PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Endometriosis merupakan penakit yang diderita oleh wanita penyakit ini
cenderung meninhgkat setiap tahunnya. Penderita penyakit ini bisa pada wanita usia
produktif dan yang sudah tua sekalipun. Tanda adanya penyakit ini antara lain sakit
nyeri yang amat hebat pada saat haid.
Penyakit ini umunya muncul pada usia reproduktif sekitar 5-10% dan 50%
diantarana pada wanita manepouse. Gejala yang paling menonjol adalah adanya neri
pada panggul dan ada yang melaporkan saat manepouse . banyak wanita yang tidak
tahu apa saja gejala awalnya sehingga kadang dianggap hanya nyeri biasa.
B. Permasalahan
Apa itu yang disebut dengan endometriosis, sebutkan dan jelaskan gejala dari
penyakit tersebut.
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Struktur reproduksi eksternal pada wanita meliputi klitoris, dan dua pasang
labia yang engelilingi clitoris dan ada lubang vagina dan lubang uretra. Pada bagian
internal terdapat sepasang gonad, sebuah duktus dan ruangan untuk ruangan untuk
menampung embrio dan fetus. Sistem reproduksi perempuan tidak sepenuhnya
tertutup.
Saluran telur dilepaskan pada tuba fallopii, dan didalam organ ada
fimbriae,silia,duktus,sampai uterus. Uterus adalah organ yang tebal dan berotot yang
dapat mengembang selama kehamilan untuk menampung fetus dengan bobot hingga 4
kg. Lapisan dalam uterus, yakni endometrium, dialiri oleh banyak pembuluh darah
(Campbell, 2004).
B. Siklus Menstruasi
Istilah siklus menstruasi secara spesifik mengacu pada perubahan yang terjadi dalam
uterus. Melalui kesepakatan, hari pertama periode menstruasi perempuan atau hari pertama
menstruasi dinyatakan sebagai hari 1 dari siklus tersebut. Fase aliran menstruasi (Menstrual
Flow Phase) siklus tersebut, saat pendarahan menstruasi (hilangnya sebagian besar lapisan
fungsional endometrium) terjadi, umumnya berlangsung beberapa hari. Kemudian sisa
endometrium yang tipis lainnya mulai mengalami regenerasi dan menebal selama seminggu
atau dua minggu. Fase tersebut dinamakan fase proliferasi (Proliferasi Phase) siklus
menstruasi. Selama fase berikutnya yaitu fase sekresi (Secretory Phase) yang umumnya
berlangsung sekitar dua minggu lamanya, endometrium menebal, mengandung lebih banyak
pembuluh, dan mengembangkan kelenjar yang mensekresikan cairan yang kaya glikogen
(Price, 2005).
C. Siklus Ovarium
Siklus ini dimulai dengan fase folikel (Follicular cycle) saat beberapa folikel di
ovarium mulai tumbuh. Sel telur membesar dan pembungkus sel folikel berlapis-lapis. Di
antara beberapa folikel yang mulai tumbuh, umumnya hanya satu yang membesar dan
matang, sementara yang lainnya akan mengalami disintegrasi. Folikel yang mengalami
pematangan itu mengembangkan rongga internal yang penuh cairan dan tumbuh menjadi
sangat besar, dan membentuk tonjolan dekat permukaan ovarium. Fase folikuler berakhir
dengan ovulasi, ketika folikel dan dinding ovarium di dekatnya pecah sehingga melepaskan
oosit. Jaringan folikel yang tetap ada di ovarium setelah ovulasi berkembang menjadi korpus
luteum (jaringan endokrin yang mensekresikan hormon betina) selama fase luteal (Luteal
Phase) (Guyton, 2007).
1. Metaplasia
Metaplasia yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi tipe jaringan
normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki kemampuan dalam beberapa kasus
untuk menggantikan jenis jaringan lain di luar rahim. Beberapa peneliti percaya hal ini terjadi
pada embrio, ketika pembentukan rahim pertama. Lainnya percaya bahwa beberapa sel
dewasa mempertahankan kemampuan mereka dalam tahap embrionik untuk berubah menjadi
jaringan reproduksi.
2. Menstruasi Mundur dan Transplantasi
Sampson (1920) mengatakan bahwa aliran menstruasi mundur mengalir melalui saluran tuba
(disebut "aliran mundur") dan tersimpan pada organ panggul dan tumbuh menjadi kista.
Namun, ada sedikit bukti bahwa sel-sel endometrium dapat benar-benar melekat dan tumbuh
ke organ panggul perempuan. Bertahun-tahun kemudian, para peneliti menemukan bahwa
90% wanita memiliki aliran mundur.
3. Predisposisi genetik
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat keluarga menderita
endometriosis lebih mungkin untuk terkena penyakit ini. Dan ketika diturunkan maka
penyakit ini cenderung menjadi lebih buruk pada generasi berikutnya. Studi di seluruh dunia
yang sedang berlangsung yaitu studi Endogene International mengadakan penelitian
berdasarkan sampel darah dari wanita dengan endometriosis dengan harapan mengisolasi
sebuah gen endometriosis.
4. Pengaruh lingkungan
Beberapa studi telah menunjuk bahwa faktor lingkungan dapat menjadi kontributor
terhadap perkembangan endometriosis, khususnya senyawa-senyawa yang bersifat
racun memiliki efek pada hormon-hormon reproduksi dan respon sistem kekebalan tubuh,
walaupun teori ini tidak terbukti dan masih kontroversial.
Hipotesis berbeda tersebut telah diajukan sebagai penyebab endometriosis.
Sayangnya, tak satu pun dari teori-teori ini sepenuhnya terbukti, juga tidak sepenuhnya
menjelaskan semua mekanisme yang berhubungan dengan perkembangan penyakit. Dengan
demikian, penyebab endometriosis masih belum diketahui. Sebagian besar peneliti,
berpendapat bahwa endometriosis ini diperparah oleh estrogen. Selanjutnya, sebagian besar
pengobatan untuk endometriosis saat ini hanya berupaya untuk mengurangi produksi estrogen
dalam tubuh wanita untuk meringankan gejala (Smeltzer, 2001).
G. Faktor Risiko
Wanita yang beresiko terkena penyakit endometriosis, yaitu (Wood, 2008b):
· Wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah menderita endometriosis
· Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih dari 27 hari
· Menarke (menstruasi yang pertama) terjadi pada usia relatif muda (< 11 thn)
· Masa menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih
· Orgasme saat menstruasi
H. Gejala Endometriosis
Rasa sakit sering berkorelasi dengan siklus menstruasi, namun seorang wanita dengan
endometriosis juga dapat mengalami rasa sakit pada waktu lain selama siklus bulanan. Bagi
banyak wanita, tapi tidak semua, rasa sakit endometriosis dapat menjadi begitu parah dan
berdampak signifikan dengan hidupnya. Nyeri yang dirasakan saat endometriosis terjadi
sebelum, selama, dan setelah menstruasi, selama ovulasi, dalam usus selama menstruasi,
ketika buang air kecil, selama atau setelah hubungan seksual, dan didaerah punggung bawah
serta gejala lain mungkin dapat terjadi adalah diare atau sembelit (khususnya dalam kaitannya
dengan menstruasi), perut kembung (sehubungan dengan menstruasi), perdarahan berat atau
tidak teratur, dan kelelahan (Wood, 2008c).
Namun perlu ditekankan disini bahwa rasa sakit pada saat menstruasi
atau dysmenorrhea tidak selalu berhubungan dengan gejala endometriosis. Kadar hormone
prostaglandin yang tinggi akan cenderung menyebabkan terjadinya dysmenorrhea (Wood,
2008c).
I. Patologi
Organ yang biasa terkena endometriosis adalah ovarium, organ tuba dan salah satu
atau kedua ligamentum sakrouterinum, Cavum Douglasi, dan permukaan
uterus bagian belakang dapat ditemukan satu atau beberapa bintik sampai benjolan kecil yang
berwarna kebiru-biruan (Prawirohardjo, 2008).
J. Penyebab endometriosis
Ada beberapa teori yang diutarakan oleh beberapa ahli mengenai penyebab
endometriosis yaitu (Eisenberg, 2009):
- Endometriosis mungkin disebabkan oleh faktor keturunan, atau beberapa anggota keluarga
mempunyai sifat yang membuat mereka terlihat seperti endometriosis.
- Tumbuhnya jaringan endometrium dibagian tubuh yang lain selain uterus melalui
sistem peredaran darah atau sistem limfa.
- Endometriosis dapat disebabkan adanya ganguan pada sistem imunitas, endometriosis juga
dapat menjadi kanker ovarium.
- Hormon estrogen dapat menjadi pemicu pertumbuhan endometriosis. Beberapa
penelitian memandang hal ini sebagai penyakit sistem endokrin, sistem kelenjar, hormon, dan
sekresi lain dari tubuh.
- Jaringan endometrium juga dapat ditemukan pada bekas luka abdominal dan mungkin
ditemukan di tempat tersebut akibat kesalahan sewaktu pembedahan.
- Sejumlah kecil jaringan saat pembentukan embrio yang kemudian berubah menjadi
endometriosis.
- Penelitian terbaru menunjukan adanya hubungan antara paparan dioksin dan
endometriosis. Dioksin adalah senyawa yang bersifat toksik yang berasal dari pembuatan
pestisida dan pembakaran sampah plastik.
Jaringan endometriosis dapat berada di abdomen melewati
tuba Falopii saat menstruasi. Transplantasi jaringan ini tumbuh diluar uterus.
Menurut Sumilat (2009, kom. pribadi), penyebab dari penyakit ini belum diketahui
secara pasti, para ahli mengatakan bahwa ”banyak faktor yang menyebabkan penyakit
endometriosis, dapat berasal dari aliran menstruasi mundur dan implantasi, metaplasia,
predisposisi genetik, dan pengaruh lingkungan”. Orgasme saat menstruasi dapat
menimbulkan aliran menstruasi mundur dan endometriosis dapat menurun ke wanita yang ibu
atau saudara perempuan menderita endometriosis karena terjadi penurunan imunitas pada
penderita endometriosis, hal ini sesuai teori predisposisi genetik yang dikemukakan oleh
Dmoski tahun 1995.
Sumilat (2009, kom. pribadi) juga berpendapat bahwa gangguan sistem imun juga
dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, menurut penelitian J.A. Hill tahun 1988
mendapatkan adanya kegagalan dalam sistem peluruhan darah haid oleh makrofag dan fungsi
sel NK yang menurun pada endometriosis (Simatupang, 2003). Sumilat (2009, kom. pribadi)
berpendapat bahwa penurunan sistem imun ini yang kemudian diturunkan ke generasi
berikutnya. Sehingga keturunan selanjutnya memiliki resiko terkena endometriosis lebih
besar.
Dioksin adalah produk sampingan hasil berbagai proses kimia, misalnya dari proses
insinerator sampah (terutama plastik), pengilangan logam, pembakaran bensin yang
mengandung timbal dalam otomobil, pembuatan produk-produk kertas, pembuatan herbisida,
dan pembakaran sampah organik yang mengandung klorin (Ruhendra, 1999).
Sumber klorin dapat berasal dari proses industri yang menggunakan klorin sebagai
pemutihan kertas dari hasil daur ulang kertas. Dampak klorin terhadap tubuh manusia sama
dengan dioksin karena klorin merupakan hasil samping dari pembentukan dioksin (Ruhendra,
1999).
Dioksin diduga sebagai penyebab endometriosis. Dugaan ini dirumuskan pada tahun
1994 berdasar hasil observasi langsung terhadap kasus peningkatan penyakit endometriosis
pada primata yang dipapar dengan dioksin. Total radiasi pada tubuh berhubungan dengan
meningkatnya prevalensi endometriosis pada primata. Pada manusia, bukti-bukti penelitian
mengenai pengaruh dioksin masih kurang. Peristiwa polusi yang terjadi di Seveso, Italia,
ditemukan prevalensi endometriosis tidak meningkat. Juga pada bayi yang masih menyusui
yang kemungkinan terpapar dioksin lewat air susu ibu, prevalensi endometriosis saat berumur
dewasa rendah (Redwine, 2004).
Daging ham dan makanan cepat saji mengandung kolesterol. Mengkonsumsi daging
ham dan makanan cepat saji dapat berdampak pada jaringan endometrium di uterus dan di
luar uterus dan dapat menimbulkan nyeri saat menstruasi. Hal ini dikarenakan sel stroma
pada uterus menghasilkan estradiol yang diperoleh dari kolesterol yang selanjutnya
menghasilkan estrogen yang berpengaruh terhadap jaringan endometrium (Bulun, 2009).
Menurut David (1993) dan Bulun (2009), kafein dan kolesterol tidak dapat dijadikan
sebagai penyebab endometriosis karena kafein dan kolesterol mempengaruhi peningkatan
kadar estrogen, hal ini hanya memperparah kista endometriosis karena jaringan endometrium
yang ada di uterus maupun yang di luar uterus mengalami penebalan sehingga menekan ke
tempat perlekatannya. Saat kadar estrogen menurun sel-sel ini tidak dapat keluar sehingga
menyebabkan nyeri dan perlekatan di tempat yang sama sehingga menimbulkan lesi atau
kista keriput dan berwarna cokelat atau biru kehitaman yang menandakan pendarahan yang
tidak dapat keluar. Pembentukan ini disebut pseudokist (Smeltzer, 2001).
L. Gejala endometriosis
Menurut American Fertility Society (2007a), gejala endometriosis dapat berupa :
- Nyeri haid
Banyak wanita mengalami nyeri pada saat haid normal. Bila nyeri dirasakan berat maka
disebut dysmenorrhea dan mungkin menjadi penyebab endometriosis atau tipe lain dalam
patologi pelvik seperti uteri fibroid atau adenomiosis. Nyeri berat juga dapat menyebabkan
mual-mual, muntah, dan diare. Dysmenorrhea primer terjadi pada saat awal terjadinya
menstruasi, kemudian cenderung meningkat selama masa reproduktif atau setelah masa
reproduktif. Dysmenorrhea sekunder terjadi setelah kehidupan selanjutnya dan mungkin akan
terus meningkat dengan umur. Ini mungkin menjadi sebuah tanda peringatan dari
endometriosis, walaupun beberapa wanita dengan endometriosis tidak merasa nyeri.
N. Klasifikasi endometriosis
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari
endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan
ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari
skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai
1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang
(stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).
Proses diagnosa lain dilakukan pada kasus yang lebih khusus, dokter mungkin akan
menggunakan teknik pengambilan gambar yang khusus seperti ultrasound, Computerized
Tomography (CT scan), atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menambah
informasi tentang pelvis. Prosedur ini dapat mengidentifikasi kista dan mengetahui
karekteristik cairan dengan kista ovarium, kista endometrioma dan kista korpus luteum
mungkin serupa kelihatannya. Uji ini digunakan bila menilai seorang wanita infertil atau
nyeri pelvis kronis. (American Fertility Society, 2007b).
Q. Penanganan
Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2 jenis terapi yaitu terapi medik dan terapi
pembedahan.
a. Terapi medik diindikasikan kepada pasien yang ingin mempertahankan kesuburannya atau
yang gejala ringan (Rayburn, 2001). Jenis-jenis terapi medik seperti terlampir pada Tabel. 3
dibawah ini (Widjanarko, 2009):
Tabel 4. Jenis-jenis terapi medik endometriosis
Jenis Kandungan Fungsi Mekanisme Dosis Efek
samping
Progestin Progesteron Menciptakan Menurunkan Medroxyprogestero Depresi,
kehamilan kadar FSH, n acetate: 10 – 30 peningkatan
palsu LH, dan mg/hari; berat badan
estrogen Depo-Provera® 150
mg setiap 3 bulan
Danazol Androgen Menciptakan Mencegah 800 mg/hari selama Jerawat,
lemah menopause keluarnya 6 bulan berat badan
palsu FSH, LH, dan meningkat,
pertumbuhan perubahan
endometrium suara
GnRH Analog Menciptakan Menekan Leuprolide 3.75 Penurunan
agonis GnRH menopause sekresi mg / bulan; densitas
palsu hormon Nafareline 200 mg 2 tulang, rasa
GnRH dan kali sehari; kering
endometrium Goserelin 3.75 mg / mulut,
bulan gangguan
emosi
b. Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk mengangkat kista-kista,
melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi dengan sinar laser atau elektrokauter.
Tujuan pembedahan untuk mengembalikan kesuburan dan menghilangkan gejala (Rayburn,
2001).
Terapi bedah konservatif dilakukan pada kasus infertilitas, penyakit berat dengan
perlekatan hebat, usia tua. Terapi bedah konservatif antara lain meliputi pelepasan perlekatan,
merusak jaringan endometriotik, dan rekonstruksi anatomis sebaik mungkin (Widjanarko,
2009).
A. Kesimpulan
Hasil studi pustaka dan diskusi dengan ahli disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Penyebab utama endometriosis belum dapat dipastikan, akan tetapi kemungkinan dapat
disebabkan oleh aliran menstruasi mundur, predisposisi genetik, metaplasia, maupun
pengaruh dari pencemaran lingkungan
2. Gejala endometriosis yang dapat dirasakan oleh penderita yaitu antara lain berupa nyeri
haid (dysmenorrhea) dan nyeri saat berhubungan (dyspareunia)
3. Penanganan endometriosis dapat dilakukan dengan terapi medik seperti pemberian
progestin, danazol, GnRH agonis, dan microguinon. Sedangkan terapi pembedahan dilakukan
dengan laparoskopi melalui pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik,
rekonstruksi anatomis sebaik mungkin, mengangkat kista, dan melenyapkan implantasi
dengan sinar laser atau elektrokauter.
B. Saran
1. Perlu di informasikan tentang pencegahan dan penanganan penyakit endometriosis pada
remaja.
2. Perlu diadakan penyuluhan tentang bahaya penyakit endometriosis kepada masyarakat
luas agar dapat diantisipasi dengan baik dan dapat mencegah meningkatnya jumlah penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2004. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 3. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Guyton, A. C. dan Jhon E. H. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. EGC Medical
Publisher. Jakarta. Hal 1065-1078.
Rayburn, W. F., Christopher C. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika. Jakarta. Hal 278-
282.
Rier S. E., et al. 1993. Endometriosis in rhesus monkeys following chronic exposure to 2,3,7,8-
tetrachlorodibenzo-dioxin. Toxicological Sciences. Volume 21, Number 4 : 433-441.
(http://toxsci.oxfordjournals.org/cgi/ reprint /21/4/433)