OLEH
Mira Deby Yuliana Kore
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam
keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya
dan subbudaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring,
layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola
tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowladge yang ilmiah
dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya
tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan
transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam
memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah
terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi
saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara
efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara
diam-diam mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya,
keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga,
atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya
lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga
sebagai sunrise modelmatahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan
esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum
memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok,
komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan
mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta
struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit. Dimensi
budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh tujuh
faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan
kekerabatan,
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani
antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem
perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat
tersebut digambarkan oleh leininger.oleh karena itu perawat harus mampu
membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan
kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut
merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap
memperhatikan tiga perinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1. Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkan kesehatan dan gaya hidup
yang di inginkan.
2. Culture care accommodation/negotiation ,yaitu prisip membantu,
memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya yang
merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,atau bernegosiasi atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau
klien.
3. Culture care repatterning/restructuring, yaitu :prinsip merekonstruksi
atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien kearah lebih baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menentukan cara pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi berdasarkan teori transkultural.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian berdasarkan cultural nursing
yang meliputi :
a. Mahasiswa mengetahui faktor tekhnologi
b. Mahasiswa dapat mengetahui faktor agama dan fisiologi
c. Mahasiswa dapat mengetahui social dan ikatan kekerabatan
d. Mahasiswa dapat mengetahui nilai budaya dan gaya hidup
e. Mahasiswa dapat mengetahui faktor kebijakan dan hokum
f. Mahasiswa dapat mengetahui faktor ekonomi
g. Mahasiswa dapat mengetahui faktor pendidikan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Budaya
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan
wujudnya misalnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen
utama yaitu kebudayaan material dan nonmaterial. Kebudayaan material
mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari
suatu penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencangkup barang-barang seperti
televisi, pesawat terbang, stadion olah raga, pakaian, gedung pencakar langit,
dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat,
dan lagu atau tarian tradisional.
Perilaku dari berbagai kelompok masyarakat dunia berbeda-beda,
perilaku tersebut akan membentuk budaya tertentu. Respon masyarakat
terhadap suatu peristiwa dalam kehidupan berbeda-beda bergantung pada
bagaimana kebiasaan sekelompok masyarakat tersebut dalam menangani
masalah. Setiap individu memiliki budaya baik disadari maupun tidak
disadari, budaya merupakan struktur dari kehidupan. Istilah budaya pertama
kali didefinisikan oleh antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa budaya
yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai anggota
masyarakat. ( Brunner dan Suddart, 2001 ). Sedangkan petter (1993)
mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai, kebudayaan sikap dan adat yang
terbagi dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi ke generasi
berikutnya. Budaya akan dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan nyaman dari wktu ke waktu tanpa memikirkan rasionalisasinya. The
American Herritage Dictionary mengertikan kebudayaan adalah sebagai suatu
keseluruhan dari pola prilaku yang dikirimkan melalui kerja dan pemikiran
manusia dari suatu kelompok manusia.
Banyak ahli budaya mendifinisikan arti budaya dan kebudayaan ini
dengan berbagai argumen, tetapi intinya adalah sama, koentjaraningrat (1990)
menjelaskan bahwa kebudayaan berasal dari bahasa sangsengkerta buddayah
yeng berarti budi atau akal, bisa juga daya dari budi, sedangkan
kebudayaanadalah hasil cipta, rasa dan karsa. Kessing (1992) mengadopsi
berbagai pengertian kebudayaan dari para ahli yang kemudian dapat
disimpulkan bahwa budaya adalah suatu yang mengandung unsur
pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, prilaku yang merupakan kebiasaan
yang diwariskan. Budayaan atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta
yaitu buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan disebut culture, yang berasal
dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau menegrjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan juga didefinisikan sebagai rancangan hidup yang tercipta
secara historis baik eksplisit maupun implisit, rasional, irasional yang ada
pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk prilaku manusia
(kluckhohn dan kelly, dalam kessing, 1992). Menurut swasono (1998), respon
masyarat terhadap berbagai peristiwa kehidupan disebut budaya. Dan budaya
ini berbeda-beda pada berbagai kelompok di masyarakat. Andrews dan Boyle
(2003) mendefinisikan budaya dari Leininger (1978) bahwa budaya adalah
pengetahuan yang dipelajar dan disebarkan dengan nilai, kepercayaan, aturan
perilaku, dan praktik gaya hidup yang menjadi acuan bagi kelompok tertentu
dalam berpikir dan bertindak dengan cara yang terpola. Purwasito (2003)
menjelaskan bahwa kata budaya diambil dari bahasa sansekerta buddayah
yang berarti akal budi. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata budaya
bersinonimdengan kata ‘cuture’. Kata culture berasal dari bahasa latin
‘cultura’. Kata kultur atau kebudayaan adalah hasil kegiatan intelektual
manusia, suatu konsep mencangkup berbagai komponen yang digunakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya sehari-hari.
Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Oliver (1981) yang juga
memberikan penekanan bahwa budaya merupakan sekumpulan ide yang
digunakan manusia untuk menjawab permasalahan hidup yang mendasar.
Zanden (1990) menjelaskan bahwa istilah kultur mengacu pada warisan
sosial masyarakat yang mempelajari pola berpikir, merasa, dan bertindak
yang ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya termasuk
penggunaan pola-pola tersebut dalam sesuatu yang bersifat materi. Sementara
itu samovar dan poter (1995) mengutip pernyataan Adamsom dan Frost yang
mengatakan bahwa kultur merupakan pola tingkah laku yang dipelajari yang
merupakan satu kesatuan system yang bukan hasil dari keturunan. Dari semua
definisi diatas jelaslah bahwa kultur atau memiliki karakteristik sendiri. Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pemikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan
itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditunjukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B. Karakter Budaya
Dincker (1996), menyimpulkan pendapat Boyle dan Andrews (1989),
yang menggambarkan empat ciri esensial budaya yaitu :
1. Budaya dipelajari dan dipindahkan, orang yang mempelajari budaya
mereka sendiri sejak lahir.
2. Budaya berbagi bersama, anggota-anggota kelompok yang sama
membagi budaya baik secara sadar maupun tidak sadar, perilaku
dalam kelompok merupakan bagian dari identitas budayanya.
3. Budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi
khusus pada sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan
sebagainya. Adaptasi budaya pada negara maju diadopsi sesuai
dengan tehnologi yang tinggi.
4. Budaya adalah proses yang selalu berubah dan dinamis, berubah
seiring kondisi kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang partisipasi
wanita dan sebagainya. Penelitian batak Toba di Indonesia yang
beradaptasi dengan suku Sunda dengan merubah adat ketatnya karena
menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
Menurut Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di
Amerika dan hidup di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan
Indonesia maka tidaklah secara otomatis anak itu bisa berbicara
dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh
orangtuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita
mengetahui banyak hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan
budaya kerena generasi sebelum kita mengejarkan kita banyak hal
tersebut. Suatu contoh upacra penguburan placenta pada masyarakat
jawa, masyarakat tersebut tidak belajar secara formal tetapi mengikuti
prilaku nenek moyangnya.
3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa memepelajari budaya
orang memerlukan simbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat
saling bertukar pikiran dan komunikasi sehingga memungkinkan
terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikkan
budaya adalah kalung pada suku dayak, manik-manik, gelang yang
semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.
4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem
yang dinamis dan adaftif maka budaya rentan terhadap adanya
perubahan. Misalnya pada sekelompok masyarakat merayakan
kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern
tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga
diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan
klien dan standar etik
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan
kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Bapak Gatot berusia 51 tahun dengan post operasi hari ke empat, fraktur
tibia 1/3 distal. Pagi itu pasien mengeluh nyeri sekali pada daerah luka post
operasi, ketika perawat melakukan pemeriksaan terdapat tanda-tanda radang
pada luka bapak Gatot. Menurut penjelasan pasien tadi malam jam 24.00
WIB luka diberikan taburan serbuk oleh keluarga dan seorang penyembuh
tradisional.
B. Pengkajian
1. Data Demografi
a. Warna kulit
: Sawo matang (turgor kulit baik)
b. Rambut : Hitam, Lurus
c. Struktur tubuh : Tinggi, Gemuk
d. Bentuk wajah : Ovale
e. Penyakit Resiko : HT
Beberapa komponen yang spesifik pada pengkajian transkultural.
3. Faktor Teknologi
a. Alat yang digunakan untuk bepergian : Keluarga Ny. S
menggunakan motor untuk bepergian.
b. Alat yang digunakan untuk berkomunikasi : Telepon genggam.
c. Alat yang digunakan untuk belajar : Buku bacaan.
d. Bahasa yang digunakan untk berinteraksi : Bahasa Jawa.
e. Sarana yang digunakan untuk hiburan keluarga: Televisi da Radio.
f. Persepsi terhadap teknologi kesehatan : keluarga menganggap dengan
teknologi maju biaya akan besar untuk pengobatan.
g. Respon terhadap teknologi kesehatan: menerima dengan senang hati,
bila bisa menggunakannya secara gratis.
4. Faktor agama dan filosofi
a. Keluarga Ny.S beragama Islam
b. Keyakinan agama yang dianut klien berhubungan dengan kesehatan:
mempercayai saat sakit pasien bisa dibacaan doa doa / Al-qur’an untuk
membantu kesehatan pasien.
c. Pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita karena
merupakan jian dari Allah SWT untuk menghapus dosa atau bahkan
kutukan/ balasan dari perbuatan dosa.
d. Yang dilakukan klien dan keluarganya untuk berusaha menyembuhkan
keluarga yang sakit yaitu dengan membawa ketempat pelayanan
kesehatan yaittu puskesmas tapi keluarga juga membawa keluarga yang
sakit ke Ustad bahkan ke dukun dan memberikan air yang sudah diberi
doa/ jampi-jampi.
e. Apa falsafa hidup klien: ojo dumeh, ojo gumunan, ojo kagetan, ojo
getunan lan aleman.
5. Faktor social dan ikatan kekerabatan (kindship)
a. Pernyataan klien atau orang lain tentang kesehatannya: Baik
b. Status perkawinan: Menikah
c. Jumlah anak: 2 orang
d. Klien dirumah tinggal dengan: Anak dan Suami dan tinggal di ruma
sendiri.
e. Tindakan yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya sakit:
dibawa ke pusks ,
7. Faktor Pendidikan
a. Klien hanya sampai pada tingkat sekolah menengah, sementara orang
tua klien tidak sekolah
b. Sehat menurut klien dan keluarga jika seseorang mampu bekerja dan
beraktivitas seperti biasa tanpa hambatan
c. Sakit menurut klien dan keluarga jika mendapat hukuman dari yang
maha kuasa sehingga tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa
d. Jenis penyakit yang sering diderita oleh keluarga klien adalah nyeri
pada ulu hati
e. Pemahaman sakit menurut klien dan keluarga adalah klien sedang
mendapat hukuman dari dewa sehingga klien perlu memberikan sesajen
dan didalam tubuh klien terdapat roh jahat yang hanya mampu diusir
dengan mengusap daun sawang pada tubuh klien.
f. Klien dan keluarga berharap agar petugas kesehatan mampu
memberikan pertolongan dalam membantu penyembuhan klien
C. Analisa Data
Data subjektif Data objektif
keluarga mengatakan bahwa keluarga pasien membawa
daun tersebut dapat mengusir daun sawang untuk diusapkan
roh-roh jahat ketubuh klien
Keluarga mengatakan bahwa Keluarga klien membawa
sesajen tersebut mempercepat sesajen dan kemenyam di
kesembuhan kamar pasien
Tn. A dan keluarga pada saat klien dan keluarga
mengatakan dengan mengusap diberikan pendidikan
tubuh klien dengan daun kesehatan masih terlihat
sawang kemudian membaca bingung.
mantra dapat mengusir roh Ekspresi wajah tampak
jahat meringis.
Klien mengeluh sakit ulu hati, Nyeri tekan pada abdomen
mual, demam, mual, kurang kuadran kiri atas, daerah di
nafsu makan. bawah processus xifoideus.
Tanda-tanda vital :
v T : 90/50 mmHg
v N : 72 x/menit
v P : 20 x/menit
v S : 380C
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri ber-hubungan dengan adanya
peradaangan pada lambung
2. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
3. Distres spiritual/gangguan spiritual berhubungan dengan batasan atau
pencegahan praktik ritual keagamaan atau budaya di RS
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas
perilaku promosi kesehatan
E. Intervensi
salah satu dari diagnosa keperawatan yang paling memberi pengaruh kepada
petugas kesehatan, klien, dan keluarga, serta kebudayaan suku:
Distress kultural berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik ritual
keagamaan atau budaya di RS
Distress kultural berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik ritual
keagamaan atau budaya di RS, ditandai dengan :
· DO Keluarga klien membawa sesajen dan kemenyam di kamar pasien
· DS Keluarga mengatakan bahwa sesajen tersebut mempercepat
kesembuhan
· Tujuan:
§ Klien dan keluarga menerima clan memahami penjelasan dari perawat tentang
dampak dari sesajen.
§ Klien menerima tindakan dengan prinsip Culture Care Repatterning on
Restructuring
· Kriteria hasil:
· Setelah 2x pertemuan klien dapat menerima perubahan yang akan
diterapkan perawat. Mengidentifikasi alternatif untuk membentuk pola
koping.
f. rencana tindakan
· Kaji seberapa jauh keyakinan pasien dan keluarga
· Anjurkan keluarga klien menyalakan sesaji di rumah dan mendoakan dari
rumah
· Kaji individu terhadap perubahan-perubahan yang baru dialami klien.
· Gali pengertian individu tentang masalah-masalah dan pengharapannya
pada pengobatan dan hasil-hasil diharapkan.
· Tetapkan apakah keyakinan realistis atau tepat.
· Pastikan hak-hak pasien untuk menolak semua atau sebagian dari aturan
pengobatan yang dianjurkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :
1. Faktor teknologi (technological factors)
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (culture value and life ways)
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
6. Faktor ekonomi (economical factors)
7. Faktor pendidikan (educational factors)
DAFTAR PUSTAKA