Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan Keperawatan merupakan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
pasien baik individu, kelompok, keluarga dan mayarakat dalam keadaan sehat dan sakit
secara holistik (biologi, psikologi, sosial, spiritual dan kultural) dalam rentang kehidupan
dengan pendekatan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi). Asuhan keperawatan yang diberikan dapat berupa asuhan
keperawatan medikal bedah, anak, maternitas, jiwa, gawat darurat, keluarga, komunitas dan
gerontik.
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah asuhan keperawatan yang tidak kalah penting
untuk dibahas, karena asuhan keperawatan keluarga merupakan bagian dari asuhan
keperawatan komunitas dimana keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari individu dan kelompok. Keberhasilan kesehatan atau keperawatan keluarga
merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan kesehatan atau keperawatan di komunitas.
Di dalam keluarga terjadi interaksi antar budaya, adaptasi serta mempertahankan
budaya dimana budaya merupakan keyakinan atau perilaku yang diturunkan atau diajarkan
manusia kepada generasi berikutnya. Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut
: (1) budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada budaya yang sama
persis, (2) budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan
kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan dan (3) budaya diisi dan
ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri (Leininger, 1978)
Dari fenomena diatas dapat dilihat bahwa asuhan keperawatan keluarga tidak lepas
dari budaya atau transkultural yang selalu dapat mempengaruhi hasil dari pengkajian asuhan
keperawatan keluarga sehingga perlu menelaah kembali asuhan keperawatan keluarga mulai
dari pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai dengan
evaluasi dengan pendekatan transkultural sehingga dapat meningkatkan kemampuan
keterampilan profesional yang meliputi kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal
dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya dalam keluarga. Dalam makalah ini
akan membahas asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan transkultural secara teori,
aplikasi di lapangan sampai dengan kesenjangan antara teori dan lapanan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pendekatan transkultural?
2. Bagaimana proses Keperawatan keluarga?
3. Bagaimana pengaplikasian asuhan keperawatan transkultural?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas
dalam pengkajian keperawatan keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORI
KEPERAWATAN TRANSTRUKTURAL

2.1 Konsep Etnik dan Budaya


Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu
(kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya
dan sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson, 1981). Etik
berbeda dengan ras (race). Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan
karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk
kepala. Ada tiga jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada
generasi berikutnya (Taylor, 1989). Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung
pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan
kebiasaan manusia sebagai anggota kemunitas setempat.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk
melakukan kegiatan tertentu (Leininger, 1991). Menurut konsep budaya Leininger (1978,
1984), karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang
sama persis,
2. Budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan
kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan,
3. Budaya di isi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

2.2 Pengertian Transkultural


Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan
studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan transkultural
adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok,
serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit
secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Pelayanan keperawatan
transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Keperawatan transcultural mengacu pada suatu aea formal kemanusiaan serta
pengetahuan dan praktik ilmiah yang berfokus pada fenomena Asuhan Budaya yang holistic
(caring) dan kompetensi untuk membantu individu atau kelompok untuk mempertahankan
atau memulihkan kesehatan mereka (atau kesejahteraan) dan untuk menerima hendaya,
kematian atau kondisi lainnya dengan cara yang sesuai dengan budaya serta bermanfaat.

2.3 Tujuan Keperawatan Transkultural


Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains
dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma spesifik
yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang universal
adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua kultur seperti budaya
berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat
(Leininger, 1978).
Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya. Budaya yang
telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural, melalui
3 strategi utama intervensi, yaitu mempertahankan, bernegosiasi dan merestrukturisasi
budaya.

2.4 Paradigma Keperawatan Transkultural


Paradigma keperawatan transkultural adalah cara pandang, persepsi, keyakinan,
nilai-nilai dan konsep dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya terhadap 4 konsep sentral, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan, dan
lingkungan (Leininger, 1978).
a. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai dan norma yang
diyakini bergua untuk menetapkan piihan dan melakukan tindakan, manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya setiap saat dan dimanapun dia berada.
Klien yang dirawat di rumah sakit harus belajar budaya baru, yaitu budaya rumah sakit,
selain membawa budayanya sendiri. Klien secara aktif memilih budaya dari lingkungan,
termasuk perawat dan pengunjung. Klien yang sedang dirawat belajar agar cepat pulih
dan segera pulang untuk memulai aktifitas yang lebih sehat.
Setiap budaya manusia memiliki pengetahuan dan praktik perawatan tradisional
dan biasanya pengetahuan dan praktik perawatan professional yang berbeda baik secara
transcultural ataupun individual.
b. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya yang terletak pada rentang sehat sakit (Leininger, 1984) dan merupakan
suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan yang dalam konteks budaya digunakan untuk
mrnjaga dan memelihara keadaaan seimbang/sehat, yang dapat diamati dalam kehidupan
sehari-hari. Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan klien untuk memilih secara aktif budaya yang sesuai dengan status
kesehatannya dan klien harus mempelajari lingkungannya.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
keyakinan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang suatu totalitas kehidupan dan
budayanya baik berupa lingkungan fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam yang diciptakan oleh manusia seperti
pegunungan, pemukiman padat, bentuk rumah daerah panas (banyak lubang), bentuk
rumah daerah dingin (eskimo) dll.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan
sosialisasi individu atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas seperti keluarga,
komunitas dan masjid atau gereja.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk atau simbol yang menyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu, seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa, atau
atribut yang digunakan (kalung,anting, hiasan dinding, ikat kepala, baju atau slogan-
slogan)
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Strategi yang digunakan dalam intervensi dan impelemnatasi keperawatan
keluarga adalah mempertahankan, mnegosiasi, dan merestrukturisasi budaya klien.
Perawatan berbasis budaya merupakan makna yang paling komprehensif dan
holistic untuk mengetahui, menjelaskan, menginterprestasikan dan memprediksi fenmena
asuhan keperawatan dan untuk memandu keputusan dan tindkaan keperawatan.
2.5 Keperawatan Transkultural Pada Keluarga Sunda
a. Sejarah perkembangan keluarga Sunda
Keluarga dalam masyarakat Sunda sebenarnya memiliki dua pengertian, yaitu
keluarga dengan pengertian sempit dan pengertian luas. Keluarga dalam pengertian
empit berarti keluarga inti atau batih, sedangkan keluarga dalam pengertian luas berarti
sanak saudara yang mempunyai ikatan keluarga karena pertalian darah dan perkawinan.
Satu keluarga besar disebut sabondoyot atau sakulawedet. Sistem kekerabatan orang
Sunda bersifat parental atau bilateral yaitu hak dan kedudukan anggota keluarga dari
pihak ayah maupun ibu.
Menurut penyelidikan Atmamiharja (1958), kata Sunda mempunyai arti sebagai
berikut :
1. Sanskerta : Sunda artinya tenaga, bersinar, nama dewa Wisnu, nama satria buta
dalam cerita ”Upa Sunda dan Ni Sunda”.
2. Kawai : Sunda artinya air, tumpukan, pangkat, waspada.
3. Jawa : Sunda berarti menyusu, berganda, suara, naik, terbang.
4. Sunda : Sunda berarti bagus, indah, unggul, menyenangkan.

b. Aspek Demografi
Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun atau
lebih. Mereka terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Proporsi penduduk
yang tergolong angkatan kerja dikenal sebagai tingkat patisipasi angkatan kerja.
Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang
masuk dalam pasar kerja (bekerja atau mencari pekerjaan). Kesempatan kerja
memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja sehingga sehingga
angkatan kerja yang tidak terserap disebut pengangguran.

c. Aspek Psikososial
Beberapa pengelompokan utama pada orang Sunda sebagai hasil sistem
masyarakat didasarkan pada berbagai kriteria berikut :
a) Berdasarkan tempat
Adanya beberapa orang Sunda pada berbagai tempat / daerah.
b) Berdasarkan keadaan materi
Adanya lapisan masyarakat Sunda
c) Berdasarkan prestise feodalistik
Adanya orang Sunda bangsawan dan rakyat biasa, orang Sunda terpelajar dan tidak
terpelajar
d) Berdasarkan profesi mata pencaharian
Pegawai negeri, pengusaha, petani, buruh, dan lain-lain.

d. Bentuk keluarga dalam sistem kekerabatan


Sistem kekerabatan orang Sunda bersifat parenta dan bilateral yang berarti hak
dan kedudukan anggota keluarga dari pihak ayah dan ibu. Kedudukan suami-istri dalam
perkawinan sederajat. Sistem kekerabatannya meliputi hubungan ke atas-ke bawah
sampai tujuh tingkatan, dan juga ke samping. Dalam mencari pasangan hidup, stratifikasi
sosial sangat berpengaruh. Umumnya memilih orang sederajat tingkat sosial dan garis
keturunannya. Sebelumnya, orang tua lebih berperan dalam memilihkan jodoh bagi anak
mereka dan selanjutnya anaklah yang menentukan pilihannya.

e. Aspek budaya
Budaya lebih terlihat pada jenis makanan yang disenangi oleh masyarakat
Sunda seperti lalapan dan ikan yang dipandang sebagai makanan khas Sunda yang telah
dikenal oleh orang-orang didalam dan luar negeri. Minuman khas orang Sunda
diantaranya air bening / mineral, bandrek, bajigur, es cincau, dan tuak.
Bila kita telaah sajian makanan orang Sunda, kandungan lemaknya sedikit. Oleh
karena itu anak-anak Sunda beresiko mengalami defisiensi vitamin yang larut dalam
lemak (A, D, E, K)

f. Praktik kesehatan keluarga


Dalam praktik kesehatan, anggota keluarga Sunda menggunakan orang pintar
(dukun). Hal ini masih mendominasi upaya menolong anggota keluarganya yang
mengalami gangguan kesehatan. Selain ke dukun, biasanya ke kyai, selanjutnya apabila
tidak sembuh-sembuh, biasanya mereka baru pergi ke petugas kesehatan.
Keluarga Sunda percaya bahwa apabila sakit lebih memilih membeli obat di warung atau
pergi ke dukun yang dipercayai. Hal tersebut dipraktikkan olehkeluarga Sunda terutama
keluarga golongan menengah ke bawah.

g. Implikasi keperawatan keluarga pada Etnik Sunda


Asuhan keperawatan keluarga pada etnik Sunda sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan pendekatan budaya (transkultural nursing). Pendekatan budaya dilakukan
karena dipandang lebih sensitif. Pendekatan budaya bermakna bahwa asuhan
keperawatan keluarga dimulai dari keinginan keluarga, kebiasan keluarga, sumber daya
keluarga, dan nilai-nilai keluarga. Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga sebaiknya
mengimpliasikan hal-hal berikut :
a. Menghargai struktur dan sistem nilai yang dianut keluarga
b. Batasan sehat sakit menurut keluarga
c. Aktualisasi praktik kesehatan Sunda
d. Meningkatkan keterbatasan regimen terapeutik keluarga Sunda

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama : Tn. X Pendidikan : SMA
Umur : 30 tahun Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Alamat : Jl. A No 39 Surabaya
Suku : Sunda No.Telp : 081234567890
b. Komposisi Keluarga
No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidika Status
n kes

1. Ny. C P 50 Ibu dari Ny. H IRT SMP Sakit


2. Tn. X L 30 Suami Wiraswasta SMA Sehat
3. Ny. H P 26 Istri IRT SMA Sehat
4. An. Y P 4 Anak - - Sehat
5. An. K L 1 Anak - - Sehat

c. Genogram
50

30 26

4 1

= Laki-laki = Wanita = Meninggal = Sakit

= Menikah = Anak kandung

d. Type Keluarga :
a) Jenis Type Keluarga : Keluarga inti
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut adalah : Ny. C (Ibu mertua) mengalami
sakit DM
e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Sunda
b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : anggota keluarga Sunda
menggunakan orang pintar (dukun). Biasanya mereka baru pergi ke petugas
kesehatan. Keluarga Sunda percaya bahwa apabila sakit lebih memilih membeli
obat di warung atau pergi ke dukun yang dipercayai.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Islam
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. X
b) Penghasilan : Rp 2.000.000
c) Upaya lain : -
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) : motor, radio, televisi.
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : ±1.500.000
h. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga sesekali mengajak anak-anaknya ke alun-alun dan menonton tv di rumah
dianggap sudah berekreasi.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tugas keluarga yang belum terpenuhi tidak ada.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :

a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :


anak-anak Tn. X sudah diimunisasi lengkap, jika sakit batuk pilek dibawa ke
bidan. Ibu C (mertua) menderita DM sejak 3 bulan yang lalu tetapi tidak dapat
kontrol secara teratur di puskesmas karena tidak ada yang mengantarkannya.
Kaki kiri ibu C terdapat luka sudah 3 minggu belum sembuh.
b) Riwayat penyakit keturunan :
Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga Tn. X, tapi dari Ny. H ada keturunan
DM dari ibu C dan bapak dari Ibu C.
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :

Imunisasi Tindakan
Keadaan (BCG/Polio/DPT Masalah
No Nama Umur BB yang telah
Kesehatan kesehatan
/HB/Campak) dilakukan

1 Ny. C 50 60 Sakit  DM Dibelikan


2 Tn. X 30 65 Sehat  - obat ke toko
3 Ny. H 26 55 Sehat  - terdekat
4 An. Y 4 15 Sehat  -
5 An. K 1 9 Sehat  -

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :


Biasanya kalau Ny. C sakit, Tn. X dan istrinya hanya membawa ke pengobatan
alternatif dan dibawa ke puskesmas tetapi jarang kontrol, jika penyakitnya parah
baru di bawa ke RS.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
ibunya 3 bulan yang lalu dinyatakan positif kencing manis (DM), ibu hanya dibawa
ke alternatif, tidak kontrol teratur ke puskesmas dan dibelikan obat ke toko terdekat
untuk mengurangi gejala, misalnya nyeri di kakinya.

III.PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah
Keluarga Tn. X didesa Ngagel Surabaya, dengan luas tanah ± 110 m2. Rumah milik
sendiri, bangunan permanen, tembok belum disemen, lantai plester, ada 3 kamar tidur,
ruang tamu, dapur, kamar mandi. Kondisi dalam rumah agak kotor dan tidak teratur.
Semua ruang terdapat jendela yang dibuka kadang-kadang saja. Sumber mata air
menggunakan sumur arthritis yang mengalir pada jam-jam tertentu. Septic tank
berada di samping rumah, jarak dengan sumber air lebih dari 10 m. Kondisi air jernih,
tidak berbau, tidak berasa. Keluarga Tn. X memiliki gentong sebagai penampung air
untuk keperluan memasak. Sampah ditampung di tempat sampah di samping rumah,
yang akan dibakar jika sudah kering. Terdapat fasilitas pembuangan limbah rumah
tangga berupa selokan yang dialirkan ke sungai. Keluarga Tn. X mengetahui jika ada
lingkungan yang kotor seperti sampah yang berserakan, air yang menggenang itu
semua dapat menimbulkan penyakit. Dalam keluarga Tn. X kebiasaan membersihkan
rumah setiap hari berupa menyapu lantai.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Lingkungan tetangga cukup ramah, keluarga Tn. X tinggal berdekatan dengan
tetangganya. Hubungan dengan tetangga cukup baik. Kebanyakan tetangga bermata
pencaharian sebagai Wiraswasta.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn. X bersama keluarga menempati rumahnya sudah 8 tahun. Letak rumah tepat di
dekat jalan raya kampung, alat transportasi umum yang ada yaitu angkutan umum dan
ojek. Sedang untuk mobilitas, keluarga menggunakan sepeda Motor. Jarak rumah ke
puskesmas ± 7 km.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn. X biasa berkumpul pada sore hari, sepulang kerja. Di lingkungan rumah
ada kegiatan rutin seperti pengajian ibu-ibu, pertemuan RT , kamling, posyandu dan
kebersihan lingkungan. Kadang-kadang Tn. X ikut pertemuan RT. Ny. C tidak pernah
ikut kegiatan karena takut jika berjalan jauh nanti jatuh dan luka kakinya semakin
parah. Keamanan lingkungan terjaga, hubungan antar tetangga baik. Tn. X, Ny. H,
dan Ny. C menyadari pentingnya posyandu lansia untuk memantau kesehatan. Tetapi
kendalanya jarak posyandu yang jauh, sehingga enggan untuk datang.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Ny. H selalu merawat ibunya jika sakit. Kadang saudara yang di dekat dengan rumah
Tn.X ikut merawat Ny. C.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga
Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn. X yaitu komunikasi terbuka, jika ada
masalah maka akan dirembuk bersama. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka
oleh Tn. X.
b. Struktur Kekuatan Keluarga.
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari ibu mertua, suami, istri, dan dua
anak yang masih pra sekolah.
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)
1. Ny. C (Ibu mertua Tn. X) tidak bekerja.
2. Tn. X berperan sebagai kepala keluarga masih aktif bekerja mencari nafkah untuk
menghidupi keluarganya.
3. Ny. H membantu mencari uang dengan membuat tusuk sate dan menjualnya, An.
Y dan An. K sebagai anak yang masih tinggal dengan kedua orang tuanya. Ny. C
(ibu mertua) berperan sebagai Ibu mertua Tn. X dan ibu Ny. H.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Dalam keluarga Tn. X menekankan etika dan sopan santun dalam bergaul dengan
orang lain, saling menghormati dan menghargai, serta berani karena benar dan sesuai
dengan budaya sunda.

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn. X termasuk keluarga harmonis, interaksi dalam keluarga terjalin baik.
Antar anggota keluarga saling memperhatikan, menghormati, dan menyayangi
sehingga tidak ada istilah pilih kasih.
b. Fungsi sosialisasi
Dalam keluarga Tn. X ditanamkan kedisiplinan. Hubungan dengan tetangga baik, Tn.
X juga anggota keluarga yang lain selalu berusaha melakukan sosialisasi dengan
lingkungan jika ada waktu senggang.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya : keluarga sudah tahu bahwa Ny. C mempunyai riwayat DM, tiga
bulan yang lalu Ny. C baru tahu kalau positiv DM setelah tes glukotest, tetapi
keluarga belum tahu bahwa jika hanya dibawa ke pengobatan alternatif tingkat
kesembuhan Ny. C akan lama, Ny.C juga tidak kontrol dengan teratur.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Jika dalam keluarga ada yang sakit biasanya dibelikan obat ditoko, tetapi jika
dirasa sakitnya tidak sembuh-sembuh dengan obat toko maka akan dibawa ke
Puskesmas.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Dalam keluarga belum ada yang memperingatkan Ny. C untuk memeriksa
keadaannya.
4) Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat :
Kondisi rumah tidak rapi, agak kotor, dan peenataan ruangan kurang serasi.
Keluarga kurang tau bahaya akibat lingkungan yang tidak teratur bagi anggota
keluarga yang sudah lanjut usia.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masysrakat :
Tn. X mengatakan kebiasaan keluarga akan berobat ke Puskesmas atau pelayanan
kesehatan lain jika dirasa sakitnya berat dan tidak sembuh dengan obat yang
dibeli di toko dengan mengunakan kartu sehat BPJS.
d. Fungsi reproduksi :
a) perencanaan jumlah 2 anak
b) akseptor : KB pil digunakan setelah melahirkan.
c) Keterangan lain : -
e. Fungsi ekonomi
Semua pendapatan yang ada digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari. Dari
makan, listrik, air, dan hal-hal lain yang tidak terduga. Dengan pendapatan yang pas-
pasan tersebut keluarga tidak dapat menabung.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Keluarga sedikit pusing memikirkan Ibunya, karena sejak 3 bulan yang lalu Ibunya
dinyatakan positif menderita kencing manis (DM). Ibunya tidak kontrol dan
pengobatan seadanya.
2. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Stressor
Keluarga hanya bias membeli obat meskipun obat-obatan umum.
3. Strategi Koping Konstruktif Yang Digunakan
Keluarga Tn. X membeli obat meskipun obat-obatan umum.
4. Strategi Adaptasi Fungsional
Di keluarga Tn. X tidak ada yang bersifat kekerasan di dalam membina rumah
tangganya.

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


1. Pemenuhan gizi :
Makanan yang biasa dikonsumsi tahu, tempe, kangkung, bayam, jarang makan daging
dan ikan laut.
2. Upaya lain
Biasanya mendapat beras dari pemerintah.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK (masing klg)

a. Identitas

No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan Status


kes

1. Ny. C P 50 Ibu dari Ny. H IRT SMP Sakit

2. Tn. X L 30 Suami Wiraswasta SMA Sehat

3. Ny. H P 26 Istri Wiraswasta SMA Sehat


4. An. Y P 4 Anak - - Sehat

5. An. K L 1 Anak - - Sehat

b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini


Ny. C : Terkena DM dan sering muncul gejala nyeri.
Tn.X : Tidak ada
Ny. H : Tidak ada
An. Y dan An. K : Tidak ada
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Ny. C : Terkena DM dan sering muncul gejala nyeri.
Tn.X : Tidak ada
Ny. H : Tidak ada
An. Y dan An. K : Selama ini anaknya hanya sakit batuk pilek biasa, cukup dibelikan
obat umum dan sembuh.
d. Sistem Cardio Vascular
Ny. C : Bunyi jantung normal S1 dan S2 tidak ada suara tambahan.
Tn.X : Bunyi jantung normal S1 dan S2 tidak ada suara tambahan.
Ny. H : Bunyi jantung normal S1 dan S2 tidak ada suara tambahan.
An. Y : Bunyi jantung normal S1 dan S2 tidak ada suara tambahan.
An. K : Bunyi jantung normal S1 dan S2 tidak ada suara tambahan.
e. Sistem Respirasi
Ny. C : Suara nafas normal, cuping hidung (-)
Tn.X : Suara nafas normal, cuping hidung (-)
Ny. H : Suara nafas normal, cuping hidung (-)
An. Y : Suara nafas normal, cuping hidung (-)
An. K : Suara nafas normal, cuping hidung (-)
f. Sistem Gastrointestinal (GI Track)
Ny. C : Tidak mengalami gangguan pencernaan
Tn.X : Tidak mengalami gangguan pencernaan
Ny. H : Tidak mengalami gangguan pencernaan
An. Y : Tidak mengalami gangguan pencernaan
An. K : Tidak mengalami gangguan pencernaan
g. Sistem Persyarafan
Ny. C : Kesadaran compos mentis
Tn.X : Kesadaran compos mentis
Ny. H : Kesadaran compos mentis
An. Y : Kesadaran compos mentis
An. K : Kesadaran compos mentis
i. Sistem Muskuloskeletal
Ny. C : Tidak ada gangguan dalam sistem muskuloskeletal
Tn.X : Tidak ada gangguan dalam sistem muskuloskeletal
Ny. H : Tidak ada gangguan dalam sistem muskuloskeletal
An. Y : Tidak ada gangguan dalam sistem muskuloskeletal
An. K : Tidak ada gangguan dalam sistem muskuloskeletal

i. Sistem Genetalia
Ny. C : Normal
Tn.X : Normal
Ny. H : Normal
An. Y : Normal
An. K : Normal

IX. HARAPAN KELUARGA

Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

Kediri, .............................................

(..........................................................)
ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem

1 DS : Ketidakmampuan merawat Resiko kerusakan integritas


anggota keluarga yang sakit kulit
- Keluarga
mengatakan kaki ibu
C sebelah kiri
terdapat luka kecil
dan belum sembuh

DO:

- Pada kaki Ny.


C sebelah kiri
terdapat luka kecil
dan belum sembuh
selama 3 bulan.
- Hasil
pemeriksaan
glukotest 200 mg/dl.
2 DS : Kurangnya perawatan Resiko terjadinya komplikasi
kesehatan oleh keluarga Tn. menahun diabetes mellitus
- Keluarga
X
mengatakan sedikit
pusing memikirkan
Ibu C, karena sejak 3
bulan yang lalu ibu
C dinyatakan positif
kencing manis
(DM ).

DO :

- Keluarga
sering bertanya-
tanya tentang
penyakit DM

PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
1 Resiko integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota
keluarga yang sakit.
2 Resiko terjadinya komplikasi menahun diabetes mellitus ibu C berhubungan dengan
kurangnya perawatan kesehatan oleh keluarga Tn. X

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No
Dx Kriteria Skor Bobot Nilai Total Pembenaran
Kep
1. Sifat masalah : Luka pada penderita DM
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 bila tidak dirawat dengan
Ancaman kesehatan 2 1 3/3 x 1 dan benar akan menjadi
Keadaan sejahtera 1 =1 infeksi yang meluas
(Gangren).

Kemungkinan masalah Alat untuk perawatan


dapat diubah : 2 2 2/2 x 2 luka dapat dijangkau oleh
Skala : Mudah 1 =2 keluarga.
Sebagian 0
Tidak dapat
Potensial masalah untuk Perluasan luka dapat
dicegah : 3 1 2/3 x 1 dicegah dengan
Skala : Tinggi 2 = 2/3 perawatan luka yang
Cukup 1 benar.
Rendah
Menonjolnya masalah : Keluarga menyadari
Skala : adanya masalah tetapi
Masalah berat, harus segera 2 1 2/2 x 1 kesibukan kerja tidak
ditangani 1 =1 dapat mengantar anggota
Ada masalah, tetapi tidak 0 keluarga yang sakit ke
perlu ditangani puskesmas
Masalah tidak dirasakan
TOTAL SKOR 4 2/3

No Kriteria Skor Bobot Nilai Total Pembenaran


Dx
2 Sifat masalah : Keluarga belum
Skala : Tidak/ kurang sehat 3 1 2/3 x 1 mengetahui tentang
Ancaman kesehatan 2 = 2/3 penyakit DM
Keadaan sejahtera 1
Kemungkinan masalah Sumber daya keluarga
dapat diubah : 2 2/2 x 2 berupa waktu, kemauan
Skala : Mudah 2 =2 dan fasilitas kesehatan
Sebagian 1 mudah dijangkau.
Tidak dapat 0
Potensial masalah untuk Masalah sudah lama
dicegah : 3 1 2/3 x 1 dirasakan dan
Skala : Tinggi 2 = 2/3 pengobatannya dilakukan
Cukup 1 sendiri.
Rendah
Menonjolnya masalah : Keluarga mengatakan
Skala : penyakitanaknya kadang
2 1 2/2 x 1
Masalah berat, harus segera mengganggu aktivitas
1 =1
ditangani 0 Ny. C dan hanya
Ada masalah, tetapi tidak dibelikan obat di warung
perlu ditangani kalau nyeri pada kakinya
Masalah tidak dirasakan kambuh.
TOTAL SKOR 3 4/3

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Priorita Diagnosa Keperawatan Skor


s
1 Resiko integritas kulit berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang 4 2/3

sakit.
2 Resiko terjadinya komplikasi menahun diabetes
mellitus ibu C berhubungan dengan kurangnya 3 4/3

perawatan oleh keluarga Tn. X.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

NO Tujuan Kriteria Hasil/ Standart Intervensi Rasional


DX.

1 Tujuan Umum : 1. Kognotif 1. Keluarga 1. Ber 1. Menambah


mampu ikan edukasi pengetahuan
Setelah di
memahami kepada keluarga tentang tanda-
lakukan
tanda-tanda tentang tanda infeksi.
kunjungan selama 2. Psikomot
infeksi. mengenal tanda-
1x24 jam or
tanda infeksi 2. Keluarga dapat
keluarga mampu
2. Keluarga seperti melakukan
merawat luka DM
mampu kemerahan, perawatan luka
3. Afektif
merawat luka peningkatan secara mandiri.
klien. suhu tubuh.
Tujuan Khusus :
3. Keluarga dapat
Setelah dilakukan 3. Keluarga 2. Aja mengurangi
kunjungan dan dapat rkan keluarga resiko infeksi
tindakan mengambil cara perawatan dan perluasan
keperawatan keputusan jika luka dan luka.
selama 1 x 24 jam terdapat mencegah
keluarga dapat : infeksi perluasan luka,
seperti
1. Menyebutkan
menggunakan
cara merawat
alas kaki untuk
luka.
melindungi kaki,
2. Mengantarkan
cara memotong
kontrol teratur
kuku agar tidak
3. Dapat
terluka
membagi
peran untuk
3. Eva
perawatan
luasi tindakan
kesehatan Ny
keluarga yang
C.
pernah dilakukan
setelah
mengetahui ada
luka atau
kerusakan
integritas kulit
2 Tujuan Umum : 1. Kognitif 1. Keluarga 1. Berikan 1. Dapat mengerti
dapat pendidikan tentang penyakit
Setelah dilakukan menyebutkan berupa suatu DM
kunjungan 1 x 24 penyuluhan
pengertian
jam keluarga tentang DM
dari DM, kepada 2. Dapat mencegah
mampu penyebab, dan terjadinya luka.
keluarga,
mengetahui dan pencegahan. dengan media
mengenal leaflet. 3. Keluarga
masalah DM. 2. Psikomot 2. Keluarga termoivasi
or mampu 2. Anjurkan untuk menjaga
semua anggota
memodifikasi kebersihan
keluarga
Tujuan Khusus : lingkungan rumah, diet
terutama Ny. C
yang aman untuk makanan sehat
Setelah dilakukan
untuk Ny. C menggunakan dan merawat
kunjungan 1 x 24 alat pelindung Ny. C
jam keluarga 3. Keluarga saat
dapat 3. Afektif sabar dan beraktivitas
karena ada
Menjelaskan tabah dalam
riwayat DM.
tentang penyakit menghadapi
DM. penyakit yang 3. Motivasi
diderita Ny. C keluarga untuk
dan berusaha merawat Ny. C
untuk
mengobatinya

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan
pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains
dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal
Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan Transkultural akan mendapatkan
data yang lebih lengkap dan mengena karena lebih mendekatkan pada pengkajian budaya
yang merupakan bagian dari latar belakang keluarga

3.2 Saran
1. Perlu penambahan data pengkajian budaya /transkultural pada pengkajian asuhan
keperawatan keluarga
2. Perlu modifikasi bentuk format terutama untuk keluarga dengan latar belakang
budaya yang kental yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Nanda. 2012. Diagnosa Keperawatan, NANDA 2012-2014 Definisi & Klasifikasi. Jakarta:
EGC

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.

Stanhope, M & Knollmueller R.N. 2008. Buku Saku Keperawatan Komunitas :


Pengkajian, Intervensi dan Penuluhan, Edisi 3. Alih Bahasa Renata Komalasari. Jakarta :
EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Mengenal Diabetes, (Online), (http://


depkes.co.id/diabetes.html)

Anda mungkin juga menyukai