Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

R
DENGAN MASALAH PRIORITAS LEUKIMIA

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Oleh :
YOGA ADY PRATAMA
40220031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN, R DENGAN


MASALAH PRIORITAS LEUKIMIA

NAMA : YOGA ADY PRATAMA

NIM : 40220031

PRODI : PENDIDIKAN PROFESI NERS

Kediri, ..... Oktober 2020


Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Wahyu Nur P, S.Kep.Ns.,M.Kes

LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP LEUKIMIA
1. Definisi
Leukimia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal,ganas, sering disertai
bentukleukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya belebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombositopeni dan di akhiri dengan kematian.

Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang ditandai


dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel
leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol dari klon sel darah
immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel leukemik tersebut juga
ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi jaringan retikuloendotelial
seperti limpa, hati dan kelenjar limfe. .(Zelly,2012)

Kanker dimulai dari sel-sel pada jaringan tubuh. Leukemia berbeda dari
kebanyakan kanker lainnya, yang mana tidak menghasilkan tumor. Karena leukemia
ini akibat dari tidak terkontrolnya bagian sel-sel darah, sel kanker ini dapat
berkembang biak dalam sistem peredaran darah . Leukemia merupakan suatu penyakit
yang ditandai pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat
cepat dan tidak terkendali, serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Pada
pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi, terlihat sel darah putih muda, besar-besar,
dan selnya masih berinti (Megakariosit). Beberapa ahli menyebut leukemia sebagai
keganasan sel darah putih (Neoplasma Hematologi). Pada kondisi normal, sel-sel akan
tumbuh dan mati sesuai dengan mekanisme yang diatur oleh tubuh sehingga sel tua
akan mati dan digantikan oleh sel muda. Leukemia terjadi saat proses pematangan
dari sistem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan
perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut sering kali melibatkan penyusunan
kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks).(Fahruddin&
Ade,2016)
2. Klasifikasi
1. Leukimia akut
Leukimia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal(blastosit)
yang disertai dengan penyebaran ke organ lainn. Leukimia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata
dalam waku 4-6 bulan.
a Leukimia limfostik akut(LLA)
Merupkan jenis leukimia dengan karakteristik adanyaprofilerasi dan
akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan
pembebesaran organ dalam dan kegagalan organ.
b Leukimia mielositik akut(LMA)
Merupakan leukimia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan
berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukimia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukimia kronik
Leukimia kronik merupakan suatu penyakit yang di tandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
a Leukima limfositik kronis (LLK)
Leukima limfositik kronis Adalah suatu keganasan klonal limfosit B
(jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progesif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur
panjang. LLK cenderung di kenal sebagai kelainan ringan yang menyerang
individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk
laki-laki.
b Leukimia granulositik/mielositik kronik(LGK/LMK)
Adalah gangguan mieloproliferatif yang di tandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid yang relatif matang. LGK/LMK mencangkup 20%
leukimia dan paling sering di jumpai pada orang dewasa usia pertengahan
(40-50 tahun) yang relatif matang.
3. Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukimia, yaitu :
1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcell Leukimia-Lhymphoma Virus/HLTV).
2. Radiasi.
3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
5. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom.
Leukimia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukimia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan
kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat anti kanker, meningkatkan
resiko terjadinya leukimia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya
sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukimia.
4. Patofisiologi
ALL meningkat dari sel batang limfoid tunggal dengan kematangan lemah dan
penggumpalan sel – sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya
dijumpai tingkat pengembangan limfoid yang berbeda dalam sumsum tulang, mulai
dari yang prematur hingga hampir menjadi sel normal.
Derajat kematangannya merupakan petunjuk untuk menentukan atau meramalkan
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi, ditemukan sel muda limfoblas dan
biasanya terdapat leukositosis, kadang – kadang leukopema ( 25 % ). Jumlah leukosit
neutrofil sering kali rendah demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil
pemeriksaan sumsum tulang belakang biasanya menunjukan sel – sel blast yang
dominan. Pematangan limfosit B di mulai dari stem sel pluripoten, kemudian stem sel
limfosit pre – B, early b, sel B intermedia, sel B matangsel plasmasitoid, dan sel
plasma. Limfosit T juga berasal dari stem sel pluripoten, berkembang menjadi stem
sel limfoid, sel timosit imatur, cimmon tymosit, timosit matur, seta menjadi sel
limfosit T helper dan limfosigt T supresor.
Peningkatan produksi leukosit juga melibatkan tempat – tempat ekstramedular
sehingga anak – anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatospenomegali.
Sakit tulang juga sering di jumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat,
yaitu sakit kepala, muntah – muntah, kejang dan gangguan pengelihatan.
5. WOC
Faktor genetik,Radiasi.,Obat2 imunosupresif,Faktor herediter,Kelainan kromosom

Poliferasi lokal dari sel


neoplastik dalam
sumsum tulang

leukimia

Poliferasi sel darah


Kurang informasi
putih imatur

Defisit pengetahuan

Imunosupresi pada Pansitopeni


sumsum tulang

Eritopeni lekopeni Trombositopeni


Gangguan rasa
nyaman nyeri
HB agropulos Perdarahan
itosis

Suplai o2
Resiko Resiko devisit
dalam darah
infeksi cairan
meurun

Infeksi
Jaringan < O2 Kemoterapi

splenohepato
kelemahan megali
Asam Alopesia
lambung
Intolenransi Anoreksia,
aktifitas mual, muntah Gangguan
Mual, citra tubuh
muntah

Kulit kering,
bersisik,
Nutrisi kurang mengeluas
dari kebutuhan
Gangguan
integritas kulit
6. Manifestasi

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukimia adalah sebagai
berikut :
1. Leukimia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah
lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu
juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri
tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.
2. Leukimia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Perdarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm) biasanya mengalami gangguan
kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga
menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
3. Leukimia Limfosik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK
yang mengalami biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan
berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan
penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan
infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
4. Leukimia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabilolisme. Merasa cepat kenyang akibat
desakan limpa dan lambung. penurunan berat badan terjadi setelahpenyakit
berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemiayang
bertambah berat, petekie, ekimosis, dan demam yang disertai infeksi.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah terapi : Adanya penstipenia,limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast,yg merupakan
gejala potogonomik untuk leukimia.
2. Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sumsum tulang belakang akan ditemukan
gambaran yg menonton yaitu hamya terdiri dari sel limfopoetik patologis
sedangkan sistem lain terdesak (apabila sekunder). (ilmu kesehatan anak:145)
3. Pemeriksaan lain
- Biopsi limpah
- Kimia darah
- Cairan cerebrospinal
- Sitogenik
8. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
a. Kemoterapi pada penderita LLA
Pengobatan umunya terjadi secara bertahap,meskipun tidak semua fase yang
digunakan untuk semua orang
b. Kemoterapi pada penderita LMA
- Fase induksi; fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif
,bertujusn untuk mengeradiksi sel-sel leukimia secara maksimal sehingga
tercapai resmi komplit.
- Fase konsolidasi; fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase
induksi.Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau
lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.dengan pengobatan
modern,angka remisi 50-70%,terapi angka rat-rata hidup masih 2 trahun
yang dapat hidri 5 tahun hanya 10%.
c. Kemoterapi pada pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menentukan strategi terapi dan
prognosis.salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi rai :
- Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang belakang
- Stadium I : limfositosis dan limfadenopati
- Stadium II : limfositosis dan splenomegali/hepatomegali
- Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb<11gr/dl)
- Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia<100.000/mm3
Dengan/tanpa gejala pembesaran hati,limpa,kelenjar.Terapi untuk LLK jarang
mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvesional,terutama
untuk mengendalikan gejala.Pengobatan tidak diberikan kepada penderita
tanpa gejala karen tidak memperpanjang hidup.Pada stadium I atau
II,pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa.Pada stadium III atau
IV diberikan kemoterapi intensif.Angka ketahanan hidup rata-rata sekitar 6
tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun.Pasien dengan stadium 0
atau I dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun.Sedangkan pada pasien dengan
stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
Tranfusi trombosit untuk mencegah perdarahan
2. Tranfusi SDM untuk mengatasi anemia
3. Transplantasi sumsum tulang
4. Terapinradiasi pada kasus infiltrasi ke otak atau testis
5. Diet yang seimbang
6. Periode istirahat yang sering
9. Komplikasi
1. Anemia
2. Perdarahan
3. Infeksi
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a) Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
a. Keluhan Utama dan riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh sakit kepala, pusing, tidak bisa tidur, badan terasa lemas,
gelisah, mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit hipertensi yang dialami pasien sudah lama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarganya juga ada yang memiliki riwayat penyakit
yang sama dengan yang diderita pasien.
d. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
b) Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
1. Pemeriksaan fisik

a. Kulit, rambut, dan kuku

Inspeksi : Warna kulit, jaringan parut, lesi, dan vaskularisasi. Amati

adanya pruritus dan abnormalitas lainnya.


Palpasi : Palpasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur,

edema, dan massa.

b. Kepala

Inspeksi : Kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi dan

massa)

Palpasi : Dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah

dari tengah garis kepala ke damping. Untuk mengetahui

adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri

tekan, kekuatan akar rambut.

c. Mata

Inspeksi : Kelopak mata, perhatikan bentukdan

kesimetrisannya.Amati daerah orbital adanya tidaknya

edema, kemerahan atau jaringan lunak dibawah bidang

orbital, amati konjungtiva dan sclera ( untuk mengetahui

adanya anemis atau tidak) dengan menarik / membuka

kelopak mata. Perhatikan warna, edema dan lesi.Inspeksi

kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri

disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak

langsung.Inspeksi pupil dan iris.

Palpasi : Ada tidaknya pembekakan pada orbital dan kelenjar

lakrimal.

d. Hidung
Inspeksi : Kesimetrisan bentuk, adanya deformitas atau lesi dan

cairan yang keluar.

Palpasi : Bidang dan jaringan lunak hidung, adanya nyeri, massa,

dan penyimpangan abnormal.

e. Telinga

Inspeksi : Amati kesimetrisan bentuk dan letak telinga, warna dan

lesi.

Palpasi : Kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak, tulang

telinga, ada nyeri atau tidak.

f. Mulut dan faring

Inspeksi : Warna dan mukosa bibir, lesi dan kelainan kongenital,

kebersihan mulut dan faring.

g. Leher

Inpeksi : Bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya

pembekakan, jaringan parut atau massa

Palpasi : Kelenjar limfa / kelenjar getah bening, kelenjar tiroid.

h. Thorak dan tulang belakang

Inspeksi : Kelainan bentuk thorak, kelainan bentuk tulang belakang,

pada wanita (inspeksi payudara, bentuk dan ukuran ).

Palpasi : Ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita ( palpasi

payudara, massa).

i. Paru posterior, lateral, interior

Inspeksi : Kesimetrisan paru, ada tidaknya lesi.

Palpasi : Dengan meminta klien menyebutkan angka missal 7 7 7 7,

bandingkan paru kanan dan kiri. Pengembangan paru


dengan meletakkan kedua ibu jari tangan ke prosesus

xifoideus dan meminta klien bernafas panjang.

Perkusi : Dari puncak paru kebawah ( suprasapularis/3-4 jari dari

pundak sampai dengan torakal 10).Catat suara perkusi

sonor/hipersonor/redup.

Auskultasi : Bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler,

branchovesikuler, bronchialtracheal, suara abnormal :

wheezing, ronchi, krekels).

j. Jantung dan pembuluh darah

Inspeksi : Titik implus maksimal, denyutan apical

Palpasi : Area aorta pada intercosta ke-2 kiri dan pindah jari-jari ke

intercosta 3 dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada

intercosta 5 kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm

ke garis midklavikula kira.

Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, perkusi dilakukan dari

arah lateral ke medial.Perubahan antara bunyi sonor dari

paru-paru ke redup relative kita tetapkan sebagai batasan

jantung kiri. Dengan cara mendapatkan tempat iktus yaitu

normal pada ruang interkosta V kiri agak ke medial dari

linea midklavikula sinistra dan agak di atas batas paru-

hepar ini merupakan batas kiri bawah jantung.

Sedangkan batas bawah kanan jantung adalah di sekitar

ruang interkosta III / IV kanan, diline parasternalis

kanan.Sedangkan batas atasnya di ruang interkosta II kanan

linea parasternalis dekstra.


Auskultasi : Bunyi jantung I dan II untuk mengetahui adanya bunyi

jantung tambahan

k. Abdomen

Inspeksi : Ada tidaknya asites, datar, cekung, kebersihan umbilicus.

Palpasi : Epigastrium, lien, hepar, ginjal.

Perkusi : 4 kuadran ( timpani, hipertimpani, pekak).

Auskultasi : kuadran ( peristaltic usus diukur dalam ! menit, bising

usus).

l. Genetalia

Inspeksi : Inspeksi anus ( kebersihan,lesi, massa, perdarahan) dan

lakukan tindakan rectal touch ( khusus laki-laki untuk

mengetahui pembesaran prostat), perdarahan, cairan, dan

bau.

Palpasi : Skrotum dan testis sudah turun atau belum.

m. Ekstermitas

Inspeksi : Inspeksi kesimetrisan, lesi, massa.

Palpasi : Tonus otot, kekuatan otot. Kaji siekulasi : akral hangat /

dingin, warna. CRT.

2) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi dapat melalui

pemeriksaan hematokrit, kalium serum, kreatinin serum, urinalisa,

elektrokardiogram.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d imunosupesi pada sumsum tulang
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis ( keengganan untuk makan )
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
4. Resiko devisit volume cairan b.d pengeluaran berlebih

Anda mungkin juga menyukai