Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. P DENGAN GONORHEA

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Oleh :

WIDY SEBRI PRADINA

40220030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA NY. P DENGAN GONORHEA

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa : Widy Sebri Pradina


NIM : 40220030
Nama Institusi : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kediri, November 2020


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Kaprodi

Ely Isnaeni, S. Kep, Ns. M.Kes Sri Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep
NIK. NIK.
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Penyakit Gonorhea
1. Definisi
Gonore adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya keluar cairan putih
kental berupa nanah dari OUE ( Orifisium Uretra Eksternum) sesudah melakukan
hubungan seksual.
Gonore adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea,
sebuah Diplococcus gram negatif yang reservoirnya adalah manusia. Infeksi ini
hampir selalu dikontrak slama aktifitas seksual. (Abdul dkk, 2014).
Gonorrhea merupakan salah satu infeksi menular seksul, dimana penyakit ini
ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Sebutan
lain penyakit ini adalah kencing nanah dan biasaya penyakit ini menyerang selaput
lendir, mucous, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya (CDC, 2013).
2. Etiologi
Gonorrhea disebabkan oleh bakteri gram negatif Neisseria gonorrhoeae.
Famili Neisseriaceae meliputi spesies Neisseria dan Moxarella catarralis seperti
Acinetobacter dan Kingella serta spesies Moxarella lainnya. Neisseria adalah
cocci gram negatif yang biasanya berpasangan (Ernawati, 2010).
Bakteri Neisseria gonorrhoeae berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8μ,
panjang
1,6 μ dan bersifat tahan terhadap suasana asam akan tetapi tidak tahan lama
berada pada udara bebas, bakteri ini akan cepat mati pada keadaan kering dan
tidak tahan terhadap suhu sekitar 39°C (Afriana N, 2012).
Predominan bakteri ini menginfeksi jaringan epitel uretra, endocervix,
rektum,
faring, dan konjungtiva. Transmisi penyakit ini terjadi melalui inokulasi langsung
dari sekresi yang telah terinfeksi melalui kontak mukosa ke mukosa lainnya.
Contohnya melalui kontak genital-genital, genital anorectal, oro-genital, atau
kontak oro-anal ibu yang mentransmisikan kepada anaknya anaknya pada saat
proses kelahiran (Bignell dan Unemo, 2014).
3. Patofisiologi
Bakteri Neisseria gonorrheae merupakan bakteri diplokokus gram negatif yang
bersifat intraseluler yang mempengaruhi epitel kuboid atau kolumner pada hostnya.
Virulensi dan patogenitas bakteri ini tergantung pada banyak hal, misalnya protein
opacity-associated yang dapat meningkatkan perlekatan antara gonokokus (bentuk
koloni pada kultur media) dan juga meningkatkan perlekatannya dengan fagosit
(Afriana N, 2012).
Awalnya gonokokus melekat pada sel mukosa hostnya kemudian melakukan
penetrasi seluruhnya diantara sel dalam ruang sub epitel. Karakteristik respon host
oleh invasi gonokokus adalah dengan adanya neutrofil, diikuti dengan
pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosa dan discharge purulen.
Apabila tidak diobati, infiltrasi makrofag dan limfosit akan digantikan oleh
neutrofil. Beberapa strain menyebabkan infeksi asimptomatik (Afriana N, 2012).
Gonokokus yang menyerang membran selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rektum, dan tenggorokan menghasilkan eksudat akut yang
mengarah ke infeksi jaringan lalu hal ini diikuti dengan inflamasi kronis dan
fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, eksudat berwarna kuning
dan kental, disertai rasa nyeri saat membuang air kecil. Infeksi uretra pada pria
dapat menjadi infeksi yang asimptomatik. Sedangkan pada wanita, infeksi primer
terjadi di indoserviks dan menyebar ke uretra dan vagina, serta meningkatkan
sekresi cairan mikropurulen. Hal ini dapat berkembang ke tuba uterine, dan
menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba (Afriana N, 2012).
Bakterimia pada infeksi gonorrhea mengarah pada infeksi kulit (terutama
pembentukan papula dan pustula yang hemorrages) yang terdapat pada tangan,
lengan, kaki, dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada
lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus
kadang dapat menginfeksi lapisan meningeal otak yang dapat menyebabkan
meningitis dan dapat menginfeksi mata khususnya konjungtiva mata (Afriana N,
2012).
Bakteri gonokokus yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap
serum tetapi bakteri ini relatif resisten terhadap obat anti mikroba. Akan tetapi
terjadi hal sebaliknya ketika gonokokus menginfeksi sampai ke dalam aliran darah
dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi
peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe
yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya (Afriana
N, 2012).
4. WOC GONORE
5. Manifestasi klinis
a. Pada wanita :
- Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan
- Cairan vagina abnormal
- Pendarahan vagina abnormal selama atau setelah berhubungan
- Alat kelamin terasa gatal
- Perdarahan haid tidak teratur
- Perut bagian bawah terasa sakit
- Hubungan seksual terasa menyakitkan
- Vaginal discharge (cairan purulen dengan bau tidak sedap)
- Disuria
- nyeri saat berhubungan seksual
- Perdarahan inter menstrual dan nyeri abdomen bawah ringan
b. Pada pria :
- Cairan penis abnormal
- urethral discharge (kencing nanah) dan disuria (kesulitan untuk berkemih).
- Sering buang air kecil dan sakit
- Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan
6. Komplikasi
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita.
Pada wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang
ditemuka dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif.
Penyakit gonore yang tidak segera diobati dapat menyebabkan komplikasi.
Pada pria infeksi dari kuman ini dapat menyebabkan epididimo-orkitis.
Komplikasi yang terjadi pada wanita adalah PID (15%). PID dapat menyebabkan
infertilitas, nyeri panggul kronik, dan kehamilan ektopik. Pada pria dan wanita
memiliki risiko tinggi tertular HIV.
Cara infeksi langsung dari servik melalui tuba fallopi sampai pada daerah
salping dan ovarium. Sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP).
Infeksi PRP ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10%
wanita dengan gonore akan berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada
daerah abdomen bawah, discharge tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak
teratur atau abnormal. Infeksi non-genital Selain mengenai alat-alat genital, gonore
juga dapat menyebabkan infeksi non-genital yang akan diuraikan berikut ini:
1. Proktitis
Proktitis pada pria dan wanita umunya asimptomatis. Pada wanita dapat terjadi
karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena genitoanal seperti
pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa
seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa
eritewmatosa, edematosa, dan tertutup mukosa purulen.
2. Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonorea
lebih sering daripada gingivitis, stomatitis atau laringitis. Keluhan sering bersifat
asimptomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan
yang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak
eksudat mukopurulenyang ringan atau sedang.
3. Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita
servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularanpada
konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhan berupa fotofobi, konjungtiva
bengkak, dan merah dan keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat
berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis, sampai timbul kebutaan.
4. Gonore diseminata
Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore disseminata. Penyakit
ini banyak ddapat pada penderita dengan gonore asimptomatik sebelunya,
terutama pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa: artritis (terutama mono
artritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dermatitis.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan mikroskopis
Bertujuan untuk mengidentifikasi diplokokus gram negatif yang memiliki
sensitivitas >90% untuk pasien laki-laki yang simptomatis dan 50-75% untuk
pasien laki-laki asimptomatik dan spesifisitas >90 pada pasien laki-laki yang
mengalami gejala yang simptomatik dan asimptomatik (Bontovics dan Allen,
2013).
b. Kultur
Kultur bakteri untuk Neisseria gonorrhoeae memiliki spesifisitas diatas 99%,
dan merupakan metode diagnosis terbaik. Sedangkan sensitivitas untuk
mendeteksi gonorrhea berkisar 50-92%. Sensitivitas kultur bakteri tergantung
dari pengumpulan, transport, penyimpanan, dan prosedur isolasi untuk
mengptimalkan hasil kultur bakteri. Kultur bakteri ini dapat dilakukan pada
beberapa anatomi tubuh yang mengalami infeksi antara lain uretra, serviks,
faring, rectal, konjungtiva, joint fluid dan darah akan tetapi kultur tidak
disarankan menggunakan spesimen yang berasal dari urine (Bontovics dan
Allen, 2013)
c. NAAT (Nucleic Acid Amplification Testing)
Awal diperkenalkan pada tahun 1990 dan merupakan diagnosis yang sangat
sederhana dengan sensitivitas lebih baik dibandingkan dengan kultur bakteri
Neisseria gonorrhoeae. Sample yang digunakan biasanya diambil dari urin,
serviks, dan uretra. Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah tidak dapat
mengetahui hasil yang memadai untuk melihat apakan adanya resistesi bakteri
terhadap antimicrobial, dan juga pemeriksaan ini tidak disarankan untuk
dilakukan pada sample yang diambil dari faring dan rectal (Bontovics dan Allen,
2013).
d. PCR
PCR merupakan suatu amplifikas DNA enzimatik yang sangat sensitif dan
spesifik terhadap suatu organism tertentu berdasarkan target gen primer yang
dimiliki. Fungsi PCR ini adalah untuk mendeteksi DNA organisme tertentu
walaupun dengan spesimen dalam jumlah yang terbatas dengan spesimen yang
di ambil dari mana saja yang diduga mengalami gangguan (Afriana N, 2012)
e. Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terutama pada duh uretra pria,
sedangkan endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu tinggi.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Pengobatan dalam mengatasi infeksi gonorrhea lebih sering menggunakan
terapi single dose dengan tujuan untuk mengatasi kepatuhan pasien dalam
pengobatan (Afriana N, 2012). Obat pilihan yang dapat digunakan adalah
cephalosporin generasi ketiga, salah satunya cefriaxone diberikan dengan cara
IM (intramuskular) dengan dosis 500 mg dikombinasi dengan azitromycin 2 g
sebagai single oral dose. Selain cefriaxone terdapat beberapa antibiotik yang
dapat dipilih dan memberikan efek yang cukup baik, antara lain ciprofloxacin,
ofloxacin, enoxacin, cefixime 400 mg oral, dan spectinomycin 2 g (Bignell dan
Unemo, 2014).
Terapi yang direkomendasikan untuk pasien yang hamil dan menyusui
adalah dengan penggunaan cefriaxone 500 mg IM sebagai dosis tunggal, atau
dengan regimen alternatif yang menggunakan spectinomycin 2 g IM sebagai
dosis tunggal. Sedangkan penggunaan azitromycin pada ibu hamil belum
mendapatkan konfirmasi tentang keamanan penggunaan. Tapi untuk ibu hamil
dan menyusui dilarang untuk menggunakan antibiotik fluoroquinolon dan
tetracycline (Bignell dan Unemo, 2014).
b. Non-farmakologis
Pemberian KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) mengenai management
sex partner dimana pasangan sex harus mendapatkan penanganan berupa tes
diagnosis dan jika pasangan sex juga mengalami infeksi positif maka harus
mendapatkan pengobatan dan konseling mengenai gonorrhea (Bignell dan
Unemo, 2014).
B. Asuhan keperawatan teori
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
b. Keluhan Utama
Biasanya nyeri saat kencing
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah
mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri dan kapan
keluhan dirasakan.
d. Riwayat Penyakit Dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya,
(sinovitis, atritis)
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah dikeluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien
f. Adapun beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada pasien antara lain
(Kemenkes RI, 2011):
1. Keluhan utama
2. Riwayat perjalanan penyakit
3. Siapa menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria penjaja seks, teman,
pacar, suami/isteri
4. Kapan kontak seksual tersangka dilakukan
5. Jenis kelamin pasangan seksual
6. Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
7. Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu)
8. Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukan
dokter/sendiri)
9. Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya – menjelang/sesudah haid;
kelelahan fisik/psikis; penyakit: diabetes, tumor, keganasan, lain-lain);
penggunaan obat: antibiotika, kortikosteroid, kontrasepsi); pemakaian alat
kontrasepssi dalam rahim (AKDR); rangsangan seksual; kehamilan; kontak
seksual
10. Riwayat IMS sebelumnya dan pengobatannya
11. Hari terakhir haid
12. Nyeri perut bagian bawah
13. Cara kontrasepsi yang digunakan dan mulai kapan
g. Pemeriksaan fisik
Pada pasien yang mengalami infeksi menular seksual harus dilakukan
dengan adanya seorang pendamping, pada pasien wanita maka diperlukan
seorang pendamping wanita, sedangkan pada pasien laki laki diperlukan
seorang pendamping laki-laki maupun perempuan (Kemenkes RI, 2011).
Pasien perempuan diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik
dalam posisi litotomi (Kemenkes RI, 2011).
1. Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan palpasi
mons pubis, labia, dan perineum.
2. Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia, perhatikan
adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau duh tubuh.
Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil duduk/ berdiri
(Kemenkes RI, 2011).
1. Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta daerah
skrotum.
2. Perhatikan adakah duh tubuh, pembengkakan, luka/lecet atau lesi lain
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara melakukan inspeksi dan
palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan sekitarnya (Kemenkes RI,
2011).
1. Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran
kelenjar getah bening setempat (regional).
2. Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan
pengambilan bahan pemeriksaan.
3. Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk
tidak berkemih selama 1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan.
2. Diagnosa keperawatan
Masalah yang mungkin muncul pada pasien gonore :
a. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan efek tindakan medis dan
diagnostik (inflamasi daerah kemaluan gejala gonore)
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
c. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan ketakutan terinfeksi penyakit
menular seksual
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
f. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
g. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme pathogen
lingkungan
3. Intervensi
Masalah
No Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri :
Eliminasi urin intervensi selama … jam BAB/BAK
maka pengosongan  Observasi
kandung kemih yang 1. Identifikasi kebiasaan
lengkap membaik dengan BAB/BAK sesuai usia
kriteria hasil : 2. Monitor integritas kulit pasien
1. Sensai berkemih  Terapeutik
meningkat
2. Distensi kandung 1. Dukung penggunaan toilet
kemih menurun secara konsisten
3. Berkemih tidak tuntas 2. Jaga privasi selama eliminasi
menurun 3. Bersihkan alat bantu BAK
4. Nokturia menurun setelah digunakan
5. Frekuensi BAK 4. Latih BAK sesuai jadwal, jika
membaik perlu
5. Sediakan alat bantu (kateter
urinal)
 Edukasi
1. Anjurkan BAK secara rutin
2. Anjurkan ke kamar
mandi/toilet, jika perlu
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
nyaman keperawatan selama …  Observasi
jam maka status 1. Identifikasi lokasi,
kenyamanan meningkat karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
1. Kesejahteraan fisik 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Keluhan tidak verbal
nyaman menurun 4. Identifikasi pengaruh nyeri
3. Gelisah menurun pada kualitas hidup
4. Gatal menurun  Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi ras nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
stragtegi meredakan nyeri
 Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan stragtegi meredakan
nyeri
3. Ajarkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Perawatan kenyamanan
Observasi
1. Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan (mual, muntah,
nyeri, gatal)
2. Identifikasi pemahaman
tentang kondisi, situasi dan
perasaannya
3. Identifikasi masalah emosional
dan spiritual
Terapeutik
1. Berikan posisi yang nyaman
2. Berikan kompres dingin atau
hangat
3. Ciptakan longkungan yang
nyaman
4. Berikan pemijatan
5. Berikan terapi akupresur
6. Berikan terapi hypnosis
7. Dukung keluarga dan
pengasuh terlihat dalam
terapi/pengobatan
8. Diskusikan mengenai situasi
dan pilihan terapi yang
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihan terapi/pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernapasan
4. Ajarkan teknik distraksi dan
imajinasi terbimbing
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesic, antipruritus,
antihistamin, jika perlu
3. Disfungsi seksual Setelah dilakukan asuhan Edukasi seksualitas
keperwatan selama.. jam Observasi
maka fungsi seksual 1. Identifikasi kesiapan dan
membaik dengan kriteria kemampuan menerima
hasil : informasi
1. Kepuasan hubungan Terapeutik
seksual meningkat 1. Sediakan materi dan media
2. Mencari informasi kesehatan
untuk mencapai 2. Jadwalkan pendidikan
kepuasan seksual kesehatan sesuai kesepakatan
meningkat 3. Berikan kesempatan untuk
3. Keluhan nyeri saat bertanya
berhubungan seksual Edukasi
menurun 1. Jelaskan anatomi dan fisiologis
4. Keluhan sulit system reproduksi laki-laki
melakukan atifitas dan perempuan
seksual menurun 2. Jelaskan perkembangan
sesualitas sepanjang siklus
kehidupan
3. Jelaskan tentang penyakit
menular seksual
4. Jelaskan resiko tertular
penyakit menular seksual dan
aids akibat seks bebas
5. Anjurkan anak/remaja tidak
melakukan aktifitas sekssual
diluar rumah
4. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
intervensi selama … jam Observasi
maka nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun 3. Identifikasi respon nyeri
non verbal
4. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi ras nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan stragtegi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan stragtegi
meredakan nyeri
3. Ajarkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
5. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Reduksi ansietas
keperawatan .. jam maka Observasi
tingkat ansietas 1. Identifikasi saar tingkat
berkurang dengan kriteria ansietas berubah
hasil : 2. Identifikasi kemampuan
1. Verbalisasi mengambil keputusan
kebingungan menurun 3. Monitor tanda-tanda
2. Perilaku gelisah ansietas
menurun Terapeutik
3. Perilaku tegang 1. Ciptakan suasana
menurun terapeutik untuk
4. Frekuensi pernafasan menumbuhkan
menurun kepercayaan
5. Frekuensi nadi 2. Temani pasien untuk
menurun mengurangi ansietas
6. Tekanan darah 3. Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas dan
7. Pola tidur membaik dengarkan dengan penuh
perhatian
4. Tempatkan barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
5. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang akan
dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
3. Anjurkan mengungkapkan
kegiatan tidak kompetitif
4. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
5. Latih teknik relaksasi

Terapi relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan
tingkat energy,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang menganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi
yang prnah efektif
digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
kemampuan dan
penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot
5. Frekuensi nadi, tekanan
darah, suhu sebelum dan
sesudah latihan
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
balasan dan jenis relaksaasi
yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi
yang nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
5. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
6. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermi
tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam, maka 1. Identifikasi penyebab
termogulasi px membaik hipertermi (mis. dehidrasi,
dengan kriteria hasil : terpapar lingkungan panas,
1. Suhu tubuh penggunaan incubator).
membaik skala 2. Monitor suhu tubuh
2. Suhu kulit membaik 3. Monitor kadar elektrolit
skala 4. Monitor keluaran urine
3. Kadar glukosa darah 5. Monitor komplikasi akibat
membaik skala hipertermia
4. Tenan darah Terapeutik
membaik skala 6. Sediakan lingkungan yang
5. Pucat menurun skala dingin
7. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
8. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia,atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
11. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi
12. Ajurkan tirah baring
13. Anjurkan kompres hangat
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
7. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
tindakan keperawatan Observasi:
selama 2x24 jam, maka Monitor tanda dan gejala infeksi
tingkat infeksi px local dan sistemik.
menurun dengan kriteria Terapeutik:
hasil : 1) Batasi jumlah pengunjung
1) Kebersihan badan berikan perawatan kulit pada
dan tangan meningkat area edema.
2) Demam menurun 2) Cuci tangan sebelum dan
3) Nyeri menurun sesudah kontak dengan pasien
4) Kadar sel darah putih dan lingkungan pasien.
membaik 3) Pertahankan teknik aseptic
5) Letergi meningkat pada pasien berisiko tinggi.
Edukasi:
1) Jelakan tanda dan gejala
infeksi.
2) Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.
3) Ajarkan etika batuk.
4) Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi.
5) Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6) Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Afriana, N., 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi gonore pada
wanita penjaja seks komersial di 16 Kabupaten/Kota Indonesia (analisis
data sekunder survei terpadu biologi dan perilaku.
Bignell C. & Unemo M. 2014. European guideline on the diagnosis and treatment of
gonorrhoea in adults. Int J STD AIDS [internet]. [cited 2020 Nov 26]; 24 (85):
Page.85-92. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 4400344 DOI:
10.1177/0956462412472837
Kementerian Kesehatan RI., 2011, Pedoman Nasional Penangangan Infeksi Menular
Seksual 2011, tersedia di
http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/Pedoman_Nasional_Tatalaksana_IMS_201
1.pdf diakses tanggal 24 Noember 2020
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaram Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

FOMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN REPRODUKSI
Tanggal masuk : 24 November 2020 Jam masuk : 08.00

Ruang/kelas : Poli KIA No. RM : 241120

Pengkajian tanggal : 24 November 2020 Jam : 08.15

I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
Tanggal Pengkajian : 24 November 2020

1. Initial Klien : Ny. K


2. Alamat : Bandar Kidul
3. Umur : 47 tahun
4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : tukang cuci
6. Agama : islam
7. Suku Bangsa : jawa
8. Diagnosa medis : Gonorea
9. Nama Penanggung Jawab : Tn. S
10. Alamat Penanggung : Bandar kidul
11. Umur : 48 tahun
12. Pendidikan : SMA
13. Pekerjaan : sopir
14. Agama : Islam
15. Suku Bangsa : jawa

B. Keluhan Utama
Pasien megeluhkan perdarahan dan nyeri setelah beberapa kali melakukan
hubungan seksual dengan suami.
C. Status Kesehatan atau penyakit saat ini
1. Gejala awal : pasien mengatakan mengeluarkan bercak darah dari kemaluan dan
merasakan nyeri setelah melakukan hubungan seksual dengan suami. Pasien
juga mengatakan gatal dan nyeri di area kemaluan
2. Riwayat penyakit sekarang
Ny. K datang ke poli KIA ditemani oleh suaminya mengeluhkan perdarahan
dan nyeri saat setelah berhubungan seksual dengan suaminya. Gejala ini
dirasakan sudah hampir 1 bulan. Pasien juga merasakan gatal di area
kemaluannya, mengalami keputihan berwarna kehijauan kental dan berbau.
Pasien mengatakan suaminya bekerja sebagai sopir. Pasien terkadang juga
merasakan sakit seperti anyang-anyangan saat BAK, tidak tuntas saat BAK dan
menetes.

3. Efek gaya Hidup : menganggu aktivitas

D. Riwayat Ginekologi
1. Karakteristik mentruasi : tidak teratur
2. Menarche : 16 tahun
3. Perdarahan tengah siklus : tidak ada
4. Kontrasepsi : KB suntik

E. Riwayat medis yang lalu


1. Penyakit dan pengobatan : pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit dan tidak pernah melakukan pengobatan khusus
2. Alergi : tidak ada alergi
Penyakit masa kanak – kanak dan imunisasi : imunisasi lengkap, penyakit saat
kanak-kanak demam dan cacar air

3. Penyakit dan pembedahan sebelumnya : tidak ada


4. Riwayat di rumah sakit sebelumnya : tidak ada
5. Kecelakaan atau cidera : tidak ada
6. Perilaku beresiko :
a. Konsumsi kafein : suami sangat menyukai kopi
b. Merokok : suami perokok aktif
c. Alkohol : tidak
d. Obat – obatan : tidak
e. Praktis seks tidak aman : tidak
7. Riwayat kekerasan / penganianyaan
a. Cidera akibat kekerasaan : tidak ada
b. Pengalaman perkosaan : tidak ada

F. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Penyakit Keturunan : pasien mengatakan ada penyakit keturunan
2. Penyakit saat ini dalam keluarga : hipertensi
3. Riwayat penyakit jiwa dan keluarga : tidak ada

G. Riwayat Psikososial
1. Koping individu
a. Kesadaran diri dan harga diri : pasien sadar bahwa dia berharga
b. Penatalaksanaan stress : berdoa dan banyak bersyukur
c. Penyalahgunaan zat : tidak ada
2. Pola kesehatan
a. Nutrisi : pasien mengatakan makan-makanan yang bergizi, sayur, buah
dan daging
b. Personal Hygiene : pasien mandi 2-3x sehari, ganti pakain 2x sehari, sikat
gigi 2x sehari. Keramas 3x/minggu, memotong kuku 2x/minggu
c. Aktivitas dan latihan : pasien jarang berolahraga dan kegiatannya sehari-
hari hanya sebagai ibu rumah tangga
3. Rekreasi : tidak pernah rekreasi
4. Spiritual
a. Agama : islam
b. Pola Beribadah : pasien melakukan ibadah sholat dan mengikuti pengajian
di lingkungan
H. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
 Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita penyakit gonorhea. Pasien
mengira hanya mengalami keputihan dan gatal biasa namun semakin lama
gejala tidak kunjung membaik
 Pola nutrisi dan metabolic
Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan pantangan makan. Sebelum sakit
tidak ada pantangan apapun, tetapi setelah sakit dan merasakan gatal pasien
mengurangi konsumsi ayam dan ikan karena percaya ikan yang menyebabkan
gatal, pasien juga mengurangi konsumsi mentimun. Semenjak sakit nafsu
makan pasien berkurang karena memikirkan keadaannya.
 Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien mengtaakan BAK sehari 5-kali perhari dan BAB 1x
sehari dan sesudah sakit pasien mengatakan sering BAK, seperti anyang-
anyangan dan nyeri saat BAK. Sehari bisa 12x lebih BAK warna kuning pekat
bercampur keputihan hjau kental. Pasien mengeluhkan BAK tidak tuntas dan
terasa sakit di perut. BAB sehari 1x dan tidak ada masalah.
 Pola latihan /aktivitas
Pasien tidak pernah berolahraga dan kebiasaan sehari-hari hanya ibu rumah
tangga.
 Pola istirahat tidur
Tidak ada keluhan tidur, namun setelah melakukan hubungan seksual dengan
suami tidak bisa tidur karena nyeri. Sebelum sakit tidur siang 1 jam dan tidur
malam 8 jam, setelah sakit tidur siang 1 jam dan tidur malam 7 jam sering
terbangun karena gatal dan nyeri.
 Pola Koping dan toleransi stress
Pasien mengatakan cemas dengan kondisi saat ini dan nampak gelisah. Suami
nampak takut dan gelisah. Pasien mengatakan menjadi sering konflik dengan
suami
 Pola peran hubungan
Pasien masih bergaul dengan masyarakat, pasien tidak merasa kesepian akrena
dia yakin suaminya akan mendukung dia dalam pengobatan penyakitnya
 Pola reproduksi seksual
Pasien mengatakan jarang berhubungan seksual sejak 1 bulan terakhir ketika
keluar perdarahan dan nyeri saat berhubungan seksual dengan suami. Pasien
mengatakan bahwa hasrat seksual nya menurun karena saat berhubungan
merasakan nyeri, mengeluarkan keputihan hijau kental dan berbau.

I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda – tanda Vital
TD : 130/90 mmHg

R : 24x/menit

N : 88x/Menit

S : 36,9 0C

4. Head To Toe ( Dari kepala s/d kaki )


 Rambut : Keadaan rambut bersih, warna rambut hitam, tidak ada ketombe,
kepala mesocepal, telinga simetris ka/ki, tidak ada traua dan
pembengkakan kepala
 Alis : alis rapi, terdpat bekas dicabut
 Mata : konjungtiva anemis, tidak ikterik, bola matam hitam, nampak sayu
dan nampak berkaca-kaca, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
 Muka : tidak ada oedema, muka ka/ki simetris, hidung simetris, mata ka/ki
simetris
 Hidung : bentuk simetris tidak terdapat secret, tidak ada radang atau
infeksi, tidak ada nyeri tekan
 Mulut dan Gigi: Tidak pampak cianosis pada bibir,bibir tampak
bersih,tidak ada karies,tidak ada peradangan,lidah tampak bersih serta
mukosa berwarna merah.
 Telinga : simetris, tidak ada tumpukan serumen
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak kekakuan, tidak
ada nyeri tekan
 Dada dan axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
 Abdomem :
Inspeksi : Permukaan pperut datar,warna kulit sawo matang,tidak tampak
adanya luka,tidak tampak adanya asites.
Palpasi : Bunyi peristaltic usus terdengar 6x/mnit, distensi kandung
kemih
Perkusi : Bunyi tympani
Auskultasi : nyeri tekan di perut bawah (kuadran 8)

 Ekstermitas
 Ekstremitas atas
1) Inspeksi : Tampak terpasang infuse, tidak ada cianosis pada kuku.
2) Palpasi : Tidak terdapat masa, tidak ada nyeri tekan,klien dapat
rasakan sentuhan
 Ekstremitas bawah
1) Inspeksi: Klien dapat mendapatkan kedua kakinya tetapi
kekuatan ototnya berkurang, tidsak tampak ada kekakuan sendi,
tidak terdapat artrofi.
2) Palpasi : Tidak terdapat masa atau benjolan,tidak ada nyeri tekan.
 Genetalia
Terdapat cairan keputihan berwarna hijau kental yang keluar dari
kemaluan, berbau busuk, ada luka lecet, peradangan di area kemaluan.
Pasien mengeluhkan sakit saat melakukan hubungan seksual dengan suami

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium 24 November 2020
1. Bakteri: Gram Negative Batang
a. Diplococcus Gram Negative Intraselluler: Positive
b. Diplococcus Gram Negative Ekstraselluler: Positive

K. Terapi
1. Ceftriaxone inj 500 mg IM
2. Azitromycin 500mg/hari dikonsumsi selama 3hari

L. Prioritas masalah
a. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/stuktur tubuh (proses
penyakit)
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

ANALISA DATA

N MASALAH
ANALISA DATA ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
1. DS : GONORE Gangguan eliminasi
- Pasien mengatakan BAK urin
sering tidak tuntas Menyerang selaput lendir
- Pasien mengatakan BAK di saluran genitoruinaria
nyeri seperti anyang-
anyangan Infeksi jaringan
- Pasien mengatakan
setelah sakit bisa BAK Inflamasi area genetalia
12x/hari
DO : Peradangan
- Distensi kandung kemih
- Nyeri tekan di perut Iritasi pada saluran kemih
bawah (kuadaran 8)
- Warna urin kuning pekat Iritasi kandung kemih
bercampur keputihan
hijau kental dan berbau
- TTV
TD : 130/90 mmHg
R : 24x/menit
S : 36,8 0C
N : 88x/menit
2. DS : GONORE Gangguan rasa nyaman
- Pasien mengeluhkan
nyeri saat berhubungan Menyerang selaput lendir
seksual dengan suaminya di saluran genitoruinaria
- Pasien mengeluhkan
perdarahan saat dan Infeksi jaringan
setelah berhubungan
seksual dengan suami Neutrofil meningkat
- Pasien merasakan gatal
dan panas di area Mengeluarkan nanah
kemaluan
DO : Tidak nyaman, gatal
- Pasien nampak gelisah
dan tidak nyaman Gejala penyakit
- Pasien nampak sedih
- Pemeriksaan fisik
Genetalia : mengeluarkan
keputihan berwarna hijau
kental dan berbau, ada
luka lecet dan peradangan
di area kemaluan
- TTV
TD : 130/90 mmHg
R : 24x/menit
S : 36,8 0C
N : 88x/menit
3. DS : Infeksi jaringan Disfungsi seksual
- Pasien mengatakan jarang
melakukan hubungan Neutrofil meningkat
suami istri sejak sakit Mengeluarkan nanah pada
- Pasien mengeluhkan area kemaluan
nyeri saat berhubungan
seksual Perubahan fungsi/stuktur
- Pasien mengatakan tubuh (proses penyakit)
hubungan seksual dengan
suaminya tidak
memyaskan
- Suami mengatakan takut
tertular dan kasihan
dengan istrinya
- Pasien mengatakan
bahwa hasrat seksual nya
menurun karena saat
berhubungan merasakan
nyeri, mengeluarkan
keputihan hijau kental
dan berbau.
DO :
- Suami nampak takut,
cemas dan gelisah
- TTV
TD : 130/90 mmHg
R : 24x/menit
S : 36,8 0C
N : 88x/menit
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

INTERVENSI

N MASALAH
LUARAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN
1. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri :
eliminasi urin intervensi selama BAB/BAK
berhubungan 1x24 jam maka Observasi
dengan iritasi pengosongan 1. Identifikasi kebiasaan
kandung kemih kandung kemih BAB/BAK sesuai usia
yang lengkap 2. Monitor integritas kulit pasien
membaik dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Dukung penggunaan toilet
1. Sensai secara konsisten
berkemih 2. Jaga privasi selama eliminasi
meningkat 3. Bersihkan alat bantu BAK
2. Distensi setelah digunakan
kandung 4. Latih BAK sesuai jadwal, jika
kemih perlu
menurun 5. Sediakan alat bantu (kateter
3. Berkemih urinal)
tidak tuntas Edukasi
menurun 1. Anjurkan BAK secara rutin
4. Frekuensi 2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet,
BAK jika perlu
membaik
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen nyeri
nyaman asuhan Observasi
berhubungan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan gejala selama 2X24 jam durasi, frekuensi, kualitas,
penyakit maka status intensitas nyeri
kenyamanan 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat dengan 3. Identifikasi respon nyeri non
kriteria hasil : verbal
1. Kesejahteraan 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada
fisik kualitas hidup
meningkat Terapeutik
2. Keluhan tidak 1. Berikan teknik nonfarmakologis
nyaman untuk mengurangi ras nyeri
menurun 2. Control lingkungan yang
3. Gelisah memperberat rasa nyeri
menurun 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Gatal 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
menurun nyeri dalam pemilihan stragtegi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan stragtegi meredakan
nyeri
3. Ajarkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Perawatan kenyamanan
Observasi
1. Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan (mual, muntah,
nyeri, gatal)
2. Identifikasi pemahaman tentang
kondisi, situasi dan perasaannya
3. Identifikasi masalah emosional
dan spiritual
Terapeutik
1. Berikan posisi yang nyaman
2. Berikan kompres dingin atau
hangat
3. Ciptakan longkungan yang
nyaman
4. Berikan pemijatan
5. Berikan terapi akupresur
6. Berikan terapi hypnosis
7. Dukung keluarga dan pengasuh
terlihat dalam terapi/pengobatan
8. Diskusikan mengenai situasi dan
pilihan terapi yang diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihan terapi/pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernapasan
4. Ajarkan teknik distraksi dan
imajinasi terbimbing
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic,
antipruritus, antihistamin, jika
perlu
3. Disfungsi seksual Setelah dilakukan Edukasi seksualitas
berhubungan asuhan Observasi
dengan perubahan keperwatan 1. Identifikasi kesiapan dan
fungsi/stuktur selama 2x24 jam kemampuan menerima informasi
tubuh (proses maka fungsi Terapeutik
penyakit) seksual membaik 1. Sediakan materi dan media
dengan kriteria kesehatan
hasil : 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
1. Kepuasan sesuai kesepakatan
hubungan 3. Berikan kesempatan untuk
seksual bertanya
meningkat Edukasi
2. Keluhan nyeri 1. Jelaskan anatomi dan fisiologis
saat system reproduksi laki-laki dan
berhubungan perempuan
seksual 2. Jelaskan perkembangan
menurun sesualitas sepanjang siklus
3. Keluhan sulit kehidupan
melakukan 3. Jelaskan tentang penyakit
atifitas seksual menular seksual
menurun 4. Jelaskan resiko tertular penyakit
menular seksual dan aids akibat
seks bebas
5. Anjurkan anak/remaja tidak
melakukan aktifitas sekssual
diluar rumah
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N TG JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


O L
1. 24 10.00 1. Mengdentifikasi 25 Nov 2020 09.00
Nov kebiasaan BAB/BAK S :
2020 sesuai usia - Pasien mengatakan sudah
2. Memonitor integritas kulit mulai bisa BAK dengan
pasien lancar dan tidak anyang-
3. Mendukung penggunaan anyangan
toilet secara konsisten - Pasien mengatakan BAK
4. Menjaga privasi selama sehari kurang lebih 8x
eliminasi O:
5. Melatih BAK sesuai - Distensi kandung kemih
jadwal, jika perlu menurun
6. Menyediakan alat bantu - Warna urin kuning jernih
(kateter urinal) bercampur keputihan hijau
7. Menganjurkan BAK kental dan berbau
secara rutin - TTV
8. Menganjurkan ke kamar TD : 120/90 mmHg
mandi/toilet, jika perlu R : 20x/menit
S : 36 0C
N : 88x/menit

A:
Masalah teratasi

P:
Hentikan intervensi
2. 24 12.00 1. Mengidentifikasi lokasi, 25 Nov 2020 11.00
Nov karakteristik, durasi,
2020 frekuensi, kualitas, S :
intensitas nyeri - Pasien mengeluhkan
2. Mengidentifikasi masih nyeri saat
pengaruh nyeri pada berhubungan seksual
kualitas hidup dengan suaminya
3. Mengidentifikasi gejala - Pasien merasakan gatal
yang tidak dan panas di area
menyenangkan (nyeri, kemaluan sudah lumayan
gatal) membaik
4. Mengidentifikasi O:
pemahaman tentang - Pasien nampak mulai
kondisi, situasi dan tenang
perasaannya - Pemeriksaan fisik
5. Memberikan teknik Genetalia : mengeluarkan
nonfarmakologis untuk keputihan berwarna hijau
mengurangi ras nyeri kental dan berbau sudah
6. Menciptakan lingkungan berkurang, ada luka lecet
yang nyaman dan peradangan di area
7. Mendukung keluarga kemaluan menurun
dan pengasuh terlihat - TTV
dalam terapi/pengobatan TD : 120/90 mmHg
8. Menjelaskan penyebab, R : 20x/menit
periode dan pemicu S : 36 0C
nyeri N : 88x/menit
9. Melakukan kolaborasi
pemberian analgetik, A :
antipruritus, antihistamin Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi

26 Nov 2020 11.00


S:
- Pasien mengatakan nyeri
sudah sangat berkurang
- Pasien merasakan gatal
dan panas di area
kemaluan sudah sangat
berkurang
O:
- Pasien nampak tenang
- Pemeriksaan fisik
Genetalia : mengeluarkan
keputihan berwarna hijau
kental dan berbau sudah
sangat berkurang, ada luka
lecet dan peradangan di
area kemaluan membaik
- TTV
TD : 120/90 mmHg
R : 20x/menit
S : 36 0C
N : 88x/menit

A:
Masalah teratasi

P:
Hentikan intervensi
3. 24 13.00 1. Mengidentifikasi 25 Nov 2020 12.00
Nov kesiapan dan S :
2020 kemampuan menerima - Pasien mengatakan belum
informasi melakukan hubungan
2. Menyediakan materi dan suami istri sejak mendapat
media kesehatan pendidikan kesehatan
3. Menjadwalkan - Suami masih mengatakan
pendidikan kesehatan takut tertular dan kasihan
sesuai kesepakatan dengan istrinya
4. Memberikan kesempatan - Pasien mengatakan bahwa
untuk bertanya hasrat seksual nya masih
5. Menjelaskan anatomi menurun karena masih
dan fisiologis system merasakan sedikit nyeri,
reproduksi laki-laki dan mengeluarkan keputihan
perempuan hijau kental dan bercak
6. Menjelaskan darah berbau.
perkembangan sesualitas O :
sepanjang siklus - Takut, cemas dan gelisah
kehidupan pada pasien dan suami
7. Menjelaskan tentang mulai menurun
penyakit menular - TTV
seksual TD : 120/90 mmHg
8. Menjelaskan resiko R : 20x/menit
tertular penyakit menular S : 36 0C
seksual dan aids akibat N : 88x/menit
seks bebas A:
9. Menganjurkan Masalah teratasi sebagian
anak/remaja tidak P :
melakukan aktifitas Lanjutkan intervensi
sekssual diluar rumah

26 Nov 2020 12.00


S:
- Pasien mengatakan mulai
melakukan hubungan
suami istri sejak mendapat
pendidikan kesehatan
- Pasien sudah tidsk
mengeluhkan nyeri saat
berhubungan seksual
- Pasien mengatakan bahwa
hasrat seksual nya sudah
membaik karena saat
berhubungan sudah tidak
merasakan nyeri dan tidak
mengeluarkan bercak
darah
O:
- Takut, cemas dan gelisah
pada pasien dan suami
mulai menurun
- TTV
TD : 120/90 mmHg
R : 20x/menit
S : 36 0C
N : 88x/menit
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai