. Sirkulasi Tanda: takikardi,hipotensi.

f. Nyeri/ kenyamanan

g. Seksualitas
h. Masalah seksualitas atau kelemahan dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan disebabkan rasa sakit akibat penekanan uterus yang membesar.
i. Interaksi sosial
Ketidakadekuatan sistem pendukungi.

j. Neurosensori pusing,sinkope.

k. Penyuluhan/ pembelajaran.
l. Potensial terjadi penarikan din, pasca operasi.

Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyempitan saraf simpatikmioma.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anorexia.

Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyempitan saraf simpatik mioma.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamdi harapkan masalah
nyeri teratasi.
Intervensi :

a. Distraksi relaksasi, untuk pengalihan respon nyeri.

b. Ciptakan Kaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), untuk mengetahui status nyeri.


c. Ukur TTV, untuk mengetahui kondisi umum klien.
d. Ajarkan teknik lingkungan yang tenang, untuk mengurangi respon nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgetik baik oral maupun injeksi, untuk penekanan sistem
saraf.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di harapkan tidak terdapat
tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :
a. Suhu normal

b. Tidak muncul tanda infeksi(R,C,T,D,F)

c. Luka kering dan tidak ada pus

Intervensi :
a. Ukur TTV, untuk menegtahui tanda dan keadaa numum

b. Kaji tanda-tanda infeksi (R,C,T,D,F), untuk mendeteksi tanda awal adanya infeksi.
c. Lakukan tindakan aseptik, untuk menghidari kontak kuman.

d. Perawatan luka, untuk mempercepat penyembuhan luka.

e. Hindarkan faktor-faktor penyebab infeksi, untuk menghindari kontak langsung kuman.


f. Kolaborasi pemberian antibiotik, untuk pertahanan tubuh.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anorexia

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan klien dapat
melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dengan kriteria hasil tidak terjadi kelelahan.
Intervensi :

a. Ukur TTV, untuk mengetahui keadaan umum.


b. Kaji tanda kelelahan, untuk mengetahui tingkat intoleran aktivitas klien.
c. Bantu pemenuhan ADL, untuk mengurangi kebutuhan energyklien.

d. Meningkatkan tingkat intoleran aktivitas, untukn memperbaiki meningkatkan


mobilitas.
3.2. Post Operatif Pengkajian
1) Data umum Usia:
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35
tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang

c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri
terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.

2) Keluhan Utama

Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah:
a. Lokasi nyeri,

b. Intensitas nyeri,

c. Waktu dan durasi,

d. Kualitas nyeri
3) Riwayat Reproduksi

a. Haid

Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab miomauteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
b. Hamil dan Persalinan

1. Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh


cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa II
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2. Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi
klien dan keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan
4) Data Psikologi

Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional


klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bisa dirasakan sebagai hilangnya perasaan
kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa
wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan.
Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi
klien.
5) Status Respiratori

Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh ke belakang atau akibat terdapat
secret . Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas.
Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien yang memakai anaestesi
general.
6) Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab


oleh klien atau disuruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari
siuman sampai mengantuk,harus diobservasi dan penurunan tingkat kesadaran
merupakan gejala syok.
7) Status Urinari

Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autputurine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
8) Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.

3.3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf.


2. Retensi urine berhubungan dengan kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kekhawatiran tentang ketidakmampuan
memiliki anak dan pola hubungan seksual.
4. Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan.

Intervensi

Diagnosa I :Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf

1. Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatannyeri.

2. Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satusisi.

3. Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk


membayangkan sesuatu. Kaji TTV : takhikardi, hipertensi, pernafasan cepat.
4. Motivasi klien untuk mobilisasi dini setelah pembedahan bila sudah diperbolehkan.
5. Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesikintravena.

6. Observasi efek analgetik (narkotik)

7. Obervasi tanda vital : nadi , tensi,pernafasan.

Diagnosa II : Retensi urine berhubungan dengan kelemahan pada saraf sensorik dan
motorik.
1. Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine.

2. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa
nyeri.
3. Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat, mengatur
posisi, mengalirkan air keran.
4. Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalamkeadaan baik,
monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangan kateter satu kali dalam sehari,
periksa keadaan selang kateter(kekakuan,tertekuk).
5. Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.

6. Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental dan obat-obat


untuk melancarkan urine.
7. Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750 cc perlu
pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuat kembali.

Diagnosa III :Gangguan konsep diri berhubungan dengan kekhawatiran tentang


ketidakmampuan memiliki anak dan pola hubungan seksual.
1. Beritahu klien tentang siapa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan
klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi
2. Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.

3. Libatkan klien dalam perawatannya

4. Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang hangat dan
menyenangkan.
5. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan
pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien
6. Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya perawatan luka dan
mandi.
7. Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan
keluhan-keluhannya.

Diagnosa IV :Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan

1. Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal mempunyai kontraindikasi yang


sedikit tapi membutuhkan waktu yang lama untuk pulih, menggunakan anastesi yang
banyak dan memberikan rasa nyeriyang sangat setelah operasi.
2. Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat

3. Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.

4. Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan ovulasi

5. Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.

6. Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan tidak bisa hamil
dan menstruasi

Diagnosa V :Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
pervaginam berlebihan.
1. Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.

2. Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24jam.

3. Monitor tanda-tanda vital

4. Evaluasi nadi perifer

5. Observasi pendarahan

6. Anjurkan klien untuk minum + 1500-2000,l/hari

7. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral.


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%- 50%
yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dannyeri akibat penekanan massa tumor. Sampai saat ini
penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon
esterogen dan siklus hormonal.
4.2. Saran
Jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan , kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penyusunan makalah yang
berikutnya dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat menjadi salah satu referensi untuk
perkuliahan Keperawatan Maternitas.
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa, H. 1999. Ilmu Kandungan . Jakarta : Tridasa Printer.


Arif, M. 1999. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : EGC.
www.scribd.com/doc/56567861/Makalah-Mioma-Uteri
Halminton,P.M. 1995. Patofisiologi . Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai