Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PSIKOSOSIAL TM 10

Nama : Sefinna Ayu Wibowo


NIM : 221100587
Prodi : Keperawatan (3)
Tgl : 1 Desember 2023
MODEL KONSEP TEORI LEININGER

1. KONSEP TEORI CULTURE CARE


Konsep Keperawatan Transkultural
 Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
 Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung
pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain
yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunitas setempat.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya dan
sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger, 1991). Menurut
konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat
digambarkan sebagai berikut : (1) Budaya adalah pengalaman yang bersifat
universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis, (2) budaya yang
bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada
generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan, (3) budaya diisi dan
ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
 Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
 Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal
dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya
yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk
kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang
mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
 Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain
 Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah
seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok
etnik). Kelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya
dan sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson,
1981).
 Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.Ras merupakan sistem
pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik pigmentasi, bentuk
tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk kepala. Ada tiga jenis ras
yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.
 Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan
manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989).Etnografi adalah ilmu
yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik
diantara keduanya.
 Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
 Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
 Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. Cultural
imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok
lain.

Referensi
Anafrin, Y. (2023). EBook Keperawatan Transkultural.
Madeleine Leininger mengemukakan bahwa kesehatan dipengaruhi dalam tiga
fase yaitu pengetahuan keperawatan transkultural berfokus pada persamaan dan
perbedaan budaya,pengetahuan berbasis penelitian tentang perawatan berbasis
budaya, dan implementasi yang selaras dengan budaya. Ketiga fase ini dijadikan
fokus dalam penerapan praktik asuhan keperawatan sesuai budaya.
Proses keperawatan transkultural secara bermakna dapat meningkatkan hasil
perawatan kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup orang-orang dari beragam
budaya agar tidak mengalami kesenjangan sosial dan kesehatan (McFarland &
Wehbe-Alamah, 2019).
Dalam penelitiannya Wah Oo et al., 2020 mengungkapkan bahwa teori
Leininger atau penerapan budaya pada suatu suku berpengaruh terhadap persepsi dan
manajemen diabetes pada masyarakatnya. Penelitian lain mengungkapkan bahwa
penanganan diabetes anak yang tepat, pendidikan dan perilaku interdisiplin yang
berkaitan dengan culture care sangat penting, agar dapat memahami aspek dasar
pengobatan dan pengendalian penyakit
sehingga memberikan kehidupan yang lebih baik (Pennafort et al., 2018).
Perawat perlu menerima praktik kebudayaan pasien ketika memberikan
asuhan, sebagai contoh penerapannya ditemui ketika di komunitas. Budaya
merupakan sesuatu keunikan dan keyakinan dari pasien yang dapat mempengaruhi
perilaku kesehatan selama perawatan. (Wah Oo et al., 2020).
Penerapan spiritual dalam teori Leininger yang diterapkan dalam masyarakat
yang beragama islam adalah terapi zikir (Arsad et al., 2020). Terapi zikir ini
berpengaruh bagi pasien muslim karena dapat memberikan respon psikologis yang
baik pada pasien karena adanya ketenangan yang diperoleh saat merasa dekat dengan
Tuhan (Tamrin et al., 2020).
prinsip yang penting untuk memahami teori Leininger :

 Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau diantisipasi
dalam upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang menjadi perhatian atau untuk
menghadapi kematian.
 Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan perawatan.
 Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai, keyakinan,
norma, dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang membimbing
mereka berpikir, keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup.
 Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi
seseorang atau kelompok untuk meningkatkan kondisi manusia atau untuk menangani
penyakit atau kematian.
 Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai, pantas
tidaknya perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok orang yang berbeda.
 Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti serupa yan
jelas di antara banyak budaya.
 Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus dengan
perawatan fenomena.
 Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau alam
semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
 Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan dengan agama,
struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola pendidikan-terns, penggunaan
teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di-fluence tanggapan budaya
manusia dalam konteks budaya.
 Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan budaya dan
dihargai oleh budaya yang ditunjuk
 Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan pelayanan
keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk menyimpan dan
menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait dengan masalah kesehatan atau
kondisi.
 Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan keperawatan
kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu beradaptasi dengan atau
bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan masyarakat dalam upaya untuk
mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan yang optimal untuk klien dari budaya
yang ditunjuk. Memahami Kerja Theorists Perawat
 Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang diambil oleh
budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini memungkinkan atau
sebagai klien untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi terhadap menguntungkan
hasil sementara menghormati nilai-nilai budaya klien.
2. BIOGRAFI DAN SEJARAH SINGKAT LEININGER
Biografi Madeleine Leininger
Madeleine Leininger (13 Juli 1925 – 10 Agustus 2012) adalah seorang
pendidik, penulis, ahli teori, administrator, peneliti, konsultan, pembicara publik, dan
pengembang konsep keperawatan transkultural yang dikenal secara internasional yang
memiliki pengaruh besar dalam cara menangani dengan pasien dari budaya dan latar
belakang budaya yang berbeda. Dia adalah Perawat Transkultural Bersertifikat,
Anggota Royal College of Nursing di Australia, dan Anggota American Academy of
Nursing. Teorinya kini menjadi disiplin keperawatan yang merupakan bagian integral
dari praktik perawat di bidang kesehatan saat ini.
Madeleine Leininger lahir pada tanggal 13 juli 1925 di Sutton, Nebraska,
Amerika Serikat. Beliau adalah seorang ahli teori keperawatan perintis, yang pertama
kali muncul pada tahun 1961. kontribusinya untuk teori keperawatan melibatkan
diskusi tentang apa itu peduli. Terutama, ia mengembangkan konsep keperawatan
transkultural, membawa peran faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam
diskusi tentang bagaimana yang terbaik untuk mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.Beliau menerima gelar diploma dalam keperawatan dari St Anthony's
School of Nursin di Denver, Colorado. Pada tahun 1950, la memperoleh B.S. dari St
Scholastica (Benedictine College) di Atchi, Kansas. Dan pada tahun 1954 meraih
M.S. di Nurs kesehatan jiwa dan mental dari Universitas Katolik Amerika di
Washington, DC
 Masa muda
Madeleine Leininger lahir pada 13 Juli 1925 di Sutton, Nebraska. Dia tinggal
di sebuah peternakan bersama empat saudara laki-laki dan perempuannya dan lulus
dari Sutton High School. Setelah lulus dari Sutton High, dia berada di Korps
Keperawatan Angkatan Darat AS sambil mengejar program keperawatan dasar.
Bibinya, yang menderita penyakit jantung bawaan, membimbingnya untuk mengejar
karir di bidang keperawatan.
 Pendidikan
Pada tahun 1945, Madeleine Leininger, bersama saudara perempuannya,
memasuki Korps Perawat Kadet, sebuah program yang didanai pemerintah federal
untuk meningkatkan jumlah perawat yang dilatih untuk memenuhi kebutuhan yang
diantisipasi selama Perang Dunia II. Dia memperoleh diploma keperawatan dari
Sekolah Keperawatan Rumah Sakit St. Anthony, diikuti dengan gelar sarjana di
Mount St. Scholastica College dan Universitas Creighton.Leininger membuka layanan
keperawatan psikiatri dan program pendidikan di Creighton University di Omaha,
Nebraska. Ia memperoleh gelar setara BSN melalui studinya di bidang ilmu biologi,
administrasi keperawatan, pengajaran, dan kurikulum pada tahun 1951-1954. Beliau
memperoleh gelar Master of Science in Nursing dari Catholic University of America
pada tahun 1954. Dan pada tahun 1965, Leininger memulai program doktoral di
bidang Antropologi Budaya dan Sosial di Universitas Washington di Seattle dan
menjadi perawat profesional pertama yang memperoleh gelar Ph.D. dalam
antropologi.

3. DEFINISI TEORI
Transcultural Nursing ialah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkanpada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini dapat digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan atau (askep ) yang khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Pada teori ini,ada beberapa Tujuan dari keperawatan transkultural adalah
untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman
keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam
pemberian asuhan keperawatan. Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku
Caring. Caring merupakan esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring bisa dikatakan sebagai
tindakan yang dilakukan untuk memberikan dukungan kepada individu secara yang
utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring
merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat yang lainnya.
4. Tujuan model konsep
Tujuan model ini adalah untuk memberikan asuhan yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya, keyakinan dan praktik. Pengetahuan budaya memainkan peran penting bagi
perawat untuk menangani pasien. Teori ini membantu perawat untuk memahami dan
menghormati keragaman yang sering kali ada dalam perawatan pasien.
Sumber : Hultsjö S, Bachrach-Lindström M, Safipour J, Hadziabdic E.
“Cultural
awareness requires more than theoretical education” - Nursing students’
experiences. Nurse Educ Pract. 2019;39:73-79.
doi:10.1016/j.nepr.2019.07.009
5. Model konsep teori
MODEL KONSEP TEORI
M. Leininger merupakan seorang tokoh pelopor keperawatan sekaligus penggagas
teori asuhan keperawatan berdasarkan budaya yaitu mengembangkan konsep yang
relevan dengan teori meliputi (Aligood, 2014):
 Human care and caringKonsep human care and caring mengacu pada
manifestasi dari masalah dengan cara membimbing, mendukung, membangun
dan menfasilitasi untuk membantu diri sendiri dan antisipasi terhadap
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatandan menghadapi ketidakmampuan
atau kematian.
 BudayaBudaya mengarah pada pola kehidupan, nilai, kepercayaan, norma,
simbol dan praktik individu, kelompok atau institusi yang belajar, berbagi dan
biasanya diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya.
 Culture careCulture care berkaitan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk
memberikan membimbing, mendukung atau kesempatan kepada individu,
keluarga, kelompok untuk mempertahankan kesehatan, berkembang dan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan serta mencapai kematian yang
damai.
 Culture care diversityCulture care diversity berhubungan dengan keragaman
budaya dan perbedaan kepercayaan dalam merawat, pola, makna, nilai simbol
dan kehidupan manusia.
 Culture care universityCulture care university mengarah pada kesamaan
budaya berdasarkan makna pelayanan (kebenaran), pola, nilai, simbol dan
jalan hidup yang menggambarkan perawatan sebagai bentuk kemanusiaan
yang universal.
 Cara pandang Cara pandang berkaitan dengan cara individu atau kelompok
melihat dan mengetahui dunia dengan nilai, pendirian, gambaran atau
perspektif mengenai dunia dan kehidupan.
 Dimensi budaya dan struktur sosialMengarah pada dinamika, holistik dan pola
yang saling berhubungan dari struktur kebudayaan termasuk agama, sosial,
karakteristik politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, nilai-nilai budaya,
filosofi, sejarah dan bahasa.
 Konteks lingkunganKonteks lingkungan berhubungan dengan totalitas dari
suatu lingkungan (fisik, geografis dan sosiokultural), situasi atau kegiatan
yang berhubungan dengan pengalaman yang memberikan arti dalam
memaknai bertujuan untuk mengarahkan ekspresi manusia dan diskusi dengan
sumber dengan melihat situasi lingkungan.EthnohistoryEthnohistory berkaitan
dengan urutan dari suatu fakta, kegiatan atau pengembangan, perpanjangan
waktu seperti yang diketahui atau dokumentasi mengenai budaya manusia.
berkaitan dengan sudut pandang local atau pribumi dan nilai suatu fenomena.
Etik mengarah pada pandangan umum dan nilai mengenai sebuah fenomena.
 Kesehatan berkenaan dengan kesejahteraan atau derajat kesembuhan yang
membentuk suatu kebudayaan, penilaian dan dilaksanakan pada individu atau
kelompok dan membangun kegiatan sehari-hari.
 Transcultural nursing berkaitan dengan area formal dari kemanusian dan ilmu
pengetahuan serta praktik yang berfokus pada fenomena perawatan budaya
secara menyeluruh (caring) serta kompetensi individu atau kelompok dalam
menjaga atau menumbuhkan kesehatan (kesejahteraan) yang berkaitan dengan
ketidakmampuan, kematian dan kondisi manusia lain pada budaya yang sama
dan saling menguntungkan.
 care preservation or maintenance berkaitan dengan pendampingan, dukungan,
fasilitatif atau pembangun tindakan professional dan keputusan yang
membantu seseorang dengan budaya tertentu,menjaga dan mempertahankan
makna dari nilai perawatan dan jalan hidup mencapai kesejahteraan, pulih dari
penyakit atau sepakat dengan kendala dan kematian.
 Culture care accommodation or negotiation berhubungan dengan dukungan
pendampingan, fasilitatif atau membangun aksi profesional dan keputusan
yang membantu menusia menyusun kebudayaan sehingga mampu
menyusaikan atau bernegosiasi dengan orang lain untuk sebuah makna atau
arti, keuntungan dan outcome pertahanan kesehatan.
 care repatterning or restructuring mengarah pada dukungan pendampingan,
fasilitatif atau membangun aksi profeional dan keputusan yang membantu
klien untuk memesan kembali, mengubah atau memodifikasi jalan hidup yang
baru, berbeda dan outcome kesehatan yang lebih menguntungkan.
 Culturally component nursing care berkaitan dengan penggunaan perawatan
berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, dan
mengandung arti, menyesuaikan dengan kebutuhan individu atau kelompok
yang menguntungkan bagi kesehatan dan kesejahteraan, ketidakmampuan
menghadapi penyakit atau kematian.

Referensi
Setyawati, A. (2023). BAB 3 HUBUNGAN DAN MODEL KEPERAWATAN
DALAM KEPERAWATAN TRANSKULTURAL. Keperawatan Transkultural,
25.
6. Proses keperawatan transcultural
Proses Keperawatan Transcultural NursingModel konseptual yang
dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks
budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan
berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a) Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada "Sunrise Model" yaitu :
 Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
 Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
Realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
 Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktorfaktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
 Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-
nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas seharihari dan
kebiasaan membersihkan diri.
 Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
 Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah
sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber
lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga.
 Faktor pendidikan (educational factors) Latar belakang pendidikan
klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
(Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering
ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
 Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
 Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.
c) Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan
tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
- Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan,
- Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan
- Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.
d) Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi
dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang
dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien
7. Implementasi dalam pelayanan keperawatan
Teori Keperawatan dapat dijadikan landasan pemberian intervensi asuhan
keperawatan dengan memadukan keterkaitan antara teori, praktik, kebijakan, dan
penelitian keperawatan (Mintz-Binder, 2019). Pelayanan keperawatan yang optimal
harus memperhatikan asuhan keperawatan secara komprehensif yaitu mencakup
komponen bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Salah satu teori yang dapat digunakan
untuk menunjang keberhasilan keperawatan komprehensif adalah teori transcultural
nursing yang dikemb
8. Hambatan hambatan mengenai teori ini
Meskipun teori Culture Care memiliki banyak manfaat dan nilai positif, ada beberapa
hambatan yang dapat muncul dalam penerapannya. Beberapa hambatan tersebut
meliputi:
 Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang budaya: Perawat mungkin tidak
memiliki pengetahuan yang memadai tentang budaya pasien atau mungkin tidak
memahami pentingnya faktor budaya dalam perawatan. Ini dapat menghambat
kemampuan perawat untuk memberikan perawatan yang sensitif budaya.
 Stereotip dan prasangka: Stereotip dan prasangka terhadap kelompok budaya
tertentu dapat mempengaruhi cara perawat memperlakukan pasien. Jika perawat
memiliki prasangka negatif terhadap suatu budaya, mereka mungkin tidak mampu
memberikan perawatan yang efektif dan sensitif terhadap kebutuhan pasien.
 Bahasa dan komunikasi: Perbedaan bahasa dan komunikasi dapat menjadi
hambatan dalam memberikan perawatan yang efektif. Jika perawat dan pasien
tidak dapat berkomunikasi dengan baik, ini dapat menghambat pemahaman dan
pengiriman perawatan yang tepat.
 Konflik nilai budaya: Perawat mungkin menghadapi konflik nilai budaya dengan
pasien atau keluarganya. Nilai-nilai budaya yang berbeda dapat mempengaruhi
persepsi tentang perawatan dan keputusan yang diambil. Perawat harus dapat
mengelola konflik ini dengan bijaksana dan menghormati nilai-nilai budaya
pasien.
 Keterbatasan waktu dan sumber daya: Dalam praktik klinis yang sibuk, perawat
mungkin menghadapi keterbatasan waktu dan sumber daya yang membuat sulit
untuk memberikan perawatan yang sensitif budaya. Prioritas dan tuntutan lain
dalam perawatan mungkin menghalangi perawat dalam memperhatikan dan
menghormati budaya pasien dengan baik.
Meskipun ada hambatan-hambatan ini, penting untuk diatasi agar perawat dapat
memberikan perawatan yang efektif dan sensitif budaya. Pelatihan, pendidikan, dan
kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya budaya dalam perawatan dapat
membantu mengatasi hambatan-hambatan ini.
9. Kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan teori lain
Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger
 Kelebihan :
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan
pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar
belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem,
King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan .
 Kelemahan :
1. Teori ini begitu luas sehingga tidak berdiri sendiri dan hanya digunakan
sebagai pendamping beberapa model konseptual lainnya.
2. Teori transkultural ini tidak memiliki intervensi khusus dalam
menyelesaikan permasalahan terkait perawatan, sehingga harus dipadukan
dengan model teori lainnya.
3. Teori ini juga tidak dapat sepenuhnya mengubah persepsi pasien, karena
hanya menekankan pada satu pilihan intervensi dalam pelaksanaan
tindakan

Anda mungkin juga menyukai