Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MIOMA UTERI

Oleh

KELOMPOK 5:

1. ANGGI TRISNA (2019.01.003)


2. LAURENSIUS CEN (2019.01.012)
3. EKA WIDYA (2019.01.007)
4. YUSTINA MANUTMASA (2019.01.020)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN Tk-3

STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Dengan judul “MIOMA
UTERI”. yang merupakan tugas mata kuliah Maternitas, Kami mengucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada Ibu Retty Nirmala S, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen pengampu
yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan mahasiswa mengenai “MIOMA UTERI”. Oleh karena itu, penulis berharap
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Makalah ini.

Semoga Makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
Makalah ini.

Surabaya,7 September 2021

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mioma uteri atau kanker jinak yang terdapat di uterus adalah tumor jinak yang tumbuh
pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine
fibroid. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita.
Kejadiannya lebih tinggi antara 20% – 25 % terjadi pada wanita diatas umur 35 tahun, tepatnya
pada usia produktif seorang wanita, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan
estrogen.
Kesehatan reproduksi wanita yang menjadi masalah adalah salah satunya mioma uteri
yang insidensinya terus mengalami peningkatan. Kejadian mioma uteri di Indonesia sebesar
2,39%- 11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Karel Tangkudung (1977) dan
Susilo Rahardjo (1974) dari Surabaya dikutip dalam Wiknjosastro H, masing-masing
menemukan prevalensi mioma uteri 10,3% dan 11,9% dari semua penderita ginekologi yang
dirawat.
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan menarche dini dengan
peningkatan insiden mioma uteri. Wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas
normal, dan menarche dini (<10 tahun) berkemungkinan lebih sering menderita mioma uteri.
Mioma umumnya ditemukan pada wanita usia reproduksi, dan belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarche, pada masa menopause mioma akan mengecil seiring dengan penurunan
hormon estrogen dalam tubuh.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian yang muncul pada pasien dengan diagnosa medis Mioma uter?
2. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosa medis mioma uteri?
3. Bagaimana intervensi keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosa medis mioma
uteri?
4. Bagaiaman implementasi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosa
medis mioma uteri?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosa medis
mioma uteri?
4
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian yang muncul pada pasien dengan diagnose medis mioma uteri
2. Untuk mengetahui diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnose medis
mioma uteri.
3. Untuk mengetahui intervensi keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnose medis
mioma uteri.
4. Untuk mengetahui implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnose
mioma uteri
5. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnose medis
mioma uteri.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MIOMA UTERI


1. DEFENISI
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya. Oleh karena itu, dalam pustakaan dikenal juga istilah fibromioma,
leiomioma, ataupun fibroid (Prawirohardjo, 2009).
Mioma uteri adalah bungkus otot rahim yang berubah menjadi tumor jinak. Istilah
sederhananya adalah daging tumbuh dirahim. Mioma uteri penyakit yang berbentuk
tumor berbeda dengan kanker, mioma uteri tidak mempunyai kemampuan menyebar
keseluruh tubuh konsistensinya padat dan sering mengalami degenerasi dalam
kehamilan dan sering kali ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun (Setiati, 2012).
Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim.
Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di usia reproduktif (Anwar, dkk, 2011).
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan
sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya manifestasi
selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Apapun
asalnya tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada
miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun) bulan
dalam hitungan bulan di bawah pengaruh estrogen(Llewellyn,2009).
3. MANIFESTASI KLINIK
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak menggangu. Gejala yang dikeluhkan sangat
tergantung pada tempat sarang miomaberada (serviks, intramural, submukus, sebserus),
besarnya tumor, perubahan dan kompilikasi yang terjadi (Wiknjosastro, 2008). Gejala
tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

6
 Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di
perut bagian bawah.
 Pendarahan abnormal
Gangguan pendarahan yang terjadi metroragia.
 Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan dari sirkulasi darah pada sarang mioma, disertai nekrosis
setempat dan peradangan.
 Gejala dan penekanan
Gangguan ini dapat tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kantung kemih akan menyebabkan poliuri, pada
uretra akan dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
 Penurunan kesuburan dan abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan
masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma
uteri mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi
apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba,
sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus
karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkandisfungsi reproduksi. Gangguan
implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma uteri akibat
perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena adanya
kompressi massa tumor.

7
4. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi jika tumor dipotong akan menonjol di atas miometrium sekitarnya karena
kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu keputihan, tersusun atau berkas-berkas otot
jalin-mejalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks ikat. Pada bagian perifer serabut
otot tesusun atas lapisan konsentrik dan serat otot normal yang mengelilingi tumor
beorientasi yang sama, antara tumor dan miometrium normal terdapat lapisan jaringan
areoalt tipis yang membentuk pseudo kapsul tempat masuknya pembuluh darah ke
dalam mioma. Pada pemeriksaan dengan mikroskop kelompok- kelompok sel otot
berbentuk kumparan dengan inti panjang di pisahkan menjadi berkas-berkas oleh
jaringan ikat, karena seluruh suplai darah mioma berasal dari beberapa pembuluh darah
yang masuk dapris pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui
suplai darahnya ini menyebabkan degenerasi terutama pada bagian tengah mioma uteri
(Llewellyn, 2009).
5. FAKTOR RESIKO TIMBUL MIOMA
Menurut Setiati (2012), ada beberapa faktor resiko yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu:
 Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun. Ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 50 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis pada usia reproduksi tua antara 35-45 tahun.
 Paritas
Lebih sering terjadi pada multipara atau pada wanita yang tidak subur. Tetapi
pada saat ini belum di ketahui apakah wanita yang tidak sebur menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya. Atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi
 Factor ras dan genetic
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam. Terlepas dari faktor
ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang
menderita mioma uteri.

8
 Fungsi ovum
Diperkirakan ada kolerasi antara hormone estrogen dengan pertumbuhan mioma
uteri. Dimana mioma uteri muncul setelah menarce, berkembang setelah
kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
6. DIAGNOSA
Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan
1) Anamnesi
 Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relative lama.
 Kadang-kadang disertai gangguan haid. Buang air kecil atau buang air besar.
 Nyerii perut bila terinfeksi,terpuntir,pecah.
2) Pemerisaan Fisik
 Palpasi abdomen didapatkan tumoar di abdomen bagian bawah.
 Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor
tersebut menyatu dengan Rahim atau mengisi kavum Douglasi
 Konsisten padat,kenyal,mobil,permukaan tumor umumnya rata.
3) Gambaran Klinis
Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala yang terjadi
berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma yaitu :
 Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
 Perut terasa penuh dan membesar
 Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi
penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai
(myoma geburt), pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi
(kematian sel) dari mioma. Gejala lainnya adalah:
 Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran
kemih menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis
(pembesaran ginjal)
9
 Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang
mengakibatkan konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus
 Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri
hebat, luka, dan infeksi.

Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan


tromboflebitis sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)

4) Pemeriksaan penunjang
USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan
ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi
uterus sebaik USG. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung
dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur. 3
Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. Histerografi dan histeroskopi untuk
menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas. Laparaskopi untuk
mengevaluasi massa pada pelvis
7. KOMPLIKASI MIOMA UTERI
Menurut Yatim (2008), mioma uteri bila tidak ditangani akan menyebabkan komplikasi
antara lain:
 Perdarahan pervagina yang berat juga menimbulkan kondisi kurang darah
(anemia).
 Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan sulit buang air besar
(kostipasi) atau hemorroid.
 Torsi (putaran tangkai), sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi,
timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nikrosis (Prawirohardjo,
2007).
 Infeksi atau degerasi (kistik maupun merah (Achadiat, 2004).

10
8. PENATALAKSANAAN
1) Tanpa Pengobatan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun,
terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau
keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6
bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut.
Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi
dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera (Prawirohardjo, 2007).
2) Dengan obat-obatan
obat-obatan yang bisa diberikan kepada penderita myom yang mengalami
perdarahan melalui vagina yang tidak normal, antara lain:
 Obat anti_inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Anti Inflamation =
NSAID)
 Vitamin
Vitamin A 25.000 IU (stimulan sistem imun, perbaikan jaringan).
Dikonsumsi terpisah dari zat besi, yang menghambat absorpsi (Sinclair,
2010).
Vitamin C 3000-10.000 mg setiap hari dalam dosis terpisah (imun, anti
oksidan) (Sinclair, 2010).
 Obat-obat hormonal (misalnya, pil KB)
 Pemberian hormon steroid sintetik seperti progestin, malah kadang-
kadang menimbulkan rasa nyeri daerah panggul yang bertambah.
Hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) bisa mengurangi
besar ukuran myom. Akan tetapi, miom kembali membesar setelah 6
bulan oleh GnRH di hentikan.

11
3) Dengan pembedahan/operasi
 Histerektomi
Histerrektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau
per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih
kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.
Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.
 Histereskopi
Operasi pengangkatan rahim (Histerectomy) pada umumnya dilakukan
atas indikasi myom. Teknik operasinya masih dengan pendekatan
menyayat kulit perut (laparatomi). Operasi untuk pengobatan
endometriosis biasanya banyak dilakukan dengan teknik LAVH
(Laparoscopy Vaginal Histerectomy), sedangkan operasi untuk
pengangkatan myom dilakukan dengan teknik TAH (Trans Abdominal
Histerectomy) yaitu operasi dengan penyayatan dinding perut (Yatim,
2008).
 Laparaskopi
Pengangkatan secara laparaskopi adalah dengan pembiusan secara
umum (general anastesi). Luka sayatan pada dinding perut sekitar 1 cm.
Dengan video laparaskopi bisa terlihat baik bagian-bagian rongga perut
dan bagian depan rongga panggul.
 Miomektomi
Bila fungsi reproduksi masih diperlukan dan secara teknis
memungkinkan untuk dilakukan tindakan tersebut. Biasanya untuk
mioma intramural, subserosa, dan subserosa bertangkai, tindakan ini
telah cukup memadai (Achadiat, 2004).

12
9. MIOMA PADA KEHAMILAN
Pengaruh mioma uteri pada kehamilan adalah:

 Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri khususnya pada
mioma submukosum.
 Dapat menyebabkan kelainan letak janin
 Dapat menyebabkan plasenta previa dan plasenta akreta
 Dapat menyebabkan HPP akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan
mekanik dalam fungsi miometrium
 Dapat menganggu proses involusi uterus dalam masa nifas
 Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan
menghalangi jalan lahir.
Pengaruh kehamilan pada mioma uteri adalah:
 Mioma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen
yang meningkat
 Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti
telah diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan
segera guna mengangkat sarang mioma. Namun, pengangkatan sarang mioma
demikian itu jarang menyebabkan perdarahan.
 Meskipun jarang, mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala
dan tanda sindrom akut abdomen.
Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi pada
kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat juga
menimbulkan abortus. Operasi terpaksa jika lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang
menimbulkan gejala akut atau karena mioma sangat besar. Jika mioma menghalangi jalan
lahir, dilakukan SC (Sectio Caesarea) disusul histerektomi tapi kalau akan dilakukan
miomektomi lebih baik ditunda sampai sesudah masa nifas.

13
10. KOMPLIKASI
 Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomyosarkoma ditemukan hanya 0.32-0,6%dari
seluruh mioma. Serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Diagnosa
keganasan umumnya ditegakkan pada pemeriksaan histologi pada uterus yang
telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause
 Torsi(putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut hingga mengalami nekrosis. Maka akan timbul sindrom abdomen
akut. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya pada mioma yang dilahirkan
hingga perdarahan berupa metrorhahia atau menorragia disertai dengan
leukorhea dan gangguan lain disebabkan infeksi dari uterus sendiri.

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metode sistemik untuk mengkaji respon manusia terhadap
masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan bertujuan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga
juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi
perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses
keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3.1 Konsep Asuhan Keperwatan Pada pasien mioma uteri


1) Pengkajian
 Anamnesa
 Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
 Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.
2) Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
 Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya
timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang
disertai gangguan haid
 Riwayat penyakit sekarang
 Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan
organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada
rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.

15
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes militus,hipertensi,jantung,penyakit
kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit
mental.
 Riwayat Obesitas
 Untuk mengetahui riwayat obsteteri pada pasien mioma utero yang perlu
diketahui adalah: Keadaan Haid, riwayat kehamilan dan persalinan
3) Faktor Psikologi
 Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor budaya
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan
tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh
pasien mioma uteri.
 Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain
atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan
orang lain.
4) Pola kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah
frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi

16
5) Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
6) Pola aktifitas dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi
7) Pola istirahat
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari,
masalah yang ada waktu tidur.
8) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
 Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan
 Pemeriksaan Fisik Head to toe

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan cara memutuskan masalah kesehatan aktual atau
potensial sebagai dasar untuk menyeleksi respon individu pasien atau masyarakat tentang
intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan.
1. Nyeri akut kronis berhubungan dengan penekanan saraf (D.0078)
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih(D.0040)
3. Konstipasi berhubungan dengan penuruunan motilitas gastrointestinal(D.0049)
4. Hipofolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif(D.0023)
5. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi(D.0080)
6. Gangguan identitas diri berhubungan dengan gangguan peran social(D.0084)

17
3.3 Rencana Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Nyeri kronis berhubungan Manajemen nyeri I.08238
dengan penekanan saraf 1. Identifikasi lokasi,
(D.0078) karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
dan intensitas nyeri
2. Identifikasi skala
nyeri
3. Identifikasi respons
nyeri nonverbal
4. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan
tidur
6. Jelaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
8. Kolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan eliminasi urin Manajemen eliminasi
berhubungan dengan urin(1.04152)
penurunan kapasitas 1. Identifikasi tanda
kandung kemih(D.0040) gejala
retensi/inkontenensia

18
urine
2. Identifikasi factor
penyebab
retensi/inkontinensia
urine
3. Monitor eliminasi urin
4. Kolaborasi pemberian
obat supositoria.
Uretra.
Konstipasi berhubungan 1. Identifikasi masalah
dengan penuruunan motilitas usus dan penggunaan
gastrointestinal(D.0049) obat pencahar
2. Monitor buang air
besar
3. Monitor tanda dan
gejala
diare,konstipasi,/inpak
si
4. Kolaborasi pemberian
obat supositoria anal
Manajemen eliminasi
fekal(1.03110)
Hipofolemia berhubungan 1. Monitor status
dengan kehilangan cairan oksigenasi
aktif(D.0023) 2. Monitor status cairan
3. Periksa tingkat
kesadaran dan respon
pupil
4. Monitor
kardiopulmonal

19
5. Kolaborasi pemberian
infus cairan.
Kristaloid 1-2L pada
dewasa.
6. Kolaborasi pemberian
tranfusi dara
Manajemen syok
hipovolemik(1.02050)
Ansietas berhubungan 1. Identifikasi saat
dengan kurang terpapar tingkat ansietas
informasi(D.0080) berubah
2. Identifikasi
kemampuan
mengambil keputusan
3. Monitor tanda
ansietas
4. Kolaborasi pemberian
obat ansietas.
Redupsi ansietas(1.09314)
Gangguan identitas diri 1. Identifikasi keadaan
berhubungan dengan emosional saat ini
gangguan peran 2. Identifikasi respons
sosial(D.0084) yang ditunjukan
berbagai situasi
3. Ajarkan cara membuat
prioritas hidup.
Promosi kesadaran
diri(1.09311)

20
3.4 .Tindakan Keperawatan
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari suatu rencana keperawatan
yang telah di susun pada tahap intervensi atau perencanaan. Fokus pada intervensi
keperawatan antara lain menemukan perubahan sistem tubuh, mempertahankan daya
tahan tubuh, menetapkan hubungan klien dengan lingkungan, mencegah komplikasi,
implementasi pesan dokter (Wahyuni, 2016).
3.5 Evaluasi Keperawatan
Pada proses ini, intervensi keperawatan harus ditentukan apakah intervensi tersebut harus
diakhiri, dilanjutkan, dimodifikasi, ataupun dirubah. Evaluasi dilakukan secara continue
dimana evaluasi dilakukan segera setelah implementasi dilaksanakan sehingga
memungkinkan perawat untuk segera merubah atau memodifikasi intervensi
keperawatannya. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan program yang sudah
ditentukan pada setiap masalah keperawatan yang terdapat pada pasien, maka dilakukan
evaluasi pada setiap tindakan keperawatan mengacu pada tujuan yang sudah ditetapkan.

21
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Mioma uterus sebagian besar bersifat asimptomatik. Sekitar 20-25% mioma dapat
terdeteksi secara klinis, di antaranya massa mioma uteri yang besar dan atau yang
mengalami perdarahan yang banyak. Pada usia lebih dari 35-40 tahun insidensinya lebih
tinggi, yaitu mendekati angka 40%. Tingginya insidensi ini menunjukkan hubungan
kejadian mioma uterus dengan estrogen. Pengobatan standar mioma uterus dengan gejala
klinis pada umumnya adalah pengobatan yang di haruskan untuk operasi,dan juga
pemberian obat-obat yang dapat membantu dalam pengobatan pasien dan juga terapi
operatif. Akan tetapi, sejak tahun 1980-an, GnRH agonis telah digunakan sebagai terapi
alternatif yang bersifat sementara pada kasus mioma uterus.Mioma uteri merupakan
neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya.
Dikenal juga dengan sebutan fibromioma, leiomioma atau pun fibroid.
Tumbuhnya mioma uteri menimbulkan penekanan pada pembuluh darah dan organ
disekitar ovarium mengalami penekanan dan penyempitan serta mengalami penurunan
fungsinya. Pertumbuhan mioma uteri juga dapat mengakibatkan anemia karena
kehilangan darah (eritrosit) dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007). Sedangkan
menurut manuaba ) mioma uteri dalam kehamilan dapat menyebabkan infertilitas, dapat
menyebabkan abortus, dapat menyebabkan gangguan jalan persalinan, dapat
menyebabkan perdarahan postpartum dan kehamilan dapat mempercepat pembesaran
mioma uteri karena rangsangan estrogen

DAFTAR PUSTAKA
22
1. Prawirohardjo, S. 2011. Penyakit Neopasma dalam Buku Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Sutoto J. S. M., 2009. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.338-345.
3. Cunningham FG, Gant, NF, Lenovo KJ . 2012. Obsetri Wiliams. Edisi 23, Jakarta : EGC.
4. Pujianto dan R. A. A. Mewengkang(2012)”Jurnal Kedokteran Indonesia: penggunaan
GnRH Agonis pada Mioma Uteri.
5. Lumsden MA. The role of oestrogen and growth factors in the control of the growth of uterine
leiomiomata. In : R.W. Shaw, eds. Advances in reproductive endocrinology uterine fibroids.
England-New Jersey: The Parthenon Publishing Group, 1992; 9 – 20. Diakses 23 April 2013..
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/

23

Anda mungkin juga menyukai